Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ZAKAT HEWAN TERNAK DAN PETERNAKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Fiqh Zakat


dan Wakaf

Dosen Pengampu Bu Ayyu Ainin Mustafidah, M. E

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Salsabila Fauziah Akhmad 212105020100

Siti Fatimah Khoirun Nisaq 214105020016

M Izzul Firmansyah 214105020020

Niareefeen Salaeh 214105020022

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD


SIDDIQ JEMBER
KATA PENGANTAR
Selama manusia itu hidup, hal yang paling sering dilupakan adalah bersyukur atas
segala hal yang telah ia peroleh dari Allah SWT. Mensyukuri nikmat Tuhan,
adalah hal yang harus kita lakukan sebagai hamba yang tidak mampu melakukan
hal apapun. Maka dari itu, marilah kita bersyukur, atas semua karunia dan berkah
kehidupan, sehingga kita bisa sampai saat ini merasakan bagian-bagian dari
bermacam nikmat Tuhan itu.

Lalu shalawat beriring salam mari kita curahkan kepada junjungan umat terbaik
yaitu Muhammad Saw, yang mana beliaulah manusia yang mustaqiem hidupnya,
dan selalu menanamkan prinsip untuk menjadi orang yang selalu berkembang
dalam setiap harinya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
Fiqh Zakat dan Wakaf yang bertema pengorganisasian dengan judul “zakat hewan
ternak dan pertanian“ tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Fiqh Zakat dan Wakaf yang diberikan kepada kami yang sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuan penulis yang didapat selama menempuh mata
kuliah ini.

Untuk itu kami selaku penyusun berterima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini terutama pada Dosen Mata Kuliah Fiqh
Zakat dan Wakaf yang telah memberikan bimbingan sehingga makalah ini dapat
saya selesaikan tepat waktu.

Selaku penyusun saya sangat mengetahui bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran yang membangun
agar saya dapat menyusun kembali menjadi lebih baik dari sebelumnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya. Akhir kata penulis mengucapkan Terima kasih.

Jember, 28 Maret 2023

ii
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................2
C. Tujuan penulisan.......................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Zakat hewan ternak...................................................................................3
B. Zakat pertanian..........................................................................................7
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..........................................................................................................12
A. Kesimpulan..............................................................................................12
B. Saran........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Zakat secara etimologi atau bahasa (lughoh) merupakan kata dari zaka
yang berarti numuww (tumbuh) ziyadah (bertambah), nama (kesuburan),
thaharah (suci), dan berkah (keberkahan). Demikian keterangan yang
ditegaskan oleh K.H Masdar Helmi. Dalam arti secara etimologi zakat
merupakan kata dasar (lafadz mashdar) dari atau zaka yang berarti suci,
berkah, tumbuh, dan terpuji yang semua arti itu sangat populer dalam
penerjemahan baik Al Qur’an maupun Hadits.

iv
Sedangkan zakat dari segi istilah fiqih berarti “sejumlah harta tertentu
yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak”. Jumlah
yang dikeluarkan dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu
menambah banyak, membuat lebih berarti dan melindungi kekayaan itu dari
kebinasaan.3 Menurut istilah fiqih, zakat adalah kadar harta tertentu yang
diberikan kepada kelompok tertentu dengan berbagai syarat tertentu.

Sedangkan dalam UU RI No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,


dijelaskan bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang
muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya
sesuai dengan syariat Islam. Oleh karena itu zakat dimaknai sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak
menerimanya. Disamping berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.

Dari berbagai definisi tentang zakat diatas dapat diambil kesimpulan


bahwa zakat adalah nama bagi kadar harta tertentu yang diserahkan pada
golongan tertentu, dimana golongan tersebut telah ditetapkan dalam kitab suci
Al Qur’an. Walaupun menggunakan istilah yang berbeda-beda, pada dasarnya
memiliki maksud yang sama yaitu kalimat yang mengeluarkan sebagian harta
dari suatu harta yang memenuhi syarat tertentu untuk diberikan kepada orng
yang berhak menerimanya.

Terdapat beberapa pembagian dalam zakat seperti zakat fitrah, zakat mal,
zakat perdagangan, zakat penghasilan, zakat emas dan perak, zakat hewan
ternak dan zakat perdagangan. Dan yang akan kami bahas dalam makalah ini
adalah zakat hewan ternak dan juga zakat pertanian.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan zakat hewan ternak?
2. Apa yang dimaksud dengan zakat pertanian?
C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui tentang zakat hewan ternak
2. Mengetahui tentang zakat pertanian

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Zakat hewan ternak


a. Hewan yang dapat dizakati

zakat dimaknai sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah


diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Disamping
berarti mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri. Dimaksud dengan hewan
ternak disini secara khusus dalam nash hadits adalah unta, sapi (kerbau),
dan domba (kambing). Dalam fiqih Islam, binatang ternak dibagi ke dalam
beberapa kelompok :

1. Pemeliharaan hewan yang ditujukan untuk memenuhi


kebutuhankebutuhan pokok atau alat produksi, semisal memelihara
kerbau yang dimanfaatkan untuk untuk kepentingan membajak sawah,
atau kuda dimanfaatkan sebagai alat transportasi (penarikan delman)
dan lain-lain.
2. Hewan yang dipelihara untuk tujuan memproduksi suatu hasil
komoditas tertentu, seperti binatang yang disewakan atau hewan
pedaging atau hewan susu perahan. Binatang semacam ini termasuk
jenis binatang ma’lufat (binatang ternak yang dikandangkan).
3. Hewan yang digembalakan untuk tujuan peternakan
(pengembangbiakan). Jenis hewan ternakan seperti inilah yang
termasuk dalam kategori aset wajib zakat binatang ternak (zakat
an’am).

Adapun syarat syarat yang wajib dipenuhi dalam zakat peternakan ini
adalah:

1. Jumlahnya mencapai nishab


2. Telah melewati masa satu tahun (haul)

vi
3. Digembalakan di tempat penggembalaan umum. Yakni tidak diberi
makan dikandangnya, kecuali jarang sekali
4. Tidak digunakan untuk keperluan pribadi pemiliknya, seperti untuk
mengangkut barang, membajak sawah dan sebaginya.

Kewajiban zakat ternak kalau sudah memenuhi 6 syarat berikut:

1. islam
2. merdeka
3. hak milik yang sempurna
4. genap satu nishab
5. genap satu tahun
6. digembalakang di padang

Empat imam mazhab sepakat tentang wajibnya zakat binatang, yaitu


unta, sapi, domba (kambing) dengan syarat telah mencapai nishab, tetap
pemiliknya, mencapai haul, dan pemiliknya adalah orang merdeka dan
muslim. Mereka juga sepakat tentang syarat penggembalaan, kecuali
Maliki yang berpendapat: Wajib zakat atas unta dan sapi yang
dipekerjakan dan domba yang dicarikan rumput, seperti wajibnya atas
hewan ternak yang digembalakan di padang rumput.

Dimaksud dengan hewan ternak di sini adalah unta, sapi atau kerbau
dan kambing atau domba. Adapun hewan ternak selain yang disebutkan
itu, seperti unggas (ayam, bebek, burung dan semacamnya) dan perikanan
tidak dikenakan zakat peternakan atasnya. Akan tetapi jika hewan tersebut
dijadikan sebagai usaha perdagangan, seperti usaha peternakan ayam,
bebek atau tambak, maka dikenakan zakat perdagangan dan berlaku segala
ketentuanketentuan zakat perdagangan.

Hewan ternak yang terkena wajib zakat harus memenuhi


ketentuanketentuan sebagai berikut:

a) Digembalakan

vii
Sengaja diurus sepanjang tahun atau dalam mayoritas satu tahun untuk
memproleh susu, daging dan hasil pengembangbiakannya. Ternak
gembalaan adalah ternak yang memperoleh makanan di lapangan
pengembalaan terbuka atau milik sendiri.

b) Tidak untuk dipekerjakan

Seperti untuk membajak, mengairi tanaman, digunakan alat


transportasi dan sebagainya.

Usaha bidang ternak terbagi menjadi dua macam yaitu ternak


gembalaan dan ternak bisnis. Ternak gembalaan (kambing, sapi, kuda)
dizakatkan setiap kali panen, sedangkan ternak bisnis produktif (burung
puyuh, itik, ayam dan sebagainya) merupakan zakat yang dianalogikan
dengan zakat hasil usaha.

b. Landasan hukum

Syekh Ahmad bin al-Hasan bin Ahmad alAsfahani mengatakan zakat


hewan ternak yang wajib ada tiga macam yaitu unta, sapi dan kambing
sebagaimana dikutip dalam matannya:

‫فأما المواشي فتجب الزكاة في ثالثة أجناس وهي اإلبل والبقر والغنم‬

Artinya: Adapun hewan ternak yang wajib di keluarkan zakanya ada tiga
jenis, yaitu unta, sapi dan kambing (Hamid, 2011).

Pada dasarnya semua hewan yang merangkak dan yang diternakan


dikenakan zakat, namun itu bukanlah yang di maksud oleh Abu Syuja’,
namun hanyalah tiga hewan ternak saja yang diwajibkan zakat. Muncul
pertanyaan kenapa hanya tiga hewan saja yaitu unta, sapi dan kambing
yang wajib dikeluarkan zakatnya, dikutip penjelasannya oleh Syekh
Taqiyuddin dalam kitab Kifayatul Akhyar bahwa;

viii
‫ا‬gg‫ها كثرته‬gg‫نى في تخصيص‬gg‫يره والمع‬gg‫اع وغ‬gg‫ اإلجم‬: ‫ة‬gg‫دليل وجوبها في هذه الثالث‬
‫الف‬gg‫ وبخ‬,‫وكثرة نمائها وكثرة وكثرة االنتفاع بها مع كونها مأكولة فاحتملت المواساة‬
‫غيرها وبأن األصل عدم الوجوب في غيرها إال ما ثبت يدليل خاص‬

Artinya: Dalil yang mewajibkan atau mengkhususkan tiga hewan


tersebut adalah: ijma’ ulama, dengan alasan tiga hewan tersebut banyak
jumlahnya, banyak manfaatnya, cepat tumbuh kembang biaknya dan ada
hubungan eksistensinya dengan makanan. Dan pada dasarnya kenapa
hewan ternak selain tiga hewan tersebut tidak diwajibkan zakat, kerena
tidak ada dalil khusus yang mewajibkannya (AlHisoni, 2008) seperti kuda,
keledai dan bighol (Al-’ied, 2008) seperti disebutkan dalam hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah:

‫لم في‬gg‫ ليس على المس‬: ‫ال‬gg‫لم ق‬gg‫ه وس‬gg‫لى هللا علي‬gg‫بي ص‬gg‫لما روى أبو هريرة أن الن‬
‫عبده وال فرسه صدقة‬

Artinya: Seorang muslim tidak dikenakan pada budaknya dan kuda


miliknya.

c. Perhitungan zakat hewan ternak

Nisab atau batas dan besarnya zakat yang harus dikeluarkan dari
hewan ternak adalah sebagai berikut:

a) Nisab dan zakat unta. Tidak wajib zakat kecuali jumlanya sudah
mencapai lima unta. Dari Abi Sai’id al Hudri bahwa Rasulullah
Saw berkata: tidak ada zakat pada unta yang jumlahnya kurang dari
lima ekor (H.R. Imam Bukhori).
Berikut agar lebih jelas nya akan kami cantumkan dalam tabel:

Nishab Unta Zakat yang Wajib Dikeluarkan


1-4 Tidak ada zakat
5-9 1 ekor kambing usia 2 th/ biri biri usia 1 th
10-14 2 ekor kambing betina usia 2 th

ix
15-19 3 ekor kambing
20-24 4 ekor kambing
25-35 1 ekor anak unta betina usia 1 th masuk 2 th (bintu
mukhod)
36-45 1 ekor anak unta usia 2 th masuk 3 th (bintu labun)
46-60 1 ekor anak unta usia 3 th masuk 4 th (higgo)
61-75 1 ekor unta betina usia 4 th masuk 5 th (juzáh)
76-90 2 ekor anak unta betina usia 2 th atau lebih
91-120 2 ekor anak unta betina usia 3 th atau lebih
121-129 3 ekor anak unta betina
Dari 130 setiap 40 ekor dan seterusnya zakatnya 1 ekor unta betina usia 2 th
masuk 3 th. Dan untuk setiap 50 ekor dst zakatnya 1 ekor unta betina usia 3
th masuk 4 th.

b) Nishab dan zakat sapi. Tidak wajib atas sapi atau kerbau kecuali
jumlanya sudah mencapai 30 ekor.
Berikut agar lebih jelasnya akan kami cantumkan dalam tabel:

Nishab Sapi Zakat yang Wajib Dikeluarkan


1-29 Tidak ada zakat
30-39 1 ekor anak sapi (kerbau) usia 1 th
40-59 1 ekor anak sapi (kerbau) usia 2 th
60-69 2 ekor anak sapi (kerbau) usia 1 th
70-79 1 ekor anak sapi (kerbau) usia 2 th dan 1 ekor anak sapi
usia 1 th
80-89 2 ekor anak sapi (kerbau) usia 2 th
90-99 3 ekor anak sapi (kerbau) usia 1 th
100-109 1 ekor anak sapi betina (kerbau) dan 2 ekor anak sapi
jantan
110-119 2 ekor anak sapi betina dan 1 ekor anak sapi jantan
120-129 3 ekor anak sapi betina

x
130-139 3 ekor anak sapi jantan dan 1 ekor anak sapi betina
140-149 2 ekor anak sapi betina dan 2 ekor anak sapi jantan
150-159 5 ekor anak sapi jantan dan begitulan seterusnya

c) Nishab dan zakat kambing

Nishab Zakat yang Wajib Dikeluarkan


kambing
1-39 Tidak ada zakat
40-120 1 ekor kambing betina usia 1 th atau 2 th
121-200 2 ekor kambing betina usia 2 th
201-300 3 ekor kambing betina usia 2 th lebih
301-400 4 ekor kambing betina usia 2 th lebih
Dan setiap bertambah 100 ekor zakatnya 1 kambing

B. Zakat pertanian
a. Hasil tani yang dapat dizakati
Zakat dari segi istilah fiqh berarti sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak.
Menurut Ibnu Taimiyah “jiwa orang yang berzakat itu menjadi bersih
dan kekayaannya akan bersih pula: bersih dan bertambah maknanya”.
Arti tumbuh dan suci tidak dipakaikan hanya untuk kekayaan,
melainkan juga untuk jiwa orang yang menzakatinya.
Azari berkata bahwa zakat juga menciptakan pertumbuhan untuk
orangorang miskin. Zakat adalah cambuk yang membuat zakat tidak
hanya menciptakan pertumbuhan material dan spiritual bagi orang-
orang miskin, tetapi juga mengembangkan jiwa dan kekayaan orang-
orang kaya.
Sedangkan zakat pertanian adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil
pertanian ketika sudah mencapai nishobnya.

xi
Dari pengertian tentang zakat diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa zakat pertanian merupakan zakat yang obyeknya meliputi hasil
tumbuh tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis dan
bermanfaat secara syar‟i seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-
mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan.
b. Landasan hukum
Zakat pertanian ditunaikan pada waktu panen dan tidak
diisyaratkan haul karena pertumbuhan harta telah sempurna pada
jangka waktu pertanian (waktu tanam sampai panen), hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat Al-Anam ayat 141.
‫َو ُهَو اَّلِذ ْٓي َاْنَش َا َج ّٰن ٍت َّم ْع ُرْو ٰش ٍت َّو َغْيَر َم ْع ُرْو ٰش ٍت َّو الَّنْخ َل َو الَّز ْر َع ُم ْخ َتِلًفا ُاُك ُلٗه‬
‫َو الَّز ْيُتْو َن َو الُّر َّم اَن ُم َتَش اِبًها َّو َغْيَر ُم َتَش اِبٍۗه ُك ُلْو ا ِم ْن َثَم ِر ٖٓه ِاَذ ٓا َاْثَم َر َو ٰا ُت ْو ا َح َّق ٗه َي ْو َم‬
‫َحَص اِد ٖۖه َو اَل ُتْس ِرُفْو اۗ ِاَّنٗه اَل ُيِح ُّب اْلُم ْس ِرِفْيَۙن‬

Yang artinya: Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman


yang merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang
beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan
warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia
berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik
hasilnya, tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebihan,

Dari firman Allah diatas, banyak ulama terdahulu berpendapat


bahwa yang dimaksud dengan “hak”nya dalam ayat tersebut adalah
“zakat wajibnya” yaitu sebesar 5% atau 10%. Ja‟far at-Tabari
berpendapat, yang bersumber dari Anas bin Malik, dalam menafsirkan
ayat tersebut, bahwa maksudnya adlah “zakat wajib; Ibnu Abbas yang
dilaporkan dari berbagai sumber juga berpendapat bahwa maksudnya
adalah zakat sebesar 5% atau 10% dsn maksud “hak”nya dalam ayat
tersebut adalah “zakat wajibnya” pada hari hasil panen di timbang dan
diketahui berapa banyaknya”.

xii
Hukum dasarnya adalah zakat dibayar dalam wujud benda dari
jenis yang dihasilkan, tetapi dimungkinkan dibayar dalam bentuk uang
selama dalam pembayaran tersebut terdapat maslahat bagi kaum fakir.
Hasil panen tersebut dihiting berdasar harga pasar waktu tiba
membayar zakat, dan dimungkinkan juga untuk menghitung zakat atas
dasar harga uang tunai, kemudian diterjemahkan dalam bentuk barang
dan ditunaikan dalam bentuk benda.

c. Nishab dan perhitungan dan haul

Setiap tanaman yag hasilnya mencapai nisab lima autsaq atau


kurang lebih 653 kg, maka setiap panen harus dikeluarkan zakatnya
sebanyak 5% (dengan biaya irigasi) atau 10% (tidak ada biaya irigasi).
Sebelum mengeluarkan zakatnya boleh terlebih dahulu mengeluarkan
biaya-biaya untuk pertanian tersebut. Tetapi beberapa litelatur ada
beberapa perbedaan tentang jumlah nisab yang ditentukan, hal ini
didasari jumlah nisab yang tertera adalah lima wasq. Satu wasq adalah
jumlah yang diangkut oleh satu unta atau sama dengan satu sa‟a, satu
sa‟a sama dengan 2.035 liter, jadi satu wasq sama dengan 122 liter.
Denagn demikian nisab zakat pertaniannya 610 liter dengan satuan
volume, terkadang jumlah ini diasumsikan dalam satuan berat 610 kg.

Jumhur ulama yang terdiri dari para sahabat, tabi‟in dan para
ulama sesudah mereka berpendapat bahwa tanaman dan buahan
samasekali tidak wajib zakat sampai berjumlah lima beban unta
(wasaq), berdasarkan sabda Rasulullah s.a.w “kurang dari lima wasaq
tidak wajib zakat” hadist ini disepakati adalah shahih.

Tetapi Abu Hanifah berpendapat bahwa tanaman dan buahan itu


sedikit maupun banyak wajib zakat. Berdasarkan keumuman
pengertian hadist “tanaman yang diairi hujan zakatnya sepersepuluh”.
Hadist itu adalah shahih yang diriwayatkan oleh Bukhari dan lain-lain.

xiii
Oleh karena itu tidak dipersyaratkan setahun, maka nisab dalam hal itu
juga tidak dipersyaratkan.

Menilai pendapat dari Abu Hanifah memang lebih kuat tentang


wajib zakat atas semua yang tumbuh diatas tanah. Tetapi tidak
sependapat dengannya tentang bahwa adanya ketentuan nisab tidak
berlaku, dan sepersepuluh. Hal tersebut karena bertentangan dengan
hadist shahih yang menggugurkan kewajiban zakat atas hasil tanaman
yang kurang daro lima wasaq dan bertentangan dengan pandangan
syariat bahwa yang wajib mengeluarkan zakat itu hanyalah orang kaya
sedangkan nisab adalah batas penentu suatu kekayaan wajib zakat atau
tidak. Bukhari meriwayatkan dari sumber Ibnu Umar dari Nabi s.a.w,.
“yang diairi oleh air hujan atau mata air, atau merupakan rawa
(„usairy), zakatnya sepersepuluh, dan yang diairi dengan bantuan
binatang (nadzh), zakatnya seperduapuluh” „Usariy, menurut Azhari
dan lainnya, adalah tanah yang mendapat air dari banjir, lalu
berbentuklah genangan air, hampir sama dengan anak sungai yang
digali untuk mengalirkan air kesemestinya. Dinamakan demikian oleh
karena banjir yang mengalir disitu yidak terjadi atas usaha manusia.
Sedangkan nadzh adalah usaha pengairan dengan bantuan saniya, yaitu
lembu untuk mengambil dari sumur.

Muslim meriwayatkan dari sumber Jabir dar Nabi s.a.w

, ‫ ِو ْص ُف ْالُع ُشِز‬:‫ َو ِفْي َم ا ُس ِقَي ِباّلَس اِو َي ِة‬،‫ اْلُع ُشْىُر‬:‫ِفْي َم ا َس َقِت اأَلْو ـَه اُر َو اْلَغ ْي ُم‬

“yang diairi dengan sungai atau hujan, zakatnya sepersepuluh, dan


yang diairi dengan bantuan binatang zakatnya seperduapuluh”

Abu Ubaid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-Ba‟i


adalah tanah yang mendapat air dari air tanahnya sendiri tanpa
pengairan. Demikian juga semua tanah yang diairi tanpa alat usaha
pengairan, baik dari hujan maupun dari air yang dialirkan dari gunung,

xiv
sungai atau mata air besar atau mendapat air dari air tanahnya sendiri,
smua zakatnya 10%”

Dalam al-mughni mengatakan “ringkasny tanah yang diairi dengan


usaha pengairan, misalnya dengan bantuan timba, kincir atau lainnya,
maka zakatnya 10%. Sedengkan yang diairi tanpa usaha pengairan,
maka zakatnya 5%, sesuai dengan hadis-hadis yang kita temui. Hal itu
oleh karena adanya usaha itu menggugurkan kewajiban membayar
sejumlah zkat karena alasan biaya, yang berarti cukup beralasan bila
diberi keringanan. Dan juga oleh karena zakat hanya wajib atas
kekayaan yang berkembang, sedangkan usaha pengairan itu
mengakibatkan perkembangan itu berkurang, yang oleh karena itu
kewajiban yang harus dibayarkan berkurang pula.

Agar lebih jelasnya akan kami paparkan dalam bentuk tabel:

Nama Nishab Kadar zakat Waktu Cara mengeluarkan zakat


mengeluarkan
zakat
Tanaman 653 kg 5% jika diairi Setelah panen Hitung nishab setelah
(yang menggunakan tanaman dibersihkan,
menjadi alat dan 10% keluarkan zakat sesuai kadar
makanan jika diairi nishab menurut pengairan
pokok) dengan air yang dilakukan.
hujan dan Sebelumnya terlebih dahulu
sungai dikurangi dengan biaya-
biaya yang telah
dikeluarkan.
Dalil Penjelasan
Allah SWT berfirman dalam Nishab tanaman adalah 5 wasaq. Satu wasaq
AlQur‟an sebagai berikut “makanlah adalah 60 sha‟ dan 5 wasaq sama dengan 300 sha‟.
dari buahnya (yang bermacam- Satu sha‟ adalah 2.167 kilogram sehingga nishab
macam itu) bila Dia berbuah, dan pertanian adalah 2.167 kilogram x 300 = 652, 8

xv
tunaikanlah haknya di hari memetik kilogram atau dibulatkan menjadi 653 kilogram.
hasilnya (dengan disedekahkan
kepada fakir miskin);” Dan Abu Said
Al-Khuduri r.a Nabii SAW
bersabda : “tidak wajib dizakati
bahan makanan pokok yang kurang
dari liwa wasasq”
Dari Jabir Abdullah, Nabi bersabda : Sepersepuluh sama dengan 10% dan
“tanaman yang mendapat air sungai seperduapuluh sama dengan 5%.
dan tadah hjan, zakatnya
sepersepuluh. Dan tanaman yang
mendapat air dengan cara usaha,
seperti dengan kincir air dan
sebagainya, zakatnya seperduapuluh”

xvi
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Zakat adalah mengeluarkan sebagian harta yang wajib kepada orang
muslim dan diserahkan kepada orang orang yang berhak menerimanya.
Dimakalah ini kami membahas tentang zakat hewan ternak dan pertanian.
Hewan ternak yang dimaksud disini adalah unta, sapi (kerbau) dan domba
(kambing). Sedangkan hasil pertanian yang wajib untuk dizakati adalah
tumbuh tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis dan bermanfaat
secara syar‟i seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-buahan,
tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan. Akan tetapi, zakat tersebut tidak
serta merta dilaksanakan, melainkan ada ketentuan ketentuan seperti harus
mencapai nishob, telah mencapai satu haul, digembala di tempat umum, dan
tidak digunakan untuk kepentingan pribadi. Sedangkan ketentuan untuk zakat
pertanian seperti mencapai nishob.

B. Saran
Demikian makalah ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat dan
menambah wawasan para pembaca. Penulis mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, kurang
dimengerti dan lugas, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya materi dan referensi yang kami peroleh. Penulis juga sangat
mengharapkan kritik dansaran demi kesempurnaan makalah ini. Semoga
makalh ini dapat diterima dengan baik.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

Pratama, Indra. Duski Ibrahim, KA Bukhori. 2020. Fikih Zakat Hewan


Ternak dalam Perspektif Syekh Ahmad bin al-Hasan al-Asfahani (Abu Syuja’).
Jurnal intizar. Vol. 26, No. 1
https://eprints.walisongo.ac.id/630/3/082311029_Bab2.pdf
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21410220091.pdf

xviii

Anda mungkin juga menyukai