Disusun Oleh:
Arum Puspita Sari
2015950038
2
adanya keengganan auditor untuk melaporkan hasil pemeriksaannya yang mengarah
pada indikasi korupsi. Menurut Tulus (2016) Auditor setidaknya memiliki 3 peranan
dalam kecurangan, antara lain:
a. Pencegahan Kecurangan (Fraud Prevention)
b. Pendeteksian Kecurangan (Fraud Detection)
c. Penginvestigasian Kecurangan (Fraud Investigation)
Menurut Harahap (2001) dalam Tulus (2016) menyatakan bahwa berdasarkan
berbagai penelitian ternyata konsepsi Islam yang diturunkan kepada manusia oleh
Allah SWT melalui Rasulullah SAW merupakan suatu sistem way of life yang utuh,
sesuai dan tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan serta fenomena yang ada.
Islam sebagai agama dan pandangan hidup yang komprehensif tercermin pada ayat-
ayat Al Quran yang apabila dikelompokkan akan mengatur aqidah, etika, akhlak,
ibadah dan muamalah. Dalam Islam prinsip aqidah, etika, akhlak, ibadah dan
muamalah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan memiliki
ketergantungan antara satu prinsip dengan prinsip lainnya. Jika seseorang melakukan
muamalah maka dasarnya dalah nilai-nilai syariah, syariah pun dijiwai oleh nilai-nilai
aqidah atau tauhid. Apabila nilai-nilai Islam tersebut dijalankan maka akan membetuk
manusia yang memiliki budi pekerti yang luhur sehingga akan memberikan
kemaslahatan bagi semua pihak. Dalam Surat Al Baqarah ayat 282 menyatakan bahwa
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan apa yang ditulis itu, dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akal atau
lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah
wakilnya mengimlakkan dengan jujur dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
dari orang laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada dua orang laki-laki maka bolehlah
seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi yang kamu ridhoi, supaya jika
seorang lupa seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi itu enggan memberi
keterangan apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu jemu menuliskan utang
itu, baik kecil maupun besar sampai waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih
3
adil disisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
menimbulkan keraguan. (Tulislah muamalahmu itu) kecuali jika muamalahmu itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi
kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual-beli,
dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan yang
demikian itu maka sesungguhnya hal itu adalah kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah. Allah mengajarmu dan Allah maha mengetahui segala
sesuatu. Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa ternyata Al Quran telah
menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan (kitabah) dalam bertransaksi, penunjukan
seorang pencatat beserta saksinya, dasar-dasarnya dan manfaat-manfaatnya seperti
yang diterangkan oleh kaidah akuntansi yang menjadi pedoman selama ini.
4
Istilah Fraud sudah lama dikenal di kalangan auditor, khususnya oleh auditor
internal, Menurut ACFE, pelaku fraud, mayoritas (77%) adalah karyawan di enam
bagian: akuntansi, operasi, penjualan, pejabat tinggi, customer service, dan pembelian.
Semakin tinggi kedudukan pelaku fraud, semakin besar pula kerugian yang
ditimbulkan. SAS Nomor 82 mewajibkan auditor untuk menyampaikan
pertimbangannya mengenai kecurangan dalam laporan keuangan. Pengawasan yang
efektif akan dapat digunakan untuk menekan munculnya fraud. Islam sebagai agama
yang rahmatan lilalamin sangat menolak terhadap semua tindakan kecurangan. Pada
dasarnya seluruh tindakan kecurangan akan merugikan semua pihak. Seperti yang
tertuang dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 161 yang diterjemahkan sebagai
berikut Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan
perang. Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka
pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian
tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan
(pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.
5
khususnya akuntansi sektor publik, serta diharapkan dapat menambah wawasan
bagi auditor tentang pencegahan fraud.
b. Manfaat praktis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
auditor dalam melakukan pencegahan terhadap kecurangan/fraud menurut Islam.
BAB II
KAJIAN TEORI
7
mengacu pada perasaan ego individu yang merasa bahwa jika ia melakukan
kecurangan tidak akan dapat terdeteksi.
D. Keuangan Negara
Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memberi
batasan keuangan negara sebagai semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Tujuan pengelolaan keuangan negara adalah untuk menghasilkan
kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau
penguasaan obyek keuangan negara dalam rangka penyelenggaraan kehidupan
bernegara.
Pola pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan negara, dikembangkan
sejalan dengan teori keagenan (Agency Theory). Pada prinsipnya, Pemerintah
merupakan agent dari rakyat. Rakyat sebagai principal dalam hal ini diwakili oleh
DPR. Pemerintah diberi kekuasaan untuk memungut uang dari rakyat dan
membelanjakannya berdasarkan Undang-undang. Oleh karena itu pemerintah wajib
melaporkannya kepada rakyat melalui DPR. Masyarakat tentu menginginkan
pemerintahan yang bersih dari fraud/ kecurangan dan bebas dari korupsi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 Tentang
Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran
Pendapatan Belanja Negara pasal 4, Bendahara bertanggung jawab secara pribadi
atas uang yang berada dalam pengelolaannya dan wajib menyampaikan laporan
pengelolaan serta pertanggungjawaban atas uang dalam pengelolaannya.
2.2 Kajian Pustaka
Pada dasarnya pola pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan negara
dikembangkan sejalan dengan teori keagenan (Agency Theory). Dalam teori
keagenan Jensen & Meckling (Jensen, 1976) mendefinisikan hubungan keagenan
sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih (principal) menyewa orang
lain(agent) untuk melakukan beberaa jasa yang bermanfaat bagi pengambilan
keputusan manajemen. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia yang dijelaskan
oleh Eisenhardt (1989) menyebabkan informasi yang dihasilkan manusia untuk
manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya. Konflik kepentingan akan muncul
dimana agen tidak dalam kepentingan untuk memaksimakan keejahteraan principal,
tetapi cenderung untuk mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan kepetingan
pemilik. Hubungan antara msyarakat dengan pemerintah adalah seperti hubungan
8
antara prinsipal dengan agen. Masyarakat adalah prinsipal, sedangkan pemerintah
adalah agen. Masyarakat sebagai prinsipal memberikan wewenang kepada
pemerintah selaku agen untuk mengelola sumber daya yang dimiliki oleh prinsipal.
Sebagai wujud pertanggungjawaban atas wewenang yang diberikan, agen
memberikan laporan pertanggungajwaban kepada principal. Principal tidak
mengetahui persisatas aa yag dilakukan oleh agen, sehingga terjadi asimetri
informasi. Oleh karena itu untuk meyakinkan prinsipal bahwa apa yang telah
dilaporkan oleh agen adalah benar, maka peran auditor sangat membantu prinsipal.
Menurut Ardeno (2015:3) Fraud merupakan perbuatan manipulasi data dan
laporan yang dilakukan dengan sengaja untuk menyesatkan pihak lain. Niat dan
kesengajaan inilah yang membedakan fraud dengan kelalaian (negligance) dan
kekeliruan (error).
Menurut Albrecht et al (2009: 7) fraud juga memiliki nuansa tricky,
menggunakan trik-trik pengelabuhan aturan, mencari celah aturan untuk tujuan
keuntungan tertentu untuk kepentingan dirinya maupun orang lain. Fraud dilakukan
dengan cara menyembunyikan fakta-fakta bahwa fraud telah terjadi. Umumnya
untuk menyembunyikan fakta ini dilakukan dengan menggunakan teknik tertentu
sehingga tidak mudah untuk mendeteksinya.
Seperti yang kita ketahui dalam Al-Quran Surat Al-Imron ayat 104 Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung Allah telah memerintahkan hambanya untuk senantiasa
berbuat kebaikan dan harus mencegah segala sesuatu yang dilarang. Segala sesuatu
yang dilarang oleh Allah pasti memiliki alasan dan akan berakibat negatif untuk
kehidupan manusia. Ghulul merupakan istilah yang paling banyak digunakan oleh
Rasulullah dalam hadist-hadistnya yang terkait dengan perilaku korupsi atau
penggelan harta publik. Semula ghulul merupakan istilah khusus bagi penggelapan
harta rampasan perang. Kendati demikian, melihat beberapa hadist lainya, ghulul
juga terjadi ada kasus pegawai/ pejabat yang mengambil sesuatu diluar haknya yang
diatur secara resmi.
Tindakan fraud atau kecurangan merupakan suatu tindakan yang tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Menurut pandangan Islam, perbuatan
curang sangatlah dilarang Allah SWT sebagaimana telah dijelaskan dalam surat An-
Nahl ayat 105 yang menyatakan bahwa Sesungguhnya yang mengada-adakan
9
kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan
mereka itulah orang-orang pendusta. Senada dengan ayat tersebut, surat Al-Anfal
ayat 27 menyatakan bahwa Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui. Dari beberapa surat diatas, diketahui dengan jelas bahwasanya Allah
melarang adanya perbuatan yang mengandung unsur kecurangan maupun
kebohongan.
BAB III
METODE PENELITIAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Dorminey, J., A. S. Fleming., M. J. Kranacher, dan R. A. Riley. 2011. Beyond The Fraud
Triangle. Enhancing Deterrence of Economic Crimes. CPA Journal. 17-23
Kurniawan, Ardeno. 2014. Fraud di Sektor Publik dan integritas Nasional. Cetakan
Pertama. BPFE,Yogyakarta
12
Palmer, Richard diterjemahkan oleh Musnur H dan Damanhuri M. Hermeunetika Teori
Baru Mengenai Interpretasi. Cetakan Kedua. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 2005
Setiawan, Achdiar Redi, Gugus Irianto, dan M. Achsin. 2013. System-Driven (Un) Fraud:
Tafsir Aparatur Terhadap Sisi Gelap Pengelolaan Keuangan Daerah. Jurnal
Akuntansi Multiparadigma Vol.4 No.1. 2013 (On-line) http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewarticle&article=257355.pdf diakses 10 Januari 2017.
14