Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

EVALUASI STRATEGI & KINERJA

Dosen : Suwandi

Disusun Oleh :

Muhamad David 1812110287

INSTITUT INFORMATIKA & BISNIS


DARMAJAYA
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
MANAJEMEN
2020
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………...i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………........ii
BAB I : PENDAHULUAN
A.         LATAR BELAKANG…………………………………………………...1

B.          TUJUAN………………………………………………………………...1

BAB II : ISI/PEMBAHASAN
A.          MACAM-MACAM HAK PEKERJA…………………………………..2

B.           ETIKA KERJA………………………………………………………….5

C.           PRINSIP ETIS DALAM BEKERJA…………………………………...6

D.          WHISTLE BLOWING…………………………………………………7

BAB III : PENUTUP


A.          KESIMPULAN…………………………………………………………9

B.           KRITIK DAN SARAN…………………………………………………9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… .10


BAB I
PENDAHULUAN
A.          LATAR BELAKANG
      
Salah satu elemen penting dalam dunia usaha adalah masalah ketenagakerjaan, karena tenaga
kerja adalah penggerak sektor usaha yang memerlukan perhatian khusus dalam penanganannya
dan pekerja adalah salah satu sumber daya terpenting bagi perusahaan. Kita dapat berkaca dari
Negara China, dimana China sebagai pesaing Indonesia pada awalnya unggul di bidang tenaga
kerja murah karena memberikan upah buruh jauh dibawah upah buruh yang berlaku di Indonesia,
namun belakangan ini justru secara umum berada diatas Indonesia. Biaya operasional di China
relatif rendah bukan semata-mata karena rendahnya upah buruh, melainkan karena adanya upaya
meningkatkan efisiensi dan produktifitas, atau korea selatan yang tidak mempunyai sumber daya
alam yang memadai, namun pendapatan perkapitanya bias mencapai 20.000 dollar AS, berkat
ketrampilan pekerjanya.
Sejak awal abad ke-20, masalah ketenagakerjaan mendapatkan perhatian yang lebih besar
dibandingkan sebelumnya, karena manusia sudah tidak dipandang lagi sebagai barang dagangan,
tetapi sebagai makhluk yang mempunyai harga diri dan keinginan. Munculnya perhatian tersebut
diantaranya dipicu karena berkembangnya manajemen ilmiah yang mengulas tentang tenaga
kerja, kemajuan serikat-serikat pekerja serta campur tangan pemerintah dalam mendorong
pengusaha untuk memperhatikan soal ketenagakerjaan.
A.          TUJUAN
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk memgetahui seperti apa hak-hak seorang pekerja
dalam etika berbisnis.
BAB II
ISI/PEMBAHASAN
A.    MACAM-MACAM HAK PEKERJA
1.     Hak atas Pekerjaan
Hak atas pekerjaan merupakan suatu hak asasi manusia. Karena, pertama, sebagai mana
dikatakan John Locke, kerja melekat pada tubuh manusia. Kerja adalah aktivitas tubuh dan
karena itu  tidak bisa dilepaskan atau dipikirkan lepas dari tubuh manusia. Karena tubuh adalah
milik kodrati atau asasi setiap orang, dan karena itu tidak bisa dicabut, dirampas, atau diambil
darinya, maka kerja pun tidak bias dicabut, dirampas, atau diambil dari seseorang. Maka,
sebagaimana halnya tubuh dan kehidupan merupakan salah satu hak asasi manusia, kerja pun
merupakan salah satu hak asasi manusia. Bersama hak atas hidup dan tubuh, hak atas kerja
dimiliki manusia hanya karena dia adalah manusia. Ia melekat pada manusia sebagai manusia
sejak lahir dan seorangpun tak dapat merampasnya.
Kedua, kerja merupakan perwujudan diri manusia. Melalui kerja, manusia merealisasikan
dirinya sebagai manusia dan sekaligus membangun hidup dan lingkungannya yang lebih
manusiawi. Melalui kerja manusia menentukan hidupnya sendiri sebagai manusia mandiri.
Ketiga, hak atas kerja juga merupakan salah satu hak asasi manusia karena kerja berkaitan
dengan hak atas hidup, bahkan hak atas hidup yang layak. Hanya dengan dan melalui kerjanya
manusia dapat hidup dan juga dapat hidup secara layak sebagai manusia. Karena dengan
pentingnya, hak ini lalu dikodifikasi dalam hukum positif oleh Negara tertentu. Indonesia
misalnya, dengan jelas mencantumkan, dan berarti menjamin sepenuhnya, hak atas pekerjaan ini.
Pasal 27, ayat 2, UUD 1945 dengan tegas menyatakan bahwa “ Tiap-tiap warga Negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Ini berarti negara kita mengakui
dan menjamin hak atas pekerjaan sebagai hak asasi (demi kemanusiaan), dan juga karena hak ini
berkaitan dengan penghidupan yang layak sebagai manusia. Ini menunjukkan bahwa jauh
sebelum Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia PBB, yang juga menganggap hak atas
pekerjaan sebagai suatu hak asasi manusia, Indonesia telah mengakui hak atas pekerjaan sebagai
suatu hak asasi yang dimiliki setiap warga. [1]
2.     Hak atas Upah yang Adil
Hak atas upah yang adil merupakan hak legal yang diterima dan dituntut seseorang sejak ia
mengikat diri untuk bekerja pada suatu perusahaan. Karena itu perusahaan yang bersangkutan
mempunyai kewajiban untuk memberikan upah yang adil. Dalam hak atas upah yang adil ada
tiga hal yang harus ditegaskan.
     Pertama, bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan upah. Artinya, setiap pekerja berhak
untuk dibayar. Ini merupakan tuntutan yang harus dipenuhi. Dalam kerangka keadilan komutatif
ini merupakan hak sempurna, yaitu hak yang dituntut untuk dipenuhi perusahaan dan bahkan
setiap pekerja berhak memaksa perusahaan untuk memenuhinya.
     Kedua, setiap orang tidak hanya berhak memperoleh upah, tetapi juga berhak untuk
memperoleh upah yang adil, yaitu upah yang sebanding dengan tenaga yang telah
disumbangkannya.
     Ketiga, hak atas upah yang adil adalah bahwa pada prinsipnya tidak boleh ada perlakuan yang
berbeda atau diskriminatif dalam soal pemberian upah kepada semua karyawan. Dengan kata
lain, harus berlaku prinsip upah yang sama untuk pekerjaan yang sama. Maksudnya, tidak boleh
ada tingkat upah yang berbeda-beda antara satu pekerja dengan pekerja yang lain untuk bidang
pekerjaan yang sama, kecuali atas dasar pertimbangan yang rasional dan objektif dan dari segi
moral dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka dan transparan. [2]
3.     Hak untuk Berserikat dan Berkumpul
Ada dua dasar moral yang penting dari hak untuk berserikat dan berkumpul ini. Pertama,ini
merupakan salah satu wujud utama dari hak atas kebebasan yang merupakan salah satu hak asasi
manusia. Dasar filosofisnya, manusia adalah makhluk sosial yang selalu menurut dan
berdasarkan kodratnya cenderung berkumpul dan berserikat dengan sesamanya. Karena itulah
hak pekerja untuk berserikat dan berkumpul merupakan salah satu hak asasi manusia yang harus
dijamin. Melarang dan melanggar hak ini berarti merendahkan martabat manusia, khususnya
sebagai makhluk sosial. Kedua, sebagaimana telah dikatakan diatas, dengan hak untuk berserikat
dan berkumpul, pekerja dapat bersama-sama secara kompak memperjuangkan hak mereka yang
lain, khususnya hak atas upah yang adil. Dengan berserikat dan berkumpul, posisi mereka
menjadi kuat dan karena itu tuntutan wajar mereka dapat lebih diperhatikan, yang pada
gilirannya berarti hak mereka akan lebih bias dijamin. Tanpa hak berserikat dan berkumpul,
mereka akan sulit bersatu dan itu berarti posisi mereka menjadi lemah. Konsekuensinya, hak-hak
mereka sulit ditegakkan. Karena itu, setiap pekerja berhak dan dijamin haknya untuk bergabung
dengan sesame pekerjaan lainnya dalam sebuah serikat pekerja dan secara bersama berhak
mengadakan tawar-menawar dengan pihak perusahaan.
Catatan penting yang perlu diberikan disini adalah bahwa para manejer puncak diharapkan
untuk menjadi katalisator  penting dalam perjuangan menegakkan hak pekerja ini.
4.     Hak atas Perlindungan Keamanan dan Kesehatan
Setiap perusahaan/ organisasi wajib menyediakan jaminan kesehatan dan melindungi setiap
pekerjanya, terutama untuk perusahaan yang mengandung risiko cukup tinggi. Upaya perusahaan
dapat berupa penyediaan masker dan helm pelindung, memelihara lingkungan tempat kerja,
penyediaan alat pemadam kebakaran serta memberikan jaminan asuransi kesehatan.[3]
5.     Hak untuk Diproses Hukum Secara Sah
Hak ini terutama berlaku ketika seseorang pekerja dituduh dan diancam dengan hukuman
tertentu karena diduga melakukan pelanggaran atau kesalahan tertentu. Dalam hal ini, pekerja
tersebut wajib diberi kesempatan untuk mempertanggung jawabkan tindakannya. Ia wajib diberi
kesempatan untuk membuktikan apakah ia melakukan kesalahan seperti dituduhkan atau tidak.
Konkretnya, kalau ia tidak bersalah ia wajib diberi kesempatan untuk membela diri. Jadi, dia
harus di dengar pertimbangannya, alasannya, saksi yang mungkin bias dihadapkannya, atau
kalau dia bersalah dia harus diberi kesempatan untuk mengaku secara jujur dan minta maaf.
Ini berarti, baik secara legal maupun moral perusahaan tidak diperkenankan untuk menindak
seseorang karyawan secara sepihak tanpa mencek atau mendengarkan pekerja itu sendiri.
Tindakan sepihak dengan memecat pekerja itu misalnya, merupakan tindakan yang sewenang-
wenang dan melanggar hak dan martabat setiap pekerja, setiap manusia. Siapapun karyawan itu,
dia harus didengar dan harus pula bisa membuktikan posisinya dengan saksi dan bukti yang
dapat dipertanggungjawabkan.[4]
6.     Hak untuk Diperlakukan Secara Sama
Dengan hak ini mau ditegaskan bahwa semua pekerja, pada prinsipnya, harus diperlakukan
secara sama. Artinya, tidak boleh ada diskriminasi dalam perusahaan entah berdasarkan warna
kulit, jenis kelamin, etnis, agama, dan semacamny, baik dalam sikap dan perlakuan, gaji, maupun
peluang untuk jabatan, pelatihan atau pendidikan lebih lanjut. Tentu tetap saja ada perbedaan di
sana sini, tetapi perbedaan dalam gaji dan peluang misalnya, harus didasarkan pada criteria dan
pertimbangan yang rasional, objektif, dan dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka,
misalnya atas dasar kemampuan, pengalaman, prestasi, kondite, dan semacamnya. Diskriminasi
yang didasarkan pada jenis kelamin, etnis, agama, dan semacamnya adalah perlakuan yang tidak
adil.
7.     Hak atas Rahasia Pribadi
Merupakan hak individu untuk menentukan seberapa banyak informasi mengenai dirinya
yang boleh diungkapkan kepada pihak lain, artinya pekerja dijamin haknya untuk tidak
mengungkapkan sesuatu yang dianggap sangat pribadi, namun dengan catatan tidak
membahayakan kepentingan orang lain.[5]
8.     Hak atas Kebebasan Suara Hati
Hak ini menuntut agar setiap pekerja harus dihargai kesadaran moralnya. Ia harus dibiarkan
bebas mengikuti apa yang menurut suara hatinya adalah hal yang baik. Konkretnya, pekerja tidak
boleh dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu yang dianggapnya tidak baik.
B.     ETIKA KERJA
Etika kerja merupakan rumusan penerapan nilai-nilai etika yang berlaku di lingkungannya,
dengan tujuan untuk mengatur tata karma aktivitas para karyawannya agar mencapai tingkat
efisiensi dan produktivitas yang maksimal. Etika perusahaan menyangkut hubungan perusahaan
dan karyawannya sebagai satu kesatuan dalam lingkungannya, etika kerja menyangkut hubungan
kerja antara perusahaan dan karyawannya, dam etika perorangan mengatur hubungan antar
karyawan.
            Menurut AB Susanto terdapat tiga faktor utama yang memungkinkan terciptanya iklim
etika dalam  perusahaan, yaitu :
1.         Terciptanya budaya perusahaan secara baik.
2.         Terbangunnya suatu kondisi organisasi berdasarkan saling percaya.
                 3.    Terbentuknya manajemen hubungan antar pegawai.
 
Dengan menggunakan etika bisnis sebagai dasar prilaku dalam bekerja, baik digunakan oleh
manajemen maupun oleh semua anggota organisasi, maka perusahaan akan mempunyai sumber
daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang berkualitas adalah yang memiliki kesehatan
moral dan mental, punya semangat dalam meningkatkan kualitas kerja di segala bidang, mampu
beradaptasi dan memiliki kreativitas tinggi, ulet dan pantang menyerah, serta berorientasi pada
produktivitas kerja.
Cara untuk membangun lingkungan etis adalah dengan memulainya di tahap puncak, para
atasan harus mengatur pola, menandakan bahwa tingkah laku etis akan mendapat dukungan dan
tingkah laku tidak etis tidak akan tolelir. Salah satu alat yang dapat digunakan perusahaan untuk
menciptakan iklim beretika dalam perusahaan adalah dengan menciptakan kode etik. Kode etik
berfungsi sebagai inspirasi dan panduan dalam bekerja, pencegahan dan disiplin, memelihara
tanggung jawab, memelihara keharmonisan, memberikan dukungan.[6] Sebagian besar
perusahaan yang ingin meningkatkan perilaku etis mereka mengembangkan kode-kode etik
untuk organisasi mereka.
                                                            
C.    PRINSIP ETIS DALAM BEKERJA
                  Dalam bekerja setidaknya kita bisa mendasarkan pada prinsip dalam bekerja, yaitu :
1.      Bekerja dengan ikhlas,
2.      Bekerja dengan tekun dan bertanggung jawab,
3.      Bekerja dengan semangat dan disiplin,
4.      Bekerja dengan kejujuran dan dapat dipercaya,
5.      Berkemampuan dan bijaksana,
6.      Bekerja dengan berpasangan,
7.      Bekerja dengan memperhatikan kepentingan umum.
Masalah yang dapat timbul yang berhubungan dengan etika dalam bekerja yaitu berupa
diskriminasi, konflik kepentingan dan penggunaan sumber-sumber perusahaan.
     Diskriminasi
terjadi bila pekerja merasa diperlakukan tidak sama, misalkan karena perbedaan ras, etnis,
agama, usia, status perkawinan atau jenis kelamin serta keanggotaan serikat buruh atau afiliasi
politik.
  Konflik Kepentingan
Suatu konflik atas kepentingan dapat timbul bila pekerja mempunyai, secara langsung
maupun tidak langsung kepentingan pribadi di dalam mengambil suatu keputusan, dimana
keputusan tersebut seharusnya diambil secara objektif, bebas dri keragu-raguan dan demi
kepentingan terbaik dari perusahaan. Konflik kepentingan muncul saat kepentingan pribadi
pegawai mendorongnya melakukan tindakan yang mungkin bukan merupakan tindakan yang
terbaik bagi perusahaan, dan tidak selalu berkaitan dengan masalah uang.
    Penggunaan Sumber-sumber Perusahaan
Adalah beberapa aktivitas mungkin akan memberikan keuntungan karyawan secara
perorangan, yang tidak diketahui atau disetujui oleh atasan anda. Hal ini dapat berupa :
1.      Pemakai atau menyalah-gunakan milik perusahaan untuk pemakaian pribadi atau keuntungan
pribadi.
2.      Secara fisik mengubah atau merusak milik perusahaan tanpa izin yang sesuai.
3.      Menghilangkan milik perusahaan atau memakai jasa layanan perusahaan tanpa persetujuan dari
manjemen sebelumnya.
D.    WHISTLE BLOWING
Whistle blowing adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang atau beberapa orang karyawan
untuk membocorkan kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada
pihak lain. [7] tujuan whistle blowing adalah untuk meperbaiki atau mencegah suatu tindakan
yang merugikan.
Ada dua macam whistle blowing, yaitu :
1.      Whistle blowing internal. Ini terjadi dalam lingkup internal perusahaan, dimana yang melakukan
kecurangnan adalah individu di dalam perusahaan, kemudian dilaporkan ke atasan yang
bersangkutan, karena tindakannya dapat merugikan perusahaan.
2.      Whistle blowing eksternal. Ini terjadi jika yang melakukan kecurangan adalah perusahaannya,
dimana akibat yang ditimbulkannya berdampak negatif pada masyarakat, sehingga pekerja
mengungkapkan kecurangan tersebut kepada khalayak umum. Secara umum ini merupakan
indikasi mengenai adanya kegagalan serius dalam sistem komunikasi internal perusahaan, karena
perusahaan tidak mempunyai kebijakan atau prosedur yang jelas yang memungkinkan pegawai
menyampaikan pertimbangan –pertimbangan moral mereka di luar perintah yang standar.
BAB III
PENUTUP
A.          KESIMPULAN
Jadi berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa macam-macam hak
pekerja adalah hak atas pekerjaan, hak atas upah yang adil, hak untuk berserikat dan berkumpul,
hak atas perlindungan keamanan dan kesehatan, hak untuk diproses hukum secara sah, hak untuk
diperlakukan sama, hak atas rahasia pribadi, dan hak atas kebebasan suara hati. Etika kerja
merupakan rumusan penerapan nilai-nilai etika yang berlaku di lingkungannya. dengan tujuan
untuk mengatur tata karma aktivitas para karyawannya agar mencapai tingkat efisiensi dan
produktivitas yang maksimal. Dalam bekerja setidaknya kita bisa mendasarkan pada prinsip
dalam bekerja, yaitu  Bekerja dengan ikhlas, Bekerja dengan tekun dan bertanggung jawab,
Bekerja dengan semangat dan disiplin, Bekerja dengan kejujuran dan dapat dipercaya,
Berkemampuan dan bijaksana, Bekerja dengan berpasangan, Bekerja dengan memperhatikan
kepentingan umum. Masalah yang dapat timbul yang berhubungan dengan etika dalam bekerja
yaitu berupa diskriminasi, konflik kepentingan dan penggunaan sumber-sumber perusahaan.
B.           KRITIK DAN SARAN
Demikianlah isi pembahasan dari makalah ini,  namun sebagai manusia yang tidak
sempurna kami menyadari bahwa ada banyak kesalahan-kesalahan serta kekurangan-kekurangan
yang terdapat didalamnya baik dalam dari segi isi, pengetikan, dan kesalahan-kesalahan lain
yang terjadi, untuk itu beribu ma’af kami harapkan, kiranya bisa dimaklumi.
      Namun demikian, segala masukkan, tanggapan, saran serta kritikkan yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikkan dimasa depan. Terima kasih..!!
DAFTAR PUSTAKA
DR. Erni R. Ernawan: 2007, Bussines  Ethics, Bandung, Alfabeta Bandung
DR. A. Sonny Keraf : 1998, Etika Bisnis, KANISIUS.

Anda mungkin juga menyukai