KEDAULATAN
DEMOKRASI NOMOKRASI
2
PRINSIP NEGARA DEMOKRASI KONSTITUSIONAL
BERDASARKAN UUD 1945
DEMOKRASI NOMOKRASI
• Konsepsi negara hukum Indonesia yang dulu dikesankan menganut konsepsi rechtsstaat
dinetralkan menjadi negara hukum saja, tanpa label rechtsstaat.
• Dengan demikian konsepsi negara hukum yang dianut UUD 1945 diperoleh baik dari
rechtsstaat maupun the rule of law, bahkan sistem hukum lainnya yang menyatu (integratif) dan
implementasinya disesuaikan dengan tuntutan perkembangan.
• Konsep negara hukum Indonesia menerima prinsip kepastian hukum yang menjadi hal utama
dalam konsepsi rechtsstaat, sekaligus juga menerima prinsip rasa keadilan dalam the rule of law.
Bahkan, negara hukum Indonesia juga menerima nilai spiritual dari hukum agama. Hukum
tertulis dan segala ketentuan proseduralnya (rechtsstaat) diterima tetapi harus diletakkan dalam
rangka menegakkan keadilan (the rule of law).
4
PERKEMBANGAN
DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DAN SISTEM KETATANEGARAAN
1.Hukum adalah institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis dan akar budaya sendiri. Karena itu, doktrin
dan prinsip negara hukum akan berbeda antara satu negara dengan negara lain.
2.Doktrin dan prinsip negara hukum yang terdapat dalam the rule of law tidak dapat begitu saja diterima dan
diterapkan di Indonesia. The rule of law merupakan doktrin yang tumbuh dan berkembang ratusan tahun seiring
dengan pertumbuhan dan perkembangan bangsa Eropa. Karena itu, memberikan penfsiran dan memraktikan
negara hukum menurut doktrin the rule of law di Indonesia dikatakan sebagai cara berbuat yang kurang merdeka.
3.Sesuai dengan falsafah bangsa Indonesia, Pancasila, Satjipto menyatakan bahwa negara hukum yang dianut
harus didasarkan pada Pancasila yang lebih menekankan pada substansi, bukan prosedur dalam peraturan
perundang-undangan.
5
PERKEMBANGAN
DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DAN SISTEM KETATANEGARAAN
• SUPREMASI KONSTITUSI
Pasal 1 Ayat (2) UUD 1945 menyatakan “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
Dengan demikian, pelaksanaan kekuasaan tertinggi dalam negara, yaitu kedaulatan, baik oleh
lembaga negara maupun oleh warga negara harus dilakukan sesuai dengan ketentuan UUD
1945.
Hal itu menegaskan kedudukan UUD 1945 sebagai hukum tertinggi yang mengatur pelaksanaan
kedaulatan.
6
PERKEMBANGAN
DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DAN SISTEM KETATANEGARAAN
VERTIKAL-HIERARKHIS
Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
rakyat.
• MPR : Lembaga Tertinggi Negara, pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat, penjelmaan seluruh
• Dari MPR seluruh kekuasaan negara didistribusikan kepada Lembaga-lembaga Tinggi Negara
7
PERKEMBANGAN
DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DAN SISTEM KETATANEGARAAN
HORIZONTAL-FUNGSIONAL
• Tidak ada lagi pengelompokan Lembaga Tertinggi Negara dan Lembaga Tinggi Negara.
• Kedudukan setiap lembaga negara ditentukan oleh fungsi dan wewenangnya yang diberikan oleh
UUD.
• Masing-masing lembaga negara saling mengawasi dan saling mengimbangi (checks and
balances).
8
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN RI
MENURUT UUD 1945
9
PERKEMBANGAN
DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DAN SISTEM KETATANEGARAAN
Kekuasaan membentuk UU di tangan DPR sebagai lembaga perwakilan rakyat sehingga benar-
benar berkedudukan sebagai lembaga legislatif. DPR juga ditegaskan memiliki fungsi anggaran
dan fungsi pengawasan sehingga dalam praktik politik mengimbangi kekuasaan Presiden.
Mekanisme pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya dengan
alasan-alasan yang telah ditentukan UUD yang harus dibuktikan terlebih dahulu secara hukum
di MK dan jika terbukti baru dapat diajukan ke dalam forum politik di MPR.
10
PERKEMBANGAN
DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DAN SISTEM KETATANEGARAAN
Salah satu kesepakatan dasar perubahan UUD 1945 adalah penguatan sistem presidensial.
Salah satu implementasinya adalah pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh
rakyat.
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung ini dalam perkembangannya diikuti
dengan perubahan cara pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang sebelumnya oleh
11
PERKEMBANGAN
DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DAN SISTEM KETATANEGARAAN
• KEKUASAAN KEHAKIMAN
Jika pada masa lalu hanya dikenal adanya MA sebagai satu-satunya pelaku kekuasaan
kehakiman serta puncak dari badan-badan peradilan, saat ini terdapat satu lembaga lagi
Dalam rumpun kekuasaan kehakiman juga terdapat Komisi Yudisial (KY) sebagai lembaga yang
bersifat penunjang dengan wewenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan wewenang
lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim.
12
PERKEMBANGAN
DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DAN SISTEM KETATANEGARAAN
UUD 1945 sebelum perubahan hanya mengatur HAM secara sumir yang pelaksanaannya
didistribusikan kepada lembaga legislatif yang ternyata dalam ketentuan UU hanya dijadikan
Saat ini masalah HAM serta hak konstitusional warga negara diatur paling tidak dalam enam bab,
yaitu dalam Bab Warga Negara dan Penduduk, Bab Hak Asasi Manusia, Bab Agama, Bab
Pertahanan dan Keamanan Negara, Bab Pendidikan dan Kebudayaan, serta Bab Perekonomian
Khusus untuk HAM diatur dalam tersendiri yang diatur dalam 10 pasal yang terdiri atas 26 ayat.
13
PERKEMBANGAN
DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DAN SISTEM KETATANEGARAAN
• OTONOMI DAERAH
UUD 1945 pasca perubahan menggariskan politik hukum “otonomi luas” yang menegaskan
perubahan atas politik hukum yang dianut oleh Orde Baru yaitu otonomi yang nyata dan
bertanggung jawab.
Pasal 18 Ayat (5) UUD 1945 menyatakan bahwa Pemerintahan Daerah menjalankan otonomi
14
PERMASALAHAN
DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DAN SISTEM KETATANEGARAAN
1. Meskipun kita telah berhasil melalui tiga siklus kepemimpinan nasional dan menjalankan
demokrasi di tingkat daerah, namun demokrasi yang telah berjalan masih bersifat prosedural
semata.
2. Sistem ketatanegaraan kita masih diwarnai ketidakpastian hubungan wewenang antar lembaga
negara yang melahirkan ketegangan dan tidak dapat dijalankannya wewenang dan fungsi
suatu lembaga secara maksimal. Di antara lembaga-lembaga negara, DPD dan KY merupakan
dua lembaga yang belum dapat menjalankan wewenang konstitusional yang dimiliki secara
maksimal.
3. Meskipun dalam Perubahan UUD 1945 salah satu arah yang hendak dicapai adalah
memperkuat sistem presidensiil, namun sering kali terjadi hubungan-hubungan dan peristiwa-
peristiwa politik yang bercirikan parlementer.
15
PERMASALAHAN
DEMOKRASI KONSTITUSIONAL DAN SISTEM KETATANEGARAAN
4. Demokrasi yang masih sekadar bersifat prosedural itu terjadi karena belum siapnya
infrastruktur politik. Di alam demokrasi, partai politik memiliki peran yang sangat besar. Partai
politik sebagai organisasi demokratis memiliki peran melakukan rekruitmen politik,
komunikasi politik, dan pendidikan politik. Di antara ketiga peran tersebut, yang saat ini
menonjol adalah rekruitmen politik, yang sayangnya juga belum dijalankan secara demokratis..
5. Kondisi penegakan hukum di Indonesia belum mampu sepenuhnya menegakkan hukum dan
keadilan sebagai mana diamanatkan oleh UUD 1945. Penegakan hukum didistorsi oleh praktik
mafia hukum karena lemahnya integritas dan kultur aparat penegak hukum.
16
PERAN PENDIDIKAN DOKTOR ILMU HUKUM DALAM
PENGEMBANGAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL
• Demokrasi yang harus dikembangkan adalah demokrasi konstitusional yang melampaui demokrasi
prosedural semata. Persoalannya tidak hanya berhenti sampai dengan terbentuknya pemerintahan,
tetapi bagaimana mewujudkan pemerintahan yang baik melalui mekanisme pemilihan umum.
Pemilihan umum bukan hanya persoalan tingkat partisipasi pemilih, tetapi bagaimana proses
pemilihan itu berkualitas dan ikut menentukan terbentuknya pemerintahan yang baik.
• Demokrasi konstitusional tidak bebas nilai. Keberadaannya justru untuk merawat dan menguatkan
nilai-nilai tertentu. Namun, dalam praktiknya kadang nilai itu terpinggirkan dari jalan demokrasi
konstitusional. Pancasila sebagai nilai dasar di satu sisi selalu dinyatakan masih relevan, namun di
sisi lain sulit dijumpai manifestasinya dalam praktik demokrasi konstitusional. Hal ini perlu
pemikiran mulai yang bersifat filosofis hingga teknis bernegara agar demokrasi konstitusional tidak
mengasingkan bangsa Indonesia dari Pancasila.
17
PERAN PENDIDIKAN DOKTOR ILMU HUKUM DALAM
PENGEMBANGAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL
• Problem pembentukan hukum, baik secara substansial maupun secara prosedural. Dari sisi
substansial, kerangka konsep dan keilmuan tentang arah bagaimana hukum harus dibuat
sesuai dengan arah konstitusi belum menjadi kajian yang menyeluruh.
• Kelembagaan Negara, baik itu legislatif, eksekutif, maupun yudikatif, masih banyak
memerlukan kajian, baik terkait dengan kewenangan, mekanisme kelembagaan, maupun
pengawasan. Setiap cabang kekuasaan saat ini juga tidak hanya terdiri dari satu lembaga,
tetapi ada beberapa lembaga, baik sederajat maupun subordinat yang memerlukan penataan
hubungan sehingga keberadaannya efektif untuk mencapai tujuan dan tetap mampu mencegah
terjadinya penyalahgunaan kekuasaan.
18
PERAN PENDIDIKAN DOKTOR ILMU HUKUM DALAM
PENGEMBANGAN DEMOKRASI KONSTITUSIONAL
• Persoalan penegakan hukum. Segala nilai, prinsip, dan aturan yang telah dibuat di negara
demokrasi konstitusional tidak akan berarti apa-apa ketika terdistorsi pada tataran
pelaksanaan dan penegakan hukum. Hal ini tentu membutuhkan kajian mendalam yang tidak
hanya normatif, tetapi pendekatan yang mampu memotret realitas secara utuh sekaligus
memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat diterapkan.
• Persoalan Hak Asasi Manusia, baik dari sisi konsepsi yang masih tarik ulur antara universalitas
dan partikularitas maupun dari sisi pelaksanaan penghormatan, penegakan, dan pemajuannya
dalam berbagai produk hukum dan tindakan negara.
19
20