Anda di halaman 1dari 13

PANCASILA (PEMBAHASAN PANCASILA

SECARA ILMIAH)
Pancasila

Pancasila sebagai dasar atau filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18
Agustus 1945, serta diundangkan dalam Berita Republik Indonesia,
TahunII no. 7, yang terdiri atas 2 (dua) bagian, yaitu Pembukaan dan
Batang Tubuh (Pasal-Pasal).

Pada alinea keempat Pembukaan tercantum rumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
meliputi:

1.Basis atau fundamen Negara

2.Tujuan yang menentukan Negara

3.Pedoman yang menentukan cara bagaimana Negara itu meleksanakan fungsi-


fungsinyadalam mencapai tujuan.

Pada hakekatnya Pancasila mengandung dua pengertian pokok, yaitu sebagai Pandangan
Hidup Bangsa Indonesia dan sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.

Landasan Yuridis Pendidikan Pancasila

1. Pasal 31 UUD 1945 ayat 3, berisi bahwa “Pemerintah mengusahakan dan


menyelenggarakan satu Sistem Pendidikan Nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang”.
2. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
3. Ketetapan MPR No. X/MPR/1998 tentang Pokok-pokok Reformasi Pembangunan
dalam Rangka Penyelamatan dan Nermalisasi Kehidupan Nasional sebagai Haluan
Negara.
4. Kep. Menteri Pendidikan Nasional R.I No. 056/U/1994, yang mengacu pada
Peraturan Pemerintah (PP) No. 30 tahun 1990, menetapkan bahwa status
Pendidikan Pancasila dalam kurikulum Pendidikan Tinggi sebagai kuliah
wajib untuk setiap program studi dan bersifat nasional.
5. Kep. Menteri Pendidikan Nasional R.I. No. 010/0/2000.
6. Kep. Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar mahasiswa telah
ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi.
7. Kep. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional R.I. No.
256/DIKTI/Kep/2000, tentang Penyempurnaan Kurikulum Inti Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Pancasila pada perguruan
tinggi di Indonesia.
© Pasal 1, bahwa “Mata Kulian Pendidikan Pancasila yang mencakup unsur Filsafat
Pancasila merupakan salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan
dalam susunan Kurikulum Inti Perguruan Tinggi di Indonesia.”

© Pasal 2, bahwa “Mata Kuliah Pendidikan Pancasila adalah mata kuliah wajib untuk diambil
oleh setiap mahasiswa.”

© Pasal 4, bahwa “Pendidikan Pancasila yang mencakup unsur filsafat Pancasila di


Perguruan Tinggi bertujuan untuk:

1).Dapat memahami dan mampu melaksanakan jiwa Pancasila dan UUD 1945 dalam
kehidupannya.

2).Menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah dasar kehidupan


bermasyarakat.

3).Memupuk sikap dan prilaku yang sesuai dengan Nilai-Nilai dan Norma Pancasila.”

1. Kep.Dirjen.DIKTI. Depdiknas. RI No. 38/DIKTI/Kep/2002 Jo


No.43/DIKTI/Kep/2006, tentanf Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi.
2. PP No. 60 tahun 1999 tentang Perguruan Tinggi:

a).Menyiapkan peserta didik menjadi anggota mesyarakat yang memiliki kemampuan


akademik dan profesional yang dapat menerapkan dan memperkaya khasanah
IPTEKS.

b).Mengembangkan IPTEKS serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf


kehidupan masyarakat dan memperkaya kehidupan nasional.

Landasan Historis

Pancasila digali semenjak lahirnya bangsa Indonesia, meliputi Nilai ke-Tuhanan, Sikap
Toleransi, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Melalui proses yang cukup panjang.

Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat isilah “Pancasila”,
namun yang dimaksud Dasar Negara dengan istilah “Pancasila”.

Sejarah ketatanegaraan telah terjadi beberapa kali perubahan UUD. UUD 1945
diganti oleh Konsitusi RIS (1949), kemudian berubah menjadi UUD
Sementara (1950), dan akhirnya dikeluarkan Dekrit 5 Juli 1959, yang
isinya:

1.Membubarkan Konstituante

2.Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945


3.Dibentuknya MPRS dan DPRS dalam waktu yang sesingkat-singkatnya

Landasan Kultural

Dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, setiap Negara di dunia memiliki suatu
pandangan hidup.

BangsaIndonesia mendasarkan pandangan hidup dalam suatu asas kultural yang dimiliki dan
melekat pada bangsa sendiri yaitu Pancasila.

Pancasila sebagai jati diri merupakan pencerminan nilai yang tumbuh dalam
kehidupan bangsa, diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki
bangsa Indonesia.

Pancasila tidak mengandung nilai-nilai yang kaku dan tertutup, Pancasila terbuka
masuknya nilai-nilai yang positif yang datang dari dalam maupun dari
luar.

Landasan Filosofis

Pancasila sebagai dasar Negara filsfat Negara dan filosofis bangsa Indonesia, merupakan
suatu keharusan moral untuk secara konsisten
merealisasikannya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

Secara filosofi, bangsa Indonesia sebelum mendirikan Negara sebagai bangsa yang berke-
Tuhanan dan berperikemanusiaan. Secara objektif, manusia Indonesia adalah berke-Tuhanan,
berperikemanusiaan yang adil dan beradab dan mempertahankan persatuan untuk
mewujudkan keadilan.

Atas dasar filosofis tersebut dalam hidup bernegara nilai-nilai pancasila merupakan dasar
filsafat Negara.

Pancasila sebagai besar falsafah Negara hasus menjadi sumber nilai pembangunan nasional
yang berkaitan erat dengan politik.

Tujuan Pendidikan Pancasila

Rakyat melalui perwakilannya, menyatakan bahwa Pendidikan Nasional diarahkan


untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa.

Perkuliahan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan dapat diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan perkuliahan Pancasila juga untuk memberikan dasar-dasar ilmiah atau


transformasi nilai melalui pengembangan pengetahuan secara ilmiah.

Memberikan pengertian, pancasila sebagai filsafat atau tatanilai bangsa.


Dengan mengetahui Pancasila secara ilmiah, mahasiswa akan memiliki ketahanan
ideologis dalam menghadapi pengaruh negatif dari luar.

Mempersiapkan warga Negara yang berkesadaran kebangsaan, serta pemimpin-pemimpin


yang
bertanggungjawab terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
yang bersendikan Pancasila.

Keberhasilan dalam pendidikan Pancasila, akan membuahkan sikap mental bersifat cerdas
dan penuh tanggung jawab.

J PERTEMUAN 2

Masa Kerajaan (abad VI-XII)

Berdiri kerajaan-kerajan besar dengan suasana kehidupan gemah-ripah loh-jinawi, tata-


tentrem, kertaraharja. Dan merupakan Negara-negara berdaulat,
bersatu mempunyai wilayah hampir di seluruh nusantara. Unsur-unsur yang
merupakan benih Pancasila pada jaman itu, meliputi:

 · Ke-Tuhanan
 · Kemanusiaan
 · Persatuan
 · Tata pemerintahan atas dasar musyawarah
 · Keadilan social

Dokumen tertulis yang membuktikan terdapatnya unsur-unsur tersebut ialah prasasti-prasasti,


juga di dalam Nagarakertagama karangan Mpu Tantular. Serta kehidupan yang berke-
Tuhanan, tercermin dalam suasana kerukunan antar agama, yang dilukiskan oleh Mpu
Tantular
dalam bukunya yang berjudul Sutasoma.

Masa Penjajahan Barat (abad XV-XIX)

Merupakan awal kontak dengan bangsa-bangsa Barat. Kedatangan mereka ke daratan


Nusantara karena kesuburan Indonesia dengan hasilbumi, mereka berlomba-lomba nerebut
kemakmuran bumi Indonesia.

Masa penjajahan Belanda menuju kearah penguasaan terhadap seluruh kehudupan bangsa
maupun wilayah nusantara. Masa penjajahan Belanda, dijadikan
tonggak sejarah perjuangan bangsa dalam mencapai cita-cita.

Masa Kebangkitan Nasional (20 Mei 1908)

Merupakan awal tonggak kebangkitan bangsa yang telah sekian lamanya terbenam dalam
penjajahan. Perlawanan secara fisik yang tidak ada koordinasi,
mendorong pemimpin Indonesiauntuk merubah perlawaan yaitu dengan menyadarkan bangsa
Indonesia akan pentingnya bernegara. Maka lahirlah bermacam-macam organisasi politik,
pelopor pertama adalah dr. Whidin Sudirohusodo.
Pada tanggal 28 oktober 1928, terjadi prestasi gemilang bangsa Indonesiadalam mewujudkan
citi-cita Indonesia merdeka. Para pemuda berikrar, menyatakan pengakuan adanya “Bangsa
Tanah air dan Bangsa yang satu, yaitu Indonesia”. Peristiwa ini disebut “Sumpah Pemuda”.

Masa Berakhirnya Kolonialisme Asing (1942-1945)

Jepang masuk ke Indonesia menghalau Belanda, merupakan awal Jepang di Indonesia.


Melihat kenyataan yang tidak menguntungkan, Jepang mengubah haluan politik dengan
mempropagandakan bahwa kehadirannya di Indonesiauntuk membebaskan Indonesia dari
cengkraman penjajah. Tetapi itu hanya tipuan agar rakyat Indonesiamembantu Jepang.

Kenyataan yang dialami bangsa Indonesia, Jepang sesungguhnya tidak kurang kejam dari
pada penjajah Belanda, dimana bangsa indonesa mengalami penderitaan yang mengakibatkan
kekecewaan rakyat Indonesia atas perlakuan Jepang, sehingga menimbulkan perlawanan.

Jepang mengetahui keinginan bangsa Indonesia yaitu kemerdekaan. Jepang menjanjikan akan
memberikan kemerdekaan di kemudian hari, apabila perang telah selesai.

Untuk mewujudkan janji tersebut, tanggal 29 April 1945 Jepang membolehkan rakyat
Indonesia membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI), dan dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, yang
kemudian memulai sidang pertama untuk merumuskan konsep dasar Negara
yaitu Pancasila.

Janji kedua diumumkan lagi, berupa “kemerdekaan tanpa syarat”. Tanggal 14 Agustus 1945,
Jepang menyerah kalah pada sekutu, saat itu terjadi
kekosongan kekuasaan di Indonesia.

Menanggapi situasi ini, dengan mempersiapkan proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17


Agustus 1945, dikumandangkan kemerdekaan Indonesiaoleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Proklamasi kemerdekaan Negara republic Indonesia adalah jembatan emas,sehingga


mempunyai makna yang sangat penting bagi bangsa dan Negara Indonesia.

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, sebagai titik puncak bangsa Indonesia,


merupakan buah perjuangan melawan penjajahan.

Proklamasi kemerdekaan, sebagai sumber lahirnya Republik Indonesia telah melahirkan


sumber hukum bagi pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta merupakan
norma pertama dari Tata Hukum Indonesia, yang berarti bahwa bangsa Indonesia mulai saat
ni telah mendirikan Tata Hukum yang baru, yaitu Hukum Indonesia.

Sehari setelah proklamasi, 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan


Indonesiabersidang untuk menyempurnakan dan mengesahkan UUD 1945, yang dituangkan
dalam uraian konkrit dan terperinci dalam “Pembukaan” dan “Batang Tubuh UUD
1945 (Pasal-pasal)”.
UUD hanya memuat aturan-aturan pokok. Sedangkan aturan-aturan yang menyangkut
pelaksanaan diserahkan pada Undang-undang Organik atau
Peraturan yang lebih rendah yang lebih mudah cara pembuatan, merubah
dan mencabutnya. Pembukaan UUD 1945, memuat Pokok-pokok pikiran sesuai
prinsip yang terkandung dalam Batang Tubuh yang menunjukan suatu sistem
pemerintahan.

J PERTEMUAN 3

Pancasila Yuridis Kenegaraan

Pancasila dibahas dari sudut pandang moral atau etika, maka lingkup pembahasannya
meliputi: “etika Pancasila” dibahas dari sudut ekonomi kita dapatkan bidang “ekonomi
Pancasila”, dari sudut pandang filsafat “filsafat Pancasila” yang meliputi aksiologi,
epitemologi, bilamana dibahas dari sudut pandang yuridis kenegaraan, maka kita dapatkan
bidang “Pancasila yuridis kenegaraan”.

Pancasila yuridis kenegaraan, meliputi kedudukan sebagai dasar negara yang meliputi bidang
yuridis dan ketatanegaraan, realisasi Pancasila di segala aspek penyelenggaraan
Negara, baik yang menyangkut norma hukum maupun norma moral.

Pembahasan Pancasila yuridis kenegaraan, meliputi pengetahuan deskriptif, kausal &


normatif. Adapun tingkat pengetahuan ilmiah assensial dibahas
dalam filsafat Pancasila, yaitu membahas sila-sila sampai inti sarinya,
maka yang terdalam, atau membahas sila-sila Pancasila sampai tingkat
hakikatnya.

Secara Ilmiah

Sebagai suatu kajian ilmiah harus memenuhi syarat ilmiah yaitu dengan metode analisis-
abstraksi-sistesis. Sistem pengetahuan ilmiah itu
bertingkat-tingkat sebagaimana dikemukakan oleh I.r Poedjowijatno dalam
bukunya: “Tahu dan Pengetahuan”. Sbb:

1. Berobyek

Syarat suatu pengetahuan ilmiah, bahwa ilmu pengetahuan itu herus memiliki obyek. Di
dalam filsafat ilmu pengetahuan dibedakan atas dua macam
obyek yaitu “obyek formal” dan “obyek materia”.

Obyek formal, pancasila yang dalam arti formal yaitu Pancasila dalam rumusan yang sudah
tertentu bunyinya dan berkedudukan hukum sebagai dasar
filsafat Negara.

Obyek materia, pancasila adalah suatu obyek yang merupakan sasaran pembahasan dan
pengkajian, baik bersifat empiris maupun non-empiris.

Obyek materia pembahasan, adalah pandangan hidup bangsa yang sudah lama diamalkan
dalam segala aspek, adat dan kebudayaan, dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu obyek materia
pembahasan Pancasila berupa: lembaran Negara, lembaran hukum maupun
naskah-naskah resmi kenegaraan yang mempunyai sifat imperatif yuridis.

Adapun obyek yang bersifat non-emperis meliputi: nilai moral, serta nilai-nilai religius yang
tercermin dalam kepribadian, sifat, karakter
dan pola-pola budaya dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Bermetode

Salah satu metode dalam pembahasan Pancasila adalah metode “analitico syntetic” yaitu
suatu perpaduan metode analitis dan sintesis.
Dikarenakan obyek Pancasila banyak berkaitan dengan hasil-hasil budaya
dan obyek sejarah, maka lazim digunakan metode “hermeneutika” yaitu
suatu metode untuk menemukan makna dibalik obyek.

Demikian juga metode “koherensi historis”, serta metode “pemahaman, penafsiran dan
interpretasi”, metode-metode tersebut senantiasa didasarkan atas
hukum-hukum logika dalam suatu penarikan kesimpulan terhadap: UUD 1945,
TAP MPR, Perundang-undangan, serta fakta-fakta historis yang telah
diakui kebenarannya, diteliti dengan menggunakan metode dan teknik yang
bersifat ilmiah agar dapat dipahami obyek secara lebih berhasil,
sehingga diperoleh pengetahuan yang benar mengenai obyek itu.

3. Bersistem

Pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu kesatuan, artinya keseluruhan proses dan hasil
berpikir disusun dalam satu kesatuan yang bulat. Saling
berhubungan sehingga diperoleh kesatuan yang organis, harmonis, dan
dinamis.

Pembahasan Pancasila sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 secara
ilmiah, harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan.

4. Bersifat Universal

Kebenaran pengetahuan ilmiah harus bersifat universal, tidak terbatas oleh waktu, situasi,
maupun jumlah tertentu.

Kajian hakikat pada nilai-nilai Pancasila bersifat universal, dengan kata lain bahwa inti sari,
essensi atau makna yang terdalam dari sila-sila
Pancasila adalah bersifat universal yang mendukung kebenaran atas
kesimpulan dan pertanyaan.

Tingkatan Pengetahuan Ilmiah

Tingkatan ilmiah dalam masalah ini lebih menekankan pada karakteristik pengetahuan.
Sehingga sangat ditentukan oleh macam pertanyaan, sbb:

1.Pengetahuan deskriptif : Suatu pertanyaan “bagaimana”


Mengkaji Pancasila secara obyektif, harus menerangkan dan menjelaskan serta menguraikan
Pancasila secara obyektif sesuai dengan kenyataan Pancasila
itu sendiri sebagai hasil budaya bangsa Indonesia.

2.Pengetahuan kausal : Suatu pertanyaan “mengapa”

Kaitan dengan kajian tentang Pancasila, maka tingkat pengetahuan sebab-akibat akan
berkaitan dengan kajian proses kausalitas terjadinya Pancasila,
meliputi empat
kausa: kausa materialis, kausa formatis, kausa effisien dan kausa
finalis.

3.Pengetahuan normatif
: Suatu pertanyaan “ke mana”

Dengan kajian normatif, dapat membedakan secara normatif realisasi atau pengamalan
Pancasila yang seharusnya dilakukan. Realisasi Pancasila dalam
kenyataan faktual
yaitu Pancasila yang senantiasa berkaitan dengan dinamika kehidupan
serta
perkembangan zaman.

4.Pengetahuan essensial
:
Suatu pertanyaan “apa”

Kajian Pancasila secara essensial pada hakikatnya untuk mendapatkan suatu pengetahuan
tentang inti sari atau makna yang terdalam dari sila-sila Pancasila.

Hakikat Sila-sila Pancasila

1. Hakikat sila ke-Tuhanan Yang Maha Esa

Prinsip yang berisi keharusan untuk bersesuaian dengan hakikat Tuhan, pencipta segala
makhluk dan pencipta alam semesta beserta isinya, sebagai asas
kenegaraan, maka
segenap rakyat Indonesia
berdasarkan atas ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Hakikat/prinsip sila ini
untuk
menghormati dan mentaati Tuhan. Pancasila bukan agama, hal-hal yang
siftanya
ritual dan sakral, diserahkan kepada agama dan kepercayaan
masing-masing.

2. Hakikat sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Mengandung sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan kepada budi nurani manusia
dalam
hubungan dengan sesama manusia dan alam. Prinsip ini bersesuaian dengan
hakikat
manusia.

3. Hakikat sila Persatuan Indonesia

Berisi keharusan untuk bersesuaian dengan hakikat satu, tidak terbagi, tidak menjadi
bagian dari Negara lain.

4. Hakikat sila Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

Berkeharusan untuk bersesuaian dengan rakyat, rakyat merupakan unsur konstitutif,


pembentuk
Negara. Kekuasaan tertinggi di dalam Negara berada di tangan rakyat.

5. Hakikat sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Tekanan pada hubungan antar warga Negara dengan pemerintah dan sebaliknya. Dalam
hubungan antar pemerintah dengan warga Negara, masing-masing pihak
mempunyai
hak dan kewajiban.

J PERTEMUAN 4

Hakikat Pancasila

Upaya untuk memperdalam dan mempelajari kakikat dari Pancasila akan berhadapan dengan
dua sisi yang hakiki, yaitu pencasila
sebagai
Pandangan Hidup (Way of Life) dan pencasila sebagai Dasar Negara (Staat
Fundamental Norm).

Dari kedua sisi yang fundamental ini, terbentuk beberapa fungsi yang lain, misalkan:
Pancsiala sebagai jiwa dan kepribadian
bangsa,
idologi Negara, sumber cita-cita dan tujuan nasional, perjanjian luhur
rakyat Indonesia,
bahkan juga norma dasar dan kriteria
dasar manusia Indonesia.
Dari kedudukan yang hakiki inilah lahir berbagai nilai dan fungsi
Pancasila
yang melandasi segala tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Arti pandangan hidup bagi suatu bangsa

Dengan pandangan hidup yang jelas suatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman
dalam memecahkan masalah-masalah
politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan yang timbul dalam
gerak masyarakat
yang semakin maju dan semakin mengglobal.

“Pandangan hidup suatu bangsa adalah suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki oleh
bangsa itu sendiri,
yang
diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk
mewujudkannya.”

Definisi tentang pandangan hidup ini merupakan pegangan bagi bangsa Indonesia
dan pengatur pemahaman atas latar belakang Pancasila yang lahir dan
tumbuh dari
sejarah dan kebudayaan bangsa.

Manfaat Pancasila sebagai pandangan hidup

1. Menjadikan bangsa Indonesia


berdiri kokoh dan mengetahui
dengan jelas kearah mana tujuan yang ingin dicapai.

2. Sebagai pegangan
dan pedoman bagi pemecahan masalah
yang dihadapi.

3. Sebagai pedoman
bangsa Indonesia
membangun dirinya.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa berisikan:

Konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Pikiran yang terdalam dan gagasan
bangsa Indonesia mengenai wujud kehidupan yang dianggap terbaik, cocok
dan
paling sesuai dengan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki
oleh
bangsa Indonesia yang diyakini kebenarannya dan menimbulkan tekad untuk
mewujudkannya.

Pancasila sebagai Dasar Negara

Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara berarti Pancasila dijadikan sebagai dasar
mengatur pemerintah negara dan
penyelenggaraan negara. Pancasila berkedudukan sebagai sumber tertinggi
dari
pada hukum yang mengatur kehidupan negara dan masyarakat, semua hukum
yang
berlaku dalam kegiatan prikehidupan berbangsa dan bernegara harus
bersumber
dari pancasila.

Dengan demikian, nilai pancasila sebagai norma dasar negara (grundnorm) adalah bersifat
imperatif, artinya mengikat dan
keharusan
semua yang ada di dalam wilayah kekuasaan hukum negara untuk tidak
mengesampingkan norma-norma hukum, pelanggaran atasnya dapat berakibat
hukum
(dikenakan suatu fisik/penjara sesuai dengan berat ringannya kejahatan
yang
dilakukan).

Nilai-nilai pancasila merupakan asas utama yang membimbing para pembuat hukum dalam
membuat Undang-Undang. Negara mempunyai
keterbatasan
dalam membuat undang-undang, yaitu berupa persetujuan rakyat yang
diwakili oleh
Legislatif dan Eksekutif.

Dari aspek ketatanegaraan Indonesia, maka pancasila


dinyatakan sebagi dasar negara mengandung pengertian sebagai sumber
dari segala
sumber hukum. Seperti dinyatakan dalam TAP.MPR No.III/MPR/2000, tanggal
10
Agustus 2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan.

Dengan terbitnya TAP.MPR No.III/MPR/2000 ini mka TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 ttg.
Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib
Hukum dan
Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan Joncto TAP MPR No. V/MPR/1973
dan TAP
MPR No. IX/MPR/1978, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Kedudukan pancasila sebagai dasar Negara dapat diperinci sebaga berikut :

Pancasila sebagai dasar negara merupakan sumber


dari segala sumber hukum Indonesia.

Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945.

Mewujudkan cita-cita hukum bagi dasar negara


(baik tertulis maupun tidak tertulis).

Mengandung norma yang mengharuskan UUD


mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara
memegang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Merupakan sumber semangat bagi UUD 1945, bagi
pengelenggara negara, para pelaksana pemerintah, juga bagi para
penyelenggara
partai dan golongan fungsional.

Pancasila sumber dari segala hukum

Kedautalan rakyat menurut sejarah pembentuk negara Indonesia, semula


diwakili kepada suatu badan istimewa yaitu Panitia Persiapan Kemerdekan
Indonesia (PPKI). Badan tersebut menurut teori hukum, mempunyai
wewenang
menetapkan dasar negara yang paling fundamental yang disebut dasar
Falsafah
negara atau Norma Dasar Hukum Negara yang pada tanggal 18 Agustus 1945
telah
dimurnikan dan menjadi Dasar Negara Republik Indonesia.

Sumber hukum berdasarkan TAP.MPR No. III/MPR/2000, tanggal 10 Agustus 2000 dalam
artian adalah sumber yang dijadikan
pedoman dalam
pembuatan aturan hukum di bawahnya dengan melihat pada tata urutan
perundang-undangan yang berlaku pada saat ini, yaitu:

1.UUD Republik Indonesia 1945

2.Ketetapan MPR

3.UU

4.Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

5.Peraturan Pemerintah

6.Keputusan Presiden

7.Peraturan Daerah

Urutan Peraturan Perundang-undangan berdasarkan UU No. 10 tahun 2004, sbb:

1.UUD Republik Indonesia 1945

2.UU/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)

3.Peraturan Pemerintah

4.Peraturan Presiden

5.Peraturan Daerah:

a.Perda Propinsi dibuat DPRD Propinsi dengan Gubernur


b.Perda Kab/Kota dibuat oleh DPRD Kab/Kota bersama
Bupati/Walikota

c.Peraturan Desa/Peraturan yang setingkat dibuat oleh BPD


atau nama lainnya bersama dengan Kepada Desa atau nama lainya.

https://fannymp120203090100.wordpress.com/2010/05/12/pancasila-pembahasan-pancasila-
secara-ilmiah/

Anda mungkin juga menyukai