Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa salah satu penopang pendapatan nasional

yaitu berasal dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70% dari seluruh

penerimaan negara. Pajak memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah negara,

tanpa pajak kehidupan negara tidak akan bisa berjalan dengan baik.

Adapun menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir

dengan Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 dalam pasal 1 berbunyi bahwa

pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara

bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan

dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan.

Persoalannya adalah pembangunan yang selama ini sudah dilakukan belum

maksimal dan untuk menjawab persoalan tersebut dapat kita kaitkan dengan

pembayaran pajak, pajak yang dibayarkan juga belum maksimal, apakah

masyarakat atau wajib pajak sudah tergolong taat dalam membayar pajak.

1
2

Menelusuri permasalahan tersebut diketahui bahwa masih rendahnya

kesadaran masyarakat atau wajib pajak dalam membayar pajak, itu didasarkan

bahwa pengetahuan masyarakat akan pajak masih sempit sehingga mereka masih

enggan untuk membayar pajak. Timbul juga opini di masyarakat bahwa pajak itu

adalah sesuatu yang negatif yang hanya akan menambah beban hidupnya, itu

karena mereka belum paham alokasi pajak yang mereka bayar untuk apa.

(Mohammad Iqbal)

Berikut ini adalah tabel kepatuhan wajib pajak dan persentase kepatuhan

nasional tahun 2008 sampai 2012:

TABEL 1.1
Perkembangan Kepatuhan Wajib Pajak dan Persentase Kepatuhan
Uraian 2012 2011 2010 2009 2008
Wajib Pajak
Terdaftar 17.659.278 17.694.317 14.101.933 9.996.620 6.341.828
Wajib SPT
SPT
Tahunan
PPh 9.482.480 9.332.626 8.202.309 5.413.114 2.097.849
Rasio
Kepatuhan 53,70% 52,74% 58,16% 54,15% 33,08%
Sumber : Laporan Keuangan Direktorat Jenderal Pajak tahun 2012

Tabel 1.1 menunjukkan masih banyak Wajib Pajak yang belum patuh

dalam menyampaikan SPT Tahunan PPh. Terjadinya pasang-surut dalam

kepatuhan untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh. Meskipun jumlah Wajib

Pajak terdaftar terus meningkat, namun tetap masih terdapat Wajib Pajak yang

belum menyampaikan SPT Tahunan PPh. Sehingga penyampaian SPT Tahunan

PPh tidak sesuai dengan jumlah Wajib Pajak terdaftar wajib SPT. Pada tahun
3

2012 Wajib Pajak Terdaftar Wajib SPT berjumlah 17.659.278, tetapi yang patuh

untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh hanya 9.482.480 atau 53,70% dari

jumlah Wajib Pajak yang terdaftar. Bahkan di tahun 2011 rasio kepatuhan

cenderung menurun 5,42% menjadi 52,74% dari tahun 2010 sebesar 58,16%

dibandingkan dengan perkembangan rasio dari tahun 2008 hingga 2010 yang

selalu meningkat. Hal ini sangat tidak diinginkan, mengingat negara sangat

membutuhkan pendapatan dari sektor pajak.

Menurut Devos (2007) “taxpayer compliance play an important role in the

compliance behaviour of taxpayers” (Devos, K.,2007; vol. 10, no. 2). Tanpa

adanya kepatuhan dari pembayar pajak, maka optimalisasi penerimaan pajak tidak

akan berjalan optimal.

Berikut ini adalah tabel penyampaian SPT tahunan di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Bandung Tegallega:

TABEL 1.2
Perkembangan Jumlah Wajib Pajak dan Tingkat Kepatuhan Wajib
Pajak di KPP Pratama Bandung Tegallega
Persentase WP
Jumlah WP WP yang WP yang tidak
yang
Tahun yang menyampaikan menyampaikan
Menyampaikan
terdaftar SPT SPT
SPT
2009 35.276 32.885 2.391 93,22%
2010 37.042 31.546 5.496 85,16%
2011 41.996 32.560 9.436 77,53%
2012 47.697 34.720 12.977 72,79%
2013 53.270 34.714 18.556 65,17%
2014 54.972 33.869 21.103 61,61%

Rata-Rata 75,91%

Sumber : KPP Pratama Bandung Tegallega


4

Berdasarkan tabel 1.2 tiap tahun terjadi peningkatan jumlah wajib pajak

yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Tegallega dikarenakan adanya peraturan

bahwa semua pegawai kantor atau perusahaan harus memiliki Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP). Namun dengan adanya peraturan tersebut masih banyak

wajib pajak yang tidak patuh dapat dilihat di tabel 1.2 di kolom WP yang tidak

menyampaikan SPT setiap tahun semakin bertambah. Dari tabel 1.2 dapat dilihat

bahwa rata-rata persentase penyampaian SPT dari tahun 2009 sampai dengan

2014 sebesar 75,91%. Penyampaian SPT diatas rata-rata terjadi pada tahun 2009

sampai dengan 2011 masing-masing sebesar 93,22%, 85,16%, dan 77,53%

sedangkan dari tahun 2012 sampai dengan 2014 terjadi penurunan penyampaian

SPT yang signifikan dibawah rata-rata yaitu masing-masing sebesar 72,79%,

65,17%, dan 61,61%. Berdasarkan Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa

kepatuhan wajib pajak nasional maupun di KPP Pratama Bandung Tegallega

masih belum optimal.

Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah berusaha untuk

mengoptimalkan penerimaan dalam negeri dari sektor pajak. Upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan penerimaan pajak adalah dengan melaksanakan

reformasi perpajakan. Direktorat Jenderal Pajak dalam rangka mewujudkan

reformasi perpajakan melaksanakan program modernisasi yang komprehensif di

semua lini operasi organisasi secara rasional. Adapun latar belakang dilakukannya

modernisasi yang dilakukan oleh Dirjen Pajak adalah:

1. Citra Direktorat Jenderal Pajak yang harus diperbaiki dan

ditingkatkan.
5

2. Tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang harus

ditingkatkan.

3. Integritas dan produktivitas sebagian pegawai yang masih harus

ditingkatkan

Dalam sistem modernisasi perpajakan, pengelompokan potensi pajak

berdasar keunggulan fiskus di wilayah Wajib Pajak atau mapping dan pembuatan

profil Wajib Pajak merupakan suatu hal yang harus dilakukan oleh Kantor

Pelayanan Pajak modern, dimana dalam pembuatan profil tersebut dibutuhkan

Account Representative yang dituntut untuk lebih dekat, lebih mengenal, dan lebih

mengetahui akan kondisi Wajib Pajaknya.

Dalam meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan terhadap Wajib Pajak,

maka pada setiap Kantor Pelayanan Pajak modern dibentuk Account

Representative (AR) yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab untuk

melayani dan mengawasi kepatuhan beberapa Wajib Pajak, serta sebagai jembatan

atau penghubung antara Wajib Pajak dengan Direktorat Jenderal Pajak.

Account Representative bertindak sebagai liasion officer KPP di dalam

mengomunikasikan kewajiban dan hak wajib pajak di bidang perpajakan.

Keberadaan Account Representative, selain sebagai liasion officer, diharapkan :

1. Mampu menjamin akurasi, konsistensi, kepastian, ketepatan dan

efisiensi waktu di dalam memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak,

2. Dapat membangun hubungan yang lebih terbuka didasari saling

percaya antara Wajib Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak, sehingga


6

menciptakan peningkatan kepatuhan Wajib Pajak di dalam memenuhi

kewajiban dan haknya di bidang perpajakan. (Hutagaol 2007:22)

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.01/2006 Account

Representative (AR) adalah pegawai yang diangkat pada setiap Seksi Pengawasan

dan Konsultasi di Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengimplementasi

Organisasi Modern.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 98/KMK.01/2006

tersedianya Account Representative (AR) dijadikam sebagai ujung tombak

pelayanan dan perantara Direktorat Jendral Pajak dengan wajib pajak yang

mengemban tugas melayani setiap wajib pajak. Dengan kata lain Account

Representative (AR) mempunyai peran yang besar dalam proses pelayanan dan

pengawasan secara langsung terhadap wajib pajak untuk dapat menciptakan

kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan data diatas yang ditunjukkan dalam tabel 1.1 dan tabel 1.2

bahwa umumnya kinerja DJP dan khususnya kinerja KPP Pratama Bandung

Tegallega dalam mendorong kepatuhan wajib pajak belum optimal, hal ini

kemungkinan adalah pengabaian terhadap konsekuensi sistem Self Assessment

yang harus dibarengi oleh fungsi edukatif penyuluhan dari pihak fiskus. Oleh

karena itu sudah menjadi tugas Account Representative (AR) harus mampu

melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal terhadap wajib pajak yang

dibinanya sehingga wajib pajak akan patuh untuk menjalankan kewajiban

perpajakannya dengan baik selaku warga negara yang taat pajak.


7

”Dalam Kantor Pelayanan Pajak modern, tidak ada lagi pembagian seksi
berdasarkan jenis pajak, melainkan berdasarkan fungsi. Setiap wajib pajak
ditangani oleh petugas pajak yang disebut Account Representative. Dalam
rangka memberikan kemudahan bagi para pembayar pajak untuk
melaksanakan ketentuan Pemerintah di bidang perpajakan, Direktorat
Jenderal Pajak menjalankan sejumlah kebijakan strategis di dalam
pemungutan pajak”. (Amilin dan Nina., 2008; vol. 7, no. 2.)

Mencermati uraian diatas, dengan substansi mengenai Account

Representative pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega yang

telah mengimplementasikan Organisasi Modern, penulis tertarik untuk meneliti

sejauh mana pembentukan Account Representative yang telah ditetapkan oleh

Menteri Keuangan sejak tahun 2006 pada Kantor Pelayanan Pajak Modern, serta

berusaha untuk menelaah pengaruhnya terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Maka,

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Account

Representative (AR) Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak” (Studi Kasus di

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegalega)

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat di identifikasi

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Account Representative pada Kantor Pelayanan Pajak di

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Tegalega

2. Bagaimana tingkat kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Tegalega


8

3. Apakah Account Representative berpengaruh signifikan terhadap

kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Tegalega

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Bandung Tegallega.

2. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan

kewajiban perpajakannya di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Bandung Tegallega.

3. Untuk mengetahui Account Representative berpengaruh signifikan

terhadap kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

Pratama Bandung Tegallega.

1.4 Manfaat Penelitian

Apabila penelitian ini disampaikan atau dibaca oleh yang bersangkutan,

diharapkan dapat memberikan informasi baik secara teoritis maupun praktisi

sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah

wawasan tentang pengaruh Account Representative terhadap kepatuhan

Wajib Pajak.
9

2. Bagi KPP Pratama Tegalega

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan evaluasi bagi

pihak fiskus secara umum dan khususnya bagi KPP Pratama Tegalega

dalam pelaksanaan pengawasan Account Representative terhadap

kepatuhan wajib pajak dalam menjaga ekstensifikasi wajib pajak sehingga

dapat mengoptimalkan penerimaan pajak.

3. Bagi Wajib Pajak

Penelitian ini diharapkan dapat lebih mengintensifkan penerimaan pajak

dan untuk lebih meningkatkan kesadaran membayar pajak bagi para wajib

pajak yang telah memenuhi syarat dan membantu wajib pajak dalam

membayar pajak.

4. Bagi Pihak Lain

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan pengetahuan yang

dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada wilayah kerja di Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Tegallega Jl. Soekarno-Hatta

No. 216, Bandung pada bulan Juli 2015 sampai dengan Agustus 2015.

Anda mungkin juga menyukai