Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

PERANAN AUDITOR INTERNAL PADA SEKTOR PUBLIK DALAM


PENCEGAHAN KECURANGAN (FRAUD) METODE TAFSIR AL QURAN

Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Metode Penelitian Non Mainstream

Disusun Oleh:
Arum Puspita Sari
2015950038

MAGISTER ILMU AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016
BAB I
0
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sejak bergulirnya reformasi di Indonesia, tuntutan akan adanya transparansi
dan akuntabilitas terhadap pengelolaan pengelolaan keuangan publik semakin kuat.
Untuk itu pemerintah telah menyiapkan berbagai macam regulasi/ peraturan yang
dapat memperkuat struktur kelembagaan di bidang pengawasan keuangan, penanganan
korupsi dan langkah-langkah lainnya. Pada tahun 2015, Transparency International
melaporkan Indonesia menduduki ranking ke 88 dari 168 negara dengan indeks
korupsi tertinggi. Hasil survei dari Association of Certified Fraud Examiners (ACFE,
2015) menunjukkan bahwa fraud yang terjadi di sektor pemerintahan dan administrasi
publik menempati peringkat kedua setelah sektor perbankan dan jasa keuangan dengan
kasus sejumlah 229. Laporan ACFE yang menganalisis data fraud secara global dalam
bentuk laporn dua tahunan yang berjudul Report to The Nation menunjukkan bahwa
potensi fraud dalam organisasi sektor publik sangatlah tinggi. Pada tahun 2016 ACFE
melaporkan bahwa rata-rata kerugian negara akibat terjadinya fraud paling tinggi ada
di sektor publik/ level pemerintah pusat yaitu sebesar $194.000. Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Tindak Pidana Korupsi Pasal 2, ayat (1) berbunyi Setiap orang yang secara melawan
hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun. Dari penjelasan diatas jelas bahwasanya
fraud yang dilakukan pada sektor publik yang dapat merugikan keuangan negara
merupakan salah satu delik korupsi.

Institute Of Internal Auditor (IIA) sebagai lembaga tempat bernaungnya para


auditor internal menjelaskan bahwa fraud adalah tindakan ilegal apapun yang tandai
dengan penipuan, penyamaran atau pelanggaran kepercayaan agar mendapatkan uang,
aset, jasa untuk menghindari pembayaran atau untuk memperoleh keuntungan bisnis
atau pribadi. Associattion Of Certified Fraud Examiner (ACFE) mendefinisikan fraud
sebagai tindakan penipuan yang dibuat oleh seseorang atau instansi pemerintah yang
dapat mengakibatkan kerugian kepada individu atau entitas lain. Dari bagan Uniform
1
Occupational Fraud Classification System ACFE, membagi fraud kedalam tiga (3)
tipologi tindakan, yaitu : penggelapan aset (asset missapropriation), yaitu meliputi
meliputi kecurangan atau pencurian aset/harta organisasi. Asset missapropriation
merupakan fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat
dihitung. Kedua yaitu pernyataan yang salah (fraudulent missatement), fraud jenis ini
dilakukan dengan melakukan rekayasa terhadap laporan keuangan (financial
engineering) untuk memperoleh keuntungan dari berbagai pihak, penggelapan aktiva
organisasi juga dapat menyebabkan laporan keuangan organisasi tidak disajikan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan menghasilkan laba yang atraktif
(window dressing), ketiga adalah korupsi (corruption), korupsi merupakan fraud paling
sulit dideteksi karena korupsi biasanya tidak dilakukan oleh satu orang saja tetapi
sudah melibatkan pihak lain (kolusi).
Menurut Haryono Umar (2006), dengan adanya pengawasan bermanfaat untuk
meyakinkan bahwa pelaksanaan kegiatan operasional tetap berada di jalurnya. Melalui
pengawasan, pengambil keputusan akan mendapatkan masukan untuk:
a. menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan,
penyelewengan, pemborosan, hambatan dan ketidakadilan
b. mencegah terulangnya penyimpangan, penyelewengan, pemborosan,
hambatan dan ketidakadilan tersebut
c. mendapatkan cara yang lebih baik dalam melaksnakan operasional
organisasi dalam pencapaian visi dan menjalankan misi organisasi.
Prinsip dasar good governance adalah partisipasi, akuntabilitas dan
transparansi. Oleh karena itu, akuntabilitas sebagai salah satu prinsip yang menjadi
prasyarat terciptanya good governance menjadi mutlak diterapkan di Indonesia.
Dengan adanya aparatur pemerintah di Indoesia yang profesional, bersih dan
berwibawa diharapkan mampu mewujudkan good governance yang efektif (Haryono,
2006). Lembaga pengawas internal pemerintah yang dalam hal ini diduduki oleh
sekumpulan auditor pemerintah yang bertanggungjawab untuk mendapatkan
keyakinan bahwa risiko yang dihadapi oleh organisasi telah dikelola secara memadai.
Audit yang dilakukan oleh pengawas internal diarahkan untuk dapat mendeteksi
terjadinya kecurangan. Korupsi banyak dijumpai di negara berkembang yang
memiliki agregat pengawasan yang tergolong lemah serta kurang efektif. Pengawasan
yang tidak efektif dapat terjadi karena auditor bekerja tidak secara profesional serta

2
adanya keengganan auditor untuk melaporkan hasil pemeriksaannya yang mengarah
pada indikasi korupsi. Menurut Tulus (2016) Auditor setidaknya memiliki 3 peranan
dalam kecurangan, antara lain:
a. Pencegahan Kecurangan (Fraud Prevention)
b. Pendeteksian Kecurangan (Fraud Detection)
c. Penginvestigasian Kecurangan (Fraud Investigation)
Menurut Harahap (2001) dalam Tulus (2016) menyatakan bahwa berdasarkan
berbagai penelitian ternyata konsepsi Islam yang diturunkan kepada manusia oleh
Allah SWT melalui Rasulullah SAW merupakan suatu sistem way of life yang utuh,
sesuai dan tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan serta fenomena yang ada.
Islam sebagai agama dan pandangan hidup yang komprehensif tercermin pada ayat-
ayat Al Quran yang apabila dikelompokkan akan mengatur aqidah, etika, akhlak,
ibadah dan muamalah. Dalam Islam prinsip aqidah, etika, akhlak, ibadah dan
muamalah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan memiliki
ketergantungan antara satu prinsip dengan prinsip lainnya. Jika seseorang melakukan
muamalah maka dasarnya dalah nilai-nilai syariah, syariah pun dijiwai oleh nilai-nilai
aqidah atau tauhid. Apabila nilai-nilai Islam tersebut dijalankan maka akan membetuk
manusia yang memiliki budi pekerti yang luhur sehingga akan memberikan
kemaslahatan bagi semua pihak. Dalam Surat Al Baqarah ayat 282 menyatakan bahwa
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah seorang penulis di antara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya
sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan apa yang ditulis itu, dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi
sedikitpun daripada utangnya. Jika yang berutang itu orang yang lemah akal atau
lemah keadaannya atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah
wakilnya mengimlakkan dengan jujur dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
dari orang laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada dua orang laki-laki maka bolehlah
seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari saksi yang kamu ridhoi, supaya jika
seorang lupa seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi itu enggan memberi
keterangan apabila mereka dipanggil, dan janganlah kamu jemu menuliskan utang
itu, baik kecil maupun besar sampai waktu membayarnya. Yang demikian itu lebih

3
adil disisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak
menimbulkan keraguan. (Tulislah muamalahmu itu) kecuali jika muamalahmu itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi
kamu jika kamu tidak menuliskannya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual-beli,
dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan yang
demikian itu maka sesungguhnya hal itu adalah kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah. Allah mengajarmu dan Allah maha mengetahui segala
sesuatu. Dari ayat diatas dapat kita ketahui bahwa ternyata Al Quran telah
menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan (kitabah) dalam bertransaksi, penunjukan
seorang pencatat beserta saksinya, dasar-dasarnya dan manfaat-manfaatnya seperti
yang diterangkan oleh kaidah akuntansi yang menjadi pedoman selama ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Dallas, Lynne L (Tulus, 2016) menyatakan


bahwa kecurangan akuntansi yang dilakukan oleh entitas Enron, WorldCom, Xerox
dan lain sebagainya yang terjadi di USA disebabkan oleh etika dari manajemen,
standar etika yang rendah memiliki risiko kecurangan akuntansi yang tinggi. Islam
menolak terhadap semua tindakan kecurangan apapun alasannya, karena akan
merugikan semua pihak. Kecurangan (fraud) merupakan salah satu bentuk kejahatan
yang bersifat memperdaya dan perwujudannya sangat halus. Standar Audit Seksi 110
(PSA No.1) menyatakan bahwa auditor bertanggungjawab dalam merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan tentang apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan dan kecurangan.

Hasil penelitian Sengur (2012) menyatakan bahwa adanya audit eksternal


ternyata lebih efektif untuk mencegah kecurangan terhadap pelaporan keuangan
daripada kecurangan terhadap penyalahgunaan aset dan korupsi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti akan melakukan penelitian


terhadap peranan auditor internal dalam mencegah terjadinya fraud pada sektor publik
dengan menggunakan metodologi tafsir. Atas dasar pemikiran tersebut penelitian ini
diberi judul Peranan Auditor Internal Dalam Pencegahan Fraud: Metodologi
Tafsir Al-Quran

1.2 Identifikasi Masalah

4
Istilah Fraud sudah lama dikenal di kalangan auditor, khususnya oleh auditor
internal, Menurut ACFE, pelaku fraud, mayoritas (77%) adalah karyawan di enam
bagian: akuntansi, operasi, penjualan, pejabat tinggi, customer service, dan pembelian.
Semakin tinggi kedudukan pelaku fraud, semakin besar pula kerugian yang
ditimbulkan. SAS Nomor 82 mewajibkan auditor untuk menyampaikan
pertimbangannya mengenai kecurangan dalam laporan keuangan. Pengawasan yang
efektif akan dapat digunakan untuk menekan munculnya fraud. Islam sebagai agama
yang rahmatan lilalamin sangat menolak terhadap semua tindakan kecurangan. Pada
dasarnya seluruh tindakan kecurangan akan merugikan semua pihak. Seperti yang
tertuang dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 161 yang diterjemahkan sebagai
berikut Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan
perang. Barang siapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka
pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian
tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan
(pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.

1.3 Pembatasan Masalah


Pembahasan dalam penelitian ini akan dibatasi dan difokuskan pada peran
auditor dalam mencegah terjadinya. Penelitan ini dilakukan kepada auditor internal
instansi pemerintah setingkat kementerian yang bertanggungjawab langsung kepada
presiden. Auditor yang menjadi responden adalah auditor yang sudah menduduki
posisi lebih dari 2 tahun. Auditor yang sudah lebih dari 2 tahun menjabat dianggap
sudah memiliki pengalaman yang cukup terhadap pengelolaan keuangan negara.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana peran auditor dalam mencegah fraud menurut Islam?
1.5 Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana auditor internal berperan dalam mencegah terjadinya fraud
sesuai dengan perspektif Islam.

1.6 Manfaat Penelitian


Melalui penelitian ini penulis berharap ada beberapa manfaat yang dihasilkan
baik manfaat teoretis, manfaat empiris maupun manfaat praktis, yaitu :
a. Manfaat teoretis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai
literatur tambahan dan masukan bagi pengembangan teori dalam bidang akuntansi,

5
khususnya akuntansi sektor publik, serta diharapkan dapat menambah wawasan
bagi auditor tentang pencegahan fraud.
b. Manfaat praktis : Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
auditor dalam melakukan pencegahan terhadap kecurangan/fraud menurut Islam.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori


A. Definisi Auditor
Menurut Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia, auditor adalah jabatan
yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk
melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah, lembaga dan/ atau pihak
lain yang didalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipi (PNS) dengan hak
dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.
Sedangkan audit intern merupakan kegiatan yang independen dan obyektif dalam
bentuk pemberian keyakinan (assurance activities). Aktivitas auditor intern
6
ditujukan untuk memberikan jasa quality assurance terhadap informasi mengnai
kegiatan organisasi dan penyusunan pertanggungjawabannya. Menurut Haryono,
tujuan adanya audit intern adalah untuk memberikan bantuan kepada manajemen
agar dapat mencapai dan meningkatkan kinerja sebagaimana telah ditetapkan oleh
organiasi.
B. Definisi Fraud
Definisi fraud menurut BPK RI (2007) adalah sebagai satu jenis tindakan
melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan
cara menipu. Dalam melakukan fraud ada unsur perbuatan yang dilakukan secara
sengaja, sadar, ada niat untuk menyalahgunakan segala sesuatu yang dimiliki oleh
organisasi, seperti: penggelapan atas penerimaan negara dan kecurangan atas
belanja pemerintah. Sehingga fraud berbeda dengan kesalahan yang tidak disengaja
(unintentional error).
C. Fraud Diamond
Studi awal yang dilakukan oleh Cressey (1953) merumuskan tiga faktor
penyebab terjadinya kecurangan, yaitu: rasionalisasi (rasionalization), kesempatan
(opportunity), dan tekanan (pressure) yang dikenal dengan konsep Fraud Triangle.
Sementara studi yang dilakukan oleh ACFE (2010) yang diperkuat oleh Dorminey et
al. (2012) menyempurnakan studi Cressey sebelumnya. Penyempnaannya ada pada
faktor tekanan dan penambahan faktor capability. ACFE menyatakan ada empat
faktor penyebab terjadinya kecurangan, yaitu: rasionalization, opportunity, tekanan
situasional (situasional pressure) dan capability dan dikenal sebagai teori The Fraud
Diamond. Tekanan situasional digunakan untuk memperluas istilah tekanan yang ada
di Fraud Triangle. Dalam Fraud Triangle tekanan yang dimaksud hanya sebatas
tekanan berupa uang. Sedangkan dalam konsep Fraud Diamond, tekanan yang
dimaksud bisa bermacam-macam dan tidak hanya terbatas pada uang. Dorminey et
al. (2011) menyatakan bahwa tekanan situasional terdiri dari beberapa faktor. Faktor-
faktor tekanan situasional penyebab kecurangan ini dikenal dengan MICE (money,
ideology, coercion, dan ego). Faktor uang (money) mengacu pada tekanan finansial
yang dialami pelaku sehingga membuat ia melakukan kecurangan. Sementara faktor
ideologi yang dimaksud adalah bahwa pelaku menganggap perilakunya melakukan
kecurangan itu adalah untuk kebaikan yang lebih besar. Koersi (coersion) yang
dimaksud adalah adanya satu pihak yang yang memberikan contoh, mengintimidasi,
mengancam dan memaksa pihak lain untuk melakukan kecurangan. Sedangkan ego

7
mengacu pada perasaan ego individu yang merasa bahwa jika ia melakukan
kecurangan tidak akan dapat terdeteksi.
D. Keuangan Negara
Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memberi
batasan keuangan negara sebagai semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang
yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut. Tujuan pengelolaan keuangan negara adalah untuk menghasilkan
kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau
penguasaan obyek keuangan negara dalam rangka penyelenggaraan kehidupan
bernegara.
Pola pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan negara, dikembangkan
sejalan dengan teori keagenan (Agency Theory). Pada prinsipnya, Pemerintah
merupakan agent dari rakyat. Rakyat sebagai principal dalam hal ini diwakili oleh
DPR. Pemerintah diberi kekuasaan untuk memungut uang dari rakyat dan
membelanjakannya berdasarkan Undang-undang. Oleh karena itu pemerintah wajib
melaporkannya kepada rakyat melalui DPR. Masyarakat tentu menginginkan
pemerintahan yang bersih dari fraud/ kecurangan dan bebas dari korupsi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 Tentang
Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran
Pendapatan Belanja Negara pasal 4, Bendahara bertanggung jawab secara pribadi
atas uang yang berada dalam pengelolaannya dan wajib menyampaikan laporan
pengelolaan serta pertanggungjawaban atas uang dalam pengelolaannya.
2.2 Kajian Pustaka
Pada dasarnya pola pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan negara
dikembangkan sejalan dengan teori keagenan (Agency Theory). Dalam teori
keagenan Jensen & Meckling (Jensen, 1976) mendefinisikan hubungan keagenan
sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih (principal) menyewa orang
lain(agent) untuk melakukan beberaa jasa yang bermanfaat bagi pengambilan
keputusan manajemen. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia yang dijelaskan
oleh Eisenhardt (1989) menyebabkan informasi yang dihasilkan manusia untuk
manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya. Konflik kepentingan akan muncul
dimana agen tidak dalam kepentingan untuk memaksimakan keejahteraan principal,
tetapi cenderung untuk mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan kepetingan
pemilik. Hubungan antara msyarakat dengan pemerintah adalah seperti hubungan

8
antara prinsipal dengan agen. Masyarakat adalah prinsipal, sedangkan pemerintah
adalah agen. Masyarakat sebagai prinsipal memberikan wewenang kepada
pemerintah selaku agen untuk mengelola sumber daya yang dimiliki oleh prinsipal.
Sebagai wujud pertanggungjawaban atas wewenang yang diberikan, agen
memberikan laporan pertanggungajwaban kepada principal. Principal tidak
mengetahui persisatas aa yag dilakukan oleh agen, sehingga terjadi asimetri
informasi. Oleh karena itu untuk meyakinkan prinsipal bahwa apa yang telah
dilaporkan oleh agen adalah benar, maka peran auditor sangat membantu prinsipal.
Menurut Ardeno (2015:3) Fraud merupakan perbuatan manipulasi data dan
laporan yang dilakukan dengan sengaja untuk menyesatkan pihak lain. Niat dan
kesengajaan inilah yang membedakan fraud dengan kelalaian (negligance) dan
kekeliruan (error).
Menurut Albrecht et al (2009: 7) fraud juga memiliki nuansa tricky,
menggunakan trik-trik pengelabuhan aturan, mencari celah aturan untuk tujuan
keuntungan tertentu untuk kepentingan dirinya maupun orang lain. Fraud dilakukan
dengan cara menyembunyikan fakta-fakta bahwa fraud telah terjadi. Umumnya
untuk menyembunyikan fakta ini dilakukan dengan menggunakan teknik tertentu
sehingga tidak mudah untuk mendeteksinya.
Seperti yang kita ketahui dalam Al-Quran Surat Al-Imron ayat 104 Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung Allah telah memerintahkan hambanya untuk senantiasa
berbuat kebaikan dan harus mencegah segala sesuatu yang dilarang. Segala sesuatu
yang dilarang oleh Allah pasti memiliki alasan dan akan berakibat negatif untuk
kehidupan manusia. Ghulul merupakan istilah yang paling banyak digunakan oleh
Rasulullah dalam hadist-hadistnya yang terkait dengan perilaku korupsi atau
penggelan harta publik. Semula ghulul merupakan istilah khusus bagi penggelapan
harta rampasan perang. Kendati demikian, melihat beberapa hadist lainya, ghulul
juga terjadi ada kasus pegawai/ pejabat yang mengambil sesuatu diluar haknya yang
diatur secara resmi.
Tindakan fraud atau kecurangan merupakan suatu tindakan yang tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Menurut pandangan Islam, perbuatan
curang sangatlah dilarang Allah SWT sebagaimana telah dijelaskan dalam surat An-
Nahl ayat 105 yang menyatakan bahwa Sesungguhnya yang mengada-adakan

9
kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan
mereka itulah orang-orang pendusta. Senada dengan ayat tersebut, surat Al-Anfal
ayat 27 menyatakan bahwa Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu
mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu
mengetahui. Dari beberapa surat diatas, diketahui dengan jelas bahwasanya Allah
melarang adanya perbuatan yang mengandung unsur kecurangan maupun
kebohongan.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Tafsir Al Quran Sebagai Pendekatan Penelitian


Al Quran merupakan sumber ajaran Islam yag berfungsi sebagai petunjuk serta
furqan yaitu menjadi pembeda antara yang hak dan yang bathil. Untuk dapat
memahami pesan-pesan yang terkandung dalam Al Quran diperlukan sebuah
metodologi yang disebut dengan ilmu tafsir. Dalam ilmu tafsir berkembang dua
metode, yaitu tafsir bil matsur dan tfsir bir ray. Manurut Al Farmawi metode tafsir
bir ray dibagi dalam 4 metode, yaitu tahlili, ijmali, muqarin, dan maudhui. Dalam
penelitian ini tafsir yang akan digunakan yaitu metode mudhui yaitu metode
menafsirkan Al Quran dengan cara menghimpun ayat-ayat Al Quran dari berbagai
surat yang berkaitan dengan topik tertentu yang telah ditetapkan (Buchori, 2012).
Penelitian ini menggunakan metode maudhui yang bersifat deskriptif, eksploratif
serta analitis.

3.2 Sumber Data


Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh melalui jawaban atas wawancara, observasi serta dokumentasi. Wawancara
melalui tanya jawab kepada para auditor tentang apa yang pernah mereka lakukan
dalam rangka mencegah terjadinya fraud. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan
10
cara melihat dan merasakan langsung kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh auditor
internal. Dokumentasi diperlukan sebagai bukti atas apa yang diungkapkan dalam
wawancara dan observasi seperti contoh laporan hassil audit yang pernah diterbitkan,
serta laporan kegiatan yang telah dilakukan oeh auditor dalam kurun waktu 1 (satu)
tahun anggaran.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar (Sugiyono, 2016). Teknik pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara langsung dan mendalam dengan informan. Informasi yang
didapatkan dari setiap informan kemudian dikembangkan sebagai bahan menggali
informasi dari informan yang lain secara bergulir. Disamping itu peneliti
mengumpulkan beberapa dokumentasi atas catatan keuangan (pembukuan) yang
dibuat oleh para pengelola keuangan.
Wawancara dan observasi tersebut dilakukan kepada auditor internal yang
bekerja pada Instansi pemerintah. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
2 bulan, mulai tanggal 1 Maret sampai dengan 30 April 2017.

3.4 Analisis Data


Analisis data dalam penelitian kualitatif akan dilangsungkan bersamaan
dengan pengumpulan data berlangsung di lapangan dan setelah selesai pengumpulan
data dalam periode tertentu (Sugiyono, 2016). Pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Apabila jawaban dari
informan setelah dianalisis tidak memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan dengan
memberikan pertanyaan lagi sampai pada tahap tertentu peneliti menganggap bahwa
data yang diperoleh sudah dianggap kredibel. Miles dan Huberman (1984)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh.
Dalam menafsirkan Al Quran terdapat berbagai metode yang dapat digunakan
sesuai dengan kebutuhan peneliti, penelitian kali ini menggunakan metode tafsir
maudhui. Melalui metode maudhui ini akan didapatkan jawaban Al-Quran secara
tuntas tetang suatu persoalan, dapat memberikan pemahaman yang komprehensif
serta terhindar dari kesan kontradiksi dari ayat-ayat Al-Quran.

11
DAFTAR PUSTAKA

Cressey, D. 1953. Other Peoples Money: a Study in the Social Psychology of


Embezzlement. Glencoe, IL: Free Press

Didi Junaedi. 2016. Mengenal Lebih Dekat Metode Tafsir Maudlui.


http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=98534 diakses
25 Januari 2017

Dorminey, J., A. S. Fleming., M. J. Kranacher, dan R. A. Riley. 2012. The Evolution of


Fraud Theory. Issues in Accounting Education Vol.27, No. 2: 555-579.

Dorminey, J., A. S. Fleming., M. J. Kranacher, dan R. A. Riley. 2011. Beyond The Fraud
Triangle. Enhancing Deterrence of Economic Crimes. CPA Journal. 17-23

Haryono Umar. 2006. Strategic Control. Penerbit Trisakti. Jakarta

. 2016. Corruption The Devil. Penerbit Trisakti. Jakarta Cet. 1

Kamayanti, Ari. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Akuntansi. Cetakan ke dua.


Yayasan Rumah Penelaah, Jakarta.

Kurniawan, Ardeno. 2014. Fraud di Sektor Publik dan integritas Nasional. Cetakan
Pertama. BPFE,Yogyakarta

Kurniawan, Ardeno. 2015. Korupsi Di Indonesi: Keuangan Negara, Birokrasi Dan


Pengendalian Intern. Cetakan Pertama. BPFE. Yogyakarta

12
Palmer, Richard diterjemahkan oleh Musnur H dan Damanhuri M. Hermeunetika Teori
Baru Mengenai Interpretasi. Cetakan Kedua. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 2005

Marcelina, 2013. Pengaruh Kompetensi, Indeendensi, Dan Profesionalisme Terhadap


Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan (Fraud),
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=98354 diakses
26 Januari 2017

Santoso, Urip. 2008. Pengaruh Penerapkan Akuntansi Sektor Publik Terhadap


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam Mencegah Fraud,
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=47618 diakses
25 Januari 2017

Setiawan, Achdiar Redi, Gugus Irianto, dan M. Achsin. 2013. System-Driven (Un) Fraud:
Tafsir Aparatur Terhadap Sisi Gelap Pengelolaan Keuangan Daerah. Jurnal
Akuntansi Multiparadigma Vol.4 No.1. 2013 (On-line) http://id.portalgaruda.org/?
ref=browse&mod=viewarticle&article=257355.pdf diakses 10 Januari 2017.

Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan


Negara.Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47. Sekretariat Negara
Republik Indonesia, Jakarta.

Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan


Negara. Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 5. Sekretariat Negara Republik
Indonesia, Jakarta.

Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Lembaran Negara RI
Tahun 2004 Nomor 66. Sekretariat Negara Republik Indonesia, Jakarta.

Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013


Tentang Kedudukan dan Tanggung Jawab Bendahara Pada Satuan Kerja
Pengelola Anggaran Pendapatan Belanja Negara . Lembaran Negara RI Tahun
2004 Nomor 66. Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Jakarta.

Stalebrink,O.J dan J.F. Sacco. 2007. Rationalization Of Financial Statement Fraud In


Government: An Austrian Perspective. Critical Perspective on Accounting Vol.
13
18, pp.489-507 (On-line),
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1045235406000190.pdf
diakses 11 Januari 2016.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke-23. Penerbit Alfabeta,


Bandung.

14

Anda mungkin juga menyukai