Disusun Oleh:
Kelompok 12
Kelompok 12
i
DAFTAR ISI
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana permasalahan keagenan (Agency Problem)?
2. Apa itu voluntary disclosure?
3. Bagaimana teori upper eselon?
4. Apa saja komponen IC?
5. Bagaimana karakteristik perusahaan di emerging market?
6. Bagaimana dominasi corporate governance di Indonesia?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui perasalahan keagenan (Agency Problem)
2. Memahami tentang voluntary disclosure
3. Mengetahui teori upper eselon
4. Mengetahui komponen IC
5. Mengetahui karakteristik perusahaan di emerging market
6. Mengetahui dominasi corporate governance di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
Corporate governance di Indonesia yang masih didorong peran dari OJK (OJK 2014), Sementara
itu, untuk mendorong perusahaan mempraktikkan tata kelola perusahaan yang baik, hal-hal yang
berkaitan dengan praktik tata kelola perusahaan diatur oleh undang-undang dan peraturan.
Misalnya, penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik dari Emiten dan Perusahaan Publik
didasarkan pada peraturan yang dikeluarkan oleh OJK. Penerapan prinsipprinsip tata kelola
perusahaan yang baik oleh Emiten dan Perusahaan Publik didasarkan pada kepatuhan terhadap
peraturan, yang pada akhirnya mendorong mereka untuk menginternalisasi praktik tata kelola yang
baik. Namun, tidak semua aspek tata kelola perusahaan yang baik dapat diubah menjadi peraturan,
karena dapat mengakibatkan beban pelaksanaan yang sangat berat bagi Emiten dan Perusahaan
Publik. Ini karena kemampuan perusahaan untuk menerapkan peraturan bervariasi dan tergantung
pada sektor industri dan ukuran perusahaan. Oleh karena itu, pendekatan terhadap penerapan tata
kelola perusahaan yang baik melalui peraturan menjadi tidak fleksibel.
Penyelesaian memang melalui penerapan tata kelola (OJK, 2014) yang baik oleh Emiten dan
Perusahaan Publik, pendekatan "comply or explain" dapat digunakan. Menerapkan akses ini akan
meningkatkan konfirmasi jika ketentuan tersebut diwajibkan oleh hukum. "comply or explain"
telah menjadi praktik umum di tingkat internasional dalam penerapan tata kelola perusahaan yang
4
baik. Diperlukan, terutama untuk pertama kalinya, digunakan untuk Emiten dan Perusahaan Publik
yang akan menjadi referensi utama untuk pendekatan "comply or explain". Kedua, ada peraturan
yang mewajibkan Emiten dan Perusahaan Publik untuk mengungkapkan kepatuhan tata kelola,
dan jika mereka tidak dapat mematuhinya, mereka harus dapat menjelaskan alasannya (OJK,
2014).
Good corporate governance adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang
menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku kepentingan (Monks, 2003). Ada dua poin yang
ditekankan dalam konsep ini: pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh
informasi secara tepat waktu dan benar; kedua, kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan
secara akurat, tepat waktu, transparan untuk semua informasi kinerja perusahaan dan pemangku
kepentingan (Kaihatu, 2006).
5
anggota dewan memberikan perspektif yang lebih luas, dan yang meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dewan pengambilan keputusan strategis. Ini akan membantu mereka menghasilkan
kualitas tindakan yang diambil oleh perusahaan (lihat Talke, Salomo, & Rost, 2010; Wincent,
Anokhin, & Örtqvist, 2010). Oleh karena itu, keragaman atribut demografi sementara
mempengaruhi hasil organisasi juga harus mempengaruhi kinerja IC perusahaan (Williams, 2000;
Swartz & Firer, 2005). Teoretisi yang bergantung pada sumber daya berpendapat bahwa ICS
(Abeysekera, 2010) pada gilirannya mengarah pada peningkatan kinerja IC.
2.4. Komponen IC
Komponen IC yang diterima secara luas di antara para peneliti, yaitu HC, SC (atau organisasi
kapital) dan hubungan (atau pelanggan) modal (RC) (Bontis et al., 2015; Nimtrakoon, 2015; Wang,
2014). Bontis et al., (2015) menyatakan bahwa IC memiliki tiga komponen: (1) modal manusia,
yang mencakup pengetahuan individu karyawan; (2) modal struktural, yang meliputi budaya arus
informasi dan basis data; dan (3) modal pelanggan, yang merupakan potensi untuk memanfaatkan
hubungan pelanggan yang baik serta perusahaan, jaringan bisnis eksternal.
IC (Nimtrakoon, 2015) telah dilihat sebagai penggerak nilai kunci dari perusahaan yang
beroperasi dalam ekonomi baru dan telah menjadi faktor yang paling kuat bagi
perusahaanperusahaan tersebut dalam meningkatkan kompetensi kompetitif mereka dan mencapai
kesuksesan perusahaan (C. J. Wang, 2008). Kebutuhan dan manfaat dari IC untuk perusahaan di
sektor intensif pengetahuan, termasuk teknologi tinggi dan industri jasa cukup besar; karenanya,
mereka cenderung berinvestasi secara substansial di IC.
Dalam mengintensifkan ekonomi dan pengetahuan global, inovasi menjadi faktor paling penting
untuk pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. IC adalah pendorong utama inovasi, pembaruan
strategis, pertumbuhan dan kinerja perusahaan, baik di tingkat mikroekonomi dan makroekonomi
(Bontis, 1999, Webster, 2000). Perusahaan inovatif menggunakan efisiensi IC untuk
mengembangkan inovasi produk dan proses. Selanjutnya, inovasi dalam kegiatan pemasaran juga
merupakan hasil dari IC. la juga dikenal sebagai sumber daya pengetahuan yang intensif, dan bisnis
yang kompetitif menempatkan lebih banyak sumber daya pada inovasi melalui kegiatan penelitian
dan pengembangan (R & D). Selain fakta bahwa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
inovasi adalah dasar untuk pengembangan pembangunan, banyak negara telah mencirikan strategi
pengembangan di mana salah satu prioritasnya adalah transformasi ekonomi menjadi inovasi.
Transformasi ini terutama didasarkan pada produktivitas dan pemanfaatan IC.
Meski dalam praktiknya Indonesia sudah LOI dengan IMF dalam menerapkan corporate
governance, tetapi dalam melengkapi struktur sebagai komponen kerasnya belum keseluruhan
emiten IDX. Meski komponen lunak KKNG sudah mengeluarkan dan ditunjang dengan (OECD,
2015) perubahan Bapepam diganti dengan OJK, hasil pertemuan G20 Indonesia sebagai anggota
juga diperkuat dengan pertumbuhan pasar modal sebagai emerging market.
Karakteristik yang untuk model indonesia dijelaskan oleh Lukviarman (2016) menggunakan
sistem Tata Kelola Perusahaan mengikuti model Eropa Kontinental dan bukan kategori sistem
yang didominasi pasar. Klaim tersebut didasarkan pada 4 karakteristik berikut:
a. Indonesia mengadopsi hukum tradisi Sipil Perancis yang ditemukan dan digunakan oleh
banyak negara Eropa kontinental.
b. Menggunakan sistem two-tier board, yaitu Dewan Direksi dan Dewan Komisaris,
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas.
c. Perusahaan di Indonesia, bahkan yang sudah go public, didominasi oleh struktur
kepemilikan terkonsentrasi (dominasi struktur kepemilikan terkonsentrasi).
d. Menggunakan sumber pembiayaan perusahaan yang sebagian besar berasal dari
pembiayaan eksternal seperti melalui lembaga perbankan (ketergantungan berat pada
sumber eksternal pembiayaan).
Selain keempat karakteristik ini, kontrol keluarga yang kuat terhadap perusahaan publik dan
afiliasi untuk kelompok bisnis yang juga dimiliki oleh keluarga dan hubungan dekat antara
7
pengusaha dan pemerintah memperkuat argumen bahwa indikasi kuat dari sistem kontrol 'orang
dalam' berlaku untuk berbagai perusahaan di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Corporate Governance perlu investasi intellectual capital yang baik untuk
mengimplementasikan seluruh perangkat di korporasi yang ada Indonesia. Karena untuk
memenuhi kesepakatan Indonesia dengan OECD dan IMF pada saat itu dan yang akan datang. Hal
yang utama adalah penguatan di perangkat lunak dan keran yang ada di korporasi untuk bisa
memberikan perlindungan hukum untuk pelaksanaan corporate governance.
8
Corporate Governance harus mampu mendorong melakukan investasi di Intellectual capital
untuk tujuan mengurangi biaya agensi. Permasalahan agensi timbul, baik yang di pengendalian
internal (the insider control system) maupun pengendalian eksternal (the outsider control system)
dalam corporate governance. Pengendalian internal melalui governance structure (GS),
governance mechanism (GM), dan governance outcomes (GO) (Lukviarman, 2016). Perangkat GS
adalah adanya RUPS, Board of Directors, dan CEO. Perangkat GM adalah ensure atau jaminan
bagi setiap investor dapat memperoleh pengembalian atas setiap yang dilakukannya (Lukviarman,
2016). Mekanisme pengendalian internal sebagai sistem peringatan awal, agar organisasi maupun
korporasi bisa back on track sebelum berbagai kesulitan yang dihadapinya mencapai tahap yang
mengkhawatirkan (Lukviarman, 2016). Mekanisme pengendalian eksternal merupakan fungsi
kontrol untuk operasi melalui pasar. Adalah cara manajer mendisiplinkan perilakunya, melalui
aktivitas capital market, product market, serta managerial labour market.
DAFTAR PUSTAKA
Rusdiyanto. Susetyorini & Umi Elan. 2019. Good Corporate Governance: Teori dan
Implementasinya di Indonesia. Bandung: PT Regika Aditama.
9
10