Anda di halaman 1dari 28

PEMAKAIAN HUKUM ASING DALAM HUKUM PERDATA

INTERNASIONAL: KEWAJIBAN DAN PELAKSANAANNYA DI


PENGADILAN INDONESIA

Afifah Kusumadara

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya


Jalan MT Haryono 169, Malang 65145
Email: afifah.kusuma@ub.ac.id

Disubmit: 28 Agustus 2022 | Diterima: 15 Desember 2022

Abstract
This article is reviews the application of foreign law by Indonesian courts as governed by
the Indonesian Private International Law (PIL). The review is based on Acts and regulations
related to PIL, case-laws, and text-books on PIL. The result demonstrates that Indonesian
judges often do not implement the principle of iura novit curia in the application of foreign law;
ignore foreign elements in their cases; and keep applying Indonesian law even though the rules
of Indonesian PIL lead to the foreign law. Therefore, the Bill of Indonesian PIL shall be passed
and enacted soon so that there are no more excuses by Indonesian courts not to apply foreign
law. Indonesian courts including the Supreme Court, should have a special unit within their
system that can provide judges with information on and translation of foreign law. In addition,
it is necessary to establish international cooperation regarding exchange of information on
foreign law between Indonesia’s Supreme Court and other countries’ Supreme Courts.
Keywords: private international law, foreign law, Indonesian courts

Abstrak
Artikel ini mengulas hukum atas pemakaian hukum asing oleh pengadilan di Indonesia,
sebagaimana yang diatur dalam Hukum Perdata Internasional (HPI) Indonesia. Ulasan didasarkan
pada berbagai peraturan perundangan terkait HPI, putusan pengadilan, dan buku-buku teks HPI.
Hasil ulasan menunjukkan bahwa sering ditemukan hakim yang tidak melaksanakan prinsip
ius curia novit dalam pemakaian hukum asing; mengabaikan unsur asing dalam perkaranya;
dan tetap memakai hukum Indonesia walaupun ketentuan HPI menunjuk pada hukum asing.
Oleh karena itu, RUU HPI Indonesia perlu segera diundangkan sehingga tidak ada alasan bagi
pengadilan Indonesia untuk mengabaikan pemakaian hukum asing. Selain itu, perlu dibangun
sistem yang membantu hakim dan pengadilan untuk memperoleh akses cepat dan akurat ke
hukum asing. Perlu pula dipikirkan adanya kerjasama internasional antara Mahkamah Agung
RI (MARI) dengan Mahkamah Agung atau pengadilan di negara-negara lain terkait pertukaran
informasi hukum asing.
Kata kunci: hukum perdata internasional, hukum asing, pengadilan Indonesia

443 https://doi.org/10.21776/ub.arenahukum.2022.01503.1
444 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 3, Desember 2022, Halaman 443-470

PENDAHULUAN menerapkan hukum nasionalnya sendiri untuk


Seperti Hukum Perdata Internasional menentukan keabsahan perkawinan tersebut,
(HPI) di negara-negara lain, HPI Indonesia namun wajib menentukan lebih dulu hukum
juga menerima pemakaian hukum asing negara mana yang harus dipakai dalam kasus
untuk dipakai dalam mengatur peristiwa tersebut dengan mengikuti ketentuan choice of
keperdataan yang mengandung unsur asing. law rules yang diatur dalam HPI si hakim atau
Pemakaian hukum asing diatur dalam pejabat tersebut.
peraturan perundangan dan sumber hukum Pemakaian hukum suatu negara yang
perdata internasional masing-masing negara. sesuai dengan ketentuan choice of law
Ketentuan tentang hukum negara mana yang pada peristiwa perdata internasional akan
harus diberlakukan pada suatu peristiwa memberikan keadilan bagi para pihak. Hal
keperdataan yang mengandung unsur asing ini disebabkan karena hukum negara yang
juga ditemukan dalam peraturan perundangan, diberlakukan tersebut memiliki hubungan erat
yurisprudensi dan doktrin di Indonesia. (close connection) dengan para pihak atau
Ketentuan-ketentuan tersebut dalam Bahasa dengan peristiwa hukumnya.
Inggris diistilahkan sebagai Choice of Law Ahli hukum Jerman terkenal yang bernama
Rules atau Conflict of Laws Rules,1 yaitu aturan- Friedrich Carl von Savigny berpendapat
aturan yang harus diikuti oleh pengadilan atau bahwa perkara perdata seharusnya diatur oleh
pejabat berwenang dalam memilih hukum hukum dari negara atau tempat yang memiliki
yang harus diberlakukan pada suatu perkara titik taut terdekat dengan perkara tersebut,
perdata yang ada unsur asingnya. Contohnya, walaupun hukum tersebut adalah hukum
dalam perkawinan beda warga-negara, terdapat negara asing. Menurut Savigny, pemakaian
choice of law rules yang harus diikuti hakim hukum suatu negara yang memiliki titik taut
dan pejabat berwenang untuk menentukan terdekat akan menimbulkan penghormatan
hukum negara mana yang harus dipakai timbal balik dan kesetaraan pada semua sistem
waktu memutuskan keabsahan perkawinan hukum perdata di dunia, tanpa membedakan
tersebut.2 Karena perkawinan tersebut antara hukum nasional dan hukum asing,
mengandung unsur asing, pengadilan atau antara warga negara sendiri dan warga negara
pejabat berwenang tidak boleh secara otomatis asing.
3

1 Yuko Nishitani, “General Report” in Treatment of Foreign Law - Dynamics towards Convergence?, edited by
Yuko Nishitani (Switzerland: Springer International Publishing AG, 2017), p. 6; Britannica, “Choice of law”,
https://www.britannica.com/topic/conflict-of-laws/Choice-of-law, diakses 8 Agustus 2022; Roxana Banu,
“Conflicting Justice in Conflict of Laws”, Vanderbilt Law Review Vol. 53, No. 2, (March 2021): 461, diakses
20 Agustus 2022, https://scholarship.law.vanderbilt.edu/vjtl/vol53/iss2/2
2 Derita Prapti Rahayu, “Hukum Perdata Internasional Indonesia Bidang Hukum Keluarga (Family Law) Dalam
Menjawab Kebutuhan Global”, Jurnal Hukum Progresif Vol. 12, No.1, (Juni 2018): 1995, diakses 20 November
2022, https://doi.org/10.33019/progresif.v12i1.958
3 Friedrich Carl von Savigny, Private International Law. A Treatise on The Conflicts of Laws, and the Limits of
Their Operation in Respect to Place and Time. Translated, With Notes, by William Guthrie, (Edinburgh: T. &
Kusumadara, Afifah, Pemakaian Hukum Asing Dalam Hukum Perdata Internasional: Kewajiban... 445

Disinilah pentingnya pemakaian hukum hukum negara di mana orang tersebut


asing yang sesuai dengan choice of law rules berdomisili (sitz); dan perkara terkait kontrak
dalam HPI, yaitu untuk memberikan keadilan harus diputuskan berdasarkan hukum dari
bagi para pihak yang perkara perdatanya negara di mana kontrak itu harus dilaksanakan
diatur dengan menggunakan hukum negara (schwerpunkt).5 Bartolo dari Sassoferrato
yang memiliki titik taut terdekat dengan menawarkan metode choice of law atau
mereka atau dengan obyek perkaranya. penentuan titik taut yang sedikit berbeda
Terdapat beberapa metode yang digunakan yaitu berdasarkan teori berlakunya hukum
di dalam choice of law rules HPI di berbagai nasional (statuta) terhadap benda (real) dan
negara untuk menentukan hukum mana yang terhadap orang (personal). Menurut Bartolo,
memiliki hubungan atau titik taut terdekat hukum nasional diberlakukan pada semua
dengan suatu peristiwa perdata internasional. benda yang berada di wilayah hukum nasional
Metode-metode tersebut diusulkan oleh Von tersebut, terlepas dari kewarganegaraan
Savigny dan juga sarjana-sarjana lainnya, pemilik benda. Namun hukum nasional tidak
bahkan yang hidup sebelum zaman Von dapat diberlakukan pada benda yang berada
Savigny seperti Bartolo, dari Sassoferrato, di luar wilayah hukum nasional tersebut.
Italia, serta Paul Vote dan Ulrich Huber dari Sebaliknya, hukum nasional diberlakukan
Belanda.4 Von Savigny menawarkan teori pada status personal dimanapun person atau
atau metode dimana hukum dari negara yang orang tersebut berada, termasuk apabila orang
menjadi tempat (sitz) atau pusat (schwerpunkt) tersebut di luar negeri. 6
suatu peristiwa hukum memiliki titik taut yang Berdasar berbagai metode atau teori di
paling dekat dengan peristiwa hukum tersebut, atas, maka negara-negara di dunia mengatur
dan sebagai akibatnya, hukum tersebut harus di dalam HPI-nya masing-masing ketentuan
digunakan untuk mengatur hubungan atau choice of law mereka untuk menentukan
peristiwa hukum yang dimaksud. Contoh, hukum negara mana yang memiliki titik taut
perkara atau sengketa atas suatu benda harus terdekat dan harus diberlakukan pada suatu
diputuskan berdasar hukum di mana benda peristiwa keperdataan yang mengandung
tersebut berada (sitz); perkara terkait status unsur asing (selanjutnya disebut ‘peristiwa
dan kecakapan orang ditentukan berdasar perdata internasional’).

T. Clark, 1869), pp. 25 – 33; Sagi Peari, “Savigny’s Theory of Choice-Of-Law as A Principle of ‘Voluntary
Submission’”, The University of Toronto Law Journal Vol. 64, No. 1, (Winter 2014): 117, diakses 26 Agustus
2022, https://www.jstor.org/stable/24311926; Yuko Nishitani, Op. Cit., p. 7.
4 Friedrich Carl von Savigny, Private International law, and the Retrospective Operation of Statutes; a Treatise
on the Conflict of Laws, and the Limits of Their Operation in Respect of Place and Time, Translated, With
Notes, by William Guthrie, 2nd ed., revised, (Edinburgh: T. & T. Clark, 1880), pp. 432 – 516.
5 Bandingkan dengan Zulfa Djoko Basuki, dkk, Materi Pokok Hukum Perdata Internasional. Modul 1, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2020), hlm. 34.
6 Hatzimihail and Nikitas Emmanuel, “Bartolus and the Conflict of Laws”, Revue Hellenique de Droit
International, Vol. 60, (2007), pp. 33 – 34, diakses 20 Agustus 2022, https://ssrn.com/abstract=1600774
446 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 3, Desember 2022, Halaman 443-470

Demikian pula HPI Indonesia yang hukum negara dimana suatu perbuatan hukum
sumbernya sebagian besar berasal dari hukum dilakukan mengatur syarat legalitas formal
kolonial Belanda, juga memiliki ketentuan- perbuatan hukum tersebut (pasal 18 ayat (1)
ketentuan yang mengatur choice of law atau AB).
hukum negara mana yang harus diberlakukan Ketentuan choice of law di dalam AB
pada suatu peristiwa perdata internasional. tersebut juga dilengkapi oleh yurisprudensi
Pasal 16, 17 dan 18 ayat (1) Algemene dan doktrin, antara lain yurisprudensi tahun
Bepalingen van Wetgeving voor Nederlandsch 1925 dari Raad van Justitie Medan yang
Indie (‘AB’) mengandung prinsip-prinsip memutuskan bahwa hukum nasional warga
penting dalam penentuan hukum negara mana negara asing mengatur status dan kecakapan
yang harus diberlakukan dalam suatu peristiwa WNA dimanapun dia berada, termasuk di
perdata internasional, sebagai berikut: Indonesia.7 Dengan demikian untuk status
“Ketentuan-ketentuan dalam personal, HPI Indonesia menerapkan prinsip
undang-undang mengenai status dan nasionalitas yaitu selalu memakai hukum
kecakapan seseorang tetap berlaku
bagi kaulanegara Belanda (sekarang nasional orangnya untuk menentukan status
Warga Negara Indonesia), apabila ia personalnya, tanpa membedakan apakah itu
berada di luar negeri.” (pasal 16 AB) hukum asing atau hukum Indonesia. Hal
“Terhadap barang-barang yang tidak ini sesuai dengan yang diajarkan oleh Von
bergerak berlakulah undang-undang Savigny dan Bartolo dari Sassoferrato di atas.
dari negeri atau tempat di mana
Berhubung sampai saat ini HPI Indonesia
barang-barang itu berada.” (pasal 17
AB) belum dikodifikasikan dalam suatu Undang-
undang tersendiri, maka penentuan hukum
“Bentuk tiap tindakan hukum akan
diputus oleh pengadilan menurut yang berlaku atas suatu peristiwa perdata
perundang-undangan dari negeri atau internasional diatur dalam berbagai sumber
tempat, di mana tindakan hukum itu
hukum yang tersebar, di samping AB di
dilakukan.” (pasal 18 ayat (1) AB)
atas. Namun pada prinsipnya, sebagaimana
Berdasar ketentuan di atas berarti hukum ketentuan di dalam AB, ketentuan choice of
nasional (Indonesia) mengatur status dan law yang diatur dalam berbagai peraturan,
kecakapan WNI di negara manapun dia yurisprudensi dan doktrin lainnya tidak
berada (pasal 16 AB); hukum negara dimana membedakan antara hukum nasional dan
benda tetap berada mengatur segala aspek hukum asing sebagai hukum yang dipakai
terkait benda tetap tersebut (pasal 17 AB); untuk mengatur peristiwa perdata internasional.
7 Dalam putusannya di tahun 1925, Raad van Justitie di Medan memutuskan untuk menerapkan hukum nasional
Jepang untuk menentukan apakah seorang wanita warga negara Jepang yang sudah kawin cakap untuk
mengajukan permohonan kepailitan tanpa bantuan dari suami Jepangnya. Sampai sekarang yurisprudensi ini
tetap berlaku untuk menentukan hukum yang berlaku bagi status personal WNA di Indonesia. Lihat: Sudargo
Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid Kedua (Bagian Pertama) Cetakan Ke-3, (Bandung:
Eresco Bandung 1986), hlm. 31.
Kusumadara, Afifah, Pemakaian Hukum Asing Dalam Hukum Perdata Internasional: Kewajiban... 447

Jika hukum asing tersebut memiliki hubungan bawah— menentukan bahwa hukum yang
atau titik taut terdekat dengan para pihak berlaku bagi kontrak yang mengandung unsur
atau obyeknya, maka hukum asing tersebut asing adalah hukum yang dipilih dengan tegas
dapat dipakai untuk mengatur peristiwa oleh para pihak, terlepas apakah itu hukum
perdata internasional dengan memperhatikan Indonesia atau hukum asing. Jika para pihak
ketertiban umum di Indonesia dan ketentuan tidak melakukan pilihan hukum tertentu di
perundangan yang bersifat memaksa dalam kontraknya, maka hukum yang berlaku
(mandatory, seperti peraturan perundangan bagi kontrak tersebut akan ditetapkan berdasar
di bidang ketenagakerjaan, perlindungan pada prinsip-prinsip HPI.
konsumen, fiskal, dan persaingan usaha.8 Dari berbagai teori dan ketentuan choice
Di bidang perbuatan melawan hukum, of law yang telah dijelaskan di atas, maka
peraturan perundangan Indonesia tidak selanjutnya artikel ini akan menganalisa tiga
mengatur hukum negara mana yang permasalahan hukum.
harus dipakai dalam peristiwa PMH yang Pertama: Jika ketentuan choice of
mengandung unsur asing. Namun, doktrin yang law dalam HPI Indonesia menunjuk pada
paling umum diterima adalah lex loci delicti pemakaian hukum asing, akankah hukum
commissi yaitu doktrin yang menggunakan asing itu menjadi wajib untuk dipakai dalam
hukum dari tempat atau negara dimana PMH memutuskan perkara perdata internasional?
tersebut dilakukan, bukan hukum dari negara Kedua: Apakah pengadilan di Indonesia
dimana akibat PMH tersebut terjadi.9 Doktrin telah memakai hukum asing sesuai ketentuan
lainnya yang terkait dengan choice of law untuk choice of law yang terdapat dalam peraturan
PMH yang mengandung unsur asing adalah perundangan, yurisprudensi, dan doktrin terkait
pemakaian hukum negara dimana kerugian HPI? Ketiga: Bagaimana jalan keluar dari
akibat PMH terjadi dan pemakaian hukum tidak dilaksanakannya kewajiban pemakaian
negara yang memiliki hubungan territorial hukum asing oleh pengadilan Indonesia?
paling karakteristik dengan PMH tersebut. Masing-masing permasalahan hukum ini
Untuk bidang hukum kontrak terdapat akan dianalisa dalam Bab Pembahasan di
beberapa peraturan perundangan yang bawah ini.Artikel ini menjadi penting karena
mengatur hukum mana yang diberlakukan belum ada tulisan yang mengulas realitas
pada kontrak yang mengandung unsur asing. dan permasalahan pemakaian hukum asing
Berbagai peraturan perundangan tersebut di pengadilan-pengadilan Indonesia, padahal
—yang akan dituliskan di Sub-Bab A.1. di pemakaian hukum asing sudah diatur dalam

8 Afifah Kusumadara, et. al., Indonesian Private International Law, (Oxford: Hart Publishing, 2021), pp. 29 – 31.
Imelda Onibala, “Ketertiban Umum Dalam Perspektif Hukum Perdata Internasional”, Jurnal Hukum Unsrat
Vol.I, No.2, (April-Juni 2013): 125 – 126, diakses 20 November 2022, http://repo.unsrat.ac.id/id/eprint/377.
9 Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III Bagian 2 Buku Ke Delapan, (Bandung:
Penerbit Alumni, 1987), hlm. 191-197.
448 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 3, Desember 2022, Halaman 443-470

berbagai sumber HPI Indonesia. Walau artikel pada prinsipnya menentukan bahwa hukum
ini bukan hasil dari suatu penelitian, namun yang berlaku bagi kontrak yang mengandung
analisa di dalam artikel ini didasarkan pada unsur asing adalah hukum yang dipilih oleh
berbagai peraturan perundangan terkait HPI, para pihak. Jika para pihak dengan tegas telah
putusan pengadilan Indonesia dalam perkara- sepakat memilih suatu hukum asing, maka
perkara perdata internasional, serta buku-buku hukum asing tersebut yang harus dipakai
teks HPI dari dalam dan luar negeri. untuk mengatur kontrak para pihak. Pasal
18 UU ITE dan Penjelasannya menyebutkan
PEMBAHASAN bahwa apabila para pihak tidak melakukan
pilihan hukum tertentu di dalam kontrak
A. Kewajiban Pemakaian Hukum
elektroniknya, maka hukum yang berlaku
Asing Menurut Ketentuan Choice
bagi kontrak tersebut akan ditetapkan
of Law HPI Indonesia
berdasar pada prinsip atau asas HPI. Terdapat
1. Ketentuan Choice of Law Yang beberapa prinsip di dalam doktrin HPI terkait
Menunjuk Pada Pemakaian penentuan hukum yang berlaku bagi kontrak
Hukum Asing yang mengandung unsur asing. Pertama,
Sebagaimana yang diuraikan doktrin lex loci contractus (hukum dimana
telah
sebelumnya, pasal 16, 17 dan 18 ayat (1) AB kontrak dibuat). Kedua, doktrin lex loci
beserta yurisprudensi terkait menunjuk pada solutionis (hukum dimana kontrak tersebut
pemakaian hukum asing untuk mengatur dilaksanakan). Ketiga, doktrin the proper law
status dan kecakapan (status personal) orang of the contract (hukum yang memiliki titik taut
asing di Indonesia, benda tetap di luar negeri terbanyak dengan kontrak). Keempat, doktrin
walaupun pemiliknya WNI, dan legalitas the most characteristic performance (hukum
formal perbuatan hukum yang dilakukan di dari pihak yang memiliki kewajiban paling
luar negeri. karakteristik sesuai tipe kontraknya). Profesor
Selanjutnya, pasal 18 Undang-undang Sudargo Gautama, Guru Besar HPI Indonesia,
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan merekomendasikan prinsip atau doktrin yang
Transaksi Elektronik Sebagaimana Diubah keempat untuk menentukan hukum yang
Oleh Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 berlaku bagi kontrak internasional. Dalam
10

(‘UU ITE’); pasal 56 ayat (2) Undang-undang hal ini, jika prinsip-prinsip HPI tersebut
Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase menunjuk pada pemakaian hukum asing,
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (‘UU maka hukum asing tersebut yang akan dipakai
Arbitrase’); dan pasal 72 Undang-undang untuk mengatur kontrak bersangkutan.
Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, Terkait perbuatan melawan hukum,

10 Sudargo Gautama, Op. Cit., hlm. 33.


Kusumadara, Afifah, Pemakaian Hukum Asing Dalam Hukum Perdata Internasional: Kewajiban... 449

peraturan perundangan Indonesia tidak yang ditentukan undang-undang, oleh atau


mengatur hukum negara mana yang harus dihadapan pejabat umum yang berwenang
dipakai untuk mengatur peristiwa PMH untuk itu di tempat akta itu dibuat.’ Dengan
yang mengandung unsur asing. Namun, demikian berdasar pasal-pasal tersebut, jika
sebagaimana yang telah diuraikan di Bab suatu wasiat dibuat oleh WNI di luar negeri,
Pendahuluan, terdapat beberapa doktrin yang maka hukum negara di luar negeri tersebut
dapat digunakan untuk menentukan hukum yang akan menentukan legalitas formal dari
yang harus dipakai. Jika kemudian doktrin- wasiat tersebut. Ketentuan lain terkait wasiat
doktrin tersebut menunjuk pada pemakaian adalah wasiat tersebut harus dibuat di negara
hukum asing tertentu, maka seharusnya hukum dimana aset yang diwasiatkan berada. Jika
asing tersebut yang dipakai untuk mengatur pembuat wasiat tersebut memiliki asset di
PMH yang mengandung unsur asing. luar negeri yang akan diwasiatkan, misalnya
Untuk pewarisan, sesuai prinsip di Singapura, maka pembuat wasiat tersebut
nasionalitas yang diatur dalam pasal 16 AB harus mengikuti seluruh syarat formal hukum
beserta yurisprudensinya, hukum yang berlaku Singapura terkait pembuatan wasiat. Dengan
adalah hukum nasional dari si pewaris. Jika si kata lain, hukum Singapura yang akan
pewaris adalah WNA maka hukum nasional menentukan legalitas formal wasiat tersebut.
si WNA tersebut yang harus dipakai untuk Bagi orang asing yang membuat wasiat di
menentukan siapa saja ahli waris sah dari Indonesia, maka orang asing tersebut harus
WNA tersebut dan legitime portie dari masing- mengikuti syarat formal pembuatan wasiat di
masing ahli warisnya. Indonesia. Namun, sesuai prinsip nasionalitas,
Sedangkan untuk wasiat, hukum yang hukum nasional si orang asing tersebut tetap
dipakai untuk menentukan legalitas formalnya mengatur syarat material dari isi wasiatnya
adalah hukum dari negara di mana wasiat sesuai hukum waris di negaranya.
tersebut dibuat (prinsip locus regit actum). Terkait perkawinan yang mengandung
Ketentuan ini didasarkan pada pasal 945 ayat unsur asing, hukum yang menentukan legalitas
(1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata formal suatu perkawinan adalah hukum negara
(‘BW’) yang menyebutkan bahwa “[W]arga dimana perkawinan tersebut dilakukan. Hal
negara Indonesia yang berada di negeri asing ini diatur dalam pasal 18 ayat (1) AB yang
tidak boleh membuat wasiat selain dengan akta menerapkan prinsip locus regit actum dan
otentik dan dengan mengindahkan formalitas- diatur dalam pasal 56 ayat (1) Undang-undang
formalitas yang berlaku di negeri tempat Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
akta itu dibuat.’ Selanjutnya, pasal 1868 (‘UU Perkawinan 1974’). Pasal 56 ayat (1)
BW mengatur bahwa “[S]uatu akta otentik menyebutkan bahwa “[P]erkawinan yang
ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk dilangsungkan di luar Indonesia antara dua
450 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 3, Desember 2022, Halaman 443-470

orang warganegara Indonesia atau seorang laki Muslim WNA yang berdomisili di
warganegara Indonesia dengan warganegara Indonesia tetap dilarang melakukan poligami
Asing adalah sah bilamana dilakukan jika hukum nasionalnya melarang poligami.
menurut hukum yang berlaku di negara Dalam hal perceraian pasangan WNA
dimana perkawinan itu dilangsungkan dan yang berdomisili di Indonesia, maka hukum
bagi warganegara Indonesia tidak melanggar nasional mereka yang akan mengatur
ketentuan Undang-undang ini.” Jadi, apabila perceraian mereka, sepanjang mereka
terdapat pasangan baik sama-sama WNI atau memiliki kewarganegaraan yang sama. Hal ini
campuran WNI dan WNA yang menikah sesuai dengan yurisprudensi terkait penerapan
di luar negeri, misalnya di Australia, maka prinsip nasionalitas untuk status personal yang
syarat dan legalitas formal perkawinan telah diterima dalam HPI Indonesia. Pada
mereka ditentukan menurut hukum Australia. tahun 1953, Pengadilan Negeri Jakarta Barat-
Sedangkan bagi WNI yang melakukan Selatan memakai Kitab UU Hukum Perdata
pernikahan di Australia tersebut, legalitas Jerman (BGB) dalam mengadili perceraian
material atas perkawinannya tetap diatur oleh pasangan Jerman yang berdomisili di Jakarta.
UU Perkawinan 1974. Ketentuan choice of Dengan demikian dari pembahasan di
law untuk menentukan keabsahan perkawinan Sub-Bab A.1. ini dapat disimpulkan bahwa
yang mengandung unsur asing tersebut telah ketentuan choice of law dalam HPI Indonesia
diterima oleh para sarjana HPI Indonesia.11 mengakui dan menerima pemakaian hukum
Untuk syarat substantif atau material asing. Selanjutnya, dalam Sub-Bab A.2 berikut
perkawinan bagi orang asing yang menikah akan dianalisa apakah ketentuan tentang
di Indonesia, maka ditentukan oleh hukum pemakaian hukum asing tersebut bersifat wajib
nasional orang asing tersebut. Hal ini sesuai (mandatory) ataukah tidak wajib (facultative).
dengan yurisprudensi Hindia Belanda dimana
prinsip nasionalitas dalam pasal 16 AB juga
2. Ketentuan Choice of Law Tentang
diberlakukan bagi WNA di Indonesia.12
Pemakaian Hukum Asing: Wajib
Sebagai akibatnya, hukum nasional orang
Atau Tidak Wajib
asing yang melakukan perkawinan di Indonesia
a. Di Bidang Orang
akan dipakai untuk menentukan keabsahan
Terkait pasal 18 ayat (1) AB dan pasal
material perkawinan dia di Indonesia. Contoh,
56 ayat (1) UU Perkawinan 1974 yang
walaupun hukum Indonesia membolehkan
menunjuk pada pemakaian hukum asing untuk
laki-laki Muslim melakukan poligami, laki-

11 Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia Buku Ketujuh Jilid Ke-Tiga (Bagian Pertama),
(Bandung: Penerbit Alumni, 1981), hlm. 126.
12 Ibid, hlm. 9; Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid Dua Bagian Dua Buku Ketiga
(Bandung: Penerbit Alumni, 1973), hlm. 100; Laurensius Arliman S, “Perkawinan Antar Negara Di Indonesia
Berdasarkan Hukum Perdata Internasional”, Kertha Patrika Vol. 39, No. 3, (Desember 2017): 190.
Kusumadara, Afifah, Pemakaian Hukum Asing Dalam Hukum Perdata Internasional: Kewajiban... 451

menentukan legalitas formal perkawinan WNI dan Peraturan Presiden, kecuali jika hukum
yang dilakukan di luar negeri, ketentuan nasional WNA tersebut bertentangan dengan
choice of law dalam kedua pasal tersebut ketertiban umum dan peraturan yang bersifat
bersifat wajib (mandatory) karena tercantum memaksa di Indonesia. Sebagai contoh,
dalam Undang-undang. Dengan demikian, hukum asing yang membolehkan perkawinan
pengadilan juga wajib memakai hukum asing sesama jenis tidak dapat dipakai untuk
untuk menentukan legalitas formal perkawinan mengatur perkawinan WNA di Indonesia
WNI yang dilakukan di luar negeri sesuai yang karena bertentangan dengan ketertiban
ditentukan dalam pasal-pasal tersebut. umum.13 Demikian pula hukum asing yang
Demikian pula yurisprudensi dan prinsip membolehkan perkawinan dibawah umur
nasionalitas yang menunjuk pada hukum tidak dapat dipakai karena melanggar pasal 7
nasional WNA untuk menikah di Indonesia ayat (1) UU Perkawinan 1974 sebagaimana
juga bersifat wajib. Sebagaimana dijelaskan diubah dengan Undang-undang Nomor 16
di atas, syarat sah material perkawinan WNA tahun 2019. Pasal tersebut mensyaratkan usia
di Indonesia diatur oleh hukum nasional WNA mimum 19 tahun untuk dapat melangsungkan
yang bersangkutan. Ketentuan choice of law perkawinan di Indonesia, dan aturan ini
ini selanjutnya diatur dalam pasal 37 ayat bersifat memaksa sehingga mengalahkan
(2)g Peraturan Presiden No 96 Tahun 2018 prinsip nasionalitas.
tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Selanjutnya, dalam hal perceraian WNA
Penduduk dan Pencatatan Sipil. Pasal tersebut yang berdomisili di Indonesia, dan mereka
mensyaratkan WNA untuk memperoleh izin memiliki kewarganegaraan yang sama, maka
dari negara atau perwakilan negaranya untuk sesuai prinsip nasionalitas, perceraian mereka
dapat menikah di Indonesia. Pengadilan harus diatur oleh hukum nasional WNA
Indonesia yang mendapati WNA menikah tersebut. Hal ini sudah dijelaskan sebelumnya
di Indonesia tanpa izin dari negaranya, dalam Sub-Bab A.1. di atas. Walaupun
dapat memutuskan bahwa WNA tersebut pemakaian hukum asing ini bersifat wajib
tidak memenuhi syarat material perkawinan sesuai prinsip nasionalitas, namun hukum
yang diatur dalam hukum nasionalnya, dan nasional WNA tersebut tidak boleh dipakai
pernikahannya menjadi tidak sah. Ketentuan jika hukum asing tersebut membolehkan
choice of law yang menunjuk pada hukum perceraian dengan alasan-alasan cerai
nasional WNA untuk menentukan syarat sah yang tidak diakui dalam hukum Indonesia.
material perkawinan menjadi bersifat wajib Contohnya, hukum asing yang membolehkan
karena telah diatur dalam yurisprudensi perceraian dengan alasan kesepakatan para

13 Zulfa Djoko Basuki, et. al., Materi Pokok Hukum Perdata Internasional. Modul 5, (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2020), hlm. 12; Berdasar pasal 1 UU Perkawinan 1974, perkawinan hanya dapat dilakukan antara
pria dan wanita saja.
452 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 3, Desember 2022, Halaman 443-470

pihak atau perceraian dengan alasan keuangan negara yang HPI-nya menerapkan prinsip
pasangan yang menurun tidak dapat dipakai domisili dalam menentukan status personal,
di Indonesia karena hukum Indonesia tidak contohnya Inggris17, Amerika Serikat18, dan
membolehkan perceraian dengan alasan- Afrika Selatan.19 Dalam putusan Nomor
alasan tersebut.14 2640 K/Pdt/2009, Mahkamah Agung yang
Disamping itu, doktrin Renvoi yang menguatkan putusan Pengadilan Tinggi
diterima dalam HPI Indonesia juga Jakarta20 dan Pengadilan Negeri Jakarta
mengakibatkan hukum nasional pasangan Selatan,21 menyatakan bahwa walaupun
WNA tidak dipakai untuk mengatur perceraian kewarganegaraan pasangan yang bercerai
mereka di Indonesia. Yurisprudensi Hindia adalah Amerika Serikat, namun domisili
Belanda telah menerima doktrin Renvoi yang pasangan tersebut di Indonesia, sehingga
berupa ‘penunjukan kembali’ (remission).15 UU Perkawinan 1974 harus dipakai dalam
Berdasar yurisprudensi tersebut, hukum memutuskan perceraian mereka.22
nasional asing yang ditunjuk berdasar prinsip Dalam salah satu artikelnya, Profesor
nasionalitas adalah termasuk HPI-nya. Sudargo Gautama sebagai Guru Besar HPI
Sehingga, jika HPI asing yang ditunjuk HPI Indonesia menulis sebagai berikut:
Indonesia menunjuk kembali pada hukum “Kami berpendapat bahwa
Indonesia sebagai hukum domisili para pihak, penerimaan prinsip renovi adalah
menguntungkan untuk Indonesia.
maka pengadilan Indonesia akan memakai Hal tersebut akan berakibat
hukum Indonesia untuk mengadili perkara- pada pemakaian hukum nasional
perkara status personal WNA, termasuk Indonesia, dan sebagai akibatnya,
bila hukum Indonesia yang dipakai,
perceraian.16 Doktrin penunjukan kembali lebih menjamin penerapan hukum
dalam Renvoi telah diterapkan pada perkara secara benar daripada bila hukum
perceraian pasangan WNA yang berdomisili asing yang diterapkan. Walau kami
berpegang pada kesejajaran antara
di Indonesia dan keduanya berasal dari hukum Indonesia dan hukum asing,
14 Afifah Kusumadara, et. al., Op. Cit., p. 151.
15 Tiurma M. P. Allagan, “Indonesian Private International Law: The Development After More Than a Century”,
Indonesian Journal of International Law Vol. 14, No. 3, (2017): 390 – 391, diakses 20 November 2022, doi:
10.17304/ijil.vol14.3.700.
16 Kusumadara, Op. Cit., p. 13.
17 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor: 112/Pdt.G/1987.
18 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor: 47/Pdt.G/2008/PN.Jak.Sel; Putusan Pengadilan Tinggi
Jakarta Nomor: 141/PDT/2009/PT.DKI sebagaimana dikutip dalam hlm. 9 dari Putusan Pengadilan Negeri
Denpasar Nomor: 172/Pdt.G/2014/PN.Dps; Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2640 K/Pdt/2009.
19 Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor: 172/Pdt.G/2014/PN.Dps.
20 Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor: 141/PDT/2009/PT.DKI sebagaimana dikutip dalam hlm. 9 dari
Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor: 172/Pdt.G/2014/PN.Dps.
21 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor: 47/Pdt.G/2008/PN.Jak.Sel sebagaimana dikutip dalam
hlm. 9 dari Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor: 172/Pdt.G/2014/PN.Dps
22 Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2640 K/Pdt/2009 sebagaimana dikutip dalam hlm. 9 dari Putusan
Pengadilan Negeri Denpasar Nomor: 172/Pdt.G/2014/PN.Dps.
Kusumadara, Afifah, Pemakaian Hukum Asing Dalam Hukum Perdata Internasional: Kewajiban... 453

pengadilan Indonesia akan lebih tidak dapat dilakukan pengakuan atas anak
nyaman jika mereka memakai luar kawin yang dilahirkan karena perzinaan.
hukum nasional mereka sendiri.”23
(terjemahan dari Bahasa Inggris ke Oleh karena itu, Raad van Justitie Surabaya
Indonesia) pada tahun 1932 menolak permohonan

Selain dalam perkara di atas, dalam segala pengakuan anak yang diajukan warga negara
perkara yang terkait dengan perkawinan Jepang tersebut. Namun, Hooggerechtshof
campuran yang dilakukan di Indonesia, (MA Hindia Belanda) dalam putusannya di
hukum nasional Indonesia tetap harus tahun 1935 berpendapat bahwa hukum Jepang
dipakai walaupun ketentuan choice of law harus dipakai untuk memutuskan perkara ini
HPI Indonesia (pasal 16 AB) menunjuk pada karena pengakuan anak termasuk bidang status
hukum asing. Ketentuan pemakaian hukum personal yang diatur oleh hukum nasional
Indonesia terhadap segala peristiwa terkait orang yang melakukan pengakuan anak.
perkawinan campuran —yang diselenggarakan Dengan demikian, menurut Hooggerechtshof
di Indonesia— diatur oleh pasal 59 ayat (2) pengakuan anak oleh wanita Jepang tersebut
UU Perkawinan 1974. Definisi perkawinan adalah sah karena hukum nasional Jepang
campuran menurut pasal 57 UU Perkawinan tidak melarang pengakuan atas anak-anak
1974 adalah perkawinan antara WNI dan yang dilahirkan karena perzinaan.
24

WNA. Namun, setelah Indonesia merdeka,

Dalam peristiwa terkait pengadilan di Indonesia tidak lagi


keperdataan
anak yang mengandung unsur asing, seperti melaksanakan yurisprudensi di atas.

pengakuan anak dan pengesahan anak, prinsip Pengadilan hanya mengabulkan permohonan
nasionalitas berlaku. Hal ini berarti hukum pengakuan atas anak Indonesia oleh orang
nasional orang tua asing yang melakukan tua asingnya setelah kedua orang tua dari
pengakuan dan pengesahan anak harus anak tersebut melakukan perkawinan yang
dipakai untuk menentukan syarat sah dari dilakukan menurut syarat agama. Pasal 49
pengakuan dan pengesahan tersebut. Prinsip Undang-undang Nomor 23 tahun 2006 tentang
ini diakui dalam yurisprudensi Hindia Belanda Administrasi Kependudukan sebagaimana
tahun 1935. Pada tahun 1930-an seorang yang diubah oleh Undang-undang Nomor
wanita warga negara Jepang mengajukan 2013 (‘UU Administrasi Kependudukan’)
permohonan pengakuan anak atas anak- menentukan bahwa “[P]engakuan anak
anaknya yang lahir dari hubungan perzinaan hanya berlaku bagi anak yang orang tuanya
dengan laki-laki Timur Asing yang sudah telah melaksanakan perkawinan sah menurut

mempunyai istri. Menurut pasal 283 BW, hukum agama, tetapi belum sah menurut

23 Sudargo Gautama dan Hanifa Wiknjosastro, “Some Aspects of Indonesian Private International Law”, Malaya
Law Review Vol. 32, No. 2, (1990): 429, diakses 28 Juli 2022, http://www.jstor.org/stable/24865645.
24 Sudargo Gautama, Op. Cit., hlm. 41 – 42.
454 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 3, Desember 2022, Halaman 443-470

hukum negara.” Dalam kasus pemohonan asing, seperti kuasa, tanggung jawab dan
pengakuan anak Indonesia oleh seorang kewajiban orang tua, termasuk pemeliharaan
warganegara Australia berinisial Mr. S., anak anak di Indonesia. Apapun kewarganegaraan
yang akan diakuinya merupakan anak hasil orang tua si anak, perkara-perkara tersebut
hidup bersama tanpa kawin dengan seorang selalu diatur oleh hukum nasional Indonesia,
perempuan Bali. Lima tahun setelah kelahiran seperti UU Perkawinan 1974, Undang-undang
anak mereka dan dicatatkan sebagai anak Nomor 23 tahun 2002 sebagaimana diubah
kandung dari perempuan Bali tersebut, Mr. S. oleh Undang-undang Nomor 35 tahun 2014
bermaksud untuk melakukan pengakuan anak tentang Perlindungan Anak, Undang-undang
sekaligus pengesahan anak. Ibu anak tersebut Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
juga menyetujui. Pengadilan Negeri Singaraja Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dan
di Bali mengabulkan permohonan pengakuan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/
anak yang diajukan Mr. S. setelah pengadilan PUU-VIII/2010 tanggal 17 Februari 2012.
mempertimbangkan bahwa Mr. S. dan ibu dari Untuk pewarisan dan wasiat yang
anak tersebut telah melakukan perkawinan mengandung unsur asing, sebagaimana sudah
secara agama Hindu dan telah mendaftarkan dijelaskan di Sub-bab A.1. di atas, maka hukum
perkawinan mereka pada Kantor Catatan Sipil asing wajib dipakai untuk mengaturnya. Hal
Singaraja, sehingga memenuhi syarat yang ini karena yurisprudensi tahun 1925 dan
ditentukan pasal 2 UU Perkawinan 1974. ketentuan Undang-undang yaitu pasal 17 dan
Sebagaimana dalam pengakuan anak, 18 ayat (1) AB mewajibkan pemakaian hukum
prinsip nasionalitas dalam bidang pengesahan asing apabila pewaris atau pewasiatnya adalah
anak Indonesia oleh orang tua asingnya juga WNA, atau wasiatnya dibuat di luar negeri,
tidak dilaksanakan lagi oleh Pengadilan di atau aset yang diwariskan dan diwasiatkan
Indonesia. Hal ini karena berdasarkan pasal berlokasi di luar negeri. Pemakaian hukum
50 ayat (2) UU Administrasi Kependudukan, asing ini diterapkan dalam kasus Leo Bonady,
pengesahan anak di Indonesia hanya dapat et al. melawan Lelly Iskandar, et al. Dalam
dilakukan jika orang tua kandung anak kasus ini pengadilan Indonesia memutuskan
tersebut telah melangsungkan pernikahan bahwa wasiat yang dibuat oleh pewasiat WNI
yang sah menurut hukum agama dan hukum di Singapura adalah memenuhi syarat formal
negara Indonesia. hukum Singapura dan syarat material hukum
Prinsip nasionalitas yang menunjuk Indonesia.25
pada hukum asing juga tidak dipakai dalam Dari uraian di atas dapat disimpulkan
mengatur perkara keperdataan terkait anak bahwa ketentuan choice of law di bidang
di bawah umur yang mengandung unsur perkawinan dan perceraian yang menunjuk
25 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara Timur Nomor: 158/69/1979G; Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta
Nomor: 241/1979; dikuatkan oleh Putusan Mahkamah Agung Nomor: 148/PK/Perd/1982. Baca putusan-
Kusumadara, Afifah, Pemakaian Hukum Asing Dalam Hukum Perdata Internasional: Kewajiban... 455

pada pemakaian hukum asing adalah tersebut bersifat tidak wajib. Sebagai contoh,
bersifat wajib (mandatory), dengan beberapa dalam kasus pencemaran nama baik antara
perkecualian seperti karena berlakunya Richard Bruce Ness melawan Jane Perlez; et
doktrin Renvoi dan karena hukum asing al., semua pihak kecuali satu tergugat adalah
tersebut bertentangan dengan ketertiban WNA. Penggugat Ness adalah WN Amerika
umum di Indonesia. Demikian pula dengan walaupun tinggal di Jakarta dan menjabat
pemakaian hukum asing dalam pewarisan dan sebagai Presiden Direktur dari sebuah
wasiat adalah bersifat wajib sesuai dengan perusahaan pertambangan Indonesia bernama
yurisprudensi 1925 dan pasal 17 dan 18 ayat (1) PT. Newmont Minahasa Raya. Tergugat Perlez
AB. Sedangkan ketentuan pemakaian hukum adalah seorang jurnalis berkewarganegaraan
asing dalam peristiwa perdata internasional Australia yang pernah hidup di Jakarta waktu
terkait anak tidak lagi dilaksanakan karena menulis berita tentang penggugat. New York
hal-hal terkait anak di Indonesia harus diatur Times Company, sebagai tergugat kedua
oleh hukum Indonesia, bukan oleh hukum adalah perusahaan Amerika Serikat yang
asing. didirikan dan memiliki kedudukan hukum
b. Di Bidang Perikatan di New York. Penggugat Ness mengajukan
Sebagaimana telah diuraikan dalam Bab gugatan PMH terhadap Perlez di Pengadilan
Pendahuluan dan Sub-Bab A.1., ketentuan Negeri Jakarta Pusat disebabkan Perez menulis
pemakaian hukum asing dalam peristiwa tiga artikel yang melaporkan bahwa Ness
perbuatan melawan hukum yang mengandung bertanggung jawab atas polusi berat di Teluk
unsur asing tidak diatur dalam peraturan Buyat, Sulawesi Utara karena membiarkan
perundang-undangan. Hal tersebut hanya perusahaan yang dipimpinnya yaitu PT.
diatur oleh doktrin, seperti doktrin lex loci Newmont Minahasa Raya mencemari Teluk
delicti commissi dan beberapa doktrin lainnya. Buyat. Penggugat juga menggugat New York
Dalam prakteknya, pengadilan Indonesia tidak Times Company karena mempublikasikan
menerapkan doktrin-doktrin tersebut, karena artikel-artikel Perez di koran New York Times
mereka memilih menggunakan doktrin lex fori yang diterbitkan di New York. Para tergugat
atau hukum dari forum tempat penyelesaian dianggap telah mencemarkan nama baik
sengketa. Hal ini berakibat pada penggunaan tergugat. Dalam putusannya, majelis hakim
hukum Indonesia untuk menyelesaikan menyebutkan bahwa dikarenakan semua
perkara PMH yang mengandung unsur asing. pihak, kecuali penerjemah Jane Perlez, adalah
Dengan demikian, ketentuan choice of law WNA maka hakim harus memilih hukum yang
untuk PMH yang diatur dalam doktrin-doktrin paling adil bagi penggugat dan para tergugat.

putusan tersebut dalam Andreas Prasetyo Senoadji, “Penerapan Legitime Portie (Bagian Mutlak) Dalam
Pembagian Waris Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung
Reg No. 148/Pk/Perd/1982”, Tesis Magister Kenotariatan (Semarang: Universitas Diponegoro, 2007).
456 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 3, Desember 2022, Halaman 443-470

Akhirnya majelis hakim memilih hukum hukum asing tidak dipakai oleh Pengadilan
Indonesia yaitu Undang-undang Nomor 40 Indonesia dalam PMH pencemaran nama baik
tahun 1999 tentang Pers (‘UU Pers’) dan Kode yang mengandung unsur asing.
Etik Jurnalistik Pers, disamping BW, untuk Dalam kasus kecelakaan antara Sigit
memutuskan perkara para pihak. Majelis Suciptoyono melawan Singapore Airlines
hakim sama sekali tidak mempertimbangkan Limited, pengadilan Indonesia juga tidak
pemakaian hukum asing, termasuk hukum memakai hukum asing sebagaimana yang
New York yang menurut doktrin lex loci delicti diatur dalam doktrin lex loci delicti commissi.
commissi adalah hukum tempat PMH atau Pengadilan tidak memakai hukum Taiwan,
pencemaran nama baik dilakukan. Berdasar padahal kelalaian pilot Singapore Airlines yang
UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik, Pengadilan menyebabkan kecelakaan dan penderitaan
memutuskan bahwa para tergugat tidak penggugat terjadi di Taiwan. Pengadilan juga
melanggar tugas-tugas jurnalistik yang diatur tidak memakai hukum Singapure dimana
dalam UU Pers dan Kode Etik, sehingga para Singapore Airlines melakukan PMH berupa
tergugat diputuskan tidak terbukti melanggar penolakan untuk memberi ganti-rugi yang adil
pasal-pasal BW terkait PMH dan pencemaran dan sepantasnya pada penggugat. Selanjutnya,
nama baik.26 pengadilan juga menolak menerapkan
Demikian pula dalam perkara pencemaran Konvensi Warsawa 1929 sebagaimana yang
nama baik antara Time Inc Asia; et al. melawan dimohonkan Singapore Airlines. Dalam kasus
H.M. Soeharto,27 Mahkamah Agung tidak PMH yang mengandung unsur asing ini,
memakai hukum asing, melainkan memakai Pengadilan Negeri sampai Mahkamah Agung
BW, UU Pers, dan UU Nomor 21 Tahun 1982 menggunakan lex fori atau hukum yang
tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers. MA berlaku di Indonesia dan menghukum tergugat
tidak memakai hukum New York walaupun untuk membayar ganti rugi sebesar lebih dari
pencemaran nama baik dilakukan di New York 1 milyar rupiah kepada penggugat.28
dimana perusahaan Time Inc mempublikasikan Penyebab tidak dipakainya hukum asing
berita korupsi mantan Presiden Soeharto dan dalam perkara PMH yang mengandung
kroninya. MA juga tidak memakai hukum unsur asing di Indonesia salah satunya
Hong Kong dimana anak perusahaan Time adalah karena putusan kondemnatoir yang
yaitu Time Inc Asia mendistribusikan majalah dibuat oleh pengadilan Indonesia hanya
TIME versi Asia ke seluruh wilayah Asia. dapat diakui dan dilaksanakan di Indonesia
Kasus ini sekali lagi menunjukkan bahwa saja. Pasal 431 Reglement op de Burgerlijke

26 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor: 408/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst


27 Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor: 273 PK/Pdt/2008.
28 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Nomor: 908/Pdt.G/2007/PN.Jak.Sel; Putusan Pengadilan Tinggi
Jakarta Nomor: 611/PDT/2008/PT.DKI; Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1517 K/Pdt/2009.
Kusumadara, Afifah, Pemakaian Hukum Asing Dalam Hukum Perdata Internasional: Kewajiban... 457

Rechtsvordering (‘Rv’)29 menentukan bahwa perjanjian asuransi tersebut diatur menurut


putusan pengadilan Indonesia hanya berlaku hukum Inggris dan praktek yang berlaku di
dan berdaya eksekusi di wilayah Indonesia Inggris. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
dan tidak mempunyai daya eksekusi di luar mengadili sengketa para pihak memakai hukum
Indonesia. Hal ini menyebabkan pengadilan dan praktek Inggris untuk mengadili gugatan
Indonesia lebih memilih memakai hukum wanprestasi yang diajukan oleh PT. Pelayaran
Indonesia (lex fori) karena mereka tidak Manalagi. Majelis hakim memutuskan bahwa
mengharapkan putusan kondemnatoir mereka PT. Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk (‘PT
akan dilaksanakan di luar Indonesia. AHAP’) telah melanggar perjanjian asuransi
Dalam bidang kontrak, sebagaimana berdasar hukum dan praktek di Inggris.30
telah dijelaskan dalam Bab Pendahuluan dan Pengadilan Tinggi Jakarta menguatkan
Sub-Bab A.1., ketentuan pemakaian hukum putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.31
asing dalam kontrak yang mengandung unsur Namun, di tingkat kasasi, Mahkamah Agung
asing telah diatur dalam berbagai peraturan memutuskan bahwa pengadilan judex facti
perundangan. Oleh karena itu, pemakaian tidak berwenang mengadili perkara tersebut
hukum asing yang telah dipilih dan disepakati karena di dalam kontrak baku asuransi para
dengan tegas oleh para pihak adalah bersifat pihak terdapat klausula penundukan diri
wajib dan harus dilaksanakan sebagaimana pada yurisdiksi Pengadilan Inggris (exclusive
dalam dua contoh kasus berikut. Hal ini juga jurisdiction of the English Courts). Sehingga
sesuai dengan prinsip kebebasan berkontrak MA membatalkan putusan Pengadilan Negeri
dan party autonomy yang diakui dalam pasal Jakarta Pusat dan memerintahkan penggugat
1338 ayat (1) BW. untuk mengajukan gugatannya di Pengadilan
Dalam perkara kontrak asuransi antara PT. Inggris.32
Pelayaran Manalagi melawan PT. Asuransi Di dalam perkara perjanjian kredit dan
Harta Aman Pratama, Tbk, kedua belah trust antara PT. Indah Kiat Pulp & Paper
pihak yang sama-sama perusahaan Indonesia Tbk. melawan Bank America National Trust
menggunakan kontrak baku atau standard Company; et al. para pihak sepakat untuk
contract yang diterbitkan oleh Institute Time memilih hukum Negara Bagian New York
Clauses – Hulls/MAR 91. Dalam kontrak baku untuk mengatur kontrak-kontrak mereka.
tersebut tertulis “This insurance is subject Walau demikian, Pengadilan Negeri Bengkalis
to English law and practice” yang berarti tidak memakai hukum Negara Bagian New
29 Pasal 431 Rv menyebutkan bahwa putusan pengadilan Indonesia hanya berlaku dan berdaya eksekusi di wilayah
Indonesia, serta tidak mempunyai daya eksekusi di luar negeri. Rv adalah salah satu UU yang mengatur hukum
acara perdata walaupun pada zaman kolonial dikhususkan untuk mengatur acara di pengadilan bagi penduduk
Belanda dan Asing di Hindia Belanda.
30 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor: 52/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst.
31 Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor: 297/PDT/2011/PT.DKI.
32 Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1935 K/Pdt/2012.
458 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 3, Desember 2022, Halaman 443-470

York karena penggugat yaitu PT. Indah Kiat para pihak dan diatur oleh hukum Negara
Pulp & Paper Tbk (‘Indah Kiat’), mengajukan Bagian New York. Dalam putusannya, majelis
gugatan PMH dan bukan gugatan wanprestasi di tingkat peninjauan kembali menyebutkan
pelanggaran kontrak, terhadap para tergugat bahwa gugatan pembatalan kontrak-kontrak
yang merupakan pemegang obligasi yang para pihak harus dilakukan di muka pengadilan
diterbitkan oleh Indah Kiat. Dalam gugatannya, di Negara Bagian New York sesuai klausula
Indah Kiat berdalih bahwa kontrak-kontrak pilihan yurisdiksi yang tertulis di kontraknya.36
yang ada dibuat dengan iktikad buruh dan Kedua perkara kontrak di atas
menyesatkan Indah Kiat, sehingga menurut menunjukkan bahwa ketentuan choice of law
Indah Kiat para tergugat telah melakukan yang menunjuk pada pemakaian hukum asing
PMH. Para tergugat menjawab bahwa pokok bersifat wajib. Pengadilan harus memakai
perkara harusnya adalah wanprestasi karena hukum asing yang telah dipilih para pihak.
Indah Kiat tidak membayar obligasinya Hal ini sesuai dengan berbagai ketentuan
pada para tergugat waktu jatuh tempo. Para perundangan yang mengatur bahwa hukum
tergugat juga menjawab bahwa hukum Negara yang mengatur kontrak adalah hukum yang
Bagian New York yang telah dipilih para pihak dipilih oleh para pihak. Namun dalam kasus
yang harusnya dipakai untuk menyelesaikan terakhir yaitu PT. Indah Kiat Pulp & Paper
sengketa. Namun, Pengadilan Negeri Bengkalis Tbk. melawan Bank America National Trust
menerima gugatan PMH yang diajukan oleh Company; et al., pengadilan tidak memakai
Indah Kiat dan memutuskan bahwa semua hukum asing yang telah dipilih para pihak
kontrak para pihak adalah tidak sah dan batal karena penggugat tidak mendasarkan
demi hukum karena dibuat secara melawan gugatannya pada pelanggaran kontrak,
hukum.33 Pengadilan Tinggi Riau menguatkan melainkan pada perbuatan melawan hukum.
putusan Pengadilan Negeri Bengkalis.34 Sehingga sebagaimana dalam kasus PMH
Demikian pula dengan Mahkamah Agung yang mengandung unsur asing, pengadilan
yang mengadili dalam tingkat kasasi.35 Namun, dalam kasus Indah Kiat menggunakan lex fori
sewaktu para tergugat mengajukan peninjauan yaitu hukum Indonesia untuk menyelesaikan
kembali ke MA, MA membatalkan semua perkaranya. Manuver penggugat untuk
putusan pengadilan di tingkat sebelumnya dan mendasarkan gugatannya sebagai PMH
memutuskan bahwa para tergugat tidak terbukti guna menghindari pemakaian hukum asing
melakukan PMH. Dengan demikian kontrak- yang telah dipilih para pihak telah menjadi
kontrak para pihak tetap sah dan mengikat perdebatan sengit dalam beberapa kasus. Salah

33 Putusan Pengadilan Negeri Bengkalis Nomor: 05/PDT.G./2003/PN-BKS.


34 Putusan Pengadilan Tinggi Riau Nomor: 40/PDT/2004/PTR.
35 Putusan Mahkamah Agung Nomor: 381 K/Pdt/2006.
36 Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor: 445 PK/Pdt/2007.
Kusumadara, Afifah, Pemakaian Hukum Asing Dalam Hukum Perdata Internasional: Kewajiban... 459

satunya juga terjadi dalam sengketa antara diuraikan permasalahan yang muncul dalam
Mitomo Shoji K.K. melawan Aim Holding; et pemakaian hukum asing oleh pengadilan
al.37 Indonesia.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan
1. Pemakaian Hukum Asing Oleh
bahwa ketentuan choice of law di bidang
Hakim Secara Ex Officio
kontrak yang menunjuk pada pemakaian
Sesuai dengan penjelasan di Bagian
hukum asing adalah bersifat wajib
A dimana pemakaian hukum asing sesuai
(mandatory), kecuali hukum asing tersebut
ketentuan choice of law bersifat wajib jika
bertentangan dengan ketertiban umum di
diatur dalam peraturan perundangan, maka
Indonesia.38 Hal ini sesuai dengan ketentuan
hakim secara ex officio wajib memakai hukum
di berbagai peraturan perundangan, seperti di
asing tersebut dalam penyelesaian perkaranya.
UU ITE, UU Arbitrase, dan pasal 1338 BW.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana
Sedangkan untuk ketentuan choice of law
caranya para hakim dapat memakai hukum
di bidang PMH tidak bersifat wajib karena
asing yang ditunjuk oleh ketentuan choice of
pengadilan Indonesia selalu menggunakan
law tersebut karena hukum asing tersebut bisa
hukum Indonesia dalam menyelesaian perkara
berbeda dari hukum Indonesia.
PMH yang mengandung unsur asing. Terdapat
Untuk menjawab pertanyaan tersebut,
kemungkinan bahwa pengadilan Indonesia
maka perlu ditentukan lebih dulu kategori
mengabaikan ketentuan choice of law di
atau nature dari hukum asing tersebut,
bidang PMH karena ketentuan tersebut hanya
apakah sebagai ‘hukum’ ataukah ‘sebagai
tertulis di doktrin dan bukan di peraturan
fakta’ menurut hukum acara perdata. Jika
perundangan, sehingga tidak mengikat bagi
dikategorikan sebagai fakta, maka hukum
pengadilan.
asing tersebut —sebagaimana fakta-fakta
B. Pemakaian Hukum Asing Oleh lain dalam persidangan— harus diajukan,
Pengadilan Indonesia didalilkan dan dibuktikan isinya oleh para
Setelah Bagian A membahas kewajiban pihak. Jika tidak dapat dibuktikan, maka
untuk melaksanakan ketentuan choice of law ‘fakta’ hukum asing tersebut tidak dapat
yang menunjuk pada pemakaian hukum asing, dipakai dalam proses persidangan.39 Namun,
maka Bagian B akan membahas bagaimana apabila hukum asing dikategorikan sebagai
pengadilan atau hakim di Indonesia memakai hukum, maka hakim harus memakai hukum
hukum asing tersebut. Di bagian ini juga asing tersebut secara ex officio untuk
37 Lihat Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor: 359/Pdt.G/2011/PN. Jkt.Pst yang dikuatkan dalam
Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor: 186/PDT/2014/PT.DKI.
38 Aminah, “Pilihan Hukum dalam Kontrak Perdata Internasional”, Diponegoro Private Law Review Vol 4, No 2,
(2019): 7 – 8, diakses 20 November 2022, https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/dplr/article/view/6540.
39 Thomas F. Bridgman, “Proof of Foreign Law and Facts”, Journal of Air Law and Commerce Vol. 45 No. 4,
(1980): 846, diakses 26 Agustus 2022, https://scholar.smu.edu/jalc/vol45/iss4/4 .
460 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 3, Desember 2022, Halaman 443-470

menyelesaikan perkaranya. Para pihak tidak 2. Pelaksanaan Prinsip Ius Curia


perlu mendalilkan atau membuktikan hukum Novit Dalam Pemakaian Hukum
asing tersebut, karena hukum asing tersebut Asing
adalah hukum yang dipakai hakim yang Sampai saat ini tidak ada peraturan
memutus perkara mereka.40 perundangan yang mengatur cara pengadilan
Pada tahun 1915, Hoge Raad (Mahkamah atau hakim dalam menemukan dan menafsirkan
Agung Belanda) membuat sebuah putusan hukum asing yang akan dipakainya dalam
yang menjadi yurisprudensi untuk menentukan menyelesaikan sengketa perdata internasional.
apakah hukum asing merupakan fakta atau Namun, terdapat pasal 50 ayat (1) Rv yang
hukum. Berdasar putusan tanggal 4 Juni menyebutkan bahwa hakim karena jabatannya
1915, Hoge Raad memutuskan bahwa hukum dalam pertimbangan keputusannya harus
asing merupakan isu hukum, bukan fakta.41 menambah dasar hukum yang mungkin tidak
Dengan demikian hakim dalam jabatannya (ex dikemukakan para pihak. Selain itu, terdapat
officio) harus memakai hukum asing sebagai pasal 10 ayat (1) Undang-undang Nomor 48
hukum untuk menyelesaikan perkara yang tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
ditanganinya. Yurisprudensi tentang sifat atau (‘UU Kehakiman’) yang menentukan bahwa
kategori hukum asing ini telah diterima oleh “[P]engadilan dilarang menolak untuk
para sarjana HPI Indonesia.42 memeriksa, mengadili, dan memutus suatu
Sebagai konsekuensi dari prinsip perkara yang diajukan dengan dalih bahwa
bahwa hukum asing adalah hukum yang hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan
harus dipakai oleh hakim ex officio, maka wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.”
hukum asing tersebut harus dicari, digali Ketentuan-ketentuan tersebut mewajibkan
dan ditafsirkan oleh hakim yang menangani pengadilan untuk menemukan hukum yang
perkara. Kesalahan hakim dalam menafsirkan akan diberlakukan —termasuk hukum asing—
dan menerapkan hukum asing akan dapat untuk menyelesaikan perkaranya. Hal ini sesuai
dibanding di pengadilan-pengadilan tingkat dengan prinsip ius curia novit (pengadilan
atasnya, seperti dalam kasus PT. Pelayaran tahu hukum) yang merupakan prinsip penting
Manalagi melawan PT. Asuransi Harta Aman dalam hukum acara di Indonesia.43 Dengan
Pratama, Tbk. demikian, menurut prinsip ini dan pasal-pasal

40 Stephen L. Sass, “Foreign Law in Civil Litigation: A Comparative Survey”, The American Journal of
Comparative Law Vol. 16, No. 3, (Summer 1968): 347 – 349, diakses 25 Agustus 2022, https://www.jstor.org/
stable/838662.
41 HR 04-06-1915, NJ 1915/865.
42 Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid II Bagian 5 Buku Ke enam, (Bandung:
Penerbit Alumni, 1988), hlm. 187; Zulfa Djoko Basuki, dkk, Materi Pokok Hukum Perdata Internasional.
Modul 9, edisi 2, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2020), hlm. 16 - 17.
43 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan
Putusan Pengadilan, edisi 16, (Jakarta: Sinar Grafika, 2016), hlm. 821 – 822.
Kusumadara, Afifah, Pemakaian Hukum Asing Dalam Hukum Perdata Internasional: Kewajiban... 461

di atas, hakim wajib melakukan segala upaya pasal 10 dan 11 Horei untuk memutus perkara
untuk menemukan hukum asing yang ditunjuk ini. Menurut penafsiran mereka, perjanjian
oleh ketentuan choice of law yang berlaku. garansi dan perjanjian jaminan hipotek para
Mereka juga wajib melakukan investigasi pihak telah sesuai dengan pasal 10 dan 11 Horei
atas hukum asing tersebut untuk menentukan sehingga pengadilan memenangkan gugatan
isinya. Marubeni.44 Pengadilan Tinggi Jakarta dan
Prinsip ius curia novit ini diterapkan Mahkamah Agung juga menguatkan putusan
dalam kasus Marubeni Corporation melawan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.45
P.T. Indokaya Nissan Motors pada tahun 1983. Dalam perjalanannya setelah kasus
Dalam kasus ini, P.T. Indokaya Nissan Motors Marubeni, prinsip ius curia novit tidak lagi
(‘INM’) digugat oleh perusahaan Jepang dilaksanakan sepenuhnya oleh pengadilan
Marubeni Corporation (‘Marubeni’) di muka sewaktu memakai hukum asing. Hal ini berbeda
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, karena INM dari pelaksanaan prinsip ius curia novit dalam
tidak membayar hutangnya pada Marubeni. hal pemakaian hukum domestik, dimana
Para pihak telah memilih hukum Jepang pengadilan tetap berupaya menemukan dan
sebagai hukum yang mengatur perjanjian menggali sendiri ketentuan hukum nasional
mereka. INM meminta pengadilan untuk yang harus diberlakukan. Sebagai contoh,
mendatangkan ahli hukum dari Jepang untuk dalam sengketa kontrak asuransi antara PT.
memberi penjelasan tentang hukum Jepang. Pelayaran Manalagi melawan PT. Asuransi
Pengadilan memandang tidak perlu untuk Harta Aman Pratama, Tbk., penggugat
mendatangkan ahli hukum dari Jepang dan membantu Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
meminta para pihak untuk menunjuk hukum untuk menentukan isi hukum Inggris dan
Jepang mana yang seharusnya dipakai untuk praktek yang berlaku di Inggris terkait
menyelesaikan sengketa mereka. Namun para asuransi kapal laut. Penggugat menyediakan
pihak tidak merespon permintaan pengadilan terjemahan dari hukum dan praktek di Inggris
tersebut, sehingga akhirnya pengadilan sendiri terkait asuransi kapal laut yang dibuat oleh
yang berusaha menemukan hukum Jepang penerjemah tersumpah. Penggugat juga
mana yang seharusnya dipakai. Pengadilan melibatkan sebuah perusahaan average
menemukan bahwa Horei (Ketentuan Umum adjuster dari Singapura untuk menjelaskan
tentang Penerapan Hukum) tahun 1898 adalah secara tertulis bagaimana hukum Inggris
hukum Jepang yang tepat untuk kasus ini. Horei mengatur kecelakaan dan kerugian yang
juga menjadi sumber HPI Jepang. Setelah diderita penggugat. Berdasarkan penjelasan
mempelajari Horei, majelis hakim menerapkan penggugat, maka Pengadilan Negeri

44 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor: 560/1982 PDT.G.


45 Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor: 186/PDT/2014/PT.DKI; Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2826
K/PDT/1984.
462 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 3, Desember 2022, Halaman 443-470

Jakarta Pusat memenangkan penggugat dan juga membantu pengadilan untuk menentukan
memutuskan bahwa tergugat telah melanggar isi hukum Singapura terkait syarat formal
perjanjian asuransi para pihak yang diatur oleh pembuatan wasiat. Namun Pengadilan Negeri
hukum dan praktek di Inggris.46 Pengadilan Medan tetap memakai hukum Indonesia
Tinggi Jakarta menguatkan putusan dalam perkara tersebut. Berdasarkan hukum
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.47 Di tingkat Indonesia, pengadilan memutuskan bahwa
kasasi, para pihak juga membantu Mahkamah wasiat yang dibuat di Singapura adalah tidak
Agung menentukan isi dari hukum dan praktek sah dan penerima wasiat tidak memiliki hak
di Inggris. Hanya saja, PT. AHAP sebagai atas aset pewasiat yang ada di Singapura.49
tergugat juga menambahkan informasi tentang Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur
formulir polis asuransi yang baru yaitu formulir menguatkan putusan tersebut.50 Di tingkat
MAR 91 yang dipakai para pihak. Informasi kasasi, sekali lagi tergugat menyebutkan
PT. AHAP tersebut berasal dari sebuah artikel adanya unsur asing dalam perkara mereka dan
yang ditulis oleh firma hukum Hill Dickinson menjelaskan ke MA tentang ketentuan pasal
di Inggris yang menjelaskan bahwa pilihan 18 ayat (1) AB yang menunjuk pada hukum
yurisdiksi eksklusif yang tertulis di formulir Singapura. Tergugat juga membawa saksi ahli
MAR 91 adalah Pengadilan Inggris. Sebagai ke muka MA yang mengkonfirmasi tentang
akibatnya, Mahkamah Agung memutuskan ketentuan pilihan hukum tersebut. Namun MA
bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tetap menolak permohonan kasasi tergugat dan
tidak memiliki kewenangan untuk mengadili menguatkan putusan pengadilan di bawahnya.
perkara dan membatalkan putusan Pengadilan 51

Negeri Jakarta Pusat.48 Kasus Erlina ini sangat disayangkan karena


Selanjutnya, dalam perkara antara Erlina pengadilan Indonesia mengenyampingkan
and Ahmad Yuni Nasution, S.H. melawan kewajiban pemakaian hukum asing yang sudah
Yulia Yusriani Mualim, pihak tergugat sampai diatur dalam pasal 18 ayat (1) AB. Seharusnya
harus menyebutkan unsur asing yang ada dalam kasus ini hukum Singapura dipakai oleh
dalam perkaranya, yaitu pembuatan wasiat hakim secara ex officio. Disamping itu, dalam
di luar negeri (Singapura). Tergugat juga kasus ini juga tidak ada alasan bahwa hakim
menjelaskan pada Pengadilan Negeri Medan telah gagal menentukan (failure to establish)
tentang pasal 18 ayat (1) AB yang menunjuk isi hukum Singapura tentang syarat-syarat
pada pemakaian hukum Singapura. Tergugat wasiat sehingga terpaksa memakai lex fori
46 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor: 52/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst.
47 Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor: 297/PDT/2011/PT.DKI.
48 Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1935 K/Pdt/2012.
49 Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 348/Pdt.G/2009/PN.Mdn.
50 Putusan Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur Nomor: 94/PDT/2010/ PT.KT.SMDA.
51 Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2562 K/Pdt/2011.
Kusumadara, Afifah, Pemakaian Hukum Asing Dalam Hukum Perdata Internasional: Kewajiban... 463

(hukum Indonesia), karena dalam kasus ini yang ditanganinya. Contoh lain adalah hakim
pihak tergugat telah membantu majelis hakim malah memakai hukum nasionalnya dan bukan
untuk menentukan isi hukum Singapura terkait hukum negara asing, seperti dalam kasus
syarat formal pembuatan wasiat. Erlina di atas.
Dalam kedua kasus terakhir di atas terlihat Berdasar hasil penelitian penulis terhadap
bahwa pengadilan lebih mengandalkan bantuan berbagai putusan pengadilan, sejauh ini tidak
para pihak yang berperkara untuk menemukan ditemui putusan pengadilan di mana hakim
dan menentukan hukum asing beserta isinya. keliru memakai hukum suatu negara asing
Para pihak juga mengajukan saksi ahlinya padahal seharusnya yang dipakai adalah hukum
masing-masing untuk membuktikan isi hukum negara asing lainnya. Kekeliruan penerapan
asing tersebut. Hal ini mengakibatkan sifat ketentuan choice of law di Indonesia lebih
hukum asing di pengadilan Indonesia seolah- sering disebabkan karena hakim mengabaikan
olah berubah menjadi ‘fakta’ karena para pihak unsur asing yang ada dalam perkara yang
harus membuktikannya. Meskipun praktek ini ditanganinya. Hal ini berakibat hakim dengan
tidak bisa dilarang karena Indonesia belum mudahnya menerapkan hukum Indonesia
memiliki Kitab Undang-undang HPI yang pada perkara yang seharusnya merupakan
secara tegas mengatur pemakaian hukum perkara perdata internasional. Misalnya dalam
asing, namun prinsip bahwa hukum asing perkara PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. v
adalah hukum dan bukan fakta, serta prinsip Bank America National Trust Company; et
pengadilan tahu hukum (ius curia novit) dalam al., yang kasusnya telah diuraikan di Bagian
hukum acara perdata seharusnya tetap dijaga Pembahasan Sub-Bab A.2.ii., Pengadilan
untuk memberikan kepastian hukum. Negeri sampai pengadilan kasasi memakai
hukum Indonesia dalam memutus perkara
3. Kekeliruan dan Upaya Hukumnya
tanpa mengindahkan unsur-unsur asing di
Terdapat kasus-kasus dimana pengadilan
dalam kasus tersebut, yaitu pilihan hukum
Indonesia keliru dalam menerapkan ketentuan
para pihak yang menunjuk hukum Negara
choice of law yang diatur dalam peraturan
Bagian New York, serta tempat pembuatan dan
perundangan. Kekeliruan menerapkan aturan
pelaksanaan kontrak yang di luar Indonesia.
choice of law (erroneous application of choice
Selanjutnya, dalam perkara Erlina and Ahmad
of law rules) dapat berakibat pengadilan
Yuni Nasution, S.H. melawan Yulia Yusriani
memakai hukum suatu negara yang berbeda
Mualim, yang kasusnya telah diuraikan di
dari yang ditunjuk oleh ketentuan choice of
atas, Pengadilan Negeri sampai pengadilan
law HPI-nya. Contoh, ketentuan choice of law
kasasi mengabaikan unsur asing yang terdapat
di negara sang hakim menunjuk pada hukum
dalam kasus tersebut, dan menerapkan hukum
negara X, tetapi pengadilan malah memakai
Indonesia untuk memutus perkara.
hukum negara Z untuk menyelesaikan perkara
464 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 3, Desember 2022, Halaman 443-470

Selain kekeliruan di atas, pengadilan atas, ketentuan choice of law yang menunjuk
Indonesia juga bisa keliru dalam menerapkan pada pemakaian hukum asing pada prinsipnya
hukum asing yang dipakainya. Sebagai contoh, bersifat wajib dilaksanakan oleh hakim secara
dalam perkara PT. Pelayaran Manalagi v PT. ex officio. Namun, dengan peningkatan jumlah
Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk, yang perkara yang semakin banyak dan tuntutan
kasusnya telah diuraikan di Bagian Pembahasan untuk menyelesaikan perkara sesegera
Sub A.2.ii, Pengadilan Negeri dan Pengadilan mungkin,52 kemampuan dan waktu para hakim
Tinggi di Jakarta keliru memahami hukum dan untuk mencari, menggali dan menafsirkan
praktek di Inggris yang memberikan yurisdiksi hukum asing akan semakin terbatas. Sehingga
eksklusif kepada pengadilan Inggris untuk kemungkinan munculnya keengganan para
sengketa asuransi yang kontraknya ditulis di hakim untuk memakai hukum asing atau
atas formulir MAR 91. terjadinya kekeliruan dalam menerapkan
Semua kekeliruan di atas dapat dibanding hukum asing juga semakin meningkat.
ke pengadilan yang lebih tinggi, dan dikoreksi Oleh karena itu, perlu tersedia sistem yang
oleh pengadilan yang lebih tinggi sampai memudahkan para hakim di Indonesia untuk
tingkat Peninjauan Kembali. Hanya saja, mendapat informasi tentang hukum asing.
jika kekeliruan tersebut diakibatkan oleh Salah satu caranya adalah dengan
keengganan pengadilan untuk memakai menyediakan unit tersendiri di pengadilan-
hukum asing dengan mengabaikan unsur pengadilan yang dilengkapi dengan petugas
asing yang terdapat dalam kasusnya, maka khusus untuk memperoleh informasi tentang
hal tersebut tidak dapat dibenarkan karena itu hukum asing secara efisien, baik itu dari
bertentangan dengan prinsip ius curia novit Internet, perpustakaan, Kedutaan Besar negara-
dan yurisprudensi tentang hukum asing adalah negara asing, atau dari sumber-sumber lainnya.
hukum —bukan fakta—. Selain itu, pengabaian Unit tersebut juga harus mempekerjakan staf
unsur asing yang terdapat dalam kasus perdata yang mampu menerjemahkan hukum asing
internasional berakibat hilangnya keadilan ke dalam Bahasa Indonesia dan menjelaskan
bagi para pihak yg memiliki titik-taut dengan ke para hakim bagaimana penerapan hukum
hukum asing tersebut. asing tersebut di negara asalnya. Untuk
pengadilan-pengadilan yang terletak di
C. Jalan Keluar: Akses Ke Hukum
wilayah terpencil dengan sumber daya terbatas,
Asing Bagi Pengadilan Indonesia
maka Mahkamah Agung, sebagai lembaga
Sebagaimana yang telah dijelaskan di
pengawas pengadilan di seluruh Indonesia,
52 Di akhir tahun 2021, Mahkamah Agung menerima total 19.254 perkara dan memutus sebanyak 19.087
perkara (atau 99,13% perkara). Namun, kualitas putusan MA tersebut dipertanyakan karena banyak putusan
mengandung pertimbangan yang janggal, kabur dan bahkan hanya menggunakan template. Baca Dian Dewi
Purnamasari, “Empat Hari Jelang Akhir 2021, Perkara di MA Tinggal 167 Kasus, Bagaimana Kualitasnya?”,
https://www.kompas.id/baca/polhuk/2021/12/29/empat-hari-jelang-akhir-2021-perkara-di-ma-tinggal-167-
kasus-bagaimana-kualitasnya, diakses 8 Agustus 2022.
Kusumadara, Afifah, Pemakaian Hukum Asing Dalam Hukum Perdata Internasional: Kewajiban... 465

harus membantu pengadilan-pengadilan yang menunjuk pada pemakaian hukum asing


tersebut untuk mendapatkan informasi tentang adalah bersifat wajib (mandatory). Karena
hukum asing secara cepat. pemakaian hukum asing bersifat wajib, maka
Selain itu, merujuk pada pengalaman hukum asing di dalam persidangan perdata
negara Singapura,53 perlu dipikirkan dikategorikan sebagai hukum —bukan fakta—
pembuatan kerjasama antara Mahkamah yang harus ditemukan, digali dan dipahami
Agung Indonesia dengan Mahkamah Agung oleh hakim secara ex officio, sesuai prinsip ius
atau Pengadilan di negara-negara lain terkait curia novit.
kerjasama dan bantuan informasi hukum di Kedua, walau ketentuan choice of law
negara mereka. Dengan kerjasama tersebut, HPI Indonesia mewajibkan pemakaian hukum
akan terjadi pertukaran informasi hukum asing, pengadilan Indonesia sering tidak
asing secara cepat dari otoritas resmi masing- melaksanakan kewajiban tersebut. Dalam
masing negara. kasus-kasus yang diuraikan di atas, ditemukan
Di tingkat multilateral, hakim-hakim bahwa hakim Indonesia tidak melaksanakan
Indonesia dapat bergabung ke dalam ketentuan choice of law sesuai kaidah HPI
International Hague Network of Judges yang Indonesia; mengabaikan unsur asing yang ada
memfasilitasi komunikasi langsung di antara dalam perkara yang ditanganinya; dan dengan
hakim yang menyelesaikan sengketa di bidang mudahnya menerapkan hukum Indonesia
keluarga yang para pihaknya dan hakimnya dalam perkara perdata internasional. Hal ini
berasal dari dua negara yang berbeda. Namun, mengakibatkan ketidak-pastian hukum dan
jaringan atau network hakim ini hanya terbuka ketidak-adilan bagi para pihak yg pekaranya
bagi hakim yang berasal dari negara-negara memiliki titik taut lebih dekat dengan hukum
yang sudah mengaksesi Konvensi-konvensi asing.
HCCH di bidang keluarga, seperti HCCH Ketiga, untuk melaksanakan kewajiban
Child Abduction Convention 1980 and HCCH pemakaian hukum asing, perlu dibuat suatu
Child Protection Convention 1996. sistem yang mempermudah hakim-hakim
di Indonesia untuk memperoleh informasi
KESIMPULAN tentang hukum asing. Masing-masing
Dari uraian dan analisa permasalahan di pengadilan sampai Mahkamah Agung
atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai seharusnya memiliki unit tersendiri yang
berikut: menyediakan akses ke hukum asing bagi
Pertama, pada prinsipnya ketentuan para hakim. Demikian pula, perlu dipikirkan
choice of law di dalam peraturan perundangan adanya kerjasama internasional antara MARI
53 Singapore International Commercial Court, “References of Questions of Law”, https://www.sicc.gov.sg/guide-
to-the-sicc/references-of-questions-of-law, diakses 8 Agustus 2022; Marta Requejo Isidro, “Application of
Foreign Law” in A Guide to Global Private International Law, edited by Paul Beaumont and Jayne Holliday,
(Great Britain: Hart Publishing, 2022), p. 141.
466 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 3, Desember 2022, Halaman 443-470

dan Mahkamah Agung atau pengadilan di mampu menjalankan prinsip ius curia novit
negara-negara lain terkait pertukaran informasi dalam pemakaian hukum asing. Hakim-hakim
hukum asing. terutama di Mahkamah Agung yang ditugaskan
Disimpulkan juga bahwa sudah saatnya untuk menyelesaikan perkara perdata dengan
Indonesia mengundangkan Kitab Undang- unsur asing seharusnya dipilih dari hakim yang
undang Hukum Perdata Internasional yang memiliki pengetahuan HPI yang memadai dan
dengan tegas mengatur ketentuan choice pengetahuan hukum yang sama dengan bidang
of law di bidang hukum keperdataan dan perkara yang ditanganinya, tidak seperti yang
perniagaan, sehingga tidak ada alasan terjadi dalam kasus PT. Indah Kiat Pulp &
bagi pengadilan Indonesia untuk tidak Paper Tbk. melawan Bank America National
melaksanakan ketentuan choice of law Trust Company; et al. Dalam kasus ini, pihak
termasuk yang menunjuk pada pemakaian kreditor asing di tingkat Peninjauan Kembali
hukum asing. Saat ini, karena sumber HPI menyampaikan argumennya bahwa hakim di
Indonesia masih banyak yang didasarkan pada tingkat kasasi telah keliru dalam menerapkan
yurisprudensi dan doktrin yang dianggap tidak hukum disebabkan latar belakang mereka yang
mengikat, terdapat kecenderungan pengadilan adalah hakim agama.54 Ketidak-mampuan dan
untuk mengabaikan ketentuan choice of law kekeliruan hakim Indonesia ini dapat merusak
dan menerapkan hukum Indonesia (lex fori) kredibilitas pengadilan Indonesia.
pada berbagai perkara perdata internasional.
Selanjutnya, diperlukan hakim-hakim yang

DAFTAR PUSTAKA

Buku 5 Buku Keenam. Bandung: Penerbit


Gautama, Sudargo. Hukum Perdata Alumni, 1988.
Internasional Indonesia Buku Ketujuh Gautama, Sudargo. Hukum Perdata
Jilid Ke-Tiga (Bagian Pertama). Internasional Indonesia Jilid III Bagian
Bandung: Penerbit Alumni, 1981. 2 Buku Ke Delapan. Bandung: Penerbit
Gautama, Sudargo. Hukum Perdata Alumni, 1987.
Internasional Indonesia Jilid Dua Gautama, Sudargo. Hukum Perdata
Bagian Dua Buku Ketiga. Bandung: Internasional Indonesia Jilid Kedua
Penerbit Alumni, 1973. (Bagian Pertama) Cetakan Ke-3.
Gautama, Sudargo. Hukum Perdata Bandung: Eresco Bandung, 1986.
Internasional Indonesia Jilid II Bagian Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Perdata
54 Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah Agung Nomor: 445 PK/Pdt/2007, hlm.
265, 273.
Kusumadara, Afifah, Pemakaian Hukum Asing Dalam Hukum Perdata Internasional: Kewajiban... 467

Tentang Gugatan, Persidangan, Private International Law, edited by


Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Paul Beaumont and Jayne Holliday.
Pengadilan, edisi 16. Jakarta: Sinar Great Britain: Hart Publishing, 2022.
Grafika, 2016. pp. 133 – 145.
Kusumadara, Afifah, et. al. Indonesian Private Nishitani, Yuko. “General Report” in
International Law. Oxford: Hart Treatment of Foreign Law - Dynamics
Publishing, 2021. towards Convergence?, edited by
Savigny, Friedrich Carl von. Private Yuko Nishitani. Switzerland: Springer
International law, and the Retrospective International Publishing AG, 2017, pp.
Operation of Statutes; a Treatise on 3 – 60.
the Conflict of Laws, and the Limits of
Jurnal
Their Operation in Respect of Place
Allagan, Tiurma M. P., “Indonesian Private
and Time, Translated, With Notes,
International Law: The Development
by William Guthrie, 2nd ed., revised,
After More Than a Century”, Indonesian
Edinburgh: T. & T. Clark, 1880.
Journal of International Law Vol. 14,
Savigny, Friedrich Carl von. Private
No. 3, (2017), diakses 20 November
International Law. A Treatise on The
2022, doi: 10.17304/ijil.vol14.3.700
Conflicts of Laws, and the Limits of
Aminah, “Pilihan Hukum dalam Kontrak
Their Operation in Respect to Place
Perdata Internasional”, Diponegoro
and Time. Translated, With Notes, by
Private Law Review Vol 4, No 2 (2019),
William Guthrie. Edinburgh: T. & T.
diakses 20 November 2022, https://
Clark, 1869.
ejournal2.undip.ac.id/index.php/dplr/
Kumpulan Tulisan dalam Buku article/view/6540.
Basuki, Zulfa Djoko, dkk. Materi Pokok Banu, Roxana, “Conflicting Justice in Conflict
Hukum Perdata Internasional. Modul of Laws”, Vanderbilt Law Review Vol.
1. Jakarta: Universitas Terbuka, 2020. 53, No. 2, (March 2021), diakses 20
Basuki, Zulfa Djoko, dkk. Materi Pokok Agustus 2022, https://scholarship.law.
Hukum Perdata Internasional Modul 5. vanderbilt.edu/vjtl/vol53/iss2/2
Jakarta: Universitas Terbuka, 2020. Bridgman, Thomas F., “Proof of Foreign Law
Basuki, Zulfa Djoko, dkk. Materi Pokok and Facts”, Journal of Air Law and
Hukum Perdata Internasional. Modul Commerce Vol. 45 No. 4 (1980), diakses
9, edisi 2. Jakarta: Universitas Terbuka, 26 Agustus 2022, https://scholar.smu.
2020. edu/jalc/vol45/iss4/4
Isidro, Marta Requejo, “Application of Gautama, Sudargo dan Wiknjosastro, Hanifa,
Foreign Law” in A Guide to Global “Some Aspects of Indonesian Private
468 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 3, Desember 2022, Halaman 443-470

International Law” Malaya Law Hatzimihail and Nikitas Emmanuel, “Bartolus


Review Vol. 32, No. 2, (1990) diakses and the Conflict of Laws”, Revue
28 Juli 2022, http://www.jstor.org/ Hellenique de Droit International, Vol.
stable/24865645 60 (2007) diakses 20 Agustus 2022,
Onibala, Imelda, “Ketertiban Umum https://ssrn.com/abstract=1600774
Dalam Perspektif Hukum Perdata
Tesis
Internasional”, Jurnal Hukum Unsrat
Senoadji, Andreas Prasetyo. “Penerapan
Vol.I, No.2 (April-Juni 2013), diakses
Legitime Portie (Bagian Mutlak)
20 November 2022, http://repo.unsrat.
Dalam Pembagian Waris Menurut Kitab
ac.id/id/eprint/377
Undang-Undang Hukum Perdata Studi
Peari, Sagi, “Savigny’s Theory of Choice-
Kasus Putusan Mahkamah Agung Reg
Of-Law as A Principle of ‘Voluntary
No. 148/Pk/Perd/1982”, Tesis Magister
Submission’”, The University of Toronto
Kenotariatan, Semarang: Universitas
Law Journal Vol. 64, No. 1 (Winter
Diponegoro, 2007.
2014), diakses 26 Agustus 2022, https://
www.jstor.org/stable/24311926 Peraturan Perundang-Undangan dan
Rahayu, Derita P, “Hukum Perdata Putusan Hakim
Internasional Indonesia Bidang Algemene Bepalingen van Wetgeving voor
Hukum Keluarga (Family Law) Dalam Nederlandsch Indie
Menjawab Kebutuhan Global”, Jurnal Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Hukum Progresif Vol. XII, No.1 (Juni Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
2018), diakses 20 November 2022, Perkawinan
https://doi.org/10.33019/progresif. Undang-undang Nomor 1 tahun 2009 Tentang
v12i1.958 Penerbangan
S, Laurensius A, “Perkawinan Antar Negara Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008
Di Indonesia Berdasarkan Hukum Tentang Informasi dan Transaksi
Perdata Internasional”, Kertha Patrika Elektronik
Vol 39, No. 3, (Desember 2017) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016
Sass, Stephen L., “Foreign Law in Civil Tentang Perubahan Atas Undang-
Litigation: A Comparative Survey”, The undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
American Journal of Comparative Law Informasi dan Transaksi Elektronik
Vol. 16, No. 3 (Summer 1968), diakses Undang-undang Nomor 16 Tahun 2019
25 Agustus 2022, https://www.jstor.org/ Tentang Perubahan Atas Undang-
stable/838662 undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan
Paper
Kusumadara, Afifah, Pemakaian Hukum Asing Dalam Hukum Perdata Internasional: Kewajiban... 469

Undang-undang Nomor 23 tahun 2006 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat


Tentang Administrasi Kependudukan Nomor: 359/Pdt.G/2011/PN. Jkt.Pst
Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Tentang Arbitrase dan Alternatif Nomor: 408/Pdt.G/2007/PN.Jkt.Pst
Penyelesaian Sengketa Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 Nomor: 52/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Pst
Tentang Perlindungan Anak Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 Tentang Nomor: 560/1982 PDT.G.
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Tangga Nomor: 112/Pdt.G/1987
Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Tentang Pers Nomor: 47/Pdt.G/2008/PN.Jak.Sel
Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
Tentang Kekuasaan Kehakiman Nomor: 908/Pdt.G/2007/PN.Jak.Sel
Putusan Mahkamah Agung Nomor: 148/PK/ Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Utara
Perd/1982. Timur Nomor: 158/69/1979G
Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1517 K/ Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor:
Pdt/2009. 348/Pdt.G/2009/PN.Mdn
Putusan Mahkamah Agung Nomor: 1935 K/ Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor:
Pdt/2012 141/PDT/2009/PT.DKI
Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2562 K/ Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor:
Pdt/2011 186/PDT/2014/PT.DKI
Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2640 K/ Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor:
Pdt/2009. 241/1979
Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2826 K/ Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor:
PDT/1984. 297/PDT/2011/PT.DKI
Putusan Mahkamah Agung Nomor: 381 K/ Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta Nomor:
Pdt/2006 611/PDT/2008/PT.DKI
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/ Putusan Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur
PUU-VIII/2010 tanggal 17 Februari Nomor: 94/PDT/2010/ PT.KT.SMDA
2012 Putusan Pengadilan Tinggi Riau Nomor: 40/
Putusan Pengadilan Negeri Bengkalis Nomor: PDT/2004/PTR
05/PDT.G./2003/PN-BKS Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah
Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor: Agung Nomor: 273 PK/Pdt/2008
172/Pdt.G/2014/PN.Dps Putusan Peninjauan Kembali Mahkamah
470 ARENA HUKUM Volume 15, Nomor 3, Desember 2022, Halaman 443-470

Agung Nomor: 445 PK/Pdt/2007

Internet
Britannica. “Choice of law”. https://www.
britannica.com/topic/conflict-of-laws/
Choice-of-law. Diakses 8 Agustus 2022.
Purnamasari, Dian Dewi. “Empat Hari Jelang
Akhir 2021, Perkara di MA Tinggal
167 Kasus, Bagaimana Kualitasnya?”.
h t t p s : / / w w w. k o m p a s . i d / b a c a /
polhuk/2021/12/29/empat-hari-jelang-
akhir-2021-perkara-di-ma-tinggal-167-
kasus-bagaimana-kualitasnya. Diakses
8 Agustus 2022.
Singapore International Commercial Court,
“References of Questions of Law”,
https://www.sicc.gov.sg/guide-to-the-
sicc/references-of-questions-of-law.
Diakses 8 Agustus 2022.

Anda mungkin juga menyukai