Anda di halaman 1dari 16

Elyssa Fiqri Fauziah

0119101177

Kelas B

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Pengertian Akuntansi Keuangan Daerah

Akuntansi keuangan daerah merupakan suatu proses pengidentifikasian, pengukuran,


pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah,
Pemda (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka
pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemda.

Sistem akuntansi pemerintah daerah didasarkan pada peraturan perundangan sebagai


berikut:

- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti dari Undang-Undang


Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
- Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 sebagai pengganti dari Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah
- Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000
- Keputusan Mendagri Nomor 29 Tahun 2002
- Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

Tujuan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Dibentuknya Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas, yaitu sistem akuntansi pemerintah mampu memberikan informasi


keuangan yang lengkap cermat, dalam bentuk dan waktu yang tepat, yang berguna
bagi pihak yang bertanggungjawab yang berkaitan dengan operasi unit- unit
pemerintah. Lebih lanjut lagi, tujuan akuntablitas ini mengharuskan tiap pegawai atau
badan yang mengelola keuangan negara harus memberikan pertanggungjawaban
dan perhitungan atas laporan keuangannya.

2. Manajerial
Akuntansi pemerintah mampu memberikan informasi keuangan yang diperlukan
untuk perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian
anggran, perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan, dan penilaian kinerja
pemerintah.

3. Pengawasan

Akuntansi pemerintah harus memungkinkan terselenggaranya pemeriksaan oleh


aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien.

4. Menjaga Aset

Sistem akuntansi ini dapat digunakan untuk menjaga aset K/L/PD melalui metode
pencatatan, pemrosesan dan pelaporan keuangan yang dilakukan secara konsisten
sesuai dengan standar serta praktek akuntansi yang mampu diterima secara umum.

5. Penyedia Informasi Anggaran dan Keuangan

Sistem akuntansi ini juga berfungsi untuk menyediakan berbagai informasi yang
akurat dan juga tepat waktu terkait anggaran dan kegiatan keuangan K/L/PD, yang
selanjutnya akan berguna sebagai dasar pengukuran performa guna menentukan
tingkat ketaatan pada pihak otorisasi anggaran dan demi tujuan akuntabilitas.

Selain itu, sistem akuntansi ini dapat dijadikan sebagai media untuk menyediakan
informasi yang valid tentang kondisi keuangan K/L/PD secara keseluruhan, serta
untuk perencanaan pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan K/L/PD
secara efisien.

Fungsi Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

- Sistem akuntasi pemerintahan dapat berfungsi untuk menjaga aset K/L/PD melalui
pencatatan, pemrosesan dan pelaporan keuangan yang konsisten sesuai dengan
standar dan praktek akuntansi yang diterima umum.
- Sistem akuntasi pemerintahan dapat berfungsi untuk menyediakan informasi yang
akurat dan tepat waktu mengenai anggaran dan kegiatan keuangan K/L/PD, yang
berguna sebagai dasar pengukuran kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap
otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas.
- Sistem akuntasi pemerintahan dapat berfungsi untuk menyediakan informasi yang
dapat dipercaya tentang posisi keuangan K/L/PD secara keseluruhan.
- Sistem akuntasi pemerintahan dapat berfungsi untuk menyediakan informasi
keuangan yang berguna untuk perencanaan pengelolaan dan pengendalian kegiatan
dan keuangan K/L/PD secara efisien.

Asas Akuntansi Pemerintah Daerah

- Asas Universalitas

Semua pengeluaran harus tercermin dalam anggaran. Hal ini berarti bahwa
anggaran belanja merupakan batas komitmen tertinggi yang bisa dilakukan oleh
pemerintah daerah untuk dapat membebani APBD.

- Asas Bruto

Tidak ada kompensasi antara penerimaan dan pengeluaran. Misalnya Pendapatan


Daerah memperoleh pendapatan dan untuk memperolehnya diperlukan belanja,
maka pelaporannya harus gross income artinya pendapatan dilaporkan sebesar nilai
pendapatan yang diperoleh, dan belanja dibukukan pada pos belanja yang
bersangkutan sebesar belanja yang dikeluarkan.

- Dana Umum

Dana Umum adalah suatu entitas fiskal dan akuntansi yang


mempertanggungjawabkan keseluruhan penerimaan dan pengeluaran negara
termasuk aset, utang, dan ekuitas dana. Dana Umum yang dimaksud adalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah. Dana yang digunakan untuk
membiayai kegiatan tertentu dipertanggung jawabkan secara khusus yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari Dana Umum.

Sistem Pencatatan Keuangan Daerah

Terdapat beberapa macam sistem pencatatan yang dapat digunakan, antara lain:

1. Single Entry

Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, sistem pencatatan single entry


dilakukan oleh bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran baik di level
Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) maupun Satuan Kerja Pengelola Keuangan
Daerah (SKPKD). Sistem ini hanya sebagai alat kontrol sistem akuntansi yang
sebenarnya yang dilakukan oleh Pejabat Pengelola Keuangan SKPD (PPK SKPD)
dan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD).
Adapun kelebihan dari pencatatan single entry adalah sederhana dan mudah
dipahami. Namun, sistem ini memiliki kelemahan, antara lain dalam menemukan
kesalahan pembukuan yang terjadi, dan sulit dikontrol.

2. Double Entry

Sering juga disebut sebagai sistem tata buku berpasangan. Menurut sistem ini, pada
dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali. Pencatatan dengan sistem
ini disebut dengan istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut, sisi Debit berada di
sebelah kiri sedangkan sisi Kredit berada di sebelah kanan. Setiap pencatatan harus
menjaga keseimbangan persamaan dasar akuntansi. Persamaan dasar akuntansi
merupakan alat bantu untuk memahami sistem pencatatan ini. Persamaan dasar
akuntansi tersebut berbentuk sebagai berikut:

Aktiva + Belanja = Utang + Ekuitas Dana + Pendapatan

3. Triple Entry

Metode pencatatan Triple entry  adalah metode yang dikembangkan dari Double


entry. Prinsipnya pun hampir sama dengan double entry yaitu adanya tambahan
pencatatan pada buku anggaran. Sederhananya, ketika pencatatan double
entry sedang dilakukan, maka metode triple entry akan melakukan pencatatan yang
dilakukan oleh para PPK SKPD dan SKPKD.

Dasar Akuntansi Pemerintah Daerah

1. Basis Kas

Basis kas ( cash basis ) menetapkan pengukuran atau pencatatan  transaksi ekonomi hanya
dilakukan apabila transaksi tersebut menimbulkan perubahan pada kas. Apabila transaksi
tersebut  belum menimbulkan perubahan pada kas maka transaksi tersebut tidak dicatat.

2. Basis Akrual

Basis akrual ( acrual basis ) adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat transaksi dan peristiwa tersebut terjadi ( dan bukan hanya pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar ). Oleh karena itu, transaksi-transaksi dan peristiwa-
peristiwa dicatat  dalam catatan akuntansi  dan diakui dalam laporan keuangan periode
terjadinya.

3. Basis Kas Modifikasian


Menurut butir 12 dan 13 lampiran XXIX (Tentang  Kebijakan  Akuntansi) Kepmendagri
Nomor 29 Tahun 2002 disebutkan bahwa:

- Basis atau dasar kas modifikasian merupakan kombinasi dasar kas dengan dasar
akrual.
- Transaksi penerimaan atau pengeluaran kas dibukukan (dicatat atau dijurnal) pada
saat uang diterima atau dibayar (dasar kas). Pada akhir periode dilakukan
penyesuaian untuk mengakui transaksi dan kejadian  dalam  periode berjalan
meskipun pengeluaran atau penerimaan kas dari transaksi dan kejadian dimaksud
belum terealisasi.

Sistem akuntansi pemerintahan daerah secara garis besar terdiri atas empat prosedur
akuntansi, antara lain:

1. Prosedur akuntansi penerimaan kas (Pasal 241 dan 266 Permendagri 13/2006)

Serangkaian proses mulai pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi


dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkenaan dengan penerimaan kas
pada SKPD dan/atau pada SKPD yang dapat dilaksanakan secara manual maupun
terkomputerisasi.

- Fungsi terkait

Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

- Dokumen yang digunakan

a. Surat keterangan pajak daerah, digunakan untuk menetapkan pajak daerah atas
wajib pajak yang dibuat oleh PPKD.
b. Surat Keterangan Retribusi Daerah (SKRD), digunakan untuk menetapkan
retribusi daerah atas wajib retribusi yang dibuat oleh pengguna anggaran.
c. Surat Tanda Bukti Penerimaan (STBP), digunakan untuk mencatat setiap
penerimaan pembayaran dari pihak ketiga yang diselenggarakan oleh bendahara
penerimaan.
d. Surat Tanda Setoran (STS), digunakan untuk menyetorkan penerimaan daerah
yang diselenggarakan oleh bendahara penerimaan pada SKPD.
e. Bukti Transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer penerimaan daerah.
f. Nota kredit bank, dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkkan adanya
transfer uang masuk ke rekening kas.

2. Prosedur akuntansi pengeluaran kas (Pasal 247 dan 272 Permendagri 13/2006)

Serangkaian proses mulai pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi


dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkenaan dengan pengeluaran kas
pada SKPD dan/atau pada SKPD yang dapat dilaksanakan secara manual maupun
terkomputerisasi.

- Fungsi terkait

Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

- Dokumen yang digunakan

a. Surat Penyediaan Dana (SPD), merupakan dokumen yang dibuat oleh Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai media atau surat yang
menunjukkan tersediannya dana untuk diserap/direalisasi.
b. Surat Perintah Membayar (SPM), merupakan dokumen yang dibuat oleh
pengguna anggaran untuk mengajukan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
yang akan diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) atau Kuasa BUD.
c. Kuitansi pembayaran dan bukti pembayaran lainnya, merupakan dokumen
sebagai tanda bukti pembayaran.
d. SP2D, merupakan dokumen yang diterbitkan oleh BUD atau Kuasa BUD untuk
mencairkan uang pada bank yang telah ditunjuk.
e. Bukti transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah.

f. Nota debit bank, merupakan dokumen atas bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang keluar dari rekening kas umum daerah.

3. Prosedur akuntansi aset tetap (Pasal 253 dan 278 Permendagri 13/2006)

Serangkaian proses mulai pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi


dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkenaan dengan transaksi
dan/atau kejadian aset tetap pada SKPD dan/atau pada SKPD yang dapat
dilaksanakan secara manual maupun terkomputerisasi.
- Fungsi terkait

Fungsi yang terkait dengan prosedur akuntansi aset pada SKPD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD serta pejabat, pengurus, dan penyimpan barang.
Sedangkan pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.

- Dokumen yang digunakan

a. Bukti memorial

4. Prosedur akuntansi selain kas (Pasal 259 dan 283 Permendagri 13/2006)

Serangkaian proses mulai pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi


dan/atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkenaan dengan transaksi
dan/atau kejadian keuangan selain kas pada SKPD dan/atau pada SKPD yang dapat
dilaksanakan secara manual maupun terkomputerisasi.

- Fungsi Terkait

Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi selain kas pada SKPD dilaksanakan
oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD. Sedangkan, pada SKPKD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi pada SKPKD.

- Dokumen yang digunakan

a. Berita acara penerimaan barang.


b. Surat keputusan penghapusan barang.
c. Surat pengiriman barang.
d. Surat keputusan mutasi barang.
e. Berita acara pemusnahan barang.
f. Berita acara serah terima barang.
g. Berita acara penilaian.
h. Bukti memorial, merupakan dokumen untuk mencatat transaksi dan/atau
kejadian keuangan selain kas sebagai dasar pencatatan ke jurnal umum.

Akuntansi Pemerintah Daerah di PPKD dan SKPD 

Sistem akuntansi pemerintah daerah biasanya akan dilakukan oleh dua subsistem, yaitu:

1. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah


Sistem Pemerintah Akuntansi Daerah akan menjadi tanggung jawab para Pejabat
Penatausahaan Keuangan Daerah (PPKD), yang memiliki tugas dalam hal mencatat
berbagai transaksi yang dilakukan di level pemerintahan daerah, seperti pendapatan dana
perimbangan, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dll.

2. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah

Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah akan menjadi tanggung jawab para
Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD. Seluruh transaksi-transaksi yang ada di dalam
lingkungan satuan kerja harus dicatat dan dilaporkan pada Bendahara Umum Daerah
(BUD).

Pencatatan atas berbagai transaksi yang ada di lingkungan satuan kerja tersebut sangat
harus dilakukan, di dalamnya meliputi pencatatan atas pendapatan, belanja, asset, dan hal
lainnya selain kas.

Sistem Akuntansi PPKD

Berikut ini pengikhtisaran transaksi-transaksi pada sistem akuntansi PPKD, pihak-pihak


yang terkait, dan saat kapan pencatatan harus dilakukan.

1. Sistem Akuntansi Pendapatan

Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi pendapatan pada PPKD antara lain:

a. Bendahara PPKD Bendahara PPKD mencatat dan membukukan semua


penerimaan pendapatan kedalam buku kas penerimaan, membuat Rekap
Penerimaan Harian yang bersumber dari Pendapatan, dan melakukan
penyetoran uang yang diterima ke kas daerah setiap hari.
b. Fungsi Akuntansi PPKD Fungsi Akuntansi PPKD mencatat transaksi/kejadian
pendapatan LO dan Pendapatan LRA berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah
dan valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca, melakukan
posting jurnal jurnal transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA
kedalam Buku Besar masing masing rekening (rincian objek), dan menyusun
Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Perubahan SAL (LP.SAL), Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan
Ekuitas (LPE), Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan keuangan.

c. PPKD selaku BUD menandatangani/mengesahkan dokumen surat ketetapan


pajak/retribusi daerah dan menandatangani laporan keuangan yang telah
disusun oleh Fungsi Akuntansi SKPD.
2. Sistem Akuntansi Beban dan Belanja

Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi beban dan belanja antara lain:

a. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) mencatat


transaksi/kejadian beban dan belanja berdasarkan bukti-bukti transaksi yang sah
dan valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca, melakukan
posting jurnal-jurnal transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA
kedalam Buku Besar masing-masing rekening (rincian objek), dan menyusun
Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Operasional (LO), Laporan Perubahan SAL, Laporan Arus Kas, Laporan
Perubahan Ekuitas, Neraca dan Catatan atas Laporan keuangan.

b. Bendahara Pengeluaran PPKD mencatat dan membukukan semua pengeluaran


beban dan belanja kedalam buku kas umum PPKD dan membuat SPJ atas
beban dan belanja.

3. Sistem Akuntansi Transfer

Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi transfer masuk dan transfer keluar
antara lain Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD dan Bendahara Pengeluaran
PPKD.

4. Sistem Akuntansi Pembiayaan

Pihak-pihak yang terkait dengan sistem akuntansi pembiayaan antara lain Fungsi
Akuntansi PPKD, BUD, dan PPKD.

5. Akuntansi Kas dan Setara Kas

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi kas dan setara kas pada PPKD
antara lain Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPKPPKD), Bendahara
Penerimaan PPKD, Bendahara Pengeluaran PPKD dan PPKD.

6. Sistem Akuntansi Piutang

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi piutang antara lain Pejabat
Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan Bendahara Penerimaan PPKD.

7. Sistem Akuntansi Investasi

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi investasi antara lain Pejabat
Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) dan PPKD.
8. Akuntansi Dana Cadangan

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi dana cadangan antara lain:

a. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) memiliki tugas mencatat


transaksi/kejadian dana cadangan berdasarkan bukti-bukti transaksi yang sah ke
Buku Jurnal Umum, memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian Dana Cadangan
ke dalam Buku Besar masing-masing rekening (rincian objek), dan membuat
laporan keuangan, yang terdiri dari LRA, LO, LPSAL, LPE, LAK, Neraca dan
CaLK.
b. PPKD Dalam sistem akuntansi dana cadangan memiliki tugas menandatangani
laporan keuangan PPKD sebelum diserahkan dalam proses
penggabungan/konsolidasi yang dilakukan oleh fungsi akuntansi PPKD dan
menandatangani surat pernyataan tanggung jawab PPKD.

Sistem Akuntansi SKPD

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah
pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang. Berikut ini
pengikhtisaran transaksi-transaksi pada sistem akuntansi SKPD, pihak-pihak yang terkait,
dan saat kapan pencatatan harus dilakukan.

1. Sistem Akuntansi Pendapatan

Pihak Pihak yang terkait dalam sistem akuntansi pendapatan pada SKPD antara lain:

a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) mencatat


transaksi/kejadian pendapatan LO dan Pendapatan LRA berdasarkan bukti bukti
transaksi yang sah dan valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan
Neraca, melakukan posting jurnal jurnal transaksi/ kejadian pendapatan LO dan
pendapatan LRA kedalam Buku Besar masing masing rekening (rincian objek),
serta menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Neraca dan Catatan atas Laporan
keuangan.
b. Bendahara Penerimaan SKPD mencatat dan membukukan semua penerimaan
pendapatan kedalam buku kas penerimaan, membuat Rekap Penerimaan Harian
yang bersumber dari Pendapatan, dan melakukan penyetoran uang yang
diterima ke kas daerah setiap hari.
c. PA/KPA menandatangani/mengesahkan dokumen surat ketetapan pajak/retribusi
daerah dan menandatangani laporan keuangan yang telah disusun oleh Fungsi
Akuntansi SKPD.

2. Sistem Akuntansi Beban dan Belanja

Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi beban dan belanja antara lain:

a. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) melaksanakan fungsi


akuntansi SKPD untuk mencatat transaksi/kejadian beban dan belanja
berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah dan valid ke Buku Jurnal LRA dan
Buku Jurnal LO dan Neraca, melakukan posting jurnal-jurnal transaksi/kejadian
beban dan belanja kedalam Buku Besar masing masing rekening (rincian objek),
dan menyusun Laporan Keuangan, yang terdiri dari LRA, LO, Neraca, LPE, dan
Catatan atas Laporan keuangan.

b. Bendahara Pengeluaran SKPD mencatat dan membukukan semua pengeluaran


beban dan belanja kedalam buku kas umum SKPD dan membuat SPJ atas
beban dan belanja.

3. Akuntansi Kas dan Setara Kas

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi kas dan setara kas pada SKPD
antara lain Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPKSKPD), Bendahara
Penerimaan SKPD, Bendahara Pengeluaran SKPD dan Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran (PA/KPA).

4. Sistem Akuntansi Piutang

Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi piutang antara lain Pejabat
Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) dan Bendahara Penerimaan SKPD.

5. Sistem Akuntansi Persediaan

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi persediaan antara lain adalah
Bendahara Barang atau Pengurus Barang, Bendahara Pengeluaran, Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan, dan Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD.

6. Sistem Akuntansi Aset Tetap

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi aset tetap antara lain:
a. Bendahara Barang bertugas untuk menyiapkan dan menyampaikan dokumen-
dokumen atas pengelolaan aset tetap.
b. Bendahara Pengeluaran bertugas untuk menyiapkan dan menyampaikan
dokumen-dokumen atas transaksi tunai yang berkaitan dengan aset tetap.
c. Pejabat Pelaksana Teknis bertugas untuk menyiapkan dokumen atas beban
pengeluaran pelaksanaan pengadaan aset tetap.

d. Pejabat Penatausahaan Keuangan bertugas untuk melakukan proses akuntansi


aset tetap yang dimulai dari jurnal hingga penyajian laporan keuangan SKPD.

7. Sistem Akuntansi Penyusutan Aset Tetap dan Amortisasi Aset Tidak Berwujud

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi penyusutan dan amortisasi aset
tetap/aset tidak berwujud antara lain:

a. Bendahara Barang SKPD bertugas untuk menyiapkan dan menyampaikan


dokumen-dokumen atas penyusutan dan amortisasi aset tetap/aset tidak
berwujud.

b. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD bertugas untuk melakukan proses


akuntansi penyusutan yang dimulai dari jurnal hingga penyajiannya laporan
keuangan SKPD.

8. Akuntansi Dana Cadangan

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi dana cadangan antara lain:

a. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD) memiliki tugas mencatat


transaksi/kejadian dana cadangan berdasarkan buktibukti transaksi yang sah ke
Buku Jurnal Umum, memposting jurnal-jurnal transaksi/kejadian Dana Cadangan
ke dalam Buku Besar masing-masing rekening (rincian objek), dan membuat
laporan keuangan, yang terdiri dari LRA, LO, LPSAL, LPE, LAK, Neraca dan
CaLK.
b. PPKD Dalam sistem akuntansi dana cadangan memiliki tugas menandatangani
laporan keuangan PPKD sebelum diserahkan dalam proses
penggabungan/konsolidasi yang dilakukan oleh fungsi akuntansi PPKD dan
menandatangani surat pernyataan tanggung jawab PPKD.

Siklus Akuntansi Keuangan Daerah

Tahap-tahap yang terdapat dalam sistem akuntansi:


1. Analisis transaksi

Akuntansi menggunakan sistem pencatatan berpasangan (double entry system).


Sebagai contoh, pemda mengeluarkan kas untuk membayar sewa garasi. Terhadap
transaksi ini, akuntansi mencatat tidak hanya “pengeluaran kas,” tetapi juga “tujuan
dikeluarkannya” kas tersebut. Analisis transaksi juga tunduk pada sIstem
berpasangan tersebut. Untuk memahami analisis transaksi demikian, kita akan
menggunakan alat bantu “persamaan dasar akuntansi”.

2. Jurnal transaksi

Penjurnalan adalah prosedur pencatatan transaksi keuangan pada buku jurnal.


Jurnal dibedakan menjadi dua yaitu jurnal umum dan jurnal khusus. Jurnal umum
adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat semua jenis transaksi, sedangkan
jurnal khusus adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat hanya satu jenis
transaksi.

Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, buku jurnal yang digunakan dalam
akuntansi keuangan daerah meliputi buku jurnal penerimaan kas, buku jurnal
pengeluaran kas, dan buku jurnal umum.

3. Posting ke buku besar

Buku besar adalah sebuah buku yang berisi kumpulan rekening perkiraan/akun.
Rekening-rekening digunakan untuk mencatat secara terpisah pendapatan, belanja,
pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Proses memasukkan rekening-rekening dari jurnal ke dalam buku besar inilah yang
disebut dengan posting.

4. Neraca saldo

Prosedur penjurnalan dan posting dilakukan selama satu periode akuntansi.


Prosedur berikutnya adalah penyusunan neraca saldo pada akhir periode akuntansi.
Neraca saldo adalah daftar rekening-rekening beserta saldo yang menyertainya.
Neraca saldo yang benar menuntut kesamaan keseluruhan jumlah pendebitan
dengan keseluruhan jumlah pengkreditan.

5. Jurnal penyesuaian

Jurnal penyesuaian disusun untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:


- Melaporkan semua pendapatan yang diperoleh selama periode akuntansi.
- Melaporkan semua belanja yang terjadi selama periode akuntansi.
- Melaporkan dengan akurat nilai aktiva pada tanggal neraca. Sebagian nilai aktiva
pada awal periode telah terpakai selama satu periode akuntansi yang dilaporkan.

- Melaporkan secara akurat kewajiban (utang) pada tanggal neraca. Dalam hal ini
pembiayaan sebenarnya sudah terjadi, tetapi belum dibayar.

6. Neraca saldo setelah penyesuaian

Prosedur akuntansi berikutnya adalah penyusunan neraca saldo setelah


penyesuaian, yaitu neraca saldo yang disusun setelah membuat jurnal-jurnal
penyesuaian. Dengan demikian, saldo-saldo rekening yang terdapat dalam neraca
saldo setelah penyesuaian adalah saldo rekening-rekening setelah baru ini juga
dimasukkan dalam neraca saldo setelah penyesuaian.

7. Laporan keuangan

Berdasarkan PasaL 232 dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, laporan keuangan
pemda terdiri atas:

- Laporan realisasi anggaran


- Neraca
- Laporan arus kas

- Catatan atas laporan keuangan

8. Jurnal penutup

Proses penutupan rekening temporer terdiri atas tiga tahap; tahap pertama menutup
rekening pendapatan ke rekening ikhtisar surplus defisit atau surplus/defisit, tahap
kedua menutup rekening belanja ke rekening ikhtisar surplus defisit atau
surplus/defisit, dan tahap ketiga menutup rekening ikhtisar surplus defisit ke rekening
ekuitas dana atau R/K Pemda.

9. Neraca saldo setelah tutup buku

Tahap terakhir dari siklus akuntansi adalah penyusunan neraca saldo setelah
penutupan. Neraca saldo setelah tutup buku berisi ringkasan saldo rekening-
rekening, hanya saja saldo tersebut adalah setelah pembuatan jurnal penutup.
Karena proses penutupan rekening temporer mentransfer saldo rekening-rekening
pendapatan dan biaya ke rekening ekuitas dana, maka dalam neraca saldo setelah
tutup buku tidak akan dijumpai rekening-rekening temporer tersebut. Kalaupun ada,
saldonya akan bernilai nol.

Dengan disusunnya neraca saldo setelah tutup buku ini, akan tampak bahwa rekening-
rekening pemda atau satuan kerja sudah siap untuk digunakan kembali pada periode
akuntansi berikutnya. Rekening-rekening nominal sudah kembali nol, sedangkan rekening-
rekening riil menyajikan jumlah yang benar-benar menjadi aset/aktiva, utang, dan ekuitas
dana atau rekening koran pemda.

Penerapan SAPD dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Paradigma pengelolaan keuangan daerah ini menuntut lebih besarnya akuntabilitas adanya
transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah ini maka diperlukan alat untuk
mengelolannya yaitu akuntansi.

Pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangannya dikatakan mencapai efektivitas apabila


penyelesaian kegiatan/proyek pemerintah bisa tepat pada waktunya dan didalam batas
anggaran yang tersedia, atau dengan kata lain telah mencapai tujuan dan sasaran seperti
yang direncanakan sebelumnya.

Jadi dapat disimpulkan efektivitas keuangan daerah adalah:

- Penyelesaian kegiatan tepat waktu


- Penyelesaian kegiatan sesuai batas anggaran tersedia
- Pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan rencana
- Jika menyimpang dari rencana tapi memberi dampak menguntungkan bagi pihak
penerima sasaran manfaat maka bisa disebut juga efektif.

Informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi pemerintah daerah ini akan digunakan
untuk pengambilan keputusan, tindakan dan kebijakan-kebijakan untuk mencapai tujuan dan
sasaran pengelolaan keuangan daerah. Perencanaan yang baik didukung oleh informasi
yang memadai dan baik pula, maka Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dapat menunjang
efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah.

DAFTAR PUSTAKA

Pengadaan.web.id. 2019. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah SAPD.


https://www.pengadaan.web.id/2019/10/sistem-akuntansi-pemerintah-daerah-sapd.html.
(Diakses pada tanggal 15 November 2020)
Academia.edu. Makalah SAPD. https://www.academia.edu/26922946/Makalah_SAPD.
(Diakses pada tanggal 15 November 2020)

Academia.edu. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah.


https://www.academia.edu/13520056/Sistem_Akuntansi_Pemerintah_Daerah. (Diakses
pada tanggal 16 November 2020)

Accurate.id. Akuntansi Keuangan Daerah. https://accurate.id/akuntansi/akuntansi-keuangan-


daerah/. (Diakses pada tanggal 16 November 2020)

Anda mungkin juga menyukai