Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sering sekali dijumpai mengenai aktivitas seseorang atau bahkan aktivitas kita sendiri
sebagai mahkluk hidup dimana akan berlibur ke luar negeri yang melintasi batas negara.
Kita tidak dapat mengetahui apa yang akan terjadi ketika berada di sebuah negara lain.
Meskipun telah berhati-hati untuk menghindari atau tidak untuk terlibat dengan suatu
masalah yang berbau hukum saat berada di luar negeri.

Tetapi siapa yang menjamin saat kita sedang beraktivitas diluar negeri yang melintasi
batas negara kita tidak akan melakukan pelanggaran terhadap hukum yang berlaku atau
perbuatan yang melawan hukum di negara lain ?. Pastinya tidak ada yang bisa menjamin.

Sebab alasan itulah kami mengangkat kasus perbuatan melawan hukum diluar negeri
yang melintasi batas negara dengan judul “Jun Myeon Kecelakaan, Baekhyun Ajukan
Gugatan”. Dari kasus tersebut merupakan salah satu dari kasus Hukum Perdata
Internasional karena melibatkan unsur asing didalamnya akan menjadi pembahasan
mengenai hukum mana yang akan digunakan saat melakukan perbuatan melawan hukum
di luar negeri yang melewati batas negara.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang dari pengambilan kasus ?


2. Apa titik taut primer dan titik taut sekunder dari kasus tersebut ?
3. Apa jenis titik taut sekunder dari kasus ?

Hukum Perdata Internasional 1


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Hukum Perdata Internasional

Istilah Hukum Perdata Internasinal (HPI) yang digunakan di Indonesia sekarang ini
merupakan terjemahan dari Internationaal Privaatrecht (Belanda), Internationales
Privaatrecht (Jerman), Private International (Inggris), atau Droit International Prive
(Perancis) yang dianggap salah kaprah karena istilah-istilah tersebut berasal dari tradisi
hukum Eropa Kontinental. Sedangkan di Inggris dan negara-negara yang
mengembangkan tradisi hukum Common Law System, menggunakan sebutan lain yang
dianggap lebih memadai, yaitu Conflict of Laws, dengan anggapan bahwa “bidang hukum
ini pada dasarnya berusaha menyelesaikan masalah-masalah hukum yang menyangkut
adanya konflik atau perbenturan antara dua atau lebih kaidah-kaidah hukum dari dua atau
lebih sistem hukum”.1

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, yang dimaksud dengan HPI adalah “Keseluruhan


kaidah atau asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintas batas negara.
Atau dapat dikatakan bahwa HPI adalah hukum yang mengatur hubungan hukum
keperdataan antara pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata
(nasional) yang berbeda”.2

B. Pengertian Kualifikasi

Dalam setiap proses pengambilan keputusan hukum, tindakan kualifikasi adalah


bagian dari proses yang hampir dilalui, karena dengan kualifikasi seseorang mencoba
untuk menata sekumpulan fakta yang dihadapinya sebagai persoalan hukum,
mendefinisikannya, dan kemudian menempatkannya kedalam kategori yuridik tertentu.

Didalam hukum intern, kualifikasi merupakan suatu proses berpikir logis untuk

1
Bayu Seto, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional (Buku Kesatu), Citra Aditya Bakti, Bandung,
2001, hlm. 3.

2
Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional: Buku I Bagian Umum, Binacipta,
Bandung, 1990, hlm. 1

Hukum Perdata Internasional 2


menempatkan konsepsi asas-asas dan kaidah-kaidah hukum tertentu ke dalam sistem
hukum yang berlaku. Di dalam HPI, kualifikasi menjadi lebih penting karena berkaitan
dengan kasus yang dihadapi. Kualifikasi dalam HPI juga diperlukan, karena fakta-fakta
harus berada dibawah kategori hukum tertentu, sehingga fakta-fakta diklasifikasikan,
dimasukkan ke dalam pengertian hukum yang ada. Dalam HPI selain fakta yang
dikualifikasikan, kaidah hukum juga perlu dikualifikasikan.3

C. Pengertian Titik Taut

Proses penyelesaian perkara HPI sebenarnya dimulai dengan evaluasi terhadap titik
taut dan setelah melalui kualifikasi data, konsep titik taut kembali digunakan dalam
rangka menentukan hukum yang akan diberlakukan dalam perkara HPI yang
bersangkutan.

Titik taut merupakan fakta-fakta didalam sekumpulan fakta perkara HPI yang
menunjukkan pertautan antara perkara dengan suatu tempat tertentu (negara) dan karena
itu menciptakan relevansi antara perkara yang bersangkutan dengan sistem hukum dari
tempat itu. Dapat diartikan pula titik taut merupakan suatu hal atau keadaan yang
menyebabkan berlakunya suatu sistem hukum tertentu.4 Titik taut dibedakan menjadi dua
yaitu,

1. Titik Taut Primer (Primary Points of Contact)


Titik taut primer biasa disebut titik taut pembeda merupakan fakta-fakta
didalam sebuah perkara atau peristiwa hukum yang menunjukkan bahwa
peristiwa hukum itu mengandung unsur asing dank arena itu bahwa peristiwa
hukum yang dihadapi adalah peristiwa HPI dan bukan peristiwa hukum intern
atau fakta-fakta yang menentukan apakah suatu peristiwa atau hubungan
tertentu termasuk kategori HPI atau bukan. Faktor yang tergolong titik taut
primer berupa kewarganegaraan, bendera kapal, domisili, tempat kediaman,
kebangsaan badan hukum.

3
Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jilid Kedua Bagian Kedua (Buku 3),
Eresco, Bandung, 1988, hlm. 167.

4
Bayu Seto, Dasar-Dasar Hukum Perdata Internasional………, hlm.27.

Hukum Perdata Internasional 3


2. Titik Taut Sekunder (Secondary Points of Contact)
Titik taut sekunder biasa disebut titik taut penentu merupakan fakta-fakta
dalam perkara HPI yang akan membantu penentuan hukum manakah yang
harus diberlakukan dalam menyelesaikan perkara HPI. Jenis-jenis pertautan
yang dianggap dalam menentukan HPI, antara lain :
i. Bendera kapal
ii. Nasionalitas para pihak
iii. Domisili, tempat tinggal tetap, tempat asal orang atau badan
hukum
iv. Tempat benda terletak (situs)
v. Tempat dilakukannya perbuatan hukum (locus delicti)
vi. Tempat timbulnya perbuatan hukum (locus solutions)
vii. Tempat pelaksanaan perbuatan-perbuatan hukum resmi atau
perkawinan (locus celebrationis)
viii. Tempat gugatan perkara diajukan (locus forum)

Hukum Perdata Internasional 4


BAB III

PEMBAHASAN

A. Kasus

“Jun Myeon Kecelakaan, Baekhyun Ajukan Gugatan”

Byun Baekhyun dengan kawan-kawannya Mr. Dan Mrs. Kim Jun Myeon pergi untuk
berlibur ke Kanada pada tanggal 19 Februari 2018 dengan memakai mobil Kim Jun
Myeon. Mereka semua penduduk Rochester (New York). Waktu melewati propinsi
Ontario, mereka mengalami kecelakan yang menyebabkan Byun Baekhyun luka berat.

Sekembalinya ke New York, Byun Baekhyun melakukan tuntutan ganti rugi terhadap Kim
Jun Myeon berdasarkan “negligence” .

Pada waktu kecelakaan terjadi, di Ontario berlaku suatu “guest statue” yang pada
pokoknya menentukan bahwa orang-orang yang hanya merupakan guest tanpa bayaran
tidak dapat menuntut kompensasi apapun jika terjadi kecelakaan. Ketentuan sedemikian
tidak ada dalam perundang-undangan negara bagian New York.

Riva Dessthiana Suastha, CNN Indonesia / Selasa , 20/02/2018 22:18 WIB

Kasus Posisi

Byun Bekhyun bersama Kim Jun Myeon dan istrinya merupakan penduduk Rochester,
New York, pada tanggal 19 Februari 2018 pergi berlibur ke Kanada dengan mengendarai
mobil Jun Myeon yang dikemudikan sendiri oleh Jun Myeon. Waktu mereka melewati
propinsi Ontario, mobil Jun Myeon tidak bisa menguasai setirnya sehingga mobilnya
menabrak sebuah tembok. Sebagai akibat dari kecelakaan tersebut, Baekhyun menuntut
ganti kerugian kepada Jun Myeon berdasarkan kelalaian.

Pada waktu terjadi kecelakaan, di Ontario berlaku suatu “Guest Statue” yang menentukan
bahwa orang-orang yang hanya merupakan “guest”tanpa pembayaran tidak dapat
menuntut kompensasi apapun jika terjadi kecelakaan. Ketentuan yang demikian tidak ada
dalam perundang-undangan New York. Persoalan yang dihadapi adalah apakah kasus ini
termasuk kasus HPI dan hukum manakah yang digunakan untuk menangani kasus ini.

Hukum Perdata Internasional 5


B. Fakta-Fakta Kasus

Dari kasus diatas ditemukan fakta-fakta yaitu :

a. Jun Myeon merupakan pemilik mobil adalah tergugat berkewarganegaraan New


York, sedangkan Baekhyun merupakan penumpang adalah penggugat juga
berkewarganegaraan New York.
b. Mobil yamg ditumpangi adalah mobil yang terdaftar dan diasuransikan di New
York
c. Jun Myeon dan Baekhyun sepakat melakukan perjalanan untuk berlibur di Kanada
dan Baekhyun sebagai penumpang tamu
d. Tujuan perjalanan ke Ontario dan kembali ke New York
e. Diwilayah Ontario, Jun Myeon kehilangan kendali atas mobil yang dikendarainya
dan terjadi kecelakaan
f. Baekhyun mengalami cidera dalam kecelakaan akibat kelalaian Jun Myeon dalam
mengemudi dan harus mengeluarkan biaya perawatan yang cukup besar
g. Baekhyun mengajukan gugatan di Pengadilan New York dan menuntut ganti rugi
terhadap Jun Myeon atas dasar kelalaian
h. Jun Myeon memohon agar gugatan ditolak dengan alasan bahwa hukum yang
seharusnya berlaku adalah hukum Ontario

C. Kualifikasi

Dari kasus yang dialami oleh Jun Myeon dan Baekhyun dapat dikualifikasikan
sebagai perbuatan melawan hukum akibat kelalaian Jun Myeon yangmenyangkut masalah
ganti kerugian terhadap Baekhyun yang merasa dirugikan karena telah mengeluarkan
biaya perawatan yang besar akibat kecelakaan mobil yang dikendarai oleh Jun Myeon di
Ontario.

D. Titik Taut Primer

Berdasarkan kasus diatas, kasus tersebut dapat dikatakan sebagai kasus dari Hukum
Perdata Internasional karena adanya unsur asing dimana Jun Myeon dan Baekhyun yang
merupakan warga negara New York melakukan perjalanan ke Kanada yang melintasi
batas negara New York, kemudian saat melewati propinsi Ontario di wilayah Kanada

Hukum Perdata Internasional 6


terjadi perbuatan melawan hukum akibat kelalaian yang dilakukan oleh Jun Myeon. Unsur
asing pada kasus ini terdapat pada tempat terjadinya perbuatan melawan hukum di
Ontario.

E. Titik Taut Sekunder

Sesuai dengan penjelasan pada bab dua tentang kajian pustaka mengenai titik taut
sekunder, maka pada kasus yang menimpa Jun Myeon dan Baekhyun ini diketahui bahwa
titik taut sekundernya termasuk pada jenis Locus Delici atau menggunakan hukum dimana
perbuatan melawan hukum iu dilakukan.

Hukum Perdata Internasional 7


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kasus perdata internasional ini berawal dari kesepakatan Byun Baekhyun dan Kim
Jun Myeon yang merupakan warga negara New York melakukan perjalanan ke Kanada,
saat melewati propinsi Ontario wilayah Kanada terjadi kecelakaan mobil yang dikendarai
oleh Kim Jun Myeon karena kelalaiannya sehingga mengakibatkan cidera terhadap Byun
Baekhyun dan harus mengeluarkan biaya perawatan yang besar.

Karena merasa dirugikan akibat kelalaian Kim Jun Myeon, Byun Baekhyun
mengajukan sebuah gugatan terhadap Kim Jun Myeon. Dari kasus tersebut titik taut
primernya ada pada tempat terjadinya perbuatan melawan hukum itu dilakukan yaitu di
Ontario sebagai unsur asingnya karena New York dan Ontario melewati batas negara.

Titik taut sekunder pada kasus ini termasuk jenis locus delicti yang mana hukum yang
berlaku dalam kasus ini menggunakan hukum dimana perbuatan melawan hukum itu
dilakukan.

Hukum Perdata Internasional 8

Anda mungkin juga menyukai