081227001925/Sarjita Oke,
sar_djita@yahoo.co.id,
djitashmhum.blogspot.com
KEMENTERIAN
NEGARA
Pancasila UUD 1945 Bhineka
1
3
Tunggal
Ika & NKRI
PENDAHULUAN 1
PENDAHULUAN
2
PROSES PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Latar Belakang Tujuan Perubahan
Tuntutan Reformasi Sebelum Perubahan
Perubahan
Menyempurnakan aturan
Antara lain: • Pembukaan • Kekuasaan tertinggi di
dasar, mengenai:
tangan MPR
• Batang Tubuh • Kekuasaan yang sangat • Tatanan negara
•Amandemen besar pada Presiden • Kedaulatan Rakyat
- 16 bab • Pasal-pasal yang terlalu • HAM
UUD 1945 “luwes” sehingga dapat • Pembagian kekuasaan
- 37 pasal menimbulkan multitafsir • Kesejahteraan Sosial
•Penghapusan - 49 ayat • Kewenangan pada • Eksistensi negara
Presiden untuk mengatur demokrasi dan negara
doktrin Dwi - 4 pasal Aturan hal-hal penting dengan hukum
undang-undang • Hal-hal lain sesuai dengan
Fungsi ABRI Peralihan • Rumusan UUD 1945
perkembangan aspirasi
tentang semangat
•Penegakan - 2 ayat Aturan penyelenggara negara dan kebutuhan bangsa
belum cukup didukung
hukum, HAM, Tambahan ketentuan konstitusi
•Penjelasan
dan
Hasil Perubahan Sidang MPR Kesepakatan Dasar Dasar Yuridis
pemberantasan
• Pembukaan
KKN •Tidak mengubah
•Sidang Umum Pembukaan UUD •Pasal 3 UUD
••Otonomi
Pasal-pasal: Daerah MPR 1999 1945 1945
- 21 bab •Tetap
•Kebebasan Pers Tanggal 14-21
- 73 pasal mempertahankan •Pasal 37 UUD
•Mewujudkan
- 170 ayat Okt 1999 Negara Kesatuan 1945
-kehidupan
3 pasal Aturan •Sidang Tahunan Republik
demokrasi
Peralihan Indonesia •TAP MPR
- 2 pasal Aturan MPR 2000 •Mempertegas
Tambahan No.IX/MPR/1999
PENDAHULUAN 3
NASKAH RESMI UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah
(Risalah Rapat Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002 Sebagai Naskah
Perbantuan Dan Kompilasi Tanpa Ada Opini)
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA 4
TAHUN 1945
PEMBUKAAN
(Preambule)
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab
itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia
ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
BAB I. BENTUK DAN KEDAULATAN 5
Kedaulatan berada di
tangan rakyat dan
Negara Indonesia dilaksanakan menurut
adalah negara hukum Undang-Undang Dasar
[Pasal 1 (3)***] [Pasal 1 (2)***]
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN 6
menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
PUSAT
UUD 1945
Lingkungan
Perwakilan Pemerintahan Daerah Peradilan
Lingkungan
BPK Provinsi
Umum
Provinsi
Gubernur DPRD Peradilan
Lingkungan
Agama
Peradilan
Lingkungan
Militer
Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
Peradilan
Bupati/ TUN
DPRD
Walikota
DAERA
Lembaga-lembaga Negara yang memegang kekuasaan menurut UUD 7
DPR Presiden MA MK
Pasal 24 (1)***
Pasal 4 (1) Kekuasaan kehakiman
Pasal 20 (1)* Memegang merupakan kekuasaan
Memegang kekuasaan yang merdeka untuk
kekuasaan pemerintahan menyelenggarakan
membentuk UU peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan
BAB II. MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 8
ANGGOTA ANGGOTA
DPR
dipilih
MPR DPD
dipilih
melalui Pasal 2 (1)**** melalui
pemilu pemilu
Wewenang
Mengubah dan menetapkan Undang-Undang Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang
Dasar [Pasal 3 ayat (1)*** dan Pasal 37**** ]; diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi
Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden kekosongan Wakil Presiden [Pasal 8 ayat (2)***];
[Pasal 3 ayat (2)***/**** ]; Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua
Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
Presiden dalam masa jabatannya menurut yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan
Undang-Undang Dasar partai politik yang pasangan calon Presiden dan
[Pasal 3 ayat (3)***/****]; Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
pertama dan kedua dalam pemilihan umum
sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya,
jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat,
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat
melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya
secara bersamaan [Pasal 8 ayat (3)****].
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
9
Syarat, Masa Jabatan, dan Wewenang Presiden/Wakil Presiden
Dalam hal tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih
Presiden
DPR MPR dan/atau Wakil
Presiden terus
Pendapat DPR DPR wajib
menjabat
bahwa Presiden menyelengga menyelenggarakan
dan/atau Wakil rakan sidang sidang untuk usul DPR
Presiden telah paripurna memutuskan usul tidak
melakukan untuk DPR paling diambil
lambat diterima
Pengajuan hukum meneruskan Keputusan
pelanggaran 30 hari sidang
sejak usul
permintaan DPR usul dalam
ataupun telah tidak diterima
kepada MK hanya pemberhenti paripurna, dihadiri usul
lagi memenuhi [Pasal 7B (6)***]
dapat dilakukan an kepada sekurang- DPR
syarat
dengan7B dukungan MPR kurangnya 3/4 diterim
[Pasal (2)***] Presiden dan/atau
sekurang-kurangnya [Pasal 7B jumlah anggota, a Presiden
Wakil
disetujui sekurang- diberhentikan
2/3 dari jumlah (5)***]
anggota yang hadir kurangnya 2/3
dalam sidang jumlah yang hadir,
paripurnaMK yang
terbu setelah Presiden
kti dan/atau wakil
dihadiri
wajib oleh
memeriksa,
sekurang-kurangnya tidak presiden diberi
mengadili, dan
2/3 dari jumlah terbukti kesempatan
memutus paling
anggota menyampaikan
lama 90 hari setelah
[Pasal 7B (3)***] penjelasan
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 12
Pemilihan Wakil Presiden Dalam Hal Terjadi Kekosongan Wakil Presiden
[Pasal 8 (2)***]
MPR
selambat-lambatnya
mengajukan dalam waktu 60 hari
Wapres
Presiden dua calon menyelenggarakan
terpilih
Wapres sidang MPR untuk
memilih Wapres
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 13
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Dalam Hal Keduanya Berhalangan Tetap
Secara Bersamaan [Pasal 8 (3)****]
Presiden
dan
Wapres
parpol atau gabungan
parpol yang pasangan
mengusulkan
calon Presiden dan
pasangan calon
Wapresnya meraih suara
Presiden dan MPR
terbanyak pertama
Wapres selambat-lambatnya
dalam pemilu
sebelumnya dalam waktu 30 hari
menyelenggarakan
parpol atau gabungan sidang MPR untuk
parpol yang pasangan memilih
mengusulkan
calon Presiden dan
pasangan calon
Wapresnya meraih suara
Presiden dan
terbanyak
Wapres
kedua dalam pemilu
sebelumnya
BAB III. KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA 14
DPR Presiden MA
Presiden
dibantu
membentuk suatu dewan menteri-menteri negara Pembentukan,
[Pasal 17 (1)]
pertimbangan pengubahan, dan
yang bertugas yang diangkat dan pembubaran
memberikan nasihat dan diberhentikan oleh Presiden kementerian negara
pertimbangan kepada [Pasal 17 (2)*] diatur dalam undang-
Presiden membidangi urusan tertentu undang
(Pasal 16) **** dalam pemerintahan [Pasal 17 (4) ***]
[Pasal 17 (3)*]
Regulasi Kementerian Negara
Pasal 16, 17 ayat (1), (2), (3), dan ayat
(4) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
Undang Undang Nomor 39 Tahun 2009
tentang Kementerian Negara;
Peraturan Presiden RI Nomor 7 Tahun
2015 tentang Organisasi Kementerian
Negara.
Kementerian Negara
1. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut
Kementerian adalah perangkat pemerintah yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
2. Menteri Negara yang selanjutnya disebut Menteri
adalah pembantu Presiden yang memimpin
Kementerian.
3. Urusan Pemerintahan adalah setiap urusan
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
Pembentukan Kementerian Negara
1. Pembentukan Kementerian adalah
pembentukan Kementerian dengan
nomenklatur tertentu setelah Presiden
mengucapkan sumpah/janji.
2. Presiden membentuk Kementerian luar negeri,
dalam negeri, dan pertahanan, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Pembentukan Kementerian Negara
Pembentukan Kementerian didasarkan
pada pertimbangan: a. efisiensi dan
efektivitas; b. cakupan tugas dan
proporsionalitas beban tugas; c.
kesinambungan, keserasian, dan
keterpaduan pelaksanaan tugas; dan/atau
d. perkembangan lingkungan global.
Jumlah keseluruhan Kementerian paling
banyak 34 (tiga puluh empat).
Kementerian Negara
1. Kementerian Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan;
2. Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian;
3. Kementerian Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan;
4. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman;
5. Kementerian Dalam Negeri;
6. Kementerian Luar Negeri;
7. Kementerian Pertahanan;
Kementerian Negara
8. Kementerian Agama;
9. Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia;
10. Kementerian Keuangan;
11. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
12. Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi;
13. Kementerian Kesehatan;
Kementerian Negara
14. Kementerian Sosial;
15. Kementerian Ketenagakerjaan;
16. Kementerian Perindustrian;
17. Kementerian Perdagangan;
18. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral;
19. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
20. Kementerian Perhubungan;
21. Kementerian Komunikasi dan Informatika;
Kementerian Negara
22. Kementerian Pertanian;
23. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
24. Kementerian Kelautan dan Perikanan;
25. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi;
26. Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
27. Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional,
28. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi;
Kementerian Negara
29. Kementerian Badan Usaha Milik Negara;
30. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah;
31. Kementerian Pariwisata;
32. Kementerian Pemberdayaan Perempuan
1. Pengubahan Kementerian
adalah pengubahan nomenklatur
Kementerian dengan cara
menggabungkan, memisahkan,
dan/atau mengganti nomenklatur
Kementerian yang sudah
terbentuk..
Pengubahan dilakukan dengan
mempertimbangkan:
a. efisiensi dan efektivitas;
b. perubahan dan/atau perkembangan tugas dan
fungsi;
c. cakupan tugas dan proporsionalitas beban tugas;
d. kesinambungan, keserasian, dan keterpaduan
pelaksanaan tugas;
e. peningkatan kinerja dan beban kerja pemerintah;
f. kebutuhan penanganan urusan tertentu dalam
pemerintahan secara mandiri; dan/atau
g. kebutuhan penyesuaian peristilahan yang
berkembang.
Pengubahan Kementerian Negara
(1) Pengubahan sebagai akibat pemisahan atau
penggabungan Kementerian dilakukan dengan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
(2) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan Dewan Perwakilan Rakyat paling
lama 7 (tujuh) hari kerja sejak surat Presiden
diterima.
(3) Apabila dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Dewan
Perwakilan Rakyat belum menyampaikan
pertimbangannya, Dewan Perwakilan Rakyat
dianggap sudah memberikan pertimbangan.
Pembubaran Kementerian Negara
Pembubaran Kementerian adalah
menghapus Kementerian yang sudah
terbentuk.
Kementerian luar negeri, dalam
negeri, dan pertahanan, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 tidak dapat dibubarkan
oleh Presiden
Pembubaran Kementerian Negara
Kementerian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 dapat dibubarkan
oleh Presiden dengan meminta
pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat, kecuali Kementerian yang
menangani urusan agama, hukum,
keuangan, dan keamanan harus
dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.
Kementerian Negara yang dapat dibubarkan oleh
Presiden dengan meminta pertimbangan DPR,