Anda di halaman 1dari 12

Pelajar di bawah umur yang membawa

kendaraan pribadi kesekolah

OLEH :

1. AHMAD RIYADI
2. IRSAN WAHYU PUTRA
Akhir-akhir ini banyak sekali media yang menyoroti masalah-masalah yang
terjadi di kalangan pelajar. Mulai dari materi pelajaran yang kurang tepat
bagi para siswa, tawuran yang kian marak di berbagai daerah, perkelahian
antar siswi yang videonya beberapa kali ditayangkan di televisi, kekerasan
berlebihan yang dilakukan oleh oknum guru, hingga fenomena pelajar di
bawah umur yang membawa kendaraan pribadi ke sekolah (khususnya
sepeda motor). Menyoroti masalah terakhir, agaknya sedikit luput dari
perhatian dan pengawasan para orangtua, dan lingkungan sekolah Padahal
menurut saya, ini adalah hal yang tak kalah penting untuk  mendapat
perhatian lebih.
Seperti kita ketahui, di jaman sekarang banyak sekali terlihat anak-anak di
bawah umur dan pelajar, mengendarai kendaraan bermotor ke sekolah.
Bahkan ada diantaranya pelajar SD dan SMP kelas 1, yang telah difasilitasi
oleh orangtua mereka. Hal ini tentu tidak dapat dibenarkan, karena salah
satu syarat bagi pengemudi kendaraan harus dilengkapi dengan Surat Izin
Mengemudi (SIM), dan usia mereka sendiri belum mencukupi untuk
memiliki SIM tersebut, apalagi ini bertentangan dengan UU No. 22 tahun
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bila ditanyakan kepada
orangtua,  alasannya agar lebih efektif dan efisiensi waktu. Kesibukan
mereka hingga tak dapat mengantar putra-putrinya ke sekolah, juga
merupakan alasan lainnya.
Ada juga yang menganggap anaknya  telah mahir berkendara
dan dapat berhati-hati di jalan. Sebagian bahkan merasa
bangga, melihat anak mereka kecil-kecil sudah bisa membawa
kendaraan sendiri. Namun sayangnya, pembekalan mengenai
pengetahuan safety riding tidak turut diberikan. Banyak
diantaranya yang tidak mengenakan helm, tidak melengkapi
kendaraan dengan kaca spion, memodifikasi sedemikian rupa
dengan mengganti ban yang lebih kecil, mempreteli bagian-
bagian tertentu dan lainnya. Jika ditegur mereka akan
menjawab, kalau pakai helm kurang macho, dimodif biar
keren. "Pakai spion? Kayak orangtua saja!" Mereka kerap
menyepelekan agar tak dinilai kamseupay (kampungan) oleh
teman-temannya. Fenomena ini menurut saya banyak
menimbulkan dampak negatif.
Ada beberapa hal yang kerap terjadi sehubungan dengan hal ini, misalnya

1. Bolos sekolah. Ini menurut pengalaman saya ketika sekolah dulu, rata-rata teman yang sering
bolos sekolah adalah mereka yang membawa kendaraan pribadi. Begitu ada kesempatan,
walaupun tanpa tujuan yang jelas, istilahnya sekedar muter-muter dengan komunitas mereka,
langsung 'cabut' tanpa pikir panjang.
2. Kecelakaan lalulintas dan kebut-kebutan di jalan raya. Karena usia mereka yang
masih labil dan sulit mengontrol emosi sering menyebabkan hal ini terjadi. Ada juga
yang masih kurang mampu membawa kendaraan dengan baik. Seperti ketika kemarin
pagi saya ke pasar, ada seorang siswi SMP berpostur tubuh mungil, membonceng
adiknya yang masih SD. Saat ditikungan hendak menghindari sebuah mobil, sedikit
oleng dan nyaris jatuh. Ketika saya perhatikan  saat dia menjaga keseimbangan,
ternyata kakinya masih jinjit, karena tubuhnya kurang tinggi. Hingga membuat saya
berpikir mengapa orangtuanya membiarkan hal ini? Apakah mereka tidak merasa
khawatir dengan keselamatan anak-anaknya. Kejadian lain yang membuat saya
terhenyak, ketika anak saya menceritakan salah seorang kakak kelasnya di kelas 9
bernama Iqbal, meninggal dunia baru-baru ini karena nge-trek. Ajang kebut-kebutan
seolah dijadikan hobi yang mengasyikan bagi mereka.
3. Mengundang terjadinya kriminalitas Anak-anak yang membawa kendaraan ini sering
menjadi korban perampokan. Mereka dianggap lebih mudah ditaklukkan karena pertahanan
yang kurang maksimal. Tak terkecuali dilakukan oleh orang-orang terdekat dilingkungan sekitar.
Seperti kejadian di Palembang bulan Maret 2012 lalu. Seorang pelajar (Rian  Karisma) tewas
dibunuh temannya sendiri (Satrio Wibowo dll) demi menguasai sepeda motor yang baru
sebulan dimilikinya. Yang tak kalah menyedihkan, saat santer diberitakan tentang pembunuhan
dua orang kakak beradik Mayang Diyanti (11tahun) dan adiknya Rezi Triansyah (2tahun) yang
tewas setelah mengantar adiknya ke sekolah. Lokasi kejadiannya berjarak kurang lebih 2km dari
rumah saya. Mereka diduga menjadi korban perampokan karena motor Honda Scoopy baru
yang mereka kendarai tak ditemukan di lokasi. Kejadian-kejadian di atas hanya sebagian kecil
yang terjadi.
Hal inilah pulalah yang menggerakkan hati saya untuk membuat tulisan ini. Tanpa
bermaksud menggurui, hanya ingin sedikit menghimbau kepada para orangtua,
hendaklah dipertimbangkan kembali untuk memberikan fasilitas kendaraan
bermotor bagi anak-anak. Terutama yang masih jauh di bawah umur. Jangan sampai
alih-alih demi efisiensi waktu, mempermudah anak ke sekolah, atau bentuk wujud
kasih sayang terhadap anak, timbul penyesalan dikemudian hari bila telah tertimpa
musibah. Sebagai pertimbangan, mungkin lebih baik jika anak-anak ke sekolah naik
kendaraan umum saja.
Kalaupun rumahnya jauh dan tidak dapat mengantar sendiri, bisa
menggunakan jasa mobil jemputan khusus anak-anak sekolah. Atau bisa
juga menggunakan sepeda jika jarak antara rumah dan sekolah tidak
terlalu jauh. Kalau mereka malu/enggan menggunakan sepeda, dan tidak
berani naik kendaraan umum sendiri, coba berlangganan ojek dengan
orang yang sudah dikenal dengan baik.
Dengan harapan dapat meminimalisir kejadian-kejadian yang tidak diinginkan.
Untuk kepolisian yang bertugas di jalan raya juga diharapkan dapat berperan aktif,
memberi peringatan kepada pelajar yang belum memiliki SIM agar tidak membawa
kendaraan ke sekolah. Dan pihak sekolah sendiri, hendaknya mensosialisasikan
larangan pelajar membawa kendaraan pribadi ke sekolah. Marilah sama-sama kita
menyikapi dan mengatasi masalah ini dengan lebih bijaksana.
Motor memang mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari, motor akan
membuat aktivitas sehari-hari berjalan dengan lancar. Terutama aktivitas para pelajar dan
para pekerja. Tetapi aktivitas tentu akan terhambat jika tidak berhati-hati dalam
mengendarai. Maka dari itu, dibutuhkan peran orang tua yang bisa menasehati dan
mengajar anaknya yang masih tidak bisa membedakan yang yang baik dan yang buruk
untuk bisa lebih berhati hati dalam berkendara. Hal apa saja bisa terjadi di luar dugaan
sesuai kehendak-Nya, maka, diperlukan kehati-hatian dalam berkendara dan memohon
kkeselamatan dari-Nya.
o n Gamsa
y uk r hamnid
S XIE XIE a
THANK YOU FOR
YOUR ATTENTION
Suksma Te
asu rim
i m a
oza ka
o uG si h
gat
Ari Merci Pour Tous

Anda mungkin juga menyukai