Anda di halaman 1dari 23

NAMA : NUR AISYAH ABIDIN

NIM : 04020200139

KELAS : HUKUM PERDATA INTERNASIONAL C5

SOAL JAWAB 100 NOMOR

1. Jelaskan pengertian hukum perdata internasional menurut sarjana hukum!


 Menurut Van Brakel, HPI adalah hukum nasional yang ditulis (diadakan) untuk hubungan
hubungan hukum internasional.
 Menurut Schnitzer, HPI adalah hukum perdata, karena mengatur hubungan-hubungan
peristiwa hukum internasional secara perdata.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

2. Sebutkan dan jelaskan salah satu asas HPI yang tumbuh dan berkembang pada masa romawi
kuno!
1) Asas lex rei sitae (lex situs) Asas ini bermakna, untuk perkara-perkara yang menyangkut
benda benda tidak bergerak (immovables) tunduk pada hukum dari tempat di mana benda itu
berada/terletak. Adapun untuk benda-benda yang bergerak (movables), maka yang berlaku
adalah prinsip hukum personal dari orang atau subjek hukum yang menguasai benda itu.
2) Asas Lex domicilii.
3) Asas Lex loci contractus.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

3. Mengenai peraturan apa saja didalam statuta personalia?


Statuta personalia meliputi:
1) Peraturan-peraturan hukum perseorangan (personenrecht) termasuk hukum kekeluargaan.
2) Peraturan-peraturan mengenai benda-benda bergerak.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

4. Apa yang dimaksud dengan statuta mixta?


Statuta mixta yaitu statuta-statuta yang berkenaan dengan perbuatan-perbuatan hukum oleh
subjek hukum atau perbuatan-perbuatan hukum terhadap benda-benda, termasuk dalam kategori
ini adalah statuta-statuta yang mengatur tentang perbuatan melawan hukum.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.
5. Pengaturan mengenai HPI harus segera dilakukan karena kemanfaatannya. Sebutkan apa saja
manfaat tersebut!
1) Memberi perlindungan bagi warga negara dalam akti vitasnya yang bersentuhan dengan unsur
asing;
2) Memberikan kepastian hukum bagi warga negara terutama jika dalam aktivitasnya dengan
unsur asing tersebut terdapat permasalahan. Selain itu, pengaturan HPI telah di lakukan oleh
berbagai negara dengan hasil yang cukup memuaskan, baik di negara maju maupun di negara
berkembang.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

6. Sebutkan persoalan-persoalan khas yang dianggap sebagai masalah-masalah pokok HPI!


1) Hakim atau badan peradilan manakah yang berwenang menyelesaikan perkara-perkara hukum
yang mengandung unsur asing;
2) Hukum manakah yang harus diberlakukan untuk mengatur dan/atau menyelesaikan persoalan-
persoalan hukum yang mengandung unsur asing;
3) Sejauh mana suatu pengadilan harus memperhatikan dan mengakui putusan-putusan hukum
asing atau mengakui hak-hak yang terbit berdasarkan hukum atau putusan pengadilan asing.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

7. Hukum antartata hukum (HATAH) atau interlegal law, dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu: HATAH intern dan HATAH ekstern. Sebutkan apa yang dimaksud dengan HATAH intern
dan HATAH ekstern!
Menurut Sudargo Gautama, HATAH intern adalah keseluruhan peraturan dan ke putusan
hukum yang berlaku terhadap hubungan-hubungan hukum dan peristiwa hukum antara warga
negara dalam suatu negara. Adapun HATAH ekstern, merupakan keseluruhan peraturan dan
keputusan hukum yang menunjukkan sistem hukum manakah yang berlaku terhadap hubungan
dan peristiwa hukum, yang mengandung unsur-unsur asing, sehingga melibatkan sistem hukum
dari dua negara atau lebih. HATAH ekstern inilah yang disebut dengan HPI.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

8. Sebutkan contoh bentuk unifikasi kaidah-kaidah hukum intern!


Contoh bentuk unifikasi kaidah-kaidah hukum intern, yaitu:
a. Persetujuan Jenewa tahun 1930 tentang Uniform Law of Bills of Exchange. Konvensi ini
mengatur mengenai hukum yang seragam tentang surat-surat wesel;
b. Berne Convention Concerning for the Protection of Literary Artistic Works, tahun 1883, yang
terakhir kali diubah pada 28 September 1979.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.
9. Sebutkan contoh bentuk unifikasi kaidah-kaidah HPI!
a. Konvensi Den Haag tahun 1905 tentang akibat-akibat perkawinan;
b. Konvensi Den Haag tahun 1905 hukum acara perdata;
c. Konvensi Jenewa tahun 1923 dan 1927 tentang klausa-klausa arbitrase dan eksekusi dari
keputusan arbitrase asing.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

10. Jelaskan dua pandangan tentang ruang lingkup bidang HPI!


1) Pandangan yang sempit. Menurut pandangan ini, HPI hanya hanya terbatas pada persoalan-
persoalan hukum yang harus digunakan (choice of law). Pandangan ini dianut oleh Jerman
dan Belanda.
2) Pandangan yang luas. Menurut pandangan ini, HPI tidak hanya terbatas pada persoalan
hukum apa yang harus digunakan (choice of law), namun juga meliputi persoalan-persoalan
tentang kompetensi hakim dalam peristiwa/persoalan HPI (choice of jurisdiction). Pandangan
ini dianut oleh negara-negara dengan sistem hukum Anglo Saxon, terutama Inggris.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

11. Apa yang dimaksud titik pertalian primer?


Titik pertalian primer (TPP), adalah hal dan keadaan yang melahirkan hubungan HPI. Apabila
tidak ada TPP maka hubungan hukum yang ada bukan merupakan hubungan HPI, tetapi hanya
hubungan hukum perdata biasa.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

12. Sebutkan bagian-bagian titik pertalian primer!


Bagian-bagian titik pertalian primer antara lain: kewarganegaraan, domisili, tempat kediaman,
bendera kapal, tempat kedudukan (legal seat) berlaku untuk badan hukum, pilihan hukum.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

13. Sebutkan bagian-bagian titik pertalian sekunder!


Beberapa bagian dari titik pertalian sekunder antara lain: kewarganegaraan, domisili, bendera
kapal, tempat kediaman, tempat kedudukan badan hukum, tempat letaknya benda, tempat
dilangsungkannya perbuatan hukum (lex loci actus) dan tempat perjanjian dibuat (Lex loci
contractus), tempat dilaksanakannya suatu perjanjian (Lex loci solutionis, Lex loci executonis),
tempat terjadinya perbuatan melanggar hukum (Lex doci delicti commissie), maksud para pihak
(choice of law), serta tempat diajukannya proses perkara (Lex fori).
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

14. Apa yang dimaksud titik pertalian sekunder?


Titik pertalian sekunder adalah keadaan-keadaan yang menentukan sistem hukum mana yang
akan berlaku atau dipilih apabila terdapat dua atau lebih sistem hukum yang bertemu (bertaut).
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

15. Jelaskan maksud asa Lex situs sebagai asas umum hukum perdata internasional!
Berdasarkan Pasal 17 A.B, status benda tetap diatur dengan meng gunakan asas lex situs atau
lex rei sitae, yang artinya hukum dari tempat benda tersebut berada yang akan digunakan untuk
menentukan status benda tersebut.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

16. Apa yang dimaksud status personal!


Status personal adalah kumpulan kaidah hukum yang mengikuti seseorang dimana pun ia
berada dan kemanapun ia pergi.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

17. Bagaimana akibat perkawinan campuran terhadap kewarganegaraan suami dan istri?
Berdasarkan Pasal 19 UU Kewarganegaraan, terhadap WNA yang menikah dengan WNI,
dimungkinkan untuk menjadi WNI, tanpa perlu melakukan naturalisasi. Cukup dengan ia telah
tinggal di Indonesia selama 5 tahun berturut-turut, atau 10 tahun tidak berturut-turut, kecuali
mengakibatkan kewarganegaraan ganda. Apabila tidak mungkin menjadi WNI kepada yang
bersangkutan dapat diberikan izin tinggal tetap.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

18. Apa yang dimaksud dengan renvoi!


Secara umum, renvoi adalah penunjukan kembali atau penunjukan lebih lanjut melalui kaidah-
kaidah HPI dari suatu sistem hukum asing yang ditunjuk oleh kaidah HPI lex fori.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

19. Terkait dengan renvoi, ada dua sikap yang dapat diambil oleh negara yang menunjuk, jelaskan
dua sikap tersebut!
1) Sikap negara yang menerima penunjukan kembali (renvoi) di mana negara yang menunjuk
terhadap berlakunya hukum asing, sehingga penunjukan tersebut meliputi keseluruhan kaidah
hukum asing, termasuk kaidah-kaidah HPI (kollisionsnormen), dari negara asing tersebut
yang di dalamnya terdapat prinsip nasionalitas atau prinsip domisili, sehingga hukum asing
tersebut akan menunjuk kembali ke pada hukum dari negara yang menunjuk dan hal ini berarti
bahwa negara tersebut bersedia menerima penunjukan tersebut;
2) Sikap negara yang menolak penunjukan kembali (renvoi) di mana negara yang menunjuk
terhadap berlakunya hukum asing dalam arti (sachnormverweisung), sehingga penunjukan
tersebut hanya meliputi kaidah-kaidah hukum intern (sachnormen) dari negara asing yang
ditunjuk sehingga ini berarti bahwa hukum yang berlaku adalah kaidah kaidah hukum intern
dari negara asing tersebut dan hal ini berarti bahwa negara yang menunjuk menolak untuk
ditunjuk kembali.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

20. Sebutkan dan jelaskan dua jenis renvoi!


1) Remission (penunjukan kembali) , yaitu proses renvoi oleh kaidah HPI asing kembali ke arah
lex fori, dengan demikian hukum yang di gunakan adalah hukum di mana perkara tersebut
diperiksa.
2) Transmission (penunjukan lebih lanjut) , yaitu proses renvoi oleh kaidah hukum asing ke arah
suatu sistem hukum asing lain. Dalam hal ini penunjukan pertama berlangsung dari kaidah
HPI forum ke arah kaidah HPI asing lain, yang sebelumnya telah diketahui akan menunjuk
lebih lanjut ke arah sistem hukum ketiga.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

21. Jelaskan teori kualifikasi berdasarkan tujuan HPI!


Tokohnya adalah G. Kegel. Teori ini bertitik tolak dari pandangan bahwa setiap kaidah HPI
harus dianggap memiliki suatu tujuan HPI tertentu yang hendak dicapai dan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai melalui HPI haruslah diletakkan di dalam konteks kepentingan HPI, yaitu:
 Keadilan dalam pergaulan internasional
 Kepastian hukum dalam pergaulan internasional
 Ketertiban dalam pergaulan internasional
 Kelancaran lalu lintas pergaulan internasional
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

22. Jelaskan bagaimana pendapat kegel mengenai konsep ketertiban umum!


Kegel berpendapat bahwa konsep ketertiban umum pada dasarnya berkenaan dengan "bagian
yang tidak dapat disentuh dari sistem hukum setempat". Karena itu, hukum asing (yang
seharusnya berlaku) dapat dikesampingkan jika dianggap bertentangan dengan "the untouchable
part" dari lex fori itu.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

23. Jelaskan fungsi positif dari lembaga ketertiban umum!


Yaitu menjamin agar aturan-aturan tertentu dari lex fori tetap di berlakukan (tidak
dikesampingkan) sebagai akibat dari pemberlakuan hukum asing yang ditunjuk oleh kaidah HPI
atau melalui proses pendekatan HPI, terlepas dari persoalan hukum mana yang seharusnya
berlaku, atau apa pun isi kaidah/aturan lex fori yang bersangkutan.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

24. Apa fungsi negatif dari lembaga ketertiban umum!


Yaitu untuk menghindarkan pemberlakuan kaidah-kaidah hukum asing jika pemberlakuan itu
akan menyebabkan pelanggaran terhadap konsep-konsep dasar lex fori.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

25. Apa maksud dari kaidah-kaidah hukum memaksa dalam HPI?


Dalam artian umum, "kaidah-kaidah hukum memaksa" dapat diartikan sebagai " aturan-aturan
hukum tertulis yang tidak dapat dikesampingkan oleh para pihak melalui kesepakatan dalam
perjanjian. Oleh karena itu, persoalan pemberlakuan mandatory rules ini menjadi krusial dalam
HPI, khususnya dalam bidang-bidang kontrak di mana pihak-pihak pada dasar nya memiliki
kebebasan untuk menentukan hukum yang berlaku atas kontrak mereka. Dengan perkataan lain,
mandatory rules akan membatasi kebebasan para pihak dalam transaksi-transaksi internasional.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

26. Jelaskan istilah konsep hak-hak yang diperoleh dalam HPI!


Istilah hak-hak yang diperoleh sering kali disebut dengan rights and obligations created
abroad atau hak dan kewajiban hukum yang terbit berdasarkan hukum asing. Yang menjadi
persoalan dalam HPI dalam kaitan ini adalah apakah hak dan kewajiban hukum yang dimiliki
seseorang berdasarkan kaidah-kaidah hukum dari suatu sistem hukum asing tertentu harus diakui
atau tidak oleh lex fori.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

27. Jelaskan pengertian persoalan pendahuluan dalam HPI!


Masalah "persoalan pendahuluan" dalam HPI dapat dirumuskan secara sederhana sebagai:
"Suatu persoalan/masalah HPI dalam sebuah perkara yang harus dipecahkan dan/atau ditetapkan
terlebih dahulu sebelum putusan terhadap masalah HPI yang menjadi pokok perkara dapat
ditetapkan oleh hakim.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

28. Sebutkan tiga pandangan tentang cara penyelesaian persoalan pendahuluan dalam teori HPI!
Absorption, repartition, pendekatan kasus demi kasus.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

29. Apa yang dimaksud yurisdiksi exstrateritorial dalam konteks HPI!


Yang dimaksud dengan yurisdiksi ekstrateritorial di sini adalah kewenangan pengadilan suatu
negara untuk melaksanakan yurisdiksinya atas seorang tergugat (defendant) yang berkediaman
tetap (berdomisili) di suatu negara di luar negara forum.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

30. Jelaskan maksud asas forum rei!


Asas forum rei ("tempat forum berada") yang sebenarnya sama dengan asas actor sequitur
forum rei dan menjadi asas utama bagi pengadilan untuk mengklaim yurisdiksi atas seorang
tergugat yang berdomisili atau berkediaman sehari-hari di wilayah negara forum.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

31. Jelaskan yang dimaksud asas forum solutionis contractus!


Asas Forum Solutionis Contractus yaitu asas yang menjadi dasar penetapan yurisdiksi bagi
forum dari tempat di mana suatu perikatan dianggap telah dilaksanakan atau seharusnya
dilaksanakan.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

32. Jelaskan yang dimaksud asas pengadilan tempat pihak yang berkedudukan lebih lemah!
Asas Pengadilan tempat Pihak yang Berkedudukan Lebih Lemah. Yaitu asas yang
memberikan kewenangan yurisdiksional pada pengadilan dari tempat di mana pihak dalam
transaksi hukum yang di anggap berkedudukan lebih lemah, khususnya dalam rangka
memberikan perlindungan kepada pihak konsumen dalam transaksi-transaksi konsumen atau
pihak buruh dalam transaksi-transaksi dalam hubungan kerja.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

33. Jelaskan yang dimaksud asas pengadilan yang dipilih oleh para pihak!
Pengadilan yang Dipilih oleh Para Pihak yaitu asas yang merupakan manifestasi dari asas
kebebasan berkontrak di mana pihak-pihak dapat menentukan sendiri pengadilan yang dianggap
memiliki yurisdiksi eksklusif untuk menyelesaikan perkara-perkara yang akan timbul dari
hubungan hukum mereka. Asas ini juga diakui keberadaannya di dalam konvensi-konvensi dan
aturan aturan regional Eropa.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

34. Jelaskan yang dimaksud asas pemunculan secara sukarela (voluntary appearance)!
Pemunculan Secara Sukarela (Voluntary Appearance) Yang menetapkan bahwa dalam hal
seorang tergugat secara sukarela tampil di sebuah forum pengadilan asing untuk membela
dirinya dalam pokok perkara (dan bukan sekadar untuk menyatakan bahwa forum asing itu tidak
kompeten), maka forum asing itu akan dianggap memiliki yurisdiksi atas si tergugat. Asas ini
hanya dapat digunakan dalam hal forum pengadilan Belanda tidak memiliki yurisdiksi eksklusif
atas perkara.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

35. Jelaskan yang dimaksud asas forum rei sitae!


Asas Forum Rei Sitae yaitu asas yang dapat menjadi dasar penetapan kewenangan
yurisdiksional forum atas perkara-perkara yang menyangkut hak kebendaan atas benda-benda
tetap (immovables) yang terletak di wilayah forum. Asas ini sama dengan konsep in rem
jurisdiction yang dikenal di Amerika Serikat.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

36. Jelaskan yang dimaksud asas forum delicti!


Asas Forum Delicti yaitu asas yang digunakan untuk penentuan adanya kewenangan
yurisdiksional dalam perkara-perkara perbuatan melawan hukum (tort, onrechmatige daad) yang
dimiliki oleh forum tempat perbuatan dilakukan atau tempat di mana kerugian (injury) akibat
perbuatan melawan hukum itu timbul.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

37. Jelaskan pengertian HPI berdasarkan teori HPI internasional!


Tokoh-tokoh teori ini adalah Rabel, Zittelman, dan Jitta. Menurut teori ini, HPI adalah suatu
kesatuan sistem hukum yang dibentuk untuk menyelesaikan sengketa sengketa yang timbul
akibat fakta bahwa sebuah sistem hukum lokal ternyata isinya bertentangan dengan sistem
hukum lokal lain.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

38. Sebutkan prinsip dasar teori teritorial!


Sistem hukum yang diberlakukan di dalam badan peradilan suatu negara pada dasarnya adalah
sistem hukum intern negara itu; sistem-sistem hukum asing (negara lain) hanya akan
diberlakukan dan/atau dipertimbangkan sejauh penguasa/pemegang kedaulatan di negara forum
mengizinkannya.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

39. Sebutkan dan jelaskan tiga hal pokok dalam teori Ehrenzweig yang merupakan elemen-elemen
pokok dalam penyelesaian suatu perkara HPI!
1) True rules
True rules atau aturan-aturan HPI (choice of law rules) yang terbentuk secara faktual di
pengadilan-pengadilan dan yang dilandasi kebijakan-kebijakan (policies) dan prinsip-prinsip
fairness dan justice bagi para pihak yang beperkara.
2) Kaidah-kaidah hukum intern forum
Yaitu kaidah-kaidah hukum intern lex fori yang harus diberlakukan dalam penyelesaian
perkara seandainya tidak dapat disimpulkan adanya "true rules" yang diterima umum. Jadi,
kaidah-kaidah hukum intern forum ini hanya dapat dikesampingkan apabila terdapat cukup
alasan untuk melakukan hal itu. Misalnya, karena adanya true rules itu.
3) The proper forum
Yaitu kebebasan bagi pihak penggugat dalam sebuah perkara untuk memilih forum yang
politik hukumnya diangap akan menyebabkan berlakunya aturan-aturan hukum (domestik
atau asing) yang paling menguntungkan dirinya ( choice of proper forum).
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

40. Apa tujuan utama dari pendekatan the second restatement on conflict of laws?
Tujuan utama dari pendekatan ini adalah menentukan hukum dari negara (atau negara bagian)
yang dianggap memiliki kaitan yang paling signifikan (the most significant relationship) dengan
pokok masalah atau subjek hukum yang sedang dihadapi dalam perkara.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

41. Jelaskan yang maksud asas nasionalitas (kewarganegaraan)!


Maksud dari asas ini, status personal seseorang ditetapkan berdasarkan hukum
kewarganegaraan (lex patriae) orang itu. Asas ini juga digunakan dalam Pasal 16 Algemene
Bepalingen van Wetgeving (AB) yang secara teoretis masih berlaku di Indonesia.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

42. Sebutkan beberapa masalah yang timbul dalam asas nasionalitas!


1) Problem renvoi dapat timbul jika asas ini hendak diterapkan pada seorang warga negara asing
yang berasal dari negara yang sistem hukumnya menganut asas domicile dalam penentuan
status personal seseorang.
2) Kewarganegaraan seseorang tidak selalu dapat menjamin adanya kenyataan bahwa secara
faktual seseorang menetap di wilayah negara nasionalnya.
3) Bagi sebuah forum, asas ini dapat menimbulkan kesulitan teknis karena hakim harus
menetapkan status dan kewenangan personal suatu subjek hukum berdasarkan suatu sistem
hukum asing yang belum tentu dikenalnya.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

43. Jelaskan yang dimaksud asas domicile!


Asas domicile yang dimaksudkan di sini hendaknya diartikan sesuai dengan konsep yang
tumbuh di dalam sistem-sistem hukum common law dan yang umumnya diartikan sebagai
permanent home atau "tempat hidup seseorang secara permanen".
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

44. Apa yang dimaksud perkawinan campuran dalam HPI!


Perkawinan campuran adalah perkawinan yang berlangsung antara pihak-pihak yang berbeda
domicile nya sehingga terhadap masing-masing pihak berlaku kaidah-kaidah hukum intern dari
dua sistem hukum yang berbeda.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

45. Sebutkan akibat-akibat perkawinan terhadap asas yang berkembang di dalam HPI!
a. Sistem hukum tempat perkawinan diresmikan (lex loci celebrationis).
b. Sistem hukum dari tempat suami istri bersama-sama menjadi warga negara setelah
perkawinan (gemeenschapelijke nationaliteit/joint nationality).
c. Sistem hukum dari tempat suami istri berkediaman tetap bersama setelah perkawinan
(gemeenschapelijke woonplaats / joint residence) atau tempat suami istri ber domicile tetap
setelah perkawinan.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

46. Bagaimana status benda tetap berdasarkan asas HPI?


Asas umum yang diterima di dalam HPI menetapkan bahwa status benda-benda tetap
ditetapkan berdasarkan lex rei sitae atau lex situs atau hukum dari tempat benda berada/terletak.
Asas ini juga dianut di Indonesia seperti yang dimuat dalam Pasal 17 Algemeene Bepalingen van
Wetgeving.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

47. Bagaimana status benda tak berwujud berdasarkan asas HPI!


Status benda tak berwujud ialah benda-benda yang dikategorikan ke dalam "benda tak
berwujud" biasa nya meliputi utang piutang, hak milik perindustrian, atau hak-hak milik
intelektual. Asas-asas HPI yang relevan dengan usaha penentuan status benda-benda tak
berwujud, di antaranya, menetapkan bahwa yang harus diberlakukan adalah sistem hukum dari
tempat
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

48. Sebutkan pembatasan yang dikembangkan dalam HPI untuk menetapkan validitas suatu pilihan
hukum!
1) Jika pilihan hukum dimaksudkan hanya untuk membentuk atau menafsirkan persyaratan-
persyaratan dalam kontrak, kebebasan para pihak pada dasarnya tidak dibatasi.
2) Pilihan hukum tidak boleh melanggar public policy atau public order (ketertiban umum) dari
sistem-sistem hukum yang mempunyai kaitan yang nyata dan substansial terhadap kontrak.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

49. Sebutkan masalah-masalah HPI sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum!
 Berdasarkan sistem hukum mana penentuan kualitas suatu perbuatan sebagai perbuatan
melawan hukum harus ditentukan.
 Berdasarkan sistem hukum mana penetapan ganti rugi harus di tentukan.
 Apa titik taut sekunder yang harus digunakan untuk menetapkan hukum yang harus
diberlakukan.
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

50. Sebutkan masalah pokok yang timbul dari persoalan dan proses pewarisan dalam HPI!
1) Adanya tata cara pewarisan yang diatur berdasarkan undang undang dalam hal pewaris tidak
menyatakan dengan tegas ke inginannya melalui testamen (ab intestato atau intestate succes
ion), atau
2) Adanya keinginan tegas pewaris yang dinyatakan melalui testamen dan yang harus
diwujudkan terhadap harta peninggalannya setelah ia meninggal dunia (testamentary
succesion).
Sumber: Dr, Bayu Seto Hardjowahono S.H., LL.M., 2013, Dasar-Dasar Hukum Perdata
Internasional Edisi Kelima, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.
51. Apa fungsi dari lembaga ketertiban umum?
Fungsi daripada lembaga ketertiban umum, adalah seolah-olah suatu "rem darurat" yang kita
ketemukan pada tiap kereta api. Pemakaiannya juga harus secara hati-hati dan seirit mungkin.
Karena apabila kita terlampau lekas menarik rem darurat ini maka " kereta HPI " tidak dapat
berjalan dengan baik.
Sumber: Prof. Dr. S.Gautama S.H., 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia
Cetakan Kelima, Binacipta, Bandung.

52. Berikan contoh mengenai kematian perdata berkaitan dengan ketertiban umum!
Di dalam negara-negara modern terbanyak kaidah hukum asing tentang kematian perdata
"burgelijke dood" , akan dikesampingkan . Walau pun menurut kaidah HPI kita harus dipakai
hukum nasional pihak-pihak yang bersangkutan, yang mengenal kematian perdata ini, maka
kaidah asing ini tidak akan dipergunakan oleh hakim nasional kita.
Sumber: Prof. Dr. S.Gautama S.H., 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia
Cetakan Kelima, Binacipta, Bandung.

53. Sebutkan istilah lain dari penyelundupan hukum!


"Penyelundupan hukum" atau "Wetsontduiking" istilah Belanda, "fraude a la loi", istilah
Perancis, "fraus legis" istilah Latin. "Gesetzesumgehung", "das Handeln in fraudem legis" istilah
Jerman, "fraudulent creation of point of contacts" istilah Inggris, " frode alla legge", istilah Italia,
merupakan suatu bagian ajaran tersendiri teori umum HPI.
Sumber: Prof. Dr. S.Gautama S.H., 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia
Cetakan Kelima, Binacipta, Bandung.

54. Apa hubungan antara ketertiban umum dan penyelundupan hukum?


Ketertiban umum dan penyelundupan hukum mempunyai hubungan yang erat. Kedua duanya
ini bertujuan agar supaya hukum nasional dipakai dengan mengenyampingkan hukum asing.
Hukum asing dinyatakan tidak berlaku jika dipandang sebagai penyelundupan hukum. Kedua
duanya hendak mempertahankan hukum nasional terhadap kaidah-kaidah hukum asing
Sumber: Prof. Dr. S.Gautama S.H., 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia
Cetakan Kelima, Binacipta, Bandung.
55. Apa perbedaan antara ketertiban umum dan penyelundupan hukum!
Perbedaan antara Ketertiban Umum dan Penyelundupan Hukum adalah bahwa pada yang
pertama kita saksikan bahwa pada umum nya suatu hukum nasional dianggap tetap berlaku,
sedangkan dalam penyelundupan hukum kita saksikan hukum nasional tetap berlaku itu dan
dianggap tepat pada suatu peristiwa tertentu saja, yakni karena kini ada seorang yang untuk
mendapatkan berlaku nya hukum asing telah melakukan suatu tindakan yang bersifat
menghindarkan pemakaian hukum nasional itu. Jadi hukum asing yang dikesampingkan karena
penyelundupan hukum, akan mengakibatkan bahwa untuk hal-hal lainnya akan selalu boleh
dipergunakan hukum asing itu.
Sumber: Prof. Dr. S.Gautama S.H., 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia
Cetakan Kelima, Binacipta, Bandung.

56. Sebutkan macam-macam pilihan hukum!


Ada 4 macam pilihan hukum yang dikenal dalam pembacaan HPI yakni : (1) secara tegas atau
dengan sedemikian banyak perkataan, (2) secara diam-diam, (3) secara dianggap, (4) secara
hipotetis.
Sumber: Prof. Dr. S.Gautama S.H., 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia
Cetakan Kelima, Binacipta, Bandung.

57. Sebutkan alasan-alasan pro prinsip pilihan hukum!


Alasan bersifat falsafah, alasan bersifat praktis, alasan kepastian hukum, alasan kebutuhan
hubungan lalu lintas internasional.
Sumber: Prof. Dr. S.Gautama S.H., 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia
Cetakan Kelima, Binacipta, Bandung.

58. Sebutkan alasan-alasan yang anti prinsip pilihan hukum!


Alasan "circulus vituosrus", alasan hukum intern memaksa harus pula internasional memaksa,
alasan tidak adanya hubungan dengan hukum yang dipilih, alasan bahwa pilihan hukum
merupakan perbuatan a-social.
Sumber: Prof. Dr. S.Gautama S.H., 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia
Cetakan Kelima, Binacipta, Bandung.

59. Sebutkan contoh pilihan hukum!


Contohnya adalah peraturan-peraturan berkenaan dengan perburuhan yang mengenai orang
asing. Semua orang asing yang melakukan pekerjaan di Indonesia harus tunduk pada ketentuan-
ketentuan ini. Juga jika kontrak mereka dibuat di luar negeri dan mereka telah memilih hukum
dari luar negeri. Peraturan-peraturan Indonesia tentang perburuhan yang diadakan untuk
melindungi pihak buruh dan mengatur secara khusus tentang perburuhan orang-orang asing,
tidak dapat dikesampingkan oleh para pihak dengan memilih hukum lain.
Sumber: Prof. Dr. S.Gautama S.H., 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia
Cetakan Kelima, Binacipta, Bandung.

60. Darimana sumber prinsip kebebasan memilih hukum? Jelaskan!


Prinsip kebebasan memilih hukum adalah bersumber kepada Liberalisme dari abad ke 19.
Kebebasan memilih merupakan kebutuhan dari lalu lintas internasional. Lalu lintas perdagangan
internasional memerlukan kepastian hukum. Para pihak mengetahui hukum mana yang mereka
kehendaki itulah yang dapat berlaku Tetapi di waktu sekarang ini pemerintah dari negara-negara
baik yang sosialis maupun yang termasuk blok liberal, banyak mengadakan
"ordeningsvoorschriften". Sang individu terikat pada kaidah kaidah yang diadakan oleh pembuat
Undang-Undang demi ketertiban dari kehidupan ekonomi dan sosial (ekonomi terpimpin). Lebih
lama lebih banyak kaidah-kaidah "be rsifat publik" yang turut mengatur kehidupan perdata.
Sumber: Prof. Dr. S.Gautama S.H., 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia
Cetakan Kelima, Binacipta, Bandung.

61. Sebutkan kesulitan yang timbul pada asas lex loci solutionis hukum perjanjian internasional!
Kesulitan yang timbul pada asas lex loci solutionis ini ialah bahwa kadang-kadang terjadi
bahwa para pihak tak dapat memastikan pada waktu mereka berkontrak, pada tempat manakah
kewajiban-kewajiban harus dilaksanakan. Misalnya dalam perjanjian-perjanjian assuransi atau
pembayaran, lijfrente, yang harus dilakukan pada domicilie dari kreditur, kita saksikan bahwa
tak dapat ditentukan semula "place of performance" ini, karena bergantunglah sesuatu kepada
perubahan-perubahan domicilie yang menentukan itu.
Sumber: Prof. Dr. S. Gautama S.H., 1987, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III
Bagian 2 Buku Ke Delapan , Alumni, Bandung.

62. Apakah yang memberikan sifat internasional pada suatu perjanjian jual-beli?
Sifat ini dapat dilihat dari berbagai kenyataan, misalnya dalam kepribadian para pihak (antara
lain, kewarganegaraan berlainan), juga dari sifat aktivitas perdagangan mereka yang normal, dari
kebiasaan yang berlaku dalam cabang usaha khusus bersangkutan, dan lain-lain petunjuk-
petunjuk yang dapat dihubungkan dengan perjanjian bersangkutan.
Sumber: Prof. Dr. S. Gautama S.H., 1987, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III
Bagian 2 Buku Ke Delapan , Alumni, Bandung.

63. Apa maksud dari konvensi 1995 tidak membedakan antara sifat dari perjanjian-perjanjian jual
beli internasional bersangkutan?
Konvensi 1995 ini tidak membedakan antara sifat dari perjanjian-perjanjian jual beli
internasional bersangkutan, dalam arti bahwa tidak dibedakan antara perjanjian-perjanjian yang
bersifat "civile" atau "commerciale" "maritime" dan sebagainya. Untuk semua perjanjian ini
konvensi disebut sama-sama berlaku
Sumber: Prof. Dr. S. Gautama S.H., 1987, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III
Bagian 2 Buku Ke Delapan , Alumni, Bandung.

64. Hukum apa yang berlaku pada jual beli pada "trade fair", "bursa", lelang umum dalam kaidah
HPI?
Jual beli yang dilangsungkan pada trade fairs atau bursa-bursa diatur secara khusus. Hukum
yang berlaku untuk perjanjian-perjanjian jual beli demikian ini ialah hukum dari negara di mana
berada fair atau bursa bersangkutan. Demikian pula penjualan pada lelang-lelang umum. Satu
dan lain hal jika para pihak telah tidak menyatakan berlainan.
Sumber: Prof. Dr. S. Gautama S.H., 1987, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III
Bagian 2 Buku Ke Delapan , Alumni, Bandung.
65. Bagaimana hubungan antara konvensi 1964 dan konvensi 1951 (1955)?
Akhirnya, perlu kita melakukan pula tinjauan sekadar mengenai hubungan sebenarnya antara
Konvensi Hukum Uniform 1964 dan Konvensi-konvensi HPI 1951 (1955). Nampaknya tidak
terdapat koordinasi sama sekali, hal mana sangat disayangkan. Oleh guru besar HPI pada
Universitas Amsterdam dan Ketua Stan ding Committee of the Netherlands on private
international Law, De Winter, telah dibentangkan tentang kekurangan-kekurangan ini.
Sumber: Prof. Dr. S. Gautama S.H., 1987, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III
Bagian 2 Buku Ke Delapan , Alumni, Bandung.

66. sebutkan konvensi-konvensi dalam rangka usaha pertama yang telah diterima baik dalam tahun
1951 (mulai ditandatangani tahun 1955)!
1) Konvensi tentang Hukum yang berlaku untuk jual-beli bersifat internasional dari benda-benda
bergerak berwujud;
2) Konvensi tentang Hukum yang berlaku untuk peralihan hak milik berkenaan dengan jual-beli
yang bersifat internasional dari benda-benda bergerak berwujud;
3) Konvensi tentang kompetensi hakim yang dimufakati berkenaan dengan jual-beli yang
bersifat internasional dari benda-benda bergerak berwujud;
Sumber: Prof. Dr. S. Gautama S.H., 1987, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III
Bagian 2 Buku Ke Delapan , Alumni, Bandung.

67. Pada tahun 1964 telah diterima dua Konvensi yang mengatur pemakaian hukum material
mengenai jual-beli international secara uniform, sebutkan dua konvensi tersebut!
1) Konvensi tentang hukum uniform untuk jual beli benda benda bergerak berwujud;
2) Konvensi tentang hukum uniform berkenaan dengan pembentukan kontrak-kontrak jual beli
internasional dari benda-benda bergerak berwujud.
Sumber: Prof. Dr. S. Gautama S.H., 1987, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III
Bagian 2 Buku Ke Delapan , Alumni, Bandung.

68. Sebutkan istilah-istilah lain perbuatan melanggar hukum!


Istilah "perbuatan melanggar hukum" dikenal dalam bacaan HPI sebagai "onrechtmatige
daad" (Belanda), "tort" (dibedakan antara "intentional" dan "intentional dalam bahasa inggris),
Prancis "delit" atau acte illicit) dengan istilah kumpulan "obligation delictuelles et
quasidelictuelles, obligations quasi-contractuelles, obligations purement legalis), unerlaubte
handlumgen" (Jerman).
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

69. Setelah melihat bahwa dalam sistem-sistem HPI negara negara terbanyak di dunia ini masih
dianut kaidah-kaidah lex loci delicti untuk perbuatan-perbuatan melanggar hukum kiranya perlu
diperhatikan alasan-alasan apakah yang diajukan para pembelanya untuk mendukung pemakaian
prinsip tersebut. Sebutkan alasan-alasan tersebut!
1. Alasan dipermudahnya menemukan hukum

2. Alasan perlindungan harapan sewajarnya bagi kalayak ramai

3. Alasan preventie

4. Alasan demi kepentingan si pelanggar

5. Alasan uniformitas keputusan.

Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

70. Sebutkan istilah lain dari hukum perdata internasional!


Istilah Hukum Perdata Internasional (HPI) yang digunakan di Indonesia sekarang ini
merupakan terjemahan dari Internationaal Privaatrecht (Belanda), Internationales Privaatrecht
(Jerman), Private International Law (Inggris) atau Droit International Prive (Perancis) yang
dianggap salah kaprah karena istilah-istilah tersebut berasal dari tradisi hukum Eropa
Kontinental. Sedangkan di Inggris dan negara-negara yang mengembangkan tradisi hukum
Common Law System, seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, Singapura, Malaysia, India,
dan sebagainya menggunakan sebutan lain yang dianggap lebih memadai, yaitu Conflict of
Laws, dengan anggapan, bahwa “bidang hukum ini pada dasarnya berusaha menyelesaikan
masalah-masalah hukum yang menyangkut adanya konflik atau perbenturan antara 2 atau lebih
kaidah-kaidah hukum dari 2 atau lebih sistem hukum.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

71. Apa perbedaan antara hukum perdata internasional dan hukum internasional publik?
Menurut Mochtar Kusumaatmadja, HPI adalah “Keseluruhan kaidah atau asas hukum yang
mengatur hubungan perdata yang melintas batas negara. Atau dapat dikatakan bahwa HPI adalah
hukum yang mengatur hubungan hukum keperdataan antara pelaku hukum yang masing-masing
tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berbeda". Sedangkan Hukum Internasional (Publik)
adalah Keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintas batas
negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata”.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

72. Sebutkan tiga ketentuan pokok HPI!


 Pasal 16 AB: Status wewenang seseorang harus dinilai menurut hukum nasionalnya (LEX
PATRIAE). Jadi seorang WNI, di manapun ia berada tetap terikat hukumnya sendiri
mengenai status dan wewenang. Demikian juga secara analogi, terhadap orang asing pun
mengenai status dan wewenang harus dinilai menurut hukumnya sendiri.
 Pasal 17 AB: mengenai benda tetap harus dinilai menurut hukum dari negara/tempat di mana
benda tetap itu terletak (LEX RESITAE).
 Pasal 18 AB: bentuk tindakan hukum dinilai menurut hukum di mana tindakan itu dilakukan
(LOCUS REGIT ACTUM)
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

73. Apa yang dimaksud ius privatum dengan ius publicum?


 Ius Privatum (mengatur persoalan-persoalan hukum orang-perorangan): menjadi cikal bakal
dari HPI yang berkembang di dalam tradisi hukum Eropa Kontinental.
 Ius Publicum (mengatur persoalan-persoalan kewenangan negara sebagai kekuasaan publik):
menjadi sekumpulan asas dan kaidah hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara
Kekaisaran Romawi dengan negara lain, sehingga merupakan cikal bakal dari Hukum
Internasional (Publik).
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

74. Statuta-statuta suatu kota dapat diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) atau 3 (tiga) kelompok/jenis
statuta, sebutkan dan jelaskan!
a. Statuta personalia yaitu statuta-statuta yang berkenaan dengan kedudukan hukum atau status
personal orang.
b. Statuta realia yaitu statuta-statuta yang berkenaan dengan status benda.
c. Statuta mixta yaitu statuta-statuta yang berkenaan dengan perbuatan-perbuatan hukum (jenis
statuta ini dilengkapi oleh para ahli Post Glossators lainnya karena dianggap sesuai dengan
kebutuhan).
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

75. Sebutkan tiga teori yang berkembang dalam HPI!


Menurut Sudargo Gautama menyebutkan ada tiga teori yang berkembang dalam HPI, yakni:

1. Teori kualifikasi menurut lex fori;

2. Teori kualifikasi menurut lex causae; dan

3. Teori kualifikasi yang dilakukan secara otonom.

Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

76. Apa perbedaan antara kualifikasi masalah substansial dan prosedural?


Pembedaan masalah menjadi masalah substansial (substance) dan masalah prosedural
(procedural) merupakan hal yang perlu disadari dalam penyelesaian perkara HPI. Masalah
substansial berkaitan dengan persoalan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang telah dijamin
oleh kaidah hukum, sedangkan masalah prosedural berkaitan dengan upaya-upaya hukum
(remedies) yang dapat dilakukan oleh subyek hukum untuk menegakkan hak dan kewajibannya
yang telah dijamin oleh kaidah hukum, dengan bantuan pengadilan.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

77. Untuk menentukan siapa yang menjadi warga negara dari negara tersebut dibatasi oleh prinsip-
prinsip umum hukum internasional tentang nasionalitas (kewarganegaraan). Sebutkan
pembatasan yang dimaksud!
Pembatasan dimaksud adalah antara lain:
1) Orang-orang yang tidak mempunyai hubungan apapun dengan suatu negara tidak boleh
dimasukkan sebagai warga negara dari negara tersebut;
2) Suatu negara tidak boleh menentukan siapa-siapa yang merupakan warga negara suatu negara
lainnya.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

78. Apa yang dimaksud ius soli


Asas ius soli (tempat kelahiran), yaitu nasionalitas seseorang ditentukan berdasarkan tempat
kelahirannya. Misalnya seseorang dilahirkan di negara Indonesia, maka ia merupakan warga
negara Indonesia.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.
79. Apa yang dimaksud ius sanguinis?
Asas ius sanguinis (keturunan), yaitu nasionalitas seseorang ditentukan berdasarkan
keturunannya. Misalnya seseorang yang lahir di Belanda dari kedua orangtuanya yang
mempunyai nasionalitas Indonesia, maka ia menjadi warga negara Indonesia.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

80. Apa yang dimaksud perkawinan internasional?


Perkawinan internasional adalah perkawinan yang mengandung unsur asing, yaitu perkawinan
yang terjadi antara WNI dan WNA, yang di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan (disingkat UUP) dikenal dengan istilah perkawinan campuran, dan juga
mungkin perkawinan antara 2 orang WNI yang dilangsungkan di luar negeri.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.
81. Sebutkan aspek-aspek mengenai persoalan perceraian dalam bidang HPI!
Persoalan perceraian dalam bidang HPI meliputi berbagai aspek, yaitu:
1) perceraian WNI di luar negeri;
2) perceraian WNA di Indonesia;
3) persoalan yurisdiksi dalam perkara perceraian;
4) pengakuan terhadap keputusan cerai dari luar negeri (recognition).
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

82. Sebutkan persoalan HPI dibidang hukum kontrak!


Persoalan HPI di bidang Hukum Kontrak adalah:
 Penentuan “the proper law of contract”, yaitu hukum yang seyogyanya diberlakukan untuk
mengatur masalah-masalah yang ada di dalam suatu kontrak.
 Teori-teori HPI di bidang hukum kontrak berbicara upaya untuk menetapkan “the proper law
of contract”.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

83. Apa yang dimaksud The proper law of contract?


The proper law of contract dapat dipahami sebagai pengertian praktikal dan ringkas untuk
menggambarkan konsep tentang hukum yang mengatur kebanyakan hal yang mempengaruhi
suatu kontrak, atau tentang hukum yang diberlakukan forum untuk menetapkan hak dan
kewajiban yang timbul dari sebuah kontrak.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.
84. Perbuatan melanggar hukum ini merupakan persoalan HPI, kalau pada perbuatan melanggar
hukum terdapat foreign element. Hal apa saja yang menjadi penyebab terjadinya foreign
element?
Adanya foreign element ini terjadi karena:
1) pelaku perbuatan melanggar hukum berdomisili atau berkewarganegaraan asing,
2) tindakan yang sifatnya melanggar hukum itu dilakukan di dalam wilayah suatu negara asing,
3) akibat-akibat dari perbuatan melanggar hukum itu timbul di suatu wilayah negara asing,
4) pihak yang dirugikan (pihak korban) dari perbuatan melanggar hukum itu berdomisili atau
berkewarganegaraan asing.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

85. Apa yang dimaksud interest dalam kaidah HPI?


Yang dimaksud dengan interest adalah governmental interest yang sistem hukumnya relevan
dengan pokok perkara, untuk memberlakukan hukumnya dalam penyelesaian pokok perkara,
yang dapat disimpulkan dari kebijakan hukum (policies) di dalam kaidah hukum lokal yang
bersangkutan.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

86. Berikan contoh mengenai transmission (penunjukan lebih lanjut)!


Hakim Indonesia menghadapi persoalan tentang perkawinan yang telah dilangsungkan oleh
seorang warga negara Amerika Serikat yang berdomisili di Perancis, di mana perkawinan itu
dilangsungkan. Persoalannya adalah: apakah orang tersebut sudah cukup umur waktu
melangsungkan perkawinan tersebut. Hukum mana yang diterapkan?
Menurut HPI Indonesia berdasarkan prinsip nasionalitas (Pasal 16 AB), maka hukum nasional
orangnya yang berlaku, yaitu hukum Amerika Serikat. Tetapi apakah ini berarti hukum intern
Amerika Serikat yang harus diperhatikan, atau juga termasuk HPI-nya? Kalau HPI-nya juga
termasuk dalam penunjukan itu, maka HPI Amerika Serikat (yang menggunakan prinsip
domisili) akan menunjuk terus kepada hukum Perancis sebagai hukum domisili orangnya. Jadi
kalau hukum Indonesia menerima transmission itu, maka hakim Indonesia akan menerapkan
hukum Perancis, sebaliknya kalau transmissiontidak diterima, maka hukum intern Amerika
Serikat-lah yang akan diterapkan.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

87. Mengapa persoalan renvoi tidak bisa dilepaskan dengan persoalan kualifikasi dan persoalan titik-
titik taut?
Sunarjati Hartono bahwa persoalan renvoi tidak bisa dilepaskan dengan persoalan kualifikasi
dan persoalan titik-titik taut, karena memang sebenarnya ketiga persoalan tersebut dapat dicakup
dalam satu persoalan, yaitu hukum manakah yang akan berlaku (lex causae) dalam suatu
peristiwa HPI.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

88. Apa maksud dari istilah hak-hak yang diperoleh?


Istilah Hak-hak yang diperoleh merupakan terjemahan dari Vested Rights, di bidang HPI
mengandung arti hak-hak yang telah diperoleh di luar negeri atau yang lahir dan berasal dari tata
hukum asing. Istilah hak berarti hak menurut hukum, diarahkan kepada hak-hak di bidang
kebendaan, di bidang kekeluargaan, dan status personil. Jadi istilah hak di sini meliputi tiap
hubungan dan tiap keadaan hukum, misalnya kawin atau tidak kawin, cukup umur atau tidak
cukup umur, anak sah atau anak luar kawin, warganegara X atau warganegara Y, dan lain
sebagainya.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.
89. Sebutkan permasalahan utama HPI!
1) Kewenangan pengadilan yang mengadili perkara tersebut (jurisdiction).
2) Hukum yang harus diberlakukan dalam suatu perkara yang mengandung elemen asing (choice
of law); dan
3) Pengakuan dan pelaksanaan putusan pengadilan asing (recognition and enforcement of foreign
judgment).
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

90. Bagaimana ketertiban umum dalam RUU HPI Indonesia?


Pasal 3 RUU HPI Indonesia (naskah Akademik) menyebutkan bahwa kaidah-kaidah hukum
asing yang sebenarnya harus diberlakukan menurut ketentuan-ketentuan HPI Indonesia, dan
tidak akan dipergunakan bilamana bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan yang
baik.Selanjutnya dijelaskan, bahwa dengan diterimanya konsep ketertiban umum yang selalu
dipergunakan sebagai suatu ‘rem darurat’, maka dalam hal-hal pengecualian, hukum asing yang
seyogyanya harus dipergunakan menurut ketentuan HPI sendiri, akan dikesampingkan dan akan
diganti dengan pemakaian hukum nasional intern Indonesia.
Sumber: Dr. Ari Purwadi, S,H., M.Hum, 2016, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional,
PPHP Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Surabaya.

91. Sebutkan beberapa istilah untuk teori timbal balik dan pembalasan serta contohnya!
Dalam literatur HPI, dikenal beberapa istilah untuk teori timbal balik dan pembalasan, yaitu:
reciprocity (Inggris); reciprociteit (Belanda); dan reciprocite (Perancis). Contoh pemakaian
timbal balik dan pembalasan secara bersamaan, adalah tentang kemungkinan untuk beperkara
bebas biaya. Misalnya, orang asing tidak diberikan hak beperkara bebas biaya apabila orang
Jerman di negara asing yang bersangkutan tidak diberikan hak serupa. Contoh tersebut juga
dapat berlaku untuk orang asing yang ada di Indonesia.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

92. Sebutkan dua macam bentuk pengaturan national treatment (asimilasi dengan warga negara!
Pada dasarnya, ada dua macam bentuk pengaturan national treatment (asimilasi dengan warga
negara), yaitu: bentuk pengaturan yang sama menguntungkan dan bentuk pengaturan yang tidak
menguntungkan.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

93. Apa saja syarat timbal balik yang diatur dalam peraturan tertulis di negara Perancis?
Pada Pasal 11 CC (code civil / hukum perdata Perancis) ini sering kali disebut sebagai contoh
daripada apa yang dinamakan "reciprocite diplomatique", timbal balik yang didasarkan atas
suatu traktat dengan negara-negara lain. Dalam pasal tersebut diutamakan adanya suatu
perjanjian internasional, suatu traktat, yang mengatur hubungan-hubungan HPI dengan warga
negara Perancis berdasarkan asas timbal balik.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

94. Apa saja syarat timbal balik yang diatur dalam peraturan tertulis di negara austria?
Austria Pada Pasal 33 ABGB (Allgemeines bürgerliches Gesetzbuch/hukum perdata Austria).
Di sini ditentukan bahwa perlu ada pembuktian bahwa warga negara Austria di negara orang
asing akan memperoleh perlakuan yang sama seperti warga negara dalam peristiwa serupa,
sebelum dapat diberikan hak-hak yang sama kepada orang asing seperti warga negara Austria
dalam bidang hukum perdata.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

95. Apa saja syarat timbal balik yang diatur dalam peraturan tertulis di negara Jerman?
Pada Pasal 31 EBGGB (Einführungsgesetz zum Bürgerlichen Gesetz buche/Hukum Perdata
Internasional Jerman) menentukan bahwa Reichskanzler dengan persetujuan Bundesrat bisa
menentukan "Vergel tungsrecht" terhadap orang asing dari negara tertentu. Untuk dapat
memakai hukum pembalasan nyata diperlakukan peraturan khusus yang diadakan dalam hal
yang istimewa ini. Hakim tidak bebas untuk berdasarkan kewenangannya sendiri memakai
hukum pembalasan.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.
96. Apa saja syarat timbal balik yang diatur dalam peraturan tertulis di negara Indonesia?
Masalah timbal balik dan pembalasan tidak diatur dengan jelas dalam peraturan perundang-
undangan di Indonesia. Ketentuan secara umum dalam masalah ini sering merujuk pada Pasal 3
A.B, yang menentukan bahwa asasnya hukum perdata dalam arti yang luas, meliputi hukum
dagang, untuk orang asing dan warga negara adalah sama, kecuali jika ditentukan lain. Para
sarjana HPI berbeda pendapat terkait boleh tidaknya hakim di Indonesia untuk menggunakan
Pasal 3 A.B sebagai dasar penggunaan timbal balik dan pembalasan. Sebagian berpendapat
bahwa hakim ti- dak dapat menggunakan asas tersebut, karena masih bersifat umum. Sementara
para sarjana lainnya berpandangan, meskipun tidak ada ketentuan tertulis, hakim masih dapat
menggunakan asas-asas umum. Termasuk dalam kelompok ini adalah Koster-Dubbink dan
Sudargo Gautama. Dalam pembentukan kaidah-kaidah HPI untuk pembinaan hukum nasional di
masa mendatang, Sudargo Gautama berpendapat untuk tidak mengatur pasal-pasal yang
mengharuskan timbal balik.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

97. Apa tujuan dasar dan tujuan utama dari hukum ekonomi internasional?
Tujuan dasar dari hukum ekonomi internasional adalah untuk meningkatkan keadaan ekonomi
negara sedang berkembang. Sedangkan tujuan utama hukum ekonomi internasional adalah
peningkatan ekonomi; misalnya, meningkatkan standar hidup, menciptakan lapangan kerja,
meningkatkan pendapatan.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

98. Sebutkan prinsip-prinsip umum hukum ekonomi internasional!


 prinsip standar minimum
 prinsip perlakuan sama
 prinsip most favoured nation
 prinsip menahan diri untuk tidak merugikan pihak lain
 prinsip perlakuan khusus bagi negara sedang berkembang.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

99. Sebutkan subjek-subjek hukum ekonomi internasional!


Negara, individu, perusahaan transnasional, organisasi ekonomi internasional,
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

100. Sebutkan sumber hukum ekonomi internasional!


 konvensi atau perjanjian internasional
 kebiasaan internasional
 prinsip-prinsip hukum umum
 putusan hakim dan ajaran dari para ahli hukum internasional yang terkemuka.
Sumber: Dr, Sugeng, S.P., S.H., M.H., 2021, Memahami Hukum Perdata Internasional
Indonesia, Kencana, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai