Anda di halaman 1dari 20

SUMBER PENDAPATAN DAN PENGELUARAN NEGARA

SERTA PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN


PERTANGGUNGJAWABAN APBN

Dosen Pengampu:
Asepma Hygi Prihastuti, SE,M.Ak,Ak,CA

Disusun oleh:
ALMUALIF (11810611962)

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI V A AKUNTANSI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020
KATA PENGANTAR
‫بِس ِْم هللاِ ال َّر حْ مٰ ِن ال َّر ِحي ِْم‬

Alhamdulillah penulis ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayah-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
tepat pada waktunya. penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah mendukung proses pembuatan makalah ini.
Makalah ini di susun sebagai sarana mahasiswa untuk pembelajaran, dan
merupakan sarana bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu serta pengetahuan
mengenai mata kuliah Akuntansi Pemerintahan.
Penulis menyadari pada makalah ini masih terdapat kesalahan serta
kekurangannya. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan masukan atau
kritik serta saran demi penyempurnaan makalah ini untuk kedepannya. Akhirnya,
semoga makalah ini bisa turut andil dalam mencerdaskan generasi muda bangsa, dan
dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun para pembaca.

Pekanbaru, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................1

C. Tujuan penulisan...................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Sumber Pendapatan Negara..................................................................4

B. Jenis Pembelanjaan Negara dari APBN dan APBN.............................6

C. Pelaksanaan APBN dan APBD............................................................9

D. Pengawasan Pelaksanaan APBN dan APBD........................................11

E. Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN dan APBD..........................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................16

B. Saran.....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anggaran adalah merupakan hal yang paling penting yang harus ada di
dalam pemerintahan. Karena anggaran merupakan cara yang dilakukan oleh
organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya
pada kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas. Pemerintah ingin agar
kekayaan yang dimiliki negara dapat diberikan kepada seluruh masyarakat,
tetapi sering kali keinginan tersebut terhambat oleh terbatasnya sumber daya
yang dimiliki. Di sinilah fungsi dan peran penting anggaran. Anggaran
merupakan suatu laporan yang memuat penerimaan dan pembelanjaan negara/
daerah. Di dalam laporan tersebut ditetapkan target-target yang hendak
dicapai pemerintah dalam penerimaan pendapatan dan pengeluaran.
Kebijakan-kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah dituangkan di
dalam anggaran tersebut.
Setiap tahunnya proses penyusunan anggaran sering kali menjadi isu
sorotan utama masyarakat. Karena APBN selalu menjadi indikator
perekonomian negara selama tahun berikutnya. Sehingga, APBN selalu
menjadi suatu dasar apakah masyarakat akan semakin sejahtera atau tidak.
Untuk mencapai hal tersebut, diperlukanlah pengetahuan proses penyusunan
APBN dan APBD yang efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa
rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Apa saja sumber pendapatan negara ?
2. Apa saja jenis pembelanjaan negara dari APBN dan APBD ?
3. Bagaimana pelaksanaan APBN dan APBD?

1
4. Bagaimana pengawasan pelaksanaan APBN dan APBD?
5. Bagaimana pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD?

2
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa tujuan
penulisan pada makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja sumber pendapatan negara
2. Untuk mengetahui apa saja jenis pembelanjaan negara dari APBN dan
APBD
3. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan APBN dan APBD
4. Untuk mengetahui bagaimana pengawasan pelaksanaan APBN dan
APBD
5. Untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
dan APBD

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sumber Pendapatan Negara
Sumber pendapatan sebuah negara ada bermacam-macam,
setidaknyaada tiga sumber pendapatan negara yaitu pajak, non-pajak, dan
hibah. Sebelum kita membahas lebih mendalam tentang sumber pendapatan
negara. Alangkah lebih tepat jika kita mengetahui apa itu pendapatan negara.
Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuanagan Negara
disebutkan bahwa pendapatan negara adalah semua penerimaan yang berasal
dari perpajakan, penerimaan negara bukan pajak serta penerimaan hibah dari
dalam dan luar negeri.
Pengertian di atas sudah menjelaskan bahwa sumber penerimaan
negara ada tiga sektor utama. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai sumber
penerimaan negara, berikut ini adalah jenis sumber penerimaan negara:
1. Pajak
Sumber pendapatan negara yang pertama berasal dari pajak. Pajak
adalah balas jasa yang diberikan masyarakat kepada pemerintah atas
fasilitas-fasilitas yang kita nikmati untuk hidup layak disuatu negara1.
Sumber pendapatan negara yang berasal dari pajak dibagi dalam tujuh
sektor yaitu pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan
atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, pajak ekspor, pajak
perdagangan internasional serta bea masuk dan cukai.
Besaran tarif pajak sudah ditentukan oleh undang-undang perpajakan
yang berlaku. Umumnya pajak mulai dikenakan saat seseorang sudah
memiliki penghasilan dengan besaran tertentu.
2. Sumber pendapatan negara non pajak
Adapun sumber pendapatan negara non pajak terdiri dari keuntungan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pengelolaan sumber daya alam,
pinjaman, barang sitaan, percetakan uang atau sumbangan. Berikut
beberapa contohnya :
1
Rimsky K. Judiseno, 2004, Perpajakan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hlm. 50

4
a. Sumber penerimaan dari barang –barang yang dikuasai pemerintah.
Barang-barang yang dikuasai negara ini kemudian disewakan kepada
pihak swasta, yang kemudian hasil dari uang sewa tersebut masuk ke
kas negara.
b. Perusahaan yang melakukan monopoli atau oligopoli ekonomi.
Seperti disebutkan, salah satu sumber pendapatan negara non pajak
adalah keuntungan BUMN. Perusahaan negara biasanya bersifat
monopoli dan besar. Contohnya seperti PERTAMINA.
c. Harta terlantar
Yaitu harta yang dianggap tidak lagi bertuan dan tidak ada yang
mengklaimnya. Maka negara berhak mengumumkan jika tidak ada
ahli waris yang mendatangi dan mengambil haknya dalam kurun
waktu tertentu, maka harta tersebut menjadi milik negara.
d. Denda yang dijatuhkan untuk kepentingan umum.
Denda yang dimaksud adalah hukuman berupa sitaan atau pembayaran
yang telah disepakati besarannya. Untuk barang sitaan biasanya akan
dilelang untuk kemudian hasilnya masuk dalam kas negara.
e. Retribusi dan pungutan lainnya.
3. Hibah
Sumber pendapatan negara selanjutnya adalah hibah. Hibah adalah
pemberian yang diberikan kepada pemerintah tapi bukan bersifat
pinjaman. Pengertian hibah adalah pemberian dengan pengalihan hak
milik atas hartanya yang jelas, yang ada semasa hidupnya, kepada pihak
lain.2 Hibah sifatnya sukarela dan diberikan tanpa ada kontrak khusus.
Dana bantuan yang didapat biasanya dipeuntukan bagi pembiayaan
pembagunan. Seperti bantuan hibah oleh sebuah perusahaan untuk
pembangunan sebuah jembatan di suatu daerah. Selain dalam negeri hibah
juga bisa berasal dari luar negeri. Lembaga internasional yang pernah

2
Syaikh Muhammad Bin Shaleh at-’Utsaimin, 2008, Panduan Wakaf, Hibah, dan Wasiat,
Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi’i, hlm. 105

5
memberi bantuannya pada Indonesa antara lain Bank Dunia, Asean
Development Bank, dan International Monetary Fund.

B. Jenis Pembelanjaan Negara Dari APBN dan APBD


Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. Belanja negara dipergunakan untuk keperluan
penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Belanja negara sangat berperan
penting dalam usaha mencapai kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu sudah
seharusnya rakyat mengawasi belanja negara dalam penyelenggaraan tugas
pemerintah agar dapat digunakan secara optimal untuk melayani rakyat dalam
usaha mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera sesuai yang
diamanatkan oleh UUD 1945. Untuk mengawasi belanja negara, maka
masyarakat juga perlu tahu apa saja jenis-jenis belanja negara yang berasal
dari uang mereka sendiri yang dipungut oleh pemerintah melalui berbagai
cara yang ditentukan oleh Undang-undang dan peraturan-peraturan.
Pasal 11 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara menetapkan klasifikasi jenis belanja negara terdiri dari Belanja
Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Bunga, Subsidi, Hibah, Bantuan
Sosial, Belanja Iain-Iain dan Belanja Daerah. Penjelasan mengenai jenis-jenis
belanja tersebut adalah sebagai berikut:
1. Belanja Pegawai
Pengeluaran yang merupakan kompensasi terhadap pegawai baik
dalam bentuk uang atau barang, yang harus dibayarkan kepada pegawai
pemerintah di dalam maupun di luar negeri baik kepada pejabat negara,
Pegawai Negeri Sipil dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah
yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah

6
dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan
modal.
2. Belanja Barang
Pengeluaran untuk menampung pembelian barang dan jasa yang habis
pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang
tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk
diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja
ini terdiri dari belanja barang dan jasa, belanja pemeliharaan dan belanja
perjalanan dinas.
3. Belanja Modal
Pengeluaran anggaran yang digunakan, dalam rangka memperoleh
atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih
dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi
aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset Tetap
tersebut dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan
kerja bukan untuk dijual.
4. Pembayaran Bunga Utang
Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran bunga (interest) yang
dilakukan atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal outstanding)
baik utang dalam maupun luar negeri yang dihitung berdasarkan posisi
pinjaman jangka pendek atau jangka panjang. Jenis belanja ini khusus
digunakan dalam kegiatan dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan
Perhitungan.
5. Subsidi
Subsidi adalah bentuk bantuan keuangan yang diberikan kepada suatu
bisnis atau sektor ekonomi.3 Pengeluaran atau alokasi anggaran yang
diberikan pemerintah kepada perusahaan negara, lembaga pemerintah atau
pihak ketiga lainnya yang memproduksi, menjual, mengekspor atau
mengimpor barang dan jasa untuk memenuhi hajat hidup orang banyak

3
Dadang Kusnandar, 2013, Bintang Pudar di Langit Politik, Sleman: Gapura Publishing, hlm. 97

7
agar harga jualnya dapat dijangkau masyarkat. Belanja ini antara lain
digunakan untuk penyaluran subsidi kepada masyarakat melalui
BUMN/BUMD dan pemsahaan swasta.
6. Hibah
Pengeluaranpemerintah berupa transfer dalam bentuk uang, barang
atau jasa, bersifat tidak wajib yang secara spesifik telah ditetapkan
peruntukannya dan tidak mengikat serta tidak terus menerus kepada
pemerintahan negara lain, pemerintah daerah, masyarakat dan organisasi
kemayarakatan serta organisasi intemasional.
7. Bantuan Sosial
Transfer uang atau barang yang diberikan kepada masyarakat guna
melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial. Bantuan sosial
dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga
kemasyarakatan termasuk didalamnya bantuan untuk lembaga non
pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan. Pengeluaran ini dalam
bentuk uang/ barang atau jasa kepada masyarakat yang bertujuan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat, bersifat tidak terus menerus dan
selektif.
8. Belanja Lain-lain
Pengeluaran/belanja pemerintah pusat yang sifat pengeluarannya tidak
dapat diklasifikasikan ke dalam pos-pos pengeluaran diatas.Pengeluaran
ini bersifat tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak
terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan pemerintah.
9. Belanja Daerah (Transfer Ke Daerah)
Bagian belanja pemerintah pusat berupa pembagian dana APBN
kepada pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah
yang besarnya berdasarkan perhitungan-perhitungan berdasarkan kriteria-
kriteria yang ditetapkan dengan Undang-undang dan peraturan-peraturan.

8
Belanja daerah terbagi atas dua kelompok besar yaitu Dana
Perimbangan, merupakan Pengeluaran/alokasi anggaran untuk pemerintah
daerah berupa dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi
khusus yang ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah, dan Dana
Otonomi Khusus dan Penyesuaian, merupakan Pengeluaran/alokasi
anggaran untuk pemerintah daerah berupa dana otonomi khusus dan dana
penyesuaian yang ditujukan untuk keperluan pemerintah daerah.
Mekanisme belanja pemerintah pusat diatur dan ditetapkan oleh
Kementerian Keuangan, sedangkan belanja daerah mengikuti mekanisme
yang ditetapkan oleh masing-masing.

C. Pelaksanaan APBN dan APBD


Pada pemerintah pusat, pelaksanaan APBN dimulai dengan
diterbitkannya Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran/DIPA. Segera setelah suatu
tahun anggaran dimulai (1 Januari), maka DIPA harus segera diterbitkan
untuk dibagikan kepada satuan-satuan kerja sebagai pengguna anggaran pada
kementerian/lembaga. Seperti pada pemerintah pusat, pada pemerintah daerah
juga harus menempuh cara yang sama dengan sedikit tambahan prosedur.
Setelah terbit Peraturan Daerah tentang APBD, SKPD wajib menyusun
Dokumen Pelaksanaan Anggaran/DPA. Dengan demikian maka fleksibilitas
penggunaan anggaran diberikan kepada Pengguna Anggaran. DPA disusun
secara rinci menurut klasifikasi organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan
jenis belanja disertai indikator kinerja. Dokumen ini disertai dengan rencana
penarikan dana untuk mendanai kegiatan dan apabila dari kegiatan tersebut
menghasilkan pendapatan maka rencana penerimaan kas (pendapatan) juga
harus dilampirkan.
Jika DPA bagi kementerian/lembaga sudah dapat dijadikan dokumen
untuk segera melaksanakan anggaran Pemerintah Pusat, pada pemerintah
daerah masih diperlukan Surat Penyediaan Dana (SPD). SPD merupakan
suatu dokumen yang menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan

9
kegiatan. SPD ini diperlukan untuk memastikan bahwa dana yang diperlukan
melaksanakan kegiatan sudah tersedia pada saat kegiatan berlangsung. Setelah
DPA dan SPD terbit, maka masing-masing satuan kerja wajib melaksanakan
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
Selanjutnya atas pelaksanaan kegiatan oleh satuan kerja, ada dua
sistem yang terkait dengan pelaksanaan anggaran, yaitu sistem penerimaan
dan sistem pembayaran.
1. Sistem Penerimaan
Seluruh penerimaan negara/daerah harus disetor ke Rekening Kas
Umum Negara/Daerah dan tidak diperkenankan digunakan secara
langsung oleh satuan kerja yang melakukan pemungutan (Azas Bruto).
Oleh karena itu, penerimaan wajib disetor ke Rekening Kas Umum
selambat-lambatnya pada hari berikutnya. Dalam rangka mempercepat
penerimaan pendapatan, Bendahara Umum Negara/Daerah (BUN/BUD)
dapat membuka rekening penerimaan pada bank. Bank yang bersangkutan
wajib menyetorkan penerimaan pendapatan setiap sore hari ke Rekening
Kas Umum Negara/Daerah.
2. Sistem Pembayaran
Belanja membebani anggaran negara/daerah setelah barang/jasa
diterima. Oleh karena itu terdapat pengaturan yang ketat tentang sistem
pembayaran. Dalam sistem pembayaran terdapat dua pihak yang terkait,
yaitu Pengguna Anggaran/Barang dan BUN/BUD.

Terdapat dua cara pembayaran, yaitu pembayaran yang dilakukan


secara langsung oleh BUN/BUD kepada yang berhak menerima pembayaran
atau lebih dikenal dengan sistem Langsung (LS). Pembayaran dengan sistem
LS dilakukan untuk belanja dengan nilai yang cukup besar atau di atas jumlah
tertentu. Cara lainnya adalah dengan menggunakan Uang Persediaan (UP)
melalui Bendahara Pengeluaran. Pengeluaran dengan UP dilakukan untuk
belanja yang nilainya kecil di bawah jumlah tertentu untuk membiayai
keperluan sehari-hari perkantoran. Pelaksanaan anggaran dilakukan dengan

10
mengikuti suatu sistem dan prosedur akuntansi. Sistem ini diperlukan untuk
tujuan tiga hal, yaitu:

1. Untuk menetapkan prosedur yang harus diikuti oleh pihak-pihak yang


terkait sehingga jelas pembagian kerja dan tanggung jawab diantara
mereka.
2. Untuk terselenggarakannya pengendalian intern dalam menghindari
terjadinya penyelewengan.
3. Untuk menghasilkan laporan keuangan pemerintah yang sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

D. Pengawasan Pelaksanaan APBN dan APBD


Pada era reformasi ini berbagai peraturan perundang-undangan terkait
dengan reformasi di bidang pengelolaan keuangan negara dan otonomi daerah
juga berimplikasi terhadap sistem pengawasan atas pengelolaan keuangan
negara. Misalnya dalam penjelasan UU No. 15 Tahun 2004 yang antara lain
dinyatakan bahwa untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK
dapat memanfaatkan hasil pekerjaan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP). Hal ini memperlihatkan strategisnya peran pengawasan sistem
pengelolaan keuangan negara.
Selain itu, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), APIP juga berfungsi
untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPIP, sehingga dalam hal ini
APIP dapat melakukan pengawasan intern melalui:
1. Audit, adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang
dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan
standar audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
efektivitas, efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan
fungsi Instansi Pemerintah. Audit internal terbagi atas dua jenis, yaitu:
Audit kinerja, merupakan audit atas pengelolaan keuangan negara dan

11
pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang menilai aspek
kehematan, efisiensi, dan efektivitas.
a. Audit kinerja atas pengelolaan keuangan negara antara lain:
1) Audit atas penyusunan dan pelaksanaan anggaran;
2) Audit atas penerimaan, penyaluran, dan penggunaan dana; dan
3) Audit atas pengelolaan aset dan kewajiban.
b. audit kinerja atas pelaksanaan tugas dan fungsi antara lain audit atas
pencapaian sasaran dan tujuan kegiatan. Audit dengan tujuan tertentu,
mencakup audit yang tidak termasuk dalam audit kinerja, antara lain
audit investigatif, audit atas penyelenggaraan SPIP, dan audit atas hal-
hal lain di bidang keuangan.
2. Reviu, adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk
memastikan bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan.Berkaitan
dengan penyusunan laporan keuangan pemerintah, APIP berfungsi untuk
melakukan reviu laporan keuangan pemerintah baik Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Kementerian
Negara/Lembaga (LKKL) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD) sebelum diserahkan kepada BPK untuk diperiksa.
3. Evaluasi, adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi
suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan,
dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.
4. Pemantauan, adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau
kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5. Kegiatan pengawasan lainnya, antara lain berupa sosialisasi mengenai
pengawasan, pendidikan dan pelatihan pengawasan, pembimbingan dan
konsultansi, pengelolaan hasil pengawasan, dan pemaparan hasil
pengawasan. Kegiatan audit, reviu, evaluasi, dan pemantauan merupakan

12
kegiatan yang berkaitan langsung dengan penjaminan kualitas (quality
assurance) penyelenggaraan fungsi pemerintah.
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) terdiri atas:
a. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan
negara atas kegiatan tertentu yang meliputi:
1) Kegiatan yang bersifat lintas sektoral atau merupakan kegiatan
yang dalam pelaksanaannya melibatkan dua atau lebih kementerian
negara/ lembaga atau pemerintah daerah yang pengawasannya
tidak dapat dilakukan oleh APIP lainnya karena keterbatasan
kewenangannya.
2) Kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara; dan
3) Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.
b. Inspektorat Jenderal atau nama lain pada tingkat kementerian negara/
lembaga yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern;
Inspektorat Jenderal melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian negara/
lembaga yang didanai dengan APBN.
c. Inspektorat Provinsi;
Inspektorat Provinsi melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan
dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja
perangkat daerah provinsi yang didanai dengan APBD Provinsi.
d. Inspektorat Kabupaten/Kota.
Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap seluruh
kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja
perangkat daerah yang didanai dengan APBD kabupaten/kota.
APIP sering juga disebut auditor internal dan bertanggungjawab
terhadap pemerintah, yang mana BPKP bertanggungjawab terhadap Presiden,
Inspektorat Jenderal bertanggungjawab terhadap Menteri/Ketua Lembaga,

13
Inspektorat Provinsi bertanggungjawab terhadap Gubernur dan Inspektorat
Kabupaten/Kota bertanggungjawab terhadap Bupati/Walikota. Hasil
pengawasan yang dilakukan harus dilaporkan dan diserahkan kepada
pimpinan masing-masing. Namun, walaupun demikian, dalam pelaksanaan
tugas pengawasan, APIP harus independen, obyektif, menaati kode etik dan
sesuai dengan standar audit/pengawasan.
Selain pengawasan yang dilakukan oleh APIP, sesuai dengan fungsi
DPR/DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat, pengawasan juga dapat
dilakukan oleh DPR/DPRD. Namun, pengawasan keuangan negara/daerah
yang dilakukan oleh DPR/DPRD memiliki nilai yang sangat strategis,
khususnya dalam menjamin terlaksanya kebijakan keuangan negara/daerah
secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel, seperti
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah dan peraturan perundang-undangan lainnya, baik yang berkaitan
dengan APBN/APBD serta kebijakan Pemerintah lainnya dalam
melaksanakan program pembangunan.

E. Pertanggungjawaban APBN dan APBD


Pemerintah wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan
APBN/APBD, baik dalam bentuk laporan keuangan (financial accountability)
maupun laporan kinerja (performance accountability). Laporan keuangan
disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),
sedangkan Laporan Kinerja disusun sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang
mengatur tentang Laporan Kinerja instansi pemerintah.
Pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan
keuangan. Laporan keuangan yang disampaikan ke DPR/DPRD adalah
laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK. Laporan keuangan yang
telah diaudit ini selambat-lambatnya disampaikan kepada DPR/DPRD
selambat-lambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir. Laporan
keuangan tersebut setidak-tidaknya terdiri dari :

14
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan atas Laporan Keuangan

Laporan keuangan sebagaimana di atas disampaikan ke DPR/DPRD


dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan keuangan selama
satu tahun anggaran. Selain laporan keuangan tersebut, juga dilampirkan
ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara/daerah dan satuan kerja lainnya
yang pengelolaanya diatur secara khusus, seperti: Badan Layanan Umum
(BLU).

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sumber pendapatan negara berasal dari tiga sektor utama yaitu, pajak,
non-pajak, dan hibah. Pengeluaran negara umumnya digunakan untuk
berbagai keperluan masyarakat, seperti pembangunan nasional ataupun
bantuan sosial kemasyarakat. Setiap uang yang keluar dan masuk kas negara
perlu dilakukan pengawasan yang ketat dan harus ada pertanggungjawaban
B. Saran
Pengelolaan keuangan negara harus betul-betul dimaksimalkan untuk
kepentingan masyarakat. Baik mulai perencanaan, pelaksanaan, pengawasan
dan pertanggungjawaban uang negara harus berorientasi kepada rakyat. Harus
ada transparansi dana yang telah dikelola demi meminimalisir terjadinya
penyelewengan.
Besar harapan penulis makalah ini mampu memberikan tambahan
referensi kepada pembaca. Ataupun kedepan dapat dijadikan sebagai acuan
untuk mengelola keuangan negara.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dadang Kusnandar. 2013. Bintang Pudar di Langit Politik. Sleman: Gapura


Publishing.

Rimsky K. Judiseno. 2004. Perpajakan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Syaikh Muhammad Bin Shaleh at-’Utsaimin. 2008. Panduan Wakaf, Hibah, dan
Wasiat, Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi’i.

17

Anda mungkin juga menyukai