Anda di halaman 1dari 2

Dalam beberapa tahun terakhir, wajah dunia seakan mendapatkan pukulan berat dari banyaknya

tragedi-tragedi kemanusiaan, bisnis dan politik yang akhirnya bermuara pada derita krisis global saat
ini. Banyaknya kejadian memilukan didunia ini cenderung disebabkan oleh banyaknya pengabaian
etika dalam berbagai lini kehidupan masyarakat dunia. Salah satu lini kehidupan masyarakat dunia ini
adalah kegiatan bisnis. Kebutuhan hidup masyarakat dunia tidak mungkin terpenuhi tanpa adanya
kegiatan bisnis. Dalam sepuluh tahun terakhir, cukup banyak tragedi kehancuran bisnis yang terjadi di
dunia, tragedi ini memberi dampak penderitaan yang cukup signifikan pada kehidupan masyarakat luas dan
tak sedikit korban yang berjatuhan karenanya. Sebagian besar tragedi ini dipicu oleh adanya pengabaian
etika dalam setiap kegiatan bisnis. Secara singkat, pengabaian etika adalah dilakukannya suatu kegiatan
yang dianggap benar oleh para pengambil keputusan, namun membawa dampak merugikan atau dianggap salah
oleh pihak lain. Contoh pengabaian etika itu sendiri antara lain adalah, praktek kecurangan dalam
pembuatan laporan keuangan, penyuapan, window dressing, dan lain sebagainya. Berkaca dari
beberapa kejadian yang memilukan tesebut, para praktisi bisnis dan keuangan dunia mulai
memperluas area manajemen resiko mereka. Dari yang awalnya hanya berfokus pada area manajemen
resiko bisnis, mereka mulai menyadari bahwa mereka perlu menerapkan manajemen dalam lingkup
etika. Dalam literature, manajemen di lingkup etika ini disebut manajemen resiko etika. Dalam
Brooks (2004) dinyatakan, Para praktisi bisnis kini mulai menyadari bahwa meskipun manajemen
risiko cenderung berfokus kepada masalah-masalah non-etis, bukti yang ada menunjukkan bahwa
penghindaran bencana dan kegagalan juga memerlukan perhatian kepada masalah risiko etika.
Terjadinya perbuatan tercela dalam dunia bisnis tampaknya tidak menampakan kecenderungan
tetapi sebaliknya, makin hari semakin meningka. Tindakan mark up, ingkar janji, tidak mengindahkan
kepentingan masyarakat, tidak memperhatikan sumber daya alam maupun tindakan kolusi dan suap
merupakan segelintir contoh pengabaian para pengusaha terhadap etika bisnis. Melihat realita yang
demikian kritisnya kondisi dari berbagai lapisan kehidupan yang ada, maka salah satu yang dapat dilakukan
adalah dengan mempelajari adanya kode etik masing-masing lini dan dijalankan sesuai ketentuan
masing yang diharapkan semua aspek kehidupan dapat berjalan seimbang dengan tujuan bersama
tanpa merugikan di salah satu pihak.Pengertian profesi akuntan Menurut International Federation of
Accountants(dalam Regar,2003) yang dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang
pekerjaan yang mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan
publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang
bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik. Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah
lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari
pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultan manajemen. ode Etik Profesi Akuntansi (sebelumnya
disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh
anggota Institut Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia
–  Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang
bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Tujuan profesi akuntansi
adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat
kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut
terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:

1. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.


2. Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh pemakai
jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
3. Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
4. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional
yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

Kode Etik Profesi Akuntan Publik

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:


1. Prinsip Etika
2. Aturan Etika, dan
3. Interpretasi Aturan Etika

Prinsip Etika

a. Tanggung jawab profesi Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua
kegiatan yang dilakukannya.
b. Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
c. Integritas Untuk memelihara clan meningkatkan kepercayaan publik, Setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
d. Objektivitas Setiap anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
e. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi clan ketekunan, Berta mempunyai
kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
f. memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan
praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
g. Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kiewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
h. Perilaku Profesional Setiap Anggota harus berperilaku yang konsisten dalam reputasi profesi
yang baik clan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
i. Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-
hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas clan obyektivitas.

Anda mungkin juga menyukai