Anda di halaman 1dari 49

Oleh Sarjita, S.H., M. Hum.

081227001925/Sarjita Oke,
sar_djita@yahoo.co.id,
djitashmhum.blogspot.com

KEMENTERIAN
NEGARA
Pancasila UUD 1945 Bhineka
1

3
Tunggal
Ika & NKRI
PENDAHULUAN 1
PENDAHULUAN
2
PROSES PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Latar Belakang Tujuan Perubahan
Tuntutan Reformasi Sebelum Perubahan
Perubahan
Menyempurnakan aturan
Antara lain: • Pembukaan • Kekuasaan tertinggi di
dasar, mengenai:
tangan MPR
• Batang Tubuh • Kekuasaan yang sangat • Tatanan negara
•Amandemen besar pada Presiden • Kedaulatan Rakyat
- 16 bab • Pasal-pasal yang terlalu • HAM
UUD 1945 “luwes” sehingga dapat • Pembagian kekuasaan
- 37 pasal menimbulkan multitafsir • Kesejahteraan Sosial
•Penghapusan - 49 ayat • Kewenangan pada • Eksistensi negara
Presiden untuk mengatur demokrasi dan negara
doktrin Dwi - 4 pasal Aturan hal-hal penting dengan hukum
undang-undang • Hal-hal lain sesuai dengan
Fungsi ABRI Peralihan • Rumusan UUD 1945
perkembangan aspirasi
tentang semangat
•Penegakan - 2 ayat Aturan penyelenggara negara dan kebutuhan bangsa
belum cukup didukung
hukum, HAM, Tambahan ketentuan konstitusi
•Penjelasan
dan
Hasil Perubahan Sidang MPR Kesepakatan Dasar Dasar Yuridis
pemberantasan
• Pembukaan
KKN •Tidak mengubah
•Sidang Umum Pembukaan UUD •Pasal 3 UUD
••Otonomi
Pasal-pasal: Daerah MPR 1999 1945 1945
- 21 bab •Tetap
•Kebebasan Pers Tanggal 14-21
- 73 pasal mempertahankan •Pasal 37 UUD
•Mewujudkan
- 170 ayat Okt 1999 Negara Kesatuan 1945
-kehidupan
3 pasal Aturan •Sidang Tahunan Republik
demokrasi
Peralihan Indonesia •TAP MPR
- 2 pasal Aturan MPR 2000 •Mempertegas
Tambahan No.IX/MPR/1999
PENDAHULUAN 3
NASKAH RESMI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Naskah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang


ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan kembali dengan Dekrit
Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 serta dikukuhkan secara aklamasi pada tanggal
22 Juli 1959 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (sebagaimana tercantum dalam
Lembaran Negara Nomor 75 Tahun 1959)

Naskah Perubahan Pertama Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Umum MPR Tahun 1999), sebagaimana tercantum dalam
Lembaran Negara Nomor 11 Tahun 2006

Naskah Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2000), sebagaimana tercantum dalam
Lembaran Negara Nomor 12 Tahun 2006

Naskah Perubahan Ketiga Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2001), sebagaimana tercantum dalam
Lembaran Negara Nomor 13 Tahun 2006

Naskah Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 (hasil Sidang Tahunan MPR Tahun 2002), sebagaimana tercantum
dalam Lembaran Negara Nomor 14 Tahun 2006

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah
(Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002 Sebagai Naskah
Perbantuan Dan Kompilasi Tanpa Ada Opini)
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA 4
TAHUN 1945
PEMBUKAAN
(Preambule)

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia
ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BAB I. BENTUK DAN KEDAULATAN 5

Negara Indonesia ialah Negara


Kesatuan, yang berbentuk Republik
[Pasal 1 (1)]

Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan
Negara Indonesia dilaksanakan menurut
adalah negara hukum Undang-Undang Dasar
[Pasal 1 (3)***] [Pasal 1 (2)***]
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN 6
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PUSAT
UUD 1945

BPK Presiden DPR MPR DPD MA MK


kpu bank
sentral
kementerian badan-badan lain KY
negara yang fungsinya
dewan berkaitan dengan
pertimbangan
kekuasaan
TNI/POLRI kehakiman

Lingkungan
Perwakilan Pemerintahan Daerah Peradilan
Lingkungan
BPK Provinsi
Umum
Provinsi
Gubernur DPRD Peradilan
Lingkungan
Agama
Peradilan
Lingkungan
Militer
Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
Peradilan
Bupati/ TUN
DPRD
Walikota

DAERA
Lembaga-lembaga Negara yang memegang kekuasaan menurut UUD 7

DPR Presiden MA MK

Pasal 24 (1)***
Pasal 4 (1) Kekuasaan kehakiman
Pasal 20 (1)* Memegang merupakan kekuasaan
Memegang kekuasaan yang merdeka untuk
kekuasaan pemerintahan menyelenggarakan
membentuk UU peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan
BAB II. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 8

ANGGOTA ANGGOTA
DPR
dipilih
MPR DPD
dipilih
melalui Pasal 2 (1)**** melalui
pemilu pemilu

Wewenang
 Mengubah dan menetapkan Undang-Undang  Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang
Dasar [Pasal 3 ayat (1)*** dan Pasal 37**** ]; diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi
 Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden kekosongan Wakil Presiden [Pasal 8 ayat (2)***];
[Pasal 3 ayat (2)***/**** ];  Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua
 Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
Presiden dalam masa jabatannya menurut yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan
Undang-Undang Dasar partai politik yang pasangan calon Presiden dan
[Pasal 3 ayat (3)***/****]; Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya,
jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat,
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya
secara bersamaan [Pasal 8 ayat (3)****].
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
9
Syarat, Masa Jabatan, dan Wewenang Presiden/Wakil Presiden

Calon Presiden dan calon Presiden dan Wakil Presiden


Wakil Presiden harus seorang dipilih dalam satu pasangan
warga negara Indonesia sejak secara langsung oleh rakyat
kelahirannya dan tidak pernah [Pasal 6A (1)***]
menerima kewarganegaraan
lain karena kehendaknya Presiden/ Presiden dan Wakil Presiden
sendiri, tidak pernah
mengkhianati negara, serta Wakil Presiden memegang jabatan selama
lima tahun, dan sesudahnya
mampu secara rohani dan dapat dipilih kembali dalam
jasmani untuk melaksanakan jabatan yang sama, hanya
tugas dan kewajiban sebagai untuk satu kali masa jabatan.
Presiden dan Wakil Presiden. (Pasal 7 *)
[Pasal 6 (1)***]

Wewenang, Kewajiban, dan Hak


Antara lain tentang:
 memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD [Pasal 4 (1)];
 berhak mengajukan RUU kepada DPR [Pasal 5 (1)*];
 menetapkan peraturan pemerintah [Pasal 5 (2)*];
 memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa [Pasal 9 (1)*];
 memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU (Pasal 10);
 menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (1)****];
 membuat perjanjian internasional lainnya… dengan persetujuan DPR [Pasal 11 (2)***];
 menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12);
 mengangkat duta dan konsul [Pasal 13 (1)]. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (2)*];
 menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 13 (3)*];
 memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan MA [Pasal 14 (1)*];
 memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR [Pasal 14 (2)*];
 memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan UU (Pasal 15)*;
 membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16)****;
 pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri [Pasal 17 (2)*];
 pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR [Pasal 20 (2)*] serta pengesahan RUU [Pasal 20 (4)*];
 hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam kegentingan yang memaksa [Pasal 22 (1)];
 pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23 (2)***];
 peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD [Pasal 23F (1)***];
 penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh KY dan disetujui DPR [Pasal 24A (3)***];
 pengangkatan dan pemberhentian anggota KY dengan persetujuan DPR [Pasal 24B (3)***];
 pengajuan tiga orang calon hakim konstitusi dan penetapan sembilan orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)***].
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 10
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden

Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu


pasangan secara langsung oleh rakyat
[Pasal 6A (1)***]

diusulkan partai politik atau gabungan partai politik


peserta pemilu sebelum pemilu
[Pasal 6A (2) ***]

mendapatkan suara >50%


jumlah suara dalam pemilu
Presiden
dengan sedikitnya 20% di
Pemilu setiap provinsi yang tersebar dan
di lebih dari 1/2 jumlah Wapres
provinsi
[Pasal 6A (3)***]

Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih

pasangan calon yang


memperoleh suara terbanyak
pertama dalam pemilu pasangan yang
Pemilu memperoleh
pasangan calon yang suara terbanyak
memperoleh suara terbanyak
kedua dalam pemilu [Pasal 6A (4)****]
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 11
Pengusulan Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden

Presiden
DPR MPR dan/atau Wakil
Presiden terus
Pendapat DPR DPR wajib
menjabat
bahwa Presiden menyelengga menyelenggarakan
dan/atau Wakil rakan sidang sidang untuk usul DPR
Presiden telah paripurna memutuskan usul tidak
melakukan untuk DPR paling diambil
lambat diterima
Pengajuan hukum meneruskan Keputusan
pelanggaran 30 hari sidang
sejak usul
permintaan DPR usul dalam
ataupun telah tidak diterima
kepada MK hanya pemberhenti paripurna, dihadiri usul
lagi memenuhi [Pasal 7B (6)***]
dapat dilakukan an kepada sekurang- DPR
syarat
dengan7B dukungan MPR kurangnya 3/4 diterim
[Pasal (2)***] Presiden dan/atau
sekurang-kurangnya [Pasal 7B jumlah anggota, a Presiden
Wakil
disetujui sekurang- diberhentikan
2/3 dari jumlah (5)***]
anggota yang hadir kurangnya 2/3
dalam sidang jumlah yang hadir,
paripurnaMK yang
terbu setelah Presiden
kti dan/atau wakil
dihadiri
wajib oleh
memeriksa,
sekurang-kurangnya tidak presiden diberi
mengadili, dan
2/3 dari jumlah terbukti kesempatan
memutus paling
anggota menyampaikan
lama 90 hari setelah
[Pasal 7B (3)***] penjelasan
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 12
Pemilihan Wakil Presiden Dalam Hal Terjadi Kekosongan Wakil Presiden
[Pasal 8 (2)***]

MPR
selambat-lambatnya
mengajukan dalam waktu 60 hari
Wapres
Presiden dua calon menyelenggarakan
terpilih
Wapres sidang MPR untuk
memilih Wapres
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 13
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Dalam Hal Keduanya Berhalangan Tetap
Secara Bersamaan [Pasal 8 (3)****]

Presiden
dan
Wapres
parpol atau gabungan
parpol yang pasangan
mengusulkan
calon Presiden dan
pasangan calon
Wapresnya meraih suara
Presiden dan MPR
terbanyak pertama
Wapres selambat-lambatnya
dalam pemilu
sebelumnya dalam waktu 30 hari
menyelenggarakan
parpol atau gabungan sidang MPR untuk
parpol yang pasangan memilih
mengusulkan
calon Presiden dan
pasangan calon
Wapresnya meraih suara
Presiden dan
terbanyak
Wapres
kedua dalam pemilu
sebelumnya
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 14

DPR Presiden MA

dengan menyatakan perang, membuat perdamaian dan


persetujuan perjanjian dengan negara lain dan internasional
lainnya
[Pasal 11 (1)**** dan (2)***]

menyatakan keadaan bahaya


(Pasal 12)
dengan
pertimbangan mengangkat dan menerima Duta
[Pasal 13 (2)* dan (3)*]
dengan
memberi grasi dan rehabilitasi pertimbangan
[Pasal 14 (1)*]
dengan
pertimbangan memberi amnesti dan abolisi
[Pasal 14 (2)*]

memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda


kehormatan yang diatur dengan
undang-undang
(Pasal 15 *)
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 15
Kementerian Negara dan Dewan Pertimbangan

Presiden

dibantu
membentuk suatu dewan menteri-menteri negara Pembentukan,
[Pasal 17 (1)]
pertimbangan pengubahan, dan
yang bertugas yang diangkat dan pembubaran
memberikan nasihat dan diberhentikan oleh Presiden kementerian negara
pertimbangan kepada [Pasal 17 (2)*] diatur dalam undang-
Presiden membidangi urusan tertentu undang
(Pasal 16) **** dalam pemerintahan [Pasal 17 (4) ***]
[Pasal 17 (3)*]
Regulasi Kementerian Negara
 Pasal 16, 17 ayat (1), (2), (3), dan ayat
(4) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
 Undang Undang Nomor 39 Tahun 2009
tentang Kementerian Negara;
 Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun
2015 tentang Organisasi Kementerian
Negara.
Kementerian Negara
1. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut
Kementerian adalah perangkat pemerintah yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
2. Menteri Negara yang selanjutnya disebut Menteri
adalah pembantu Presiden yang memimpin
Kementerian.
3. Urusan Pemerintahan adalah setiap urusan
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Pembentukan Kementerian Negara
1. Pembentukan Kementerian adalah
pembentukan Kementerian dengan
nomenklatur tertentu setelah Presiden
mengucapkan sumpah/janji.
2. Presiden membentuk Kementerian luar negeri,
dalam negeri, dan pertahanan, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembentukan Kementerian Negara
 Pembentukan Kementerian didasarkan
pada pertimbangan: a. efisiensi dan
efektivitas; b. cakupan tugas dan
proporsionalitas beban tugas; c.
kesinambungan, keserasian, dan
keterpaduan pelaksanaan tugas; dan/atau
d. perkembangan lingkungan global.
 Jumlah keseluruhan Kementerian paling
banyak 34 (tiga puluh empat).
Kementerian Negara
1. Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan;
2. Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian;
3. Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;
4. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman;
5. Kementerian Dalam Negeri;
6. Kementerian Luar Negeri;
7. Kementerian Pertahanan;
Kementerian Negara
8. Kementerian Agama;
9. Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia;
10. Kementerian Keuangan;
11. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
12. Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi;
13. Kementerian Kesehatan;
Kementerian Negara
14. Kementerian Sosial;
15. Kementerian Ketenagakerjaan;
16. Kementerian Perindustrian;
17. Kementerian Perdagangan;
18. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
19. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
20. Kementerian Perhubungan;
21. Kementerian Komunikasi dan Informatika;
Kementerian Negara
22. Kementerian Pertanian;
23. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
24. Kementerian Kelautan dan Perikanan;
25. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi;
26. Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
27. Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional,
28. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi;
Kementerian Negara
29. Kementerian Badan Usaha Milik Negara;
30. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah;
31. Kementerian Pariwisata;
32. Kementerian Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak;


33. Kementerian Pemuda dan Olahraga; dan
34. Kementerian Sekretariat Negara.
Pengubahan Kementerian Negara

1. Pengubahan Kementerian
adalah pengubahan nomenklatur
Kementerian dengan cara
menggabungkan, memisahkan,
dan/atau mengganti nomenklatur
Kementerian yang sudah
terbentuk..
Pengubahan dilakukan dengan
mempertimbangkan:
a. efisiensi dan efektivitas;
b. perubahan dan/atau perkembangan tugas dan
fungsi;
c. cakupan tugas dan proporsionalitas beban tugas;
d. kesinambungan, keserasian, dan keterpaduan
pelaksanaan tugas;
e. peningkatan kinerja dan beban kerja pemerintah;
f. kebutuhan penanganan urusan tertentu dalam
pemerintahan secara mandiri; dan/atau
g. kebutuhan penyesuaian peristilahan yang
berkembang.
Pengubahan Kementerian Negara
(1) Pengubahan sebagai akibat pemisahan atau
penggabungan Kementerian dilakukan dengan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan Dewan Perwakilan Rakyat paling
lama 7 (tujuh) hari kerja sejak surat Presiden
diterima.
(3) Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Dewan
Perwakilan Rakyat belum menyampaikan
pertimbangannya, Dewan Perwakilan Rakyat
dianggap sudah memberikan pertimbangan.
Pembubaran Kementerian Negara
 Pembubaran Kementerian adalah
menghapus Kementerian yang sudah
terbentuk.
 Kementerian luar negeri, dalam
negeri, dan pertahanan, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 tidak dapat dibubarkan
oleh Presiden
Pembubaran Kementerian Negara
 Kementerian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dapat dibubarkan
oleh Presiden dengan meminta
pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat, kecuali Kementerian yang
menangani urusan agama, hukum,
keuangan, dan keamanan harus
dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
Kementerian Negara yang dapat dibubarkan oleh
Presiden dengan meminta pertimbangan DPR,

hak asasi manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan,


sosial, ketenagakerjaan, industri, perdagangan,
pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrasi,
transportasi, informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, kelautan, dan perikanan.
perencanaan pembangunan nasional, aparatur negara,
kesekretariatan negara, badan usaha milik negara,
pertanahan, kependudukan, lingkungan hidup, ilmu
pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil dan
menengah, pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda,
olahraga, perumahan, dan pembangunan kawasan atau
daerah tertinggal.
Pembubaran KN dgn persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat
 agama,
 hukum,
 keuangan, dan
 keamanan
KEDUDUKAN DAN URUSAN
PEMERINTAHAN
 Kementerian berkedudukan di
Ibu Kota Negara Republik
Indonesia.
 Kementerian berada di bawah
dan bertanggung jawab
kepada Presiden.
Urusan Pemerintahan
(1) Setiap Menteri membidangi urusan tertentu alam
pemerintahan. Setiap urusan pemerintahan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan
ayat (3) tidak harus dibentuk dalam satu
Kementerian tersendiri.
(2) Urusan tertentu dalam pemerintahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: urusan
pemerintahan yang nomenklatur Kementeriannya
secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (luar
negeri, dalam negeri, dan pertahanan)
(3) Dalam hal terdapat beban kerja yang membutuh
kanpenanganan secara khusus, Presiden dapat
mengangkat wakil Menteri pada Kementerian
Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya
disebutkan dalam UUD Negara RI Tahun 1945

agama, hukum, keuangan, keamanan,


hak asasi manusia, pendidikan,
kebudayaan, kesehatan, sosial,
ketenagakerjaan, industri, perdagangan,
pertambangan, energi, pekerjaan
umum, transmigrasi, transportasi,
informasi, komunikasi, pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan,
kelautan, dan perikanan
Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman,
koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah.

perencanaan pembangunan nasional;


aparatur negara;
kesekretariatan negara;
badan usaha milik negara;
pertanahan;
kependudukan, lingkungan
hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi,
koperasi, usaha kecil dan menengah, pariwisata,
pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga,
perumahan, dan pembangunan kawasan atau daerah
tertinggal. (tidak memiliki unsur pelaksana tugas pokok di
daerah.)
Fungsi Kementerian Negara
a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di
bidangnya;
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang
menjadi tanggung jawabnya;
c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya;
dan
d. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke
daerah.
e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas
pelaksanaan urusan Kementerian di daerah; dan
f. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
Susunan Organisasi Kementerian
terdiri atas unsur:
a. pemimpin, yaitu Menteri;
b. pembantu pemimpin, yaitu sekretariat jenderal;
c. pelaksana tugas pokok, yaitu direktorat
jenderal;
d. pengawas, yaitu inspektorat jenderal;
e. pendukung, yaitu badan dan/atau pusat; dan
f. pelaksana tugas pokok di daerah dan/atau
perwakilan luar negeri sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Persyaratan diangkat sebagai Menteri
a. warga negara Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. setia kepada Pancasila sebagai dasar negara, UUD
Negara RI Tahun 1945, dan cita-cita proklamasi
kemerdekaan;
d. sehat jasmani dan rohani;
e. memiliki integritas dan kepribadian yang baik; dan
f. tidak pernah dipidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih. Orang
yang dipidana penjara karena alasan politik dan telah
mendapatkan rehabilitasi dikecualikan dari ketentuan ini.
Jabatan yang tidak boleh/dilarang dirangkap
oleh Menteri
a. pejabat negara lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
b. komisaris atau direksi pada perusahaan
negara atau perusahaan swasta; atau
c. pimpinan organisasi yang dibiayai dari
Anggaran Pendapatan Belanja Negara
dan/atau Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah.
Pemberhentian Menteri
(1) Menteri berhenti dari jabatannya karena: a.
meninggal dunia; atau b. berakhir masa jabatan.
(2) Menteri diberhentikan dari jabatannya oleh
Presiden karena: a. mengundurkan diri atas
permintaan sendiri secara tertulis; b. tidak dapat
melaksanakan tugas selama 3 bulan secara
berturut-turut; c. dinyatakan bersalah berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara 5
tahun atau lebih; d. melanggar ketentuan larangan
rangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23; atau e. alasan lain yang ditetapkan oleh
Presiden.
Pemberhentian Sementara
 Presiden memberhentikan
sementara Menteri yang
didakwa melakukan tindak
pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun
atau lebih.
Kementerian Koordinator
1. Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan; Bidang
Perekonomian; Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan; Bidang
Kemaritiman;
2. Kementerian yang melaksanakan fungsi
sinkronisasi dan koordinasi urusan
Kementerian,
Wakil Menteri
 Pasal 10 : Dalam hal terdapat beban kerja
yang membutuhkan penanganan secara
khusus, Presiden dapat mengangkat wakil
Menteri pada Kementerian tertentu.
 Yang dimaksud dengan “Wakil Menteri”
adalah pejabat karir dan bukan merupakan
anggota kabinet.
 Menteri dan Wakil Menteri merupakan satu
kesatuan unsur pemimpin Kementerian
Wakil Menteri
(1)Dalam melaksanakan tugas Menteri
tertentu dapat dibantu oleh Wakil Menteri
sesuai dengan penunjukan Presiden.
(2) Wakil Menteri berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri.
(3) Wakil Menteri mempunyai tugas
membantu Menteri dalam memimpin
urusan Kementerian.
Staf Khusus Menteri
 Di lingkungan Kementerian atau
Kementerian Koordinator dapat diangkat
paling banyak 3 (tiga) orang Staf
Khusus Menteri yang selanjutnya
disebut Staf Khusus.
 Staf Khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertanggung jawab
kepada Menteri atau Menteri
Koordinator.
Staf Khusus Menteri
 Staf Khusus mempunyai tugas memberikan saran dan
pertimbangan kepada Menteri atau Menteri Koordinator
sesuai penugasan Menteri atau Menteri Koordinator
dan bukan merupakan bidang tugas unsur-unsur
organisasi Kementerian atau Kementerian Koordinator.
 Staf Khusus dalam melaksanakan tugasnya wajib
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi yang baik dengan unsur organisasi di
lingkungan Kementerian atau Kementerian Koordinator.
 Tata kerja Staf Khusus diatur oleh Sekretaris Jenderal
atau Sekretaris Kementerian atau Sekretaris
Kementerian Koordinator.
Staf Khusus Menteri
 Staf Khusus dapat berasal dari Pegawai Negeri
Sipil.
 Staf Khusus juga dapat berasal dari selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
 Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberhentikan dari jabatan organiknya
tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai
Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Masa bakti Staf Khusus paling lama sama engan
masa jabatan Menteri atau Menteri Koordinator
yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai