NIM : 04020200139
2. Sebutkan dan jelaskan salah satu asas HPI yang tumbuh dan berkembang pada masa romawi
kuno!
1) Asas lex rei sitae (lex situs) Asas ini bermakna, untuk perkara-perkara yang menyangkut
benda benda tidak bergerak (immovables) tunduk pada hukum dari tempat di mana benda itu
berada/terletak. Adapun untuk benda-benda yang bergerak (movables), maka yang berlaku
adalah prinsip hukum personal dari orang atau subjek hukum yang menguasai benda itu.
2) Asas Lex domicilii.
3) Asas Lex loci contractus.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.
7. Hukum antartata hukum (HATAH) atau interlegal law, dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu: HATAH intern dan HATAH ekstern. Sebutkan apa yang dimaksud dengan HATAH intern
dan HATAH ekstern!
Menurut Sudargo Gautama, HATAH intern adalah keseluruhan peraturan dan ke putusan
hukum yang berlaku terhadap hubungan-hubungan hukum dan peristiwa hukum antara warga
negara dalam suatu negara. Adapun HATAH ekstern, merupakan keseluruhan peraturan dan
keputusan hukum yang menunjukkan sistem hukum manakah yang berlaku terhadap hubungan
dan peristiwa hukum, yang mengandung unsur-unsur asing, sehingga melibatkan sistem hukum
dari dua negara atau lebih. HATAH ekstern inilah yang disebut dengan HPI.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.
15. Jelaskan maksud asa Lex situs sebagai asas umum hukum perdata internasional!
Berdasarkan Pasal 17 A.B, status benda tetap diatur dengan meng gunakan asas lex situs atau
lex rei sitae, yang artinya hukum dari tempat benda tersebut berada yang akan digunakan untuk
menentukan status benda tersebut.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.
17. Bagaimana akibat perkawinan campuran terhadap kewarganegaraan suami dan istri?
Berdasarkan Pasal 19 UU Kewarganegaraan, terhadap WNA yang menikah dengan WNI,
dimungkinkan untuk menjadi WNI, tanpa perlu melakukan naturalisasi. Cukup dengan ia telah
tinggal di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut, atau 10 tahun tidak berturut-turut, kecuali
mengakibatkan kewarganegaraan ganda. Apabila tidak mungkin menjadi WNI kepada yang
bersangkutan dapat diberikan izin tinggal tetap.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.
19. Terkait dengan renvoi, ada dua sikap yang dapat diambil oleh negara yang menunjuk, jelaskan
dua sikap tersebut!
1) Sikap negara yang menerima penunjukan kembali (renvoi) di mana negara yang menunjuk
terhadap berlakunya hukum asing, sehingga penunjukan tersebut meliputi keseluruhan kaidah
hukum asing, termasuk kaidah-kaidah HPI (kollisionsnormen), dari negara asing tersebut
yang di dalamnya terdapat prinsip nasionalitas atau prinsip domisili, sehingga hukum asing
tersebut akan menunjuk kembali ke pada hukum dari negara yang menunjuk dan hal ini berarti
bahwa negara tersebut bersedia menerima penunjukan tersebut;
2) Sikap negara yang menolak penunjukan kembali (renvoi) di mana negara yang menunjuk
terhadap berlakunya hukum asing dalam arti (sachnormverweisung), sehingga penunjukan
tersebut hanya meliputi kaidah-kaidah hukum intern (sachnormen) dari negara asing yang
ditunjuk sehingga ini berarti bahwa hukum yang berlaku adalah kaidah kaidah hukum intern
dari negara asing tersebut dan hal ini berarti bahwa negara yang menunjuk menolak untuk
ditunjuk kembali.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.
28. Sebutkan tiga pandangan tentang cara penyelesaian persoalan pendahuluan dalam teori HPI!
Absorption, repartition, pendekatan kasus demi kasus.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
32. Jelaskan yang dimaksud asas pengadilan tempat pihak yang berkedudukan lebih lemah!
Asas Pengadilan tempat Pihak yang Berkedudukan Lebih Lemah. Yaitu asas yang
memberikan kewenangan yurisdiksional pada pengadilan dari tempat di mana pihak dalam
transaksi hukum yang di anggap berkedudukan lebih lemah, khususnya dalam rangka
memberikan perlindungan kepada pihak konsumen dalam transaksi-transaksi konsumen atau
pihak buruh dalam transaksi-transaksi dalam hubungan kerja.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
33. Jelaskan yang dimaksud asas pengadilan yang dipilih oleh para pihak!
Pengadilan yang Dipilih oleh Para Pihak yaitu asas yang merupakan manifestasi dari asas
kebebasan berkontrak di mana pihak-pihak dapat menentukan sendiri pengadilan yang dianggap
memiliki yurisdiksi eksklusif untuk menyelesaikan perkara-perkara yang akan timbul dari
hubungan hukum mereka. Asas ini juga diakui keberadaannya di dalam konvensi-konvensi dan
aturan aturan regional Eropa.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
34. Jelaskan yang dimaksud asas pemunculan secara sukarela (voluntary appearance)!
Pemunculan Secara Sukarela (Voluntary Appearance) Yang menetapkan bahwa dalam hal
seorang tergugat secara sukarela tampil di sebuah forum pengadilan asing untuk membela
dirinya dalam pokok perkara (dan bukan sekadar untuk menyatakan bahwa forum asing itu tidak
kompeten), maka forum asing itu akan dianggap memiliki yurisdiksi atas si tergugat. Asas ini
hanya dapat digunakan dalam hal forum pengadilan Belanda tidak memiliki yurisdiksi eksklusif
atas perkara.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
39. Sebutkan dan jelaskan tiga hal pokok dalam teori Ehrenzweig yang merupakan elemen-elemen
pokok dalam penyelesaian suatu perkara HPI!
1) True rules
True rules atau aturan-aturan HPI (choice of law rules) yang terbentuk secara faktual di
pengadilan-pengadilan dan yang dilandasi kebijakan-kebijakan (policies) dan prinsip-prinsip
fairness dan justice bagi para pihak yang beperkara.
2) Kaidah-kaidah hukum intern forum
Yaitu kaidah-kaidah hukum intern lex fori yang harus diberlakukan dalam penyelesaian
perkara seandainya tidak dapat disimpulkan adanya "true rules" yang diterima umum. Jadi,
kaidah-kaidah hukum intern forum ini hanya dapat dikesampingkan apabila terdapat cukup
alasan untuk melakukan hal itu. Misalnya, karena adanya true rules itu.
3) The proper forum
Yaitu kebebasan bagi pihak penggugat dalam sebuah perkara untuk memilih forum yang
politik hukumnya diangap akan menyebabkan berlakunya aturan-aturan hukum (domestik
atau asing) yang paling menguntungkan dirinya ( choice of proper forum).
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
40. Apa tujuan utama dari pendekatan the second restatement on conflict of laws?
Tujuan utama dari pendekatan ini adalah menentukan hukum dari negara (atau negara bagian)
yang dianggap memiliki kaitan yang paling signifikan (the most significant relationship) dengan
pokok masalah atau subjek hukum yang sedang dihadapi dalam perkara.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
45. Sebutkan akibat-akibat perkawinan terhadap asas yang berkembang di dalam HPI!
a. Sistem hukum tempat perkawinan diresmikan (lex loci celebrationis).
b. Sistem hukum dari tempat suami istri bersama-sama menjadi warga negara setelah
perkawinan (gemeenschapelijke nationaliteit/joint nationality).
c. Sistem hukum dari tempat suami istri berkediaman tetap bersama setelah perkawinan
(gemeenschapelijke woonplaats / joint residence) atau tempat suami istri ber domicile tetap
setelah perkawinan.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
48. Sebutkan pembatasan yang dikembangkan dalam HPI untuk menetapkan validitas suatu pilihan
hukum!
1) Jika pilihan hukum dimaksudkan hanya untuk membentuk atau menafsirkan persyaratan-
persyaratan dalam kontrak, kebebasan para pihak pada dasarnya tidak dibatasi.
2) Pilihan hukum tidak boleh melanggar public policy atau public order (ketertiban umum) dari
sistem-sistem hukum yang mempunyai kaitan yang nyata dan substansial terhadap kontrak.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
49. Sebutkan masalah-masalah HPI sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum!
Berdasarkan sistem hukum mana penentuan kualitas suatu perbuatan sebagai perbuatan
melawan hukum harus ditentukan.
Berdasarkan sistem hukum mana penetapan ganti rugi harus di tentukan.
Apa titik taut sekunder yang harus digunakan untuk menetapkan hukum yang harus
diberlakukan.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
50. Sebutkan masalah pokok yang timbul dari persoalan dan proses pewarisan dalam HPI!
1) Adanya tata cara pewarisan yang diatur berdasarkan undang undang dalam hal pewaris tidak
menyatakan dengan tegas ke inginannya melalui testamen (ab intestato atau intestate succes
ion), atau
2) Adanya keinginan tegas pewaris yang dinyatakan melalui testamen dan yang harus
diwujudkan terhadap harta peninggalannya setelah ia meninggal dunia (testamentary
succesion).
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
51. Apa fungsi dari lembaga ketertiban umum?
Fungsi daripada lembaga ketertiban umum, adalah seolah-olah suatu "rem darurat" yang kita
ketemukan pada tiap kereta api. Pemakaiannya juga harus secara hati-hati dan seirit mungkin.
Karena apabila kita terlampau lekas menarik rem darurat ini maka " kereta HPI " tidak dapat
berjalan dengan baik.
Sumber: Prof. Dr. S.Gautama S.H., 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia
Cetakan Kelima, Binacipta, Bandung.
52. Berikan contoh mengenai kematian perdata berkaitan dengan ketertiban umum!
Di dalam negara-negara modern terbanyak kaidah hukum asing tentang kematian perdata
"burgelijke dood" , akan dikesampingkan . Walau pun menurut kaidah HPI kita harus dipakai
hukum nasional pihak-pihak yang bersangkutan, yang mengenal kematian perdata ini, maka
kaidah asing ini tidak akan dipergunakan oleh hakim nasional kita.
Sumber: Prof. Dr. S.Gautama S.H., 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia
Cetakan Kelima, Binacipta, Bandung.
61. Sebutkan kesulitan yang timbul pada asas lex loci solutionis hukum perjanjian internasional!
Kesulitan yang timbul pada asas lex loci solutionis ini ialah bahwa kadang-kadang terjadi
bahwa para pihak tak dapat memastikan pada waktu mereka berkontrak, pada tempat manakah
kewajiban-kewajiban harus dilaksanakan. Misalnya dalam perjanjian-perjanjian assuransi atau
pembayaran, lijfrente, yang harus dilakukan pada domicilie dari kreditur, kita saksikan bahwa
tak dapat ditentukan semula "place of performance" ini, karena bergantunglah sesuatu kepada
perubahan-perubahan domicilie yang menentukan itu.
Sumber: Prof. Dr. S. Gautama S.H., 1987, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III
Bagian 2 Buku Ke Delapan , Alumni, Bandung.
62. Apakah yang memberikan sifat internasional pada suatu perjanjian jual-beli?
Sifat ini dapat dilihat dari berbagai kenyataan, misalnya dalam kepribadian para pihak (antara
lain, kewarganegaraan berlainan), juga dari sifat aktivitas perdagangan mereka yang normal, dari
kebiasaan yang berlaku dalam cabang usaha khusus bersangkutan, dan lain-lain petunjuk-
petunjuk yang dapat dihubungkan dengan perjanjian bersangkutan.
Sumber: Prof. Dr. S. Gautama S.H., 1987, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III
Bagian 2 Buku Ke Delapan , Alumni, Bandung.
63. Apa maksud dari konvensi 1995 tidak membedakan antara sifat dari perjanjian-perjanjian jual
beli internasional bersangkutan?
Konvensi 1995 ini tidak membedakan antara sifat dari perjanjian-perjanjian jual beli
internasional bersangkutan, dalam arti bahwa tidak dibedakan antara perjanjian-perjanjian yang
bersifat "civile" atau "commerciale" "maritime" dan sebagainya. Untuk semua perjanjian ini
konvensi disebut sama-sama berlaku
Sumber: Prof. Dr. S. Gautama S.H., 1987, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III
Bagian 2 Buku Ke Delapan , Alumni, Bandung.
64. Hukum apa yang berlaku pada jual beli pada "trade fair", "bursa", lelang umum dalam kaidah
HPI?
Jual beli yang dilangsungkan pada trade fairs atau bursa-bursa diatur secara khusus. Hukum
yang berlaku untuk perjanjian-perjanjian jual beli demikian ini ialah hukum dari negara di mana
berada fair atau bursa bersangkutan. Demikian pula penjualan pada lelang-lelang umum. Satu
dan lain hal jika para pihak telah tidak menyatakan berlainan.
Sumber: Prof. Dr. S. Gautama S.H., 1987, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III
Bagian 2 Buku Ke Delapan , Alumni, Bandung.
65. Bagaimana hubungan antara konvensi 1964 dan konvensi 1951 (1955)?
Akhirnya, perlu kita melakukan pula tinjauan sekadar mengenai hubungan sebenarnya antara
Konvensi Hukum Uniform 1964 dan Konvensi-konvensi HPI 1951 (1955). Nampaknya tidak
terdapat koordinasi sama sekali, hal mana sangat disayangkan. Oleh guru besar HPI pada
Universitas Amsterdam dan Ketua Stan ding Committee of the Netherlands on private
international Law, De Winter, telah dibentangkan tentang kekurangan-kekurangan ini.
Sumber: Prof. Dr. S. Gautama S.H., 1987, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III
Bagian 2 Buku Ke Delapan , Alumni, Bandung.
66. sebutkan konvensi-konvensi dalam rangka usaha pertama yang telah diterima baik dalam tahun
1951 (mulai ditandatangani tahun 1955)!
1) Konvensi tentang Hukum yang berlaku untuk jual-beli bersifat internasional dari benda-benda
bergerak berwujud;
2) Konvensi tentang Hukum yang berlaku untuk peralihan hak milik berkenaan dengan jual-beli
yang bersifat internasional dari benda-benda bergerak berwujud;
3) Konvensi tentang kompetensi hakim yang dimufakati berkenaan dengan jual-beli yang
bersifat internasional dari benda-benda bergerak berwujud;
Sumber: Prof. Dr. S. Gautama S.H., 1987, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III
Bagian 2 Buku Ke Delapan , Alumni, Bandung.
67. Pada tahun 1964 telah diterima dua Konvensi yang mengatur pemakaian hukum material
mengenai jual-beli international secara uniform, sebutkan dua konvensi tersebut!
1) Konvensi tentang hukum uniform untuk jual beli benda benda bergerak berwujud;
2) Konvensi tentang hukum uniform berkenaan dengan pembentukan kontrak-kontrak jual beli
internasional dari benda-benda bergerak berwujud.
Sumber: Prof. Dr. S. Gautama S.H., 1987, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III
Bagian 2 Buku Ke Delapan , Alumni, Bandung.
69. Setelah melihat bahwa dalam sistem-sistem HPI negara negara terbanyak di dunia ini masih
dianut kaidah-kaidah lex loci delicti untuk perbuatan-perbuatan melanggar hukum kiranya perlu
diperhatikan alasan-alasan apakah yang diajukan para pembelanya untuk mendukung pemakaian
prinsip tersebut. Sebutkan alasan-alasan tersebut!
1. Alasan dipermudahnya menemukan hukum
3. Alasan preventie
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.
71. Apa perbedaan antara hukum perdata internasional dan hukum internasional publik?
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, HPI adalah “Keseluruhan kaidah atau asas hukum yang
mengatur hubungan perdata yang melintas batas negara. Atau dapat dikatakan bahwa HPI adalah
hukum yang mengatur hubungan hukum keperdataan antara pelaku hukum yang masing-masing
tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berbeda". Sedangkan Hukum Internasional (Publik)
adalah Keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintas batas
negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata”.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.
74. Statuta-statuta suatu kota dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) atau 3 (tiga) kelompok/jenis
statuta, sebutkan dan jelaskan!
a. Statuta personalia yaitu statuta-statuta yang berkenaan dengan kedudukan hukum atau status
personal orang.
b. Statuta realia yaitu statuta-statuta yang berkenaan dengan status benda.
c. Statuta mixta yaitu statuta-statuta yang berkenaan dengan perbuatan-perbuatan hukum (jenis
statuta ini dilengkapi oleh para ahli Post Glossators lainnya karena dianggap sesuai dengan
kebutuhan).
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.
77. Untuk menentukan siapa yang menjadi warga negara dari negara tersebut dibatasi oleh prinsip-
prinsip umum hukum internasional tentang nasionalitas (kewarganegaraan). Sebutkan
pembatasan yang dimaksud!
Pembatasan dimaksud adalah antara lain:
1) Orang-orang yang tidak mempunyai hubungan apapun dengan suatu negara tidak boleh
dimasukkan sebagai warga negara dari negara tersebut;
2) Suatu negara tidak boleh menentukan siapa-siapa yang merupakan warga negara suatu negara
lainnya.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.
87. Mengapa persoalan renvoi tidak bisa dilepaskan dengan persoalan kualifikasi dan persoalan titik-
titik taut?
Sunarjati Hartono bahwa persoalan renvoi tidak bisa dilepaskan dengan persoalan kualifikasi
dan persoalan titik-titik taut, karena memang sebenarnya ketiga persoalan tersebut dapat dicakup
dalam satu persoalan, yaitu hukum manakah yang akan berlaku (lex causae) dalam suatu
peristiwa HPI.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.
91. Sebutkan beberapa istilah untuk teori timbal balik dan pembalasan serta contohnya!
Dalam literatur HPI, dikenal beberapa istilah untuk teori timbal balik dan pembalasan, yaitu:
reciprocity (Inggris); reciprociteit (Belanda); dan reciprocite (Perancis). Contoh pemakaian
timbal balik dan pembalasan secara bersamaan, adalah tentang kemungkinan untuk beperkara
bebas biaya. Misalnya, orang asing tidak diberikan hak beperkara bebas biaya apabila orang
Jerman di negara asing yang bersangkutan tidak diberikan hak serupa. Contoh tersebut juga
dapat berlaku untuk orang asing yang ada di Indonesia.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.
92. Sebutkan dua macam bentuk pengaturan national treatment (asimilasi dengan warga negara!
Pada dasarnya, ada dua macam bentuk pengaturan national treatment (asimilasi dengan warga
negara), yaitu: bentuk pengaturan yang sama menguntungkan dan bentuk pengaturan yang tidak
menguntungkan.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.
93. Apa saja syarat timbal balik yang diatur dalam peraturan tertulis di negara Perancis?
Pada Pasal 11 CC (code civil / hukum perdata Perancis) ini sering kali disebut sebagai contoh
daripada apa yang dinamakan "reciprocite diplomatique", timbal balik yang didasarkan atas
suatu traktat dengan negara-negara lain. Dalam pasal tersebut diutamakan adanya suatu
perjanjian internasional, suatu traktat, yang mengatur hubungan-hubungan HPI dengan warga
negara Perancis berdasarkan asas timbal balik.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.
94. Apa saja syarat timbal balik yang diatur dalam peraturan tertulis di negara austria?
Austria Pada Pasal 33 ABGB (Allgemeines bürgerliches Gesetzbuch/hukum perdata Austria).
Di sini ditentukan bahwa perlu ada pembuktian bahwa warga negara Austria di negara orang
asing akan memperoleh perlakuan yang sama seperti warga negara dalam peristiwa serupa,
sebelum dapat diberikan hak-hak yang sama kepada orang asing seperti warga negara Austria
dalam bidang hukum perdata.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.
95. Apa saja syarat timbal balik yang diatur dalam peraturan tertulis di negara Jerman?
Pada Pasal 31 EBGGB (Einführungsgesetz zum Bürgerlichen Gesetz buche/Hukum Perdata
Internasional Jerman) menentukan bahwa Reichskanzler dengan persetujuan Bundesrat bisa
menentukan "Vergel tungsrecht" terhadap orang asing dari negara tertentu. Untuk dapat
memakai hukum pembalasan nyata diperlakukan peraturan khusus yang diadakan dalam hal
yang istimewa ini. Hakim tidak bebas untuk berdasarkan kewenangannya sendiri memakai
hukum pembalasan.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.
96. Apa saja syarat timbal balik yang diatur dalam peraturan tertulis di negara Indonesia?
Masalah timbal balik dan pembalasan tidak diatur dengan jelas dalam peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Ketentuan secara umum dalam masalah ini sering merujuk pada Pasal 3
A.B, yang menentukan bahwa asasnya hukum perdata dalam arti yang luas, meliputi hukum
dagang, untuk orang asing dan warga negara adalah sama, kecuali jika ditentukan lain. Para
sarjana HPI berbeda pendapat terkait boleh tidaknya hakim di Indonesia untuk menggunakan
Pasal 3 A.B sebagai dasar penggunaan timbal balik dan pembalasan. Sebagian berpendapat
bahwa hakim ti- dak dapat menggunakan asas tersebut, karena masih bersifat umum. Sementara
para sarjana lainnya berpandangan, meskipun tidak ada ketentuan tertulis, hakim masih dapat
menggunakan asas-asas umum. Termasuk dalam kelompok ini adalah Koster-Dubbink dan
Sudargo Gautama. Dalam pembentukan kaidah-kaidah HPI untuk pembinaan hukum nasional di
masa mendatang, Sudargo Gautama berpendapat untuk tidak mengatur pasal-pasal yang
mengharuskan timbal balik.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.
97. Apa tujuan dasar dan tujuan utama dari hukum ekonomi internasional?
Tujuan dasar dari hukum ekonomi internasional adalah untuk meningkatkan keadaan ekonomi
negara sedang berkembang. Sedangkan tujuan utama hukum ekonomi internasional adalah
peningkatan ekonomi; misalnya, meningkatkan standar hidup, menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan pendapatan.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.