ada beberapa peran yang hukum internasional dapat mainkan dalam menyelesaikan
sengketa:
o pada prinsipnya hukum internasional berupaya agar hubungan-hubungan antar
negara terjalin dengan persahabatan (friendly relations among States) dan tidak
mengharapkan adanya persengketaan;
o hukum internasional memberikan aturan-aturan pokok kepada negara-negara yang
bersengketa untuk menyelesaikan sengketanya;
o hukum internasional memberikan pilihan-pilihan yang bebas kepada para pihak
tentang cara-cara, prosedur atau upaya yang seyogyanya ditempuh untuk
menyelesaikan sengketanya; dan
o hukum internasional modern semata-mata hanya menganjurkan cara penyelesaian
secara damai; apakah sengketa itu sifatnya antar negara atau antar negara dengan
subyek hukum internasional lainnya. Hukum internasional tidak menganjurkan sama
sekali cara kekerasan atau peperangan.
Hadirnya lembaga-lembaga atau mekanisme penyelesaian sengketa yang
diciptakan oleh masyarakat internasional pada umumnya ditujukan untuk suatu
maksud utama, yakni memberi cara mengenai bagaimana seyogyanya senqketa
internasional diselesaikan secara damai. Peran hukum internasional dalam
penyelesaian sengketa ini cukup penting. Hukum internasional tidak semata-mata
mewajibkan penyelesaian secara damai, hukum internasional ternyata pula memberi
kebebasan seluas-luasnya kepada negara-negara untuk menerapkan atau
memanfaatkan mekanisme penyelesaian sengketa yang ada baik yang terdapat dalam
Piagam PBB, perjanjian atau konvensi internasional yang negara-negara yang
bersengketa telah mengikatkan dirinya. Semua ini menunjukkan dan memperkuat
tujuan akhir dari hukum internasional mengenai penyelesaian sengketa ini yaitu
penyelesaian secara damai dan tidak menghendaki penyelesaian secara kekerasan
(militer).
2. Sebut dan jelaskan pola berfikir yuridis Hukum Perdata Internasional (HPI) !
1. Hakim menghadapi persoalan hukum dalam wujud sekumpulan fakta hukum
yang mengandung unsur-unsur asing (foreign elements) dan harus menentukan
apakah perkara merupakan persoalan HPI.
2. Hakim harus menentukan ada tidaknya kewenagan yurisdiksional forum untuk
mengadili perkara yang bersangkutan.
3. Menentukan titik taut sekunder di dalam kaedah, asas aturan HPI Lex Fori yang
dianggap tepat.
4. Mencari dan menemukan kaedah HPI yang tepat melalui tindakan kualifikasi
Fakta dan kualifikasi hukum.
5. Menentukan kaedah HPI Lex Fori yang relevan dalam rangka penunjukan ke
arah Lex Causae.
6. Memeriksa kembali fakta-fakta dalam perkara dan mencari titik taut sekunder
yang harus digunakan untuk menunjuk ke arah Lex Causae.
7. menyelesaikan perkara dengan menggunakan kaedah-kaedah hukum intern
dalam Lex Causae.
Jawab :
Prinsip Nasionalitas (Lex Patriae) menyatakan bahwa hukum yang berlaku adalah
aturan dari tempat seseorang berkewarganegaraan.Ada 2 asas dalam menentukan
kewarganegaraan seseorang adalah :
Sebagai contoh, apabila seorang pria WNA menikah dengan wanita Indonesia
dan perkawinan tersebut memiliki satu orang anak yang berkewarganegaraan
asing, kemudian si wanita meninggal, maka hak milik atas rumah dan tanah
milik si wanita tidak dapat diwariskan kepada si pria WNA dan anaknya,
karena peraturan perundangan di Indonesia membatasi bahwa hanya WNI saja
yang berhak atas hak milik atas tanah di Indonesia (Pasal 21 UU No 5/1960).
Annesley Case
James Annesley adalah anak dari pasangan Arthur Annesley 5th Baron Altham dengan
Mary Sheffield yang lahir pada tahun 1715. Ayahnya membuangnya di jalanan kota Dublin.
Tidak lama setelah Arthur Annesley meninggal pada tahun 1728, atas prakarsa Richard
Annesley yang tidak lain adalah paman dari James Annesley sendiri, James diculik dan dijual
ke Amerika untuk menjadi budak. Akibat penculikan tersebut, James hilang dari garis
pewarisan dan Richard-lah yang berhak untuk mendapatkan gelar Eark of Anglesey.
Setelah bekerja selama 12 tahun sebagai budak, James beralih profesi menjadi pelaut
untuk kapal angkatan laut H.M.S Falmouth yang akan melancarkan invasi ke Cartagena
(Kolombia), tetapi kapal tersebut pada akhirnya tidak terlibat dalam pertempuran. Akhirnya
pada tahun 1741 James dibebastugaskan dan pulang ke Irlandia.
Richard juga menggunakan kecelakaan penembakan yang dilakukan secara tidak sengaja oleh
James terhadap seorang pemburu liar dan bermaksud untuk menuntut James atas tindak
pidana pembunuhan, tetapi upaya Richard itu juga gagal karena pengadilan mendapat bukti
yang menguatkan bahwa James tidak sengaja menembak pemburu tersebut dan iapun
dibebaskan. Selain itu, Richard membuat pembelaan yang menyatakan bahwa James bukan
anak sah dari Mary Sheffield melainkan anak luar kawin dari Joan Landy, tetapi pada
akhirnya semua upaya itu gagal dan pengadilan membuat keputusan yang memihak pada
James. James memperoleh kembali rumah keluarganya, tetapi tidak memperoleh gelar Earl of
Anglesey dan gelar itu tetap berada di tangan Richard.
Apabila kita memperbandingkan kasus ini dengan prinsip lex patriae dan prinsip lex domicilii
yang dijelaskan pada bagian pertama makalah, maka tentunya kasus ini dapat dikategorikan
sebagai bentuk aplikasi lex domicilii. Penulis berpendapat demikian karena: