Anda di halaman 1dari 17

Oleh: LIES ARIANY, SH.

,MH
 Negara hukum baru di kenal pada abad XIX, tetapi konsep
negara hukum sudah mulai ada pada zaman plato hingga kini,
konsep negara hukum telah banyak mengalami perubahan yang
mengilhami para filsuf dan para pakar hukum, untuk
merumuskan apa yang dimaksud negara hukum dan konsep apa
saja yang harus ada di dalam konsep negara hukum.
Negara Hukum adalah negara yang
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya
didasarkan atas hukum. Karena itu pemerintah
dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan
tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Hukum sebagai dasar diwujudkan dalam
peraturan perundang-undangan yang berpuncak
pada konstitusi (berisi kesepakatan/konsensus
bersama) atau hukum dasar negara. Dengan
demikian di dalam negara hukum, kekuasaan
negara berdasar atas hukum bukan kekuasaan
belaka serta pemerintahan negara berdasarkan
pada konstitusi. Negara berdasarkan atas hukum
menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi
sehingga ada istilah supremasi hukum.
Negara hukum formal adalah negara yang membatasi ruang
geraknya dan bersifat pasif terhadap kepentingan rakyatnya.
Negara tidak campur tangan secara banyak terhadap urusan &
kepentingan warga negaranya. Urusan ekonomi diserahkan pada
warga negara, yang berarti warga negara dibiarkan untuk mengurus
kepentingan ekonominya sendiri maka dengan sendirinya
perekonomian negara akan sehat (machtstaat). Konsep ini terjadi
di Eropa sekitar abad ke 19 dan ternyata penerapannya
mengundang kecaman banyak warga negaranya terutama pasca
perang dunia ke 2 di mana negara dianggap lambat dan tidak
bertanggung jawab atas segala dampak ekonomi yang timbul pasca
perang tsb. Muncul gagasan baru yang disebut sebagai welfare
state, atau negara kesejahteraan. Negara kesejahteraan ini disebut
sebagai konsep negara hukum material. Pemerintah bisa bertindak
secara lebih luas dalam urusan dan kepentingan publik jauh
melebihi batas-batas yang pernah diatur dalam konsep negara
hukum formal. Pemerintah memiliki keleluasaan untuk turut
campur tangan dalam urusan warga negaranya dengan dasar bahwa
pemerintah ikut bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat
Negara2 di dunia mengenal adanya perbedaan sistem hukum yang
karenanya sangat menentukan tatanan kehidupan kenegaraan yang
tercakup di dalamnya.
Sistem Hukum yang berlaku di dunia antara lain:
 Sistem Hukum Civil Law (Eropa Kontinental)  Rechtsstaat
 Sistem Hukum Common Law (Anglo Saxon)  Rule of Law
 Sistem Hukum Islam  Nomokrasi Islam
 Sistem Hukum Sosialis  Socialist Legality
 Sistem Hukum Adat

Perbedaan sistem hukum ini menimbulkan konsekwensi pada mazhab


hukum yang dianut pada wilayah tertentu, terkait dengan sistem peradilan
dan kekuasaan kehakiman yang berlaku di dalamnya.
 Negara Hukum Eropa Kontinental ini dipelopori oleh
Immanuel Kant. Tujuan negara hukum menurut Kant
adalah menjamin kedudukan hukum dari individu-
individu dalam masyarakat. Konsep negara hukum ini
dikenal dengan negara hukum liberal. Dikatakan negara
hukum liberal karena Kant dipengaruhi oleh paham
liberal yang menentang kekuasaan absolute raja pada
waktu itu. Dikatakan negara hukum dalam arti sempit
karena pemerintah hanya bertugas dan
mempertahankan hukum dengan maksud menjamin
serta melindungi kaum Boujuis (tuan tanah) artinya
hanya ditujukan pada kelompok tertentu saja.
 Negara Anglo Saxon tidak mengenal negara hukum, tetapi
mengenal atau menganut apa yang disebut dengan “The Rule of
Law” atau Pemerintahan oleh Hukum. Rule of Law (Rol) adalah
sebuah konsep hukum yang sesungguhnya lahir dari sebuah
bentuk protes terhadap sebuah kekuasaan yang absolute
disebuah negara. Dalam rangka membatasi kekuasaan yang
absolute tersebut maka diperlukan pembatasan-pembatasan
terhadap kekuasaan itu, sehingga kekuasaan tersebut ditata
agar tidak melanggar kepentingan asasi dari masyarakat,
dengan demikian masyarakat terhindar dari tindakan-tindakan
melawan hukum yang dilakukan oleh penguasa.
 Menurut Stahl & Scheltema:
1. pengakuan dan perlindungan HAM;
2. negara didasarkan teori trias politica;
3. Pemerintahan berdasarkan UU
4. ada peradilan administrasi (PTUN).
5. kepastian hukum;
 Menurut A.V. Dicey:
1. Supremasi hukum (supremacy of law)
2. persamaan di hadapan hukum (equality
before the law)
3. konstitusi yang didasarkan atas hak-hak
perorangan.
International Commision of Jurist di Bangkok
1965 merumuskan ciri-ciri negara demokratis
di bawah Rule of Law:
a.Perlindungan konstitusional, dlm arti bhw
konstitusi selain drpd menjamin hak-hak
individu harus menentukan pula cara
prosedural utk memperoleh perlindungan atas
hak-hak yg dijamin
b.Badan kehakiman yg bebas dan tidak
memihak
c.Kebebasan untuk menyatakan pendapat
d.Pemilihan umum yang bebas
e.Kebebasan untuk berorganisasi dan
beroposisif. pendidikan kewarganegaraan
Franz Magnis Suseno menyebut 5 (lima) ciri
negara hukum sebagai salah satu ciri neg
demokrasi:
a.Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yg
bersangkutan sesuai dgn ketetapan sebuah UUD
b.UUD menjamin HAM yg paling penting, krn tanpa
jaminan tersebut, hukum menjadi sarana
penindasan
c.Badan-badan negara menjalankan kekuasaannya
dan hanya taat pada dasar hukum yg berlaku
d.Terhadap tindakan badan negara, masyarakat
dapat mengadu ke pengadilan dan putusan
pengadilan dilaksanakan oleh badan negara.
e.Badan kehakiman yang bebas & tidak memihak.
Hubungan Negara Hukum dengan Demokrasi
seperti dua sisi mata uang. Konsep negara
hukum material mensyaratkan adanya
demokrasi, begitupula demokrasi
mensyaratkan adanya wadah negara hukum
dalam pelaksaksanaannya.Negara Indonesia
yang dalam konstitusinya (pasal 1 ayat (3))
secara nyata menyatakan diri sebagai negara
hukum, dalam pasal lainnya (pasal 1 ayat (2))
dinyatakan kedaulatan ada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut UUD
Montesquieu memisahkan 3 (tiga) jenis kekuasaan,
yaitu kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif dan
kekuasaan yudikatif. Berbeda dengan John Locke
yang memasukkan kekuasaan yudisial dalam
kekuasaan eksekutif, Montesquieu memandang
kekuasaan pengadilan sebagai kekuasaan yang
berdiri sendiri.
Bila kekuasaan legislatif dan eksekutif dipegang oleh
satu orang atau oleh sebuah badan, maka tidak akan
ada kebebasan karena warga negara akan khawatir
jika raja atau senat yang membuat UU tirani akan
memerintah mereka secara tiran.
 Kebebasan pun tidak ada jika kekuasaan
kehakiman tidak dipisahkan dari kekuasaan legislatif
dan kekuasaan eksekutif, maka kekuasaan atas
kehidupan dan kebebasan warga negara akan
dijalankan sewenang-wenang karena hakim akan
menjadi pembuat hukum, dan jika hakim disatukan
dengan kekuasaan eksekutif maka hakim bisa
menjadi penindas
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN 5
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PUSAT
UUD 1945

BPK Presiden DPR MPR DPD MA MK


kpu bank
sentral
kementerian badan-badan lain KY
negara
yang fungsinya
dewan berkaitan dengan
pertimbangan
kekuasaan
TNI/POLRI kehakiman

Perwakilan Pemerintahan Daerah Lingkungan


BPK Provinsi Provinsi
Peradilan Umum
Gubernur DPRD
Lingkungan
Peradilan Agama
Lingkungan
Peradilan Militer
Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota Lingkungan
Bupati/ Peradilan TUN
DPRD
Walikota

DAERAH

Anda mungkin juga menyukai