Anda di halaman 1dari 14

MEMBANDINGKAN STANDAR PENGAWASAN DENGAN HASIL PELAKSANAAN

PEKERJAAN ; TINDAKAN KOREKSI [CORRECTVE ACTION]


PB : JENIS-JENIS PENGAWASAN
SPB : A. ASPEK LEMBAGA
1. PENGAWASAN ATASAN LANGSUNG [WASKAT] ;
2. PENGAWASAN FUNGSIONAL ;
3. PENGAWASAN LAINNYA ;

B. ASPEK WAKTU
1. PENGAWASAN PREVENTIF ;
2. PENGAWASAN REFRESIF ;
C. ASPEK JARAK
1. PENGAWASAN LANGSUNG ;
2. PENGAWASAN TIDAK LANGSUNG ;
JENIS-JENIS PENGAWASAN

A. ASPEK LEMBAGA

1. PENGAWASAN ATASAN LANGSUNG [WASKAT] ;


Yaitu pengawasan yang dilakukan oleh atasan langsung yang memiliki kekuatan
(power) dilakukan secara terus-menerus agar tugas-tugas bawahan dapat dilaksanakan efektif
dan efisien.
Serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian secara Ajeg yang dilakukan
oleh atasan langsung terhadap bawahannya, secara preventif atau represif agar pelaksanaan
tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana kegiatan dan
peraturan perundangan yang berlaku.
2. PENGAWASAN FUNGSIONAL ;
Pengawasan yang dilaksanakan oleh pihak yang memahami substansi kerja objek yang
diawasi dan ditunjuk khusus untuk melakukan audit independent terhadap objek yang diawasi.
Merupakan pengawasan yang dilakukan oleh aparat atau pejabat yang tugas pokoknya
khusus membantu pimpinan untuk melaksanakan tugasnya masing-masing, pengawasan
fungsional biasanya bersifat internal. Aparat pengawasan fungsional dalam suatu instansi
disebut Satuan Pengawasan Internal (SPI). SPI hanya membantu pimpinan agar dapat
melakukan manajemennya, melakukan pengawasan melekat atau pengendaliannya dengan
baik. SPI tidak berwenang mengambil tindakan sendiri, harus dikoordinasikan kepada
atasannya.
3. PENGAWASAN LAINNYA ;
 Pengawasan Legislatif, dikenal juga dengan pengawasan politik, merupakan fungsi
yang dimiliki parlemen di samping fungsi legislasi dan budgeting. Pengawasan
legislative ditujukan pada pengawasan terhadap pelaksanaan UUD 1945, Hukum dan
peraturan pelaksanaannya yang termanifestasikan pada hak interpelasi, hak angket, dan
hak menyatakan pendapat. Pengawasan ini dilakukan oleh DPR/DPRD sebagai
lembaga legislative yang bertugas mengawasi kinerja pemerintah.
 Pengawasan Masyarakat, disebut juga kontrol sosial merupakan pengawasan yang
dilakukan masyarakat sendiri terhadap penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan.
 Pengawasan Yudikatif, merupakan salah satu fungsi Mahkamah Agung untuk
mengawasi peraturan di bawah UU, sedangkan Mahkamah Konstitusi berwenang
secara formal untuk menguji UU terhadap UUD 1945.
B. ASPEK WAKTU

1. PENGAWASAN PREVENTIF ;
Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilaksanakan atau dikerjakan yang
bertujuan untuk mencegah kesalan yang terjadi. Pengawasan yang dilakukan sebelum
pelaksanaan, yakni pengawasan yang dilakukan terhadap sesuatu yang bersifat rencana.
(Sujamto, 1986 : 85).
2. PENGAWASAN REFRESIF ;
Pengawasan yang dilakuakan pada saat kegiatan itu sudah berlangsung yang bertujuan
untuk menjamin kelangsungan pekrejaan. Pengawasan Represif merupakan pengawasan yang
dilakukan setelah pekerjaan atau kegiatan dilaksanakan. Dapat pula dikatakan bahwa
pengawasan represif sebagai salah satu bentuk pengawasan atas jalannya pemerintahan
(Sujamto, 1986 : 87).
Ø Misalnya : penangguhan dan atau pembatalan PERDA, PERBW, KEPBW yang
bertentangan dengan kepentingan umum.
C. ASPEK JARAK

1. PENGAWASAN LANGSUNG ;
Pengawasan Langsung adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara mendatangi
dan melakukan pemeriksaan di tempat (on the spot) terhadap obyek yang diawasi. Jika
pengawasan langsung ini dilakukan terhadap proyek pembangunan fisik maka yang dimaksud
dengan pemeeriksaan ditempat atau pemeriksaan setermpat itu dapat berupa pemeriksaan
administratif atau pemeriksaan fisik di lapangan.
Secara Langsung
i. Melakukan pemeriksaan atau vervikasi
ii. Dengan latar belakang tertentu, seperti ada dugaan penyimpangan atau
karena ada kejadian penting seperti pergantian kepengurusan
2. PENGAWASAN TIDAK LANGSUNG ;
Pengawasan Tidak Langsung merupakan pengawasan yang dilakukan tanpa
mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau obyek yang diawasi atau pengawasan yang
dilakukan dari jarak jauh yaitu dari belakang meja. Dokumen yang diperlukan dalam
pengawasan tidak langsung antara lain :
a. Laporan pelaksanaan pekerjaan baik laporan berkala maupun laporan insidentil;
b. Laporan hasil pemeriksaan (LHP) dari pengawan lain;
c. Surat-surat pengaduan;
d. Berita atau artikel di mass media;
e. Dokumen lain yang terkait
Secara Tidak Langsung
i. Melakukan review, yaitu mengawasi apa saja yang telah terjadi pada satu
organisasi
ii. Rutin, yaitu pelaksanaan pengawasan itu sendiri sudah diagrndakan
sebelumnya.

https://inspektoratdaerah.bulelengkab.go.id/artikel/jenis-jenis-pengawasan-76
dan http://anissaisyaa.blogspot.com/2012/01/pengawasan.html
Pentingnya Pengawasan Dalam Manajemen

Ketika usaha anda sudah mulai memiliki karyawan, maka sudah saatnya anda
melakukan pengawasan dalam manajemen.
Pengawasan dalam manajemen dibutuhkan dalam sebuah usaha karena anda harus
memastikan bahwa semua pekerjaan dalam bisnis dapat diselesaikan sesuai dengan apa yang
anda inginkan.
Karyawan identik dengan manajemen pengawasan. Jika tidak, maka anda tidak dapat
mengukur performa karyawan anda.
3 Langkah Dalam Melaksanakan Pengawasan Dalam Manajemen
Pengawasan dalam manajemen ini penting dilakukan agar kesalahan yang terjadi dapat segera
diperbaiki. Ada 3 langkah dalam melaksanakan hal tersebut:
1. Membuat Standar
Standar adalah kriteria yang bisa anda gunakan untuk mengukur hasil sebuah pekerjaan.
Standar dibuat berdasarkan kemampuan kerja pada keadaan normal.
Bentuk standar ini dibagi menjadi 2:
a. Standar Kuantitatif :
Standar yang dinyatakan dalam satuan-satuan tertentu seperti jam kerja mesin, jam kerja tenaga
langsung, dan satuan barang, investasi, dll
b.Standar Kualitatif
Standar yang berbentuk pendapat umum, langgangan , buruh, dsb
2. Membandingkan Kegiatan Standar
Langkah ini dilakukan untuk mengetahui besarnya penyimpangan yang terjadi. Langkah ini
bisa anda gunakan sebagai alarm untuk mengetahui gejala-gejala menyimpangan yang
mungkin saja terjadi.
3. Tindakan perbaikan
Tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki aktifitas, kegiatan, atau kebijakan yang tidak sesuai
dengan standarnya.
Sebelum melakukan hal diatas, anda harus mendapatkan informasi mengenai kemajuan yang
telah dicapai serta adanya penyimpangan.
Misalnya anda memiliki usaha bakery. Langkah awal yang perlu anda buat adalah membuat
standar, misalnya dengan membuat standar kuantitatif seperti ini:
1. Masuk kerja jam 07.30
2. Pulang kerja jam 16.00
3. Mempersiapkan adonan sebanyak 40 porsi per hari
4. Memanggang adonan yang sudah siap
5. Melakukan pengepakan pada produk yang sudah jadi
Kemudian langkah selanjutnya adalah membandingkan kegiatan karyawan dengan standar
yang sudah anda buat:
1. Masuk jam 07.30 –> sudah ok
2. Pulang kerja 16.00 –> sudah ok
3. Membuat adonan sebanyak 40 porsi –> hanya 42 porsi, kurang 8 porsi
4. Memanggang adonan yang sudah siap –> ok
5. Melakukan pengepakan produk yang sudah jadi –> karyawan sudah melakukan pengepakan
dengan baik.
Dari 5 standar yang anda buat, hanya ada 1 yang tidak sesuai, yaitu membuat adonan. Langkah
pengawasan yang harus dilakukan adalah melakukan tindakan perbaikan atau koreksi.
Memberi teguran karyawan anda dan mendorong mereka untuk membuat adonan hingga 40
porsi.
Adapun pengawasan dan pengendalian dalam manajemen harus memperhatikan hal-hal berikut
ini:
 mendukung sifat dan kebutuhan kegiatan
 melaporkan setiap penyimpangan
 mempunyai visi ke depan
 obyektif, teliti, dan sesuai standar yang digunakan
 luwes dan fleksibel
 sesuai dengan pola organisasi
 ekonomis
 mudah dimengerti
 diikuiti dengan tindakan koreksi
Dengan adanya pengawasan dalam manajemen akan membuat operasional usaha dapat
berjalan tanpa hambatan. Disamping itu akan mendorong karyawan untuk lebih bertanggung-
jawab terhadap tugas yang dipikulnya.

https://zahiraccounting.com/id/blog/pentingnya-pengawasan-dalam-manajemen/
Proses Pengawasan

Pengawasan adalah suatu usaha sistematis menetapkan standar – standar dengan tujuan
perencanaan, merancang bangun system umpan balik informasi, membandingkan kinerja
sebenarnya dengan standar – standar yang telah ditentukan terlebih dahulu, menentukan apakah
ada penyimpanan dan mengukur kemuradanya, serta mengambil tindakan yang diperlukan
yang menjamin pemanfaatan penuh sumberdaya yang digunakan secara efisien dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian langkah unsur proses pengawasan itu adalah
sebagai berikut:
1) Pencapain standar dan metode pengukuran kinerja,
2) Pengukuran kinerja yang senyatanya;
3) Pembandingan kinerja dengan standar serta menafsirkan penyimpangan – penyimpangan;
dan
4) Mengadakan tindakan korektif.
Standar yang ditentukan itu berupa standar masukan yang berupa usaha kerja, dan
standar keluaran berupa ukuran kuantitas,kualitas, biaya atau waktu pengukuran kinerja
senyatanya adalah untuk melihat adanya penyimpangan atau varians antara apa yang terjadi
senyatanya dengan apa yang di harapkan.
Pembandingan kinerja senyatanya dengan tujuan atau standar dapat menghasilkan
kinerja sama dengan standar atau dengan kinerja lain dengan standar yang terakhir memerlukan
manajemen berdasar pengecualian: manajemen perlu memperhatikan situasi dimana
penyimpangan antara kinerja senyata dengan yang diharapkan sangatlah besar. Yang pertama
cukup mempertahankan situasi; tak perlu dilakukan tindakan korektif.
Bila penyimpangan yang terjadi itu besar maka perlu tindakan korektif yakni perbaikan
agar hasilnya sesuai dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
Pengawasan itu dapat intern, dapat pula ekstern. Pengawasan intern melalui disiplin diri
dan latihan tanggung jawab individual atau kelompok. Pengawasan ekstern terjadi melalui
supervise langsung atau penerapan system administrative seperti aturan dan prosedur.
Pengawasan efektif yang akan di uraikan kemudian, merupakan kombinasi dari keduanya.
Ada empat jenis pengawasan ekstern, yaitu:
1. Prapengawasan disebut juga precontrol atau feed-forward-control; yaitu pengawasan yang
di lakukan sebelum memulai kegiatan, terdiri atas kegiatan persiapan: Spesifikasi masukan,
keluaaran, kejelasan tujuan, sumber daya yang di perlukan.
2. Pengawasan pengarahan atau steering control yang fokusnya adalah pada apa yang terjadi
selama proses kerja. Juga di kenal dengan nama concurrent control. Disini diusahakan untuk
menemukan masalah dan melakukan tindakan perbaikan sebelum hasil akhir.
3. Pengawasan ya/tidak (yes/no-control) yang menspesifikasi titik kritis yang harus di lalui
sebelum suatu kegiatan berlanjut. Pada suatu titik segala persyaratan harus dipenuhi terlebih
dahulu (ya) sebelum proses berlanjut. Jadi kalau tidak, proses berhenti.
4. Pengawasan pasca kegiatan (post action control atau feedback control), dilakukan setelah
kegiatan selesai.
Adapun faktor-faktor yang menjadi pengawasan itu merupakan keharusan ialah:
1) Adanya perubahan yang memerlukan penyesuain-penyesuain baru dan ini harus selalu
diawasi;
2) Adanya kekomplekan system memerlukan pengawasan yang lebih banyak;
3) Adanya kesalahan-kesalahan memerlukan pengawasan agar dapat dilakukan tindakan
perbaikan; dan
4) Adanya delegasi perlu pengawasan terhadap para pelaksana agar jangan sampai melakukan
penyimpangan yang terlalu banyak sehingga sulit dibenahi lagi.
Dengan memperhatikan faktor-faktor diatas , maka tercapailah sasaran-sasaran
pengawasan yaitu :
1. Meningkatkan disiplin dan prestasi kerja
2. Menekansekecil mungkin penyalahgunaan wewenang
3. Menekan sekecil mungkin kebocoran dan pemborosan
4. Meningkatkan pelayanan
5. Memperlancar segala kegiatan .

http://proseapengawasan.blogspot.com/
Metode Pengawasan

Pada kegiatan belajar 1 telah dikemukakan berbagai jenis (metode) pengawasan,


yaitu pengawasan pengarahan, pengawasan penapisan (screening) atau yes-no-control,
danpengawasan pasca kegiatan.
Pengawasan pengarahan ditujukan terhadap masukan dan proses, pengawasan
penapisan di lakukan terhadap proses dan pengawasan pasca -kegiatan di lakukan terhadap
hasil. Di dalam suatu organisasi biasanya di laksanakan pengawasan kombinasi ketiganya.
Metode pengawasan lainnya yang telah pula di sebutkan ialah :
1) sistem penilaian kinerja
2) sistem pembayaran dan imbalan
3) sistem MBO atau manajemen berdasar tujuan
4) sistem karyawan dan kedisiplinan
5) sistem pengawasan berdasar anggaran , dan
6) sistem informasi manajemen

Penilaian kinerja merupakan proses secara formula melalui kinerja dan memberikan
umpan balik sebagai dasar penyesuaian. Berbagai metode di gunakan di dalam penilaiain
kinerja , seperti skala peringkat grafis , skala peringkat berdasar perilaku , teknik kejadian kritis
, penguraian kinerja organisasi. Jadi anggota organisasi di ikut sertakan pada kegiatan
organisasi sehingga timbul rasa memiliki.
Sistem disiplin karyawan menciptakan disiplin karyawan dengan peringatan-peringatan
yang seyogianya bersifat segera , ditujukan pada kegiatan bukan pribadi seseorang , harus
konsisten dalam waktu dan manusia . Memberikan informasi , terjadi dalam situasi yang penuh
persaudaran dan harapanya haruslah realistik.
Manajemen berdasar tujuan adalah proses penentuan tujuan bersama antara penyedia dan
bawahan. Manajemen berdasar tujuan (management by objectives (MBO) ) mencakup
persetujuan formal antara penyedia dan bawahan bertalian dengan (1) tujuan kinerja bawahan
untuk suatu periode tertentu , (2) rencana pencapaian tujuan , (3) standar untuk mengukur
apabila tujuan telah dicapai dan (4) prosedur meninjau ulang hasil-hasil.
Di dalam proses MBO yang penting adalah menentukan tujuan kinerja. Tujuan kinerja
yang baik adalah pencapain yang diharapkan dan yang dapat diukur sebagai hasil akhir atau
di verifikasi sebagai serngkaian kegiatan kinerja. Tujuan kinerja biasanya tertulis dan secara
formal disetujui baik oleh atasan maupun bawahan.
Ada 3 tujuan , yaitu tujuan perbaikan dengan berupaya meningkatkan factor kinerja ;
tujuan pengembangan yang bertalian dengan kegiatan perkembangan pribadi , dan tujuan
pemeliharaan secara formal mencerminkan maksud menruskan kinerja berdasar peringkat yang
ada sekarang.
Sistem pengawasan berdasar anggaran (budgetary control) sangat penting bagi suatu
organisasi. Anggaran merupakan ekspresi rencana secara kuantitatif dan finansial. Dengan
anggaran dialokasikan sumber daya pada kegiatan. Anggaran di nyatakan dalam satuan
moneter , mengandung unsur komitmen manajemen , berdasarkan sulan dan dapat di ubah
kalau kondisi berubah.
Sistem pengawasan anggaran di laksanakan pada pusar-pusat pertanggungjawaban ,
apakah itu pusat pendapataan, biaya laba ataupun investasi . Anggaran itu berjenis-jenis . Ada
yang tetap atau statis , ada yang luwes , ada yang jangka pendek , operasi, dan anggaran
utama serta anggaran jangka panjang ada pula anggaran nilai nol.
Berbagai alat analisis dapat di manfaatkan untuk membuat anggaran sehingga kita
dapat melakukan pengawasan berdasar anggaran . Alat analisis tersebut adalah analisi break-
even atau impas dan rasio..
Anggaran dibuat agar berada di atas impas sehingga badan usaha memperolah laba. Urutan
yang ditempuh dalam MBO adalah sbb;
1. Para anggota menyusun tujuan kinerja yang pokok untuk masa datang sekaligus dengan
jadwal pencapainya.
2. Tujuan diusulkan pada penyedia agar ditinjau ulang; dilakukan diskusi anatara penyelia
dan bawahan sehingga tercapai tujuan yang disetujui bersama
3. Penyelia dan bawahan bertemu secara periodik meninjau ulang kemajuan dan melakukan
revisi atau memperbaharui tujuan bila di perlukan
4. Pada akhir tahun , para anggota menyerahkan laporan kinerja yang memuat pencapain tujuan
dan komentar penyimpangan
5. Penilain diri / pengawasn diri ini dibicarakan dengan penyelia; alas an mengapa tujuan tak
tercapai di bicarakan disini.
6. Tujuan yang baru ditetapkan untuk tahun yang akan datang; dan baru MBO mulai.

http://proseapengawasan.blogspot.com/
Pengawasan Yang Efektif

Agar pengawasan efektif, maka para manajer harus menghayati reaksi manusia
terhadap sistem pengawasan. Manusia tidak begaitu saja menerima pengawsan yang
dilakukan manajer.
Reaksinya bermacam-macam menolak sekali pengawsan terhadapnya,
mempertahankan diri darisistem pengawasan yang diterapkan padanya dan membela kinerja
dan menolak sasaran kinerja yang tersirat dan tersurut pada tujuan.
Hal ini makin jelas bila sumber daya terbatas dan situasi penuh tekanan. Dalam situasi
seperti itu , orang cenderung untuk mempertahankan hasil kerja yang dibatasi oleh kendala
sehingga pengawasan biasanya tidak dikehendaki.
Stoner mengemukakan bahwa pengawasan yang efektif itu haruslah memenuhi
persyaratan sbb:
1. Ketepatan
2. Sesuai waktu,
3. Objektif dan kompherensif ,
4. Fokus pada titik pengawasan strategis,
5. Realistis secara ekonomis,
6. Realistis secara organisatoris
7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organiasi,
8. Luwes
9. Prespektif dan opersional,
10.Dapat diterima para anggota organisasi.
Menurut Schermerhorn , agar supaya pengawasan itu efektif haruslah :
1. Berorientasi pada hal-hal yang strategis pada hasil-hasil
2. Berbasis informasi
3. Tidak kompleks
4. Cepat dan berorientasi perkecualian
5. Dapat dimengerti
6. Luwes
7. Konsisten dengan struktur organisasi
8. Dirancang untuk mengakomodasi pengawasan diri
9. Positif mengarah ke perkembangan , perubahan dan perbaikan
10. Jujur dan objektif
Sistem pengawasan yang efektif itu seharusnya mendukung strategis dan memfokuskan
diri pada apa yang harus dilakukan , tidak saja pada usaha pengukuran . Pokok perhatian ada
pada kegiatan yang penting bagi tercapainya tujuan organisasi.
Sistem pengawasan harus mendukung usaha menyelesaikan masalah dengan
pengambilan keputusan , tidak haanya menunjukkan penyimpangan-penyimpangan. Sistem
tersebut harus dapat menunjukan mengapa terjadi penyimpangan dan apa yang harus dilakukan
untuk perbaikannya.
Sistem pengawasan harus dapat dengan cepat atau dini mendeteksi penyimpangan
sehingga tindakan perbaikan dapat pula dilakukan dengan segera agar terhindar hal-hal yang
tidak diharapkan ; kalau perlu dengan cara-cara pengecualian .
Sistem pengawasan yang efektif memberikan informasi yang cukup bagi para
pengambil keputusan , artinya informasi yang mudah dimengerti , padat . Sistem pengawasan
harus dapat mengakomodasi situasi yang unik atau yang berubah-ubah . Sistem pengawasan
harus pula dapat mengakomodasikan kapasitas seseorang untuk mengawasi dirinya sendiri .
Yang penting harus ada saling percaya , komunikasi dan partisipasi pihak-pihak yang
berkepentingan . Pengawasan diri tercipta bila rancang bangun kerja itu jelas dan pemilihan
orang yang mampu bagi pekerjaannya dilakukan dengan baik .
Sistem pengawasan harus menitik-beratkan pada pengembangan , perubahan dan
perbaikan ; kalau dapat sanksi dan peringatan itu diminumkan . Kalau sanksi diperlukan
haruslah dilaksanakan dengan hati-hati dan manusiawi . Akhirnya sistem pengawasan harus
jujur dan objektif artinya tidak memihak , dan satu-satunya tujuan adalah peningkatan kerja .
Kesimpulan :
1. Pengawasan saja tidak cukup , karena reaksi manusia selalu negative terhadapnya .
2. Pengawasan harus efektif dan persyaratan untuk kita dipenuhi.

http://proseapengawasan.blogspot.com/
Unsur-Unsur Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3)

Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan atau DP3 adalah penilaian yang diberikan
atasan bertujuan untuk memperoleh bahan-bahan pertimbangan yang obyektif dalam
pembinaan PNS, dan dilaksanakan dalam kurun waktu sekali setahun oleh pejabat penilai,
yang dituangkan dalam daftar Penilaian Pelaksanaan pekerjaan (DP3).
Menurut (Moekijat, 1991:99) Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan adalah penilaian
individu mengenai pelaksanaan pekerjaan di tempat kerja dan kesanggupan untuk
memperolah kemajuan secara sistematis.
Sedangkan menurut (Mokhamad Syuhadak, 1996:72) Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan
Merupakan penilaian hasil kerja yang dicapai oleh pegawai, artinya meliputi jumlah dan mutu
yang dihasilkan sesuai standar yangditetapkan
DP3 bertujuan sebagai petunjuk bagi setiap Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat
Penilai dalam menyusun Sasaran Kerja Pegawai sesuai dengan bidang tugas jabatannya. Selain
itu DP3 juga berfungsi agar setiap pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Penilai dapat menyusun
Sasaran Kerja Pegawai sesuai dengan bidang tugas jabatan masing-masing, serta dapat
mengetahui capaian Sasaran Kerja Pegawainya.
Dasar hukum DP3 adalah Undang undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok Pokok
Kepegawaian jo. undang undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang PerubahanUndang-undang
Nomor 8 Tahun 1974. Serta Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979 Tentang Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil.
Unsur-Unsur Penilaian
1. Kesetiaan
Kesetiaan adalah kesetiaan, ketaatan dan pengabdian kepada Pancasila, UUD-45,
Negara dan pemerintah. Kesetiaan juga dapat diartikan sebagai tekad dan kesanggupan
mantaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran
dan tanggungjawab. Selain kesetiaan hal lain dalam unsur kesetiaan yang akan dinilai adalah
pengabdian. Pengabdian itu sendiri adalah penyumbangan pikiran dan tenaga secara ikhlas
dengan mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan golongan atau pribadi.
2. Prestasi Kerja
Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang PNS dalam melaksanakan
tugas yang dibebankan kepadanya. Prestasi kerja dapat dipengaruhi oleh: kecakapan,
ketrampilan, pengalaman dan kesungguhan PNS yang bersangkutan.
3. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang PNS dalam menyelesaikan pekerjaan yang
diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul
atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.
4. Ketaatan
Ketaatan adalah kesanggupan ketulusan hati seorang PNS untuk mentaati segala peraturan
perundangan dan peraturan kedinasan yan berlaku. Ketaatan juga termasuk mentaati
perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk
tidak melanggar larangan yang ditentukan.
5. Kejujuran
Kejujuran adalah ketulusan hati seorang PNS dalam melaksanakan tugas dan kemapuan untuk
tidak menyalagunakan wewenang yang diberikan kepadanya.
6. Kerjasama
Kerjasama adalah kemampuan seorang PNS untuk bekerja bersama-sama dengan orang
lain dalam menyelesaikan sesuatu tugas yang ditentukan sehingga mencapai daya guna dan
hasil guna yang sebesar-besarnya.
7. Prakarsa
Prakarsa adalah kemampuan seorang PNS untuk mengambil keputusan, langkah-langkah
atau melaksanakan suatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa
menunggu perintah dari atasan.
8. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seorang PNS untuk meyakinkan orang lain sehingga
dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. (khusus untuk PNS
yang berpangkat Pengatur Muda golongan ruang II/a ke atas yang memangku suatu jabatan).

https://www.anugerahdino.com/2014/09/unsur-unsur-penilaian-pelaksanaan.html

Anda mungkin juga menyukai