Tergugat adalah PT. Loka Rahayu Plywood Industries, Badan Hukum yang didirikan dan dibentuk
berdasarkan hukum Indonesia, yang berkedudukan Jalan G.R. Djamin Datuk Baginda No. 53 Jambi, Indonesia.
Pada tahun 1998, dibuat kesepakatan antara Penggugat dan Tergugat tentang perjanjian jual beli mesin dan
spareparts untuk industri plywood. Penggugat bertindak sebagai penjual dan Tergugat bertindak sebagai pembeli.
Tata cara pembayaran yang disepakati yaitu secara angsuran. Penggugat telah melakukan pengiriman mesin-
mesinnya kepada Tergugat, namun Tergugat melakukan wanprestasi dengan tidak membayar angsuran, sehingga
Penggugat mengalami kerugian materil sebesar US $.2.695.863.28, immaterial sebesar US $.1.000.000,00.
Analisis
Dalam konteks hukum perdata internasional, kualifikasi perkara menjadi faktor penentu apakah suatu peristiwa hukum
termasuk dalam ruang lingkup hukum perdata internasional atau tidak. Faktor yang dilihat dalam hal ini adalah unsur
privat dari suatu perkara. Dalam kasus tersebut, kualifikasi perkara dilihat dari pelaksanaan perjanjian jual beli mesin
pabrik dan spareparts yang digunakan untuk industri plywood.
Dalam mengkategorikan suatu peristiwa hukum dalam hukum perdata internasional, Titik Taut Primer merupakan
aspek penting yang perlu diperhatikan. Titik Taut Primer adalah fakta-fakta dalam perkara atau peristiwa hukum yang
menunjukkan adanya unsur asing dalam peristiwa hukum tersebut, sehingga dapat dikategorikan sebagai bagian dari
hukum perdata internasional. Beberapa jenis Titik Taut Primer yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu
peristiwa hukum termasuk dalam ruang lingkup hukum perdata internasional, yaitu kewarganegaraan para pihak,
bendera kapal, domisili atau tempat kediaman seseorang, dan tempat kedudukan serta status badan hukum.
Adapun Titik Taut Primer yang menjadi pertimbangan dalam kasus ini adalah tempat kedudukan dan status badan
hukumnya. Para pihak dalam kasus ini terdiri dari Penggugat yang berkedudukan di Singapura dan didirikan
berdasarkan hukum Singapura, serta Tergugat yang berkedudukan di Jambi dan didirikan berdasarkan hukum
Indonesia. Oleh karena itu, terdapat unsur asing dalam perkaranya dan dapat dikategorikan sebagai perkara hukum
perdata internasional.
Faktor yang termasuk ke dalam Titik Taut Sekunder, yaitu
tempat dilaksanakan perjanjian (lex loci solutionis atau lex loci executionis)
tempat terletaknya benda yang menjadi objek perkara, yaitu di Jambi, Indonesia
Oleh karena itu, dalam proses litigasi yang berlangsung di Pengadilan Negeri Jambi, hukum yang akan digunakan adalah
hukum yang berlaku di Indonesia.