Anda di halaman 1dari 19

PUTUSAN

Nomor : 77/G/2020/PTUN.SMD

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda yang memeriksa, dan memutus Sengketa
Tata Usaha Negara pada tingkat pertama dengan acara biasa, telah menjatuhkan putusan yang
diajukan oleh :

PT. Cemerlang, suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Republik Indonesia,
berkantor di Menara Summitmas II Lt. 5, Kota Jakarta Selatan, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 12190 yang diwakili oleh Benjamin Hasiholan
Simanjuntak, warga negara Indonesia Pekerjaan Direktur Utama PT.
Cemerlang berdasarkan Surat Kuasa Direksi No. 13/KUASA/DIR/2020.
Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 12 September
2020 memberikan kuasa kepada:

1. Andre Y. Purba, S.H., LLM;


2. Yola Septian, S.H.;
3. Maya Priskilla W., S.H.

Kesemuanya merupakan Warga Negara Indonesia yang berprofesi


sebagai advokat dan konsultan hukum pada kantor hukum FKNK Law
Firm yang beralamat di Kemang Point Building, Lantai 1, Unit 104-105,
Jalan Kemang Raya No. 3, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, untuk
bertindak atas nama Penggugat;

Selanjutnya disebut sebagai………….PENGGUGAT ;

MELAWAN

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Dr. Ir. H. Isran Noor, M.Si berkedudukan di Jl. Bontang
Gemintang No.10, RT 07 RW.05, Kec. Samarinda Selatan, Kota
Samarinda, Kalimantan Timur. Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa
Khusus 31/G-PTUN/IX /2020 tanggal 27 September 2020 memberikan
kuasa kepada:

1. Veri Rianto Silitonga, S.H., M.Kn.


2. Nurul Qisthy Chumairoh, S.H., M.H.
3. Gusrianto, S.H., M.H.

Kesemuanya merupakan pejabat di kantor advokat Edith Law & Co


yang beralamat di Jl. Merdeka 3 No 51 RT 87 Sungai Pinang Dalam
Samarinda , Telp (028) 811988, untuk bertindak atas nama Tergugat

Selanjutnya disebut sebagai………….TERGUGAT.


Pengadilan Tata Usaha Samarinda tersebut;
Telah membaca:------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor: 25/PEN-DIS/


2020/PTUN.SMD, tanggal 15 September 2020 tentang Lolos Dismissal Proses;
2. Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor: 25/PEN-
MH/2020/PTUN.SMD, tanggal 15 September 2020 tentang Susunan Majelis Hakim;
3. Surat Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor: 25/G/2020/PTUN.SMD,
tanggal 15 September 2020 tentang Penunjukkan Panitera Pengganti dan Jurusita
Pengganti;
4. Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor:
25/PEN-PP/2020/PTUN.SMD, tanggal 16 September 2020 tentang Hari dan Tanggal
Pemeriksaan Persiapan;
5. Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor:
25/PEN-HS/2020/PTUN.SMD, tanggal 20 September 2020 tentang Hari dan Tanggal
Sidang Terbuka;
6. Gugatan Penggugat tanggal 23 September 2020;

7. Berkas perkara dan mendengar keterangan para pihak yang berperkara di Persidangan

TENTANG DUDUK SENGKETA

Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan gugatannya pada tanggal 23


September 2020 yang telah diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha
Negara Samarinda pada tanggal 29 September 2020, dengan register perkara Nomor:
77/GG/2020/PTUN.SMD, telah mengemukakan dalil-dalil sebagai berikut;

I. OBJEK SENGKETA

Yang menjadi objek sengketa Tata Usaha Negara (TUN) dalam gugatan ini adalah
Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) berupa Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur
No. 540/781/TSDM tertanggal 10 Agustus 2020 tentang berakhirnya izin usaha PT.
Cemerlang.

II. KEWENANGAN MENGADILI


Bahwa Objek sengketa a quo merupakan KTUN yang Konkret, Individual, dan Final.
1. Bahwa Pasal 1 Angka 10 UU PTUN menyatakan bahwa "Sengketa Tata Usaha Negara
adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau
badan hukum perdata dengan badan atau pejabat Tata Usaha Negara, baik di pusat
maupun di daerah sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara,
termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.”;
2. Bahwa Objek Sengketa a quo adalah Keputusan Tata Usaha Negara sesuai dengan
ketentuan Pasal 1 Angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
(selanjutnya disebut UU PTUN) yang berbunyi: “Keputusan Tata Usaha Negara adalah
suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara
yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.”;
3. Bahwa yang menjadi objek gugatan adalah Keputusan Tata Usaha Negara yang
ditetapkan oleh Tergugat sebagai Pejabat TUN yaitu Surat Keputusan Gubernur
Kalimantan Timur No. 540/781/TSDM tertanggal 10 Agustus 2020 tentang berakhirnya
izin usaha PT. Cemerlang;
4. Bahwa Pasal 87 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan (selanjutnya disebut UUAP) telah memperluas makna KTUN
sebagaimana dikemukakan dalam Angka 2 di atas yaitu bahwa KTUN harus dimaknai
sebagai: (a) Penetapan tertulis yang juga mencakup tindakan faktual, (b) Keputusan
Badan dan/atau pejabat Tata Usaha Negara di lingkungan eksekutif, legislatif,
yudikatif, dan penyelenggara Negara lainnya, (c) berdasarkan ketentuan perundang-
undangan dan AUPB, (d) Bersifat final dalam arti lebih luas, (e) Keputusan yang
berpotensi menimbulkan akibat hukum, dan/atau (f) Keputusan yang berlaku bagi
warga masyarakat;
5. Bahwa Objek sengketa yang diajukan dalam gugatan ini adalah Keputusan Tata Usaha
Negara sebagaimana dimaksud Pasal 1 Angka 9 UU PTUN dan Pasal 87 UU AP yang
berupa Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No. 540/781/TSDM tentang
berakhirnya izin usaha PT Cemerlang;
6. Bahwa Pasal 47 UU PTUN menyatakan "Pengadilan bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara". Pengadilan
yang dimaksud Pasal 47 tersebut dijelaskan di dalam Pasal 1 Angka 7 UU PTUN yaitu
"Pengadilan adalah Pengadilan Tata Usaha Negara dan Pengadilan Tinggi Tata Usaha
Negara di lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara”. Selanjutnya Pasal 50 UU PTUN
menyatakan "Pengadilan Tata Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa,
memutus, dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara di tingkat pertama”.
Ditambah, Pasal 54 ayat (1) UU PTUN menyatakan bahwa “Gugatan sengketa Tata
Usaha Negara diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang daerah hukumnya
meliputi tempat kedudukan tergugat”. Tergugat dalam hal ini merupakan Gubernur
Provinsi Kalimantan Timur Dr. Ir. H. Isran Noor, M.Si yang berkedudukan di Jl. Bontang
Gemintang No.10, RT 07 RW.05, Kec. Samarinda Selatan, Kota Samarinda, Kalimantan
Timur.
7. Bahwa KTUN objek sengketa yang diterbitkan oleh Tergugat merupakan objek gugatan
dalam sengketa TUN sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 1 Angka 9 UU PTUN
yaitu:
a. Tergugat adalah Badan atau Pejabat TUN yang melaksanakan urusan
Pemerintahan berdasarkan peraturan prundang-undangan yang berlaku
sehingga Tergugat merupakan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 8 UU PTUN;
b. Keputusan yang dikeluarkan Tergugat merupakan suatu putusan Tata Usaha
Negara yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 9
UU PTUN, dimana syarat-syarat tersebut adalah:
Konkret, yaitu objek yang diputuskan dalam Keputusan Tata Usaha Negara itu
tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan.
Dalam sengketa ini, objek gugatan yang diterbitkan oleh Tergugat berupa Surat
Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No. 540/781/TSDM tentang berakhirnya
izin usaha PT Cemerlang.
Individual, yaitu Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak ditujukan untuk
umum, tetapi kepada pihak tertentu baik alamat maupun hal yang dituju.
Dalam sengketa ini, objek gugatan ditujukan bagi subjek hukum PT. Cemerlang
yang berdomisili di Menara Summitmas II Lt. 5, Kota Jakarta Selatan, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta.
Final, yaitu sudah definitif dan dapat menimbulkan akibat hukum. Keputusan
yang masih memerlukan persetujuan instansi atasan atau instansi lain belum
bersifat final karenanya dapat menimbulkan suatu hak atau kewajiban pada
pihak yang bersangkutan.
Objek gugatan sudah definitif dan dapat menimbulkan akibat hukum berupa
hak dan/atau kewajiban bagi penerimanya, yakni PT. Cemerlang dan objek
gugatan tersebut sudah final dikarenakan tidak lagi memerlukan persetujuan
dari instansi atasan atau instansi lain.
Membawa Akibat Hukum, yaitu objek gugatan telah menimbulkan akibat
hukum bagi PT. Cemerlang karena PT. Cemerlang tidak lagi dapat
melaksanakan kegiatan pertambangan di Wilayah Izin Usaha Pertambangan.
8. Bahwa atas uraian yang telah disampaikan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut: (1) Bahwa Objek Sengketa yang diajukan dalam gugatan ini
merupakan Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud Pasal 1 Angka 9 UU
PTUN karena bersifat konkret, individual, final serat membawa akibat hukum dan juga
memenuhi pemaknaan KTUN yang diperluas oleh Pasal 87 UU AP; (2) Sengketa yang
diajukan oleh Penggugat merupakan Sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana
dimaksud Pasal 1 Angka 10 UU PTUN, karena Objek Sengketa memang dikeluarkan
oleh pejabat TUN yang berwenang, yaitu Gubernur Provinsi Kalimantan Timur; (3)
Tempat kedudukan Tergugat yang menjadi acuan dimana gugatan Tata Usaha Negara
harus didaftarkan berdasarkan Pasal 54 ayat 1 UU PTUN berada di Samarinda,
Kalimantan Timur;

9. Bahwa berdasarkan dasar-dasar dan alasan hukum sebagaimana telah diuraikan di


atas maka Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda berwenang untuk menerima,
memeriksa, dan memutus gugatan a quo;

III. TENGGANG WAKTU GUGATAN


1. Bahwa Objek Sengketa berupa Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No.
540/781/TSDM diterbitkan oleh Tergugat pada tanggal 10 Agustus 2020;
2. Bahwa Objek Sengketa tersebut diterima/diketahui oleh Penggugat pada tanggal 10
Agustus 2020;
3. Bahwa gugatan a quo diajukan pada tanggal 23 September 2020;

4. Bahwa oleh karena itu gugatan a quo yang diajukan masih dalam tenggang waktu
sebagaimana diatur di dalam Pasal 55 UU PTUN yaitu “Gugatan dapat diajukan hanya
dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterimanya atau
diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara”;

IV. KEPENTINGAN YANG DIRUGIKAN DAN KEPENTINGAN HUKUM PENGGUGAT


1. Penggugat merasa dirugikan akibat Keputusan Tata Usaha Negara berupa Surat
Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No. 540/781/TSDM tentang berakhirnya izin
usaha PT. Cemerlang yang diterbitkan oleh Tergugat pada tanggal 10 Agustus 2020
yang mengakibatkan Penggugat tidak dapat melanjutkan kegiatan usaha
pertambangannya. Izin usaha pertambangan diatur di dalam Pasal 1 Angka 7 Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
(selanjutnya disebut UU Minerba); “Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya
disebut IUP, adalah izin untuk melaksanakan Usaha Pertambangan.”;
2. Terkikisnya hak Penggugat untuk mempertahankan izin usaha pertambangannya
sebagaimana diatur di dalam Pasal 38 UU Minerba: “IUP diberikan kepada:
a. Badan Usaha;
b. Koperasi; atau
c. Perusahaan perseorangan.”
3. Bahwa Penggugat merupakan Badan Hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT) sesuai
dengan Legalitas Akta Pendirian Perseroan Terbatas (PT) No. 01/AD-ART/V/2013
tanggal 16 Mei 2013 serta Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM No. AHU-
0038944.AH.01.02 tanggal 17 April 2014;
4. Bahwa Penggugat merupakan suatu badan hukum perseroan yang bergerak di bidang
usaha pertambangan, dimana salah satu IUP Eksplorasinya terletak dan/atau meliputi
wilayah Desa Muara Ritan, Tabang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur;
5. Bahwa Penggugat memiliki Legal Standing yaitu Surat Keputusan Gubernur Kalimantan
Timur No. 335/999/TSDM yang berisi:
a. IUP Eksplorasi PT. Cemerlang seluas 25.000 Ha;
b. Komoditas pertambangan PT. Cemerlang sesuai dengan IUP yang diberikan adalah
batubara;
c. Lokasi eksplorasi meliputi wilayah Desa Muara Ritan, Tabang, Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur;
6. Bahwa Legal Standing Penggugat diperkuat dengan Surat Keputusan Gubernur
Kalimantan No. Timur 443/774/TSDM tentang perpanjangan izin usaha pertambangan
sampai dengan tahun 2023;
7. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka Penggugat merupakan badan hukum
perseroan yang berhak dan sah memiliki izin eksplorasi di wilayah Desa Muara Ritan,
Tabang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur seluas 25.000 Ha;
8. Bahwa berdasarkan Pasal 53 ayat (1) UU PTUN, “Seseorang atau badan hukum
perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha
Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang berisi
tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal
atau tidak sah dengan atau tanpa disertai untutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi";

9. Bahwa dengan demikian maka Penggugat telah memenuhi ketentuan Pasal 53 ayat (1)
UU PTUN dan oleh karena itu memiliki hak untuk mengajukan gugatan;

V. POSITA
1. Bahwa Penggugat merupakan suatu badan hukum perseroan yang bergerak di bidang
usaha pertambangan dimana salah satu IUP Eksplorasinya terletak dan/atau meliputi
wilayah Desa Muara Ritan, Tabang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur yang
didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 01/AD-ART/V/2013
tanggal 16 Mei 2013 dan telah memperoleh pengesahan oleh Kementerian Hukum dan
HAM Republik Indonesia berdasarkan SK Menkumham No. AHU0038944.AH.01.02 pada
tanggal 17 April 2014;
2. Bahwa Tergugat merupakan Pejabat Tata Usaha Negara yaitu Gubernur Kalimantan
Timur yang memiliki kewenangan untuk memberikan IUP, sebagaimana diatur di
dalam Pasal 37 UU Minerba;
3. Bahwa Pengguggat merupakan pemegang IUP Eksplorasi batubara berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No 335/999/TSDM yang berlaku hingga tahun
2020, sebagaimana diatur dalam Pasal 38 dan Pasal 47 ayat (5) UU Minerba;
4. Bahwa dikarenakan akan dilakukannya penataan ulang denah pertambangan pada
tahun 2018 oleh Tergugat, dimana hal tersebut akan mempengaruhi kegiatan
pertambangan Penggugat, maka Penggugat mengajukan perpanjangan IUP hingga
tahun 2023 kepada Tergugat;
5. Bahwa Tergugat, berdasarkan kewenangannya sebagaimana diatur di dalam Pasal 37
dan Pasal 47 ayat (5) UU Minerba, telah menyetujui perpanjangan IUP yang diajukan
oleh Penggugat dengan menerbitkan Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No.
443/774/TSDM;
6. Bahwa kemudian pada tanggal 10 Agustus 2020 Tergugat menerbitkan Objek
Sengketa yang mengakibatkan berakhirnya IUP PT. Cemerlang;
7. Bahwa penerbitan Objek Sengketa yang berakibat dicabutnya IUP PT. Cemerlang
haruslah memenuhi salah satu dari tiga unsur sebagaimana diatur di dalam Pasal 119
UU Minerba, yang berbunyi:
“IUP atau IUPK dapat dicabut oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya apabila:
a. pemegang IUP atau IUPK tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam IUP
atau IUPK serta ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pemegang IUP atau IUPK melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini; atau;
c. pemegang IUP atau IUPK dinyatakan pailit.”
8. Bahwa Penggugat tidak memenuhi salah satu unsur di dalam Pasal 119 UU Minerba
sebagaimana yang dimaksud dalam Paragraf (8) Bagian ini, sehingga penerbitan Objek
Sengketa yang mengakibatkan dicabutnya IUP PT. Cemerlang tidak memiliki dasar
hukum dan merupakan suatu tindakan sewenang-wenang sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c jo Pasal 18 ayat (3) huruf a UUAP;
9. Bahwa Objek Gugatan yang diterbitkan Tergugat melalui SK No. 540/781/TSDM
tertanggal 10 Agustus 2020 telah melanggar ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan:
a. Pasal 17A ayat (2) dan (3), dimana Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
menjamin tidak ada perubahan pemanfaatan ruang dan kawasan Wilayah Izin
Usaha Pertambangan (WIUP) mineral logam dan batubara yang telah ditetapkan
serta menjamin penerbitan perizinan lain yang diperlukan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan Usaha Pertambangan pada WIUP Mineral logam dan WIUP
Batubara yang telah ditetapkan sepanjang telah memenuhi persyaratan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Pasal 58 huruf a Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 11
Tahun 2018 Tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, dan Pelaporan Pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara dimana Pemegang IUP atau
IUPK berhak: a. melakukan kegiatan usaha pertambangan pada WIUP atau
WIUPK-nya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

10. Bahwa karena penerbitan Objek Sengketa oleh Tergugat merupakan tindakan
sewenang-wenang maka sudah seharusnya keputusan tersebut dibatalkan atau
dinyatakan tidak sah sebagaimana ketentuan Pasal 19 ayat (1) UUAP;

VI. PERMOHONAN PENUNDAAN


1. Bahwa Objek Sengketa telah dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2020 dan akan
sangat merugikan Penggugat apabila terus berlaku sehingga ada keadaan yang
mendesak;
2. Bahwa Pasal 67 ayat (2) UU PTUN menyatakan “Penggugat dapat mengajukan
permohonan agar pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara itu ditunda selama
pemeriksaan sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan, sampai ada putusan
Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap”. Adapun dasar untuk
mengabulkan permohonan penundaan yang diatur di dalam Pasal 67 ayat (4) UU PTUN
yaitu “apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang mengakibatkan
kepentingan Penggugat sangat dirugikan jika Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat itu tetap dilaksanakan”;
3. Bahwa apabila Objek Sengketa dilaksanakan maka Penggugat akan sangat dirugikan
termasuk mendapati keadaan yang sulit untuk dikembalikan/dipulihkan seperti
keadaan semula;

4. Bahwa oleh karena itu Penggugat memohon kepada Majelis Hakim agar berkenan
menjatuhkan putusan penundaaan sesegera mungkin. Setidak-tidaknya selama proses
hukum ini berjalan sampai berkekuatan hukum tetap ( inkracht), Penggugat dapat
menghindari kerugian-kerugian yang telah diuraikan di atas apabila penundaan Objek
Sengketa dikabulkan;

VII. PETITUM
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, Penggugat memohon agar Majelis Hakim
memutus a quo dengan putusan sebagaimana berikut:
DALAM PENUNDAAN:
1. Mengabulkan Permohonan Penundaan yang diajukan Penggugat.
2. Mewajibkan Tergugat untuk menunda pelaksanaan Surat Keputusan Gubernur
Kalimantan Timur No. 540/781/TSDM tertanggal 10 Agustus 2020 tentang berakhirnya
izin usaha PT. Cemerlang sampai adanya putusan yang memiliki kekuatan hukum
tetap.
DALAM POKOK PERKARA:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No.
540/781/TSDM tentang Pembatalan IUP PT. Cemerlang.
3. Memerintahkan Tergugat untuk mencabut Surat Keputusan Gubernur Kalimantan
Timur No. 540/781/TSDM tentang Pembatalan IUP PT. Cemerlang.
4. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara.

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut Kuasa Tergugat telah


mengajukan jawaban pada tanggal 10 Oktober 2020 pada pokoknya sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:

1. GUGATAN KABUR (OBSCUUR LIBEL)


a. Bahwa di dalam gugatan yang diajukan Penggugat tidak disebutkan identitas
nama dari Tergugat sehingga gugatan menjadi tidak jelas.
Menurut Pasal 56 ayat (1) UU PTUN, gugatan harus memuat:
 Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan penggugat, atau
kuasanya;
 Nama, jabatan, dan tempat kedudukan tergugat;
 Dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh pengadilan.
b. Bahwa gugatan yang diajukan Penggugat tidak memiliki dasar hukum yang jelas
dikarenakan Penggugat menggunakan suatu dasar hukum yang belum berlaku
pada waktu yang disengketakan (Asas Legalitas). Dasar hukum yang dijadikan
dasar gugatan oleh Penggugat adalah Pasal 17A ayat (2) dan ayat (3) UU Minerba
yang baru disahkan pada tanggal 13 Mei 2020, sedangkan penataan ulang denah
pertambangan dilakukan pada tahun 2018.
c. Bahwa penataan ulang denah pertambangan tersebut diperbolehkan dan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sah pada saat
itu.
d. Bahwa Penggugat dalam gugatannya tidak secara jelas menyebutkan kerugian apa
yang dialami, atau seberapa besar kerugian yang dialaminya, atau setidak-
tidaknya menyebutkan keadaan apa yang sulit untuk dikembalikan/dipulihkan
berkaitan dengan diberlakukannya Objek Gugatan.
e. Bahwa berdasarkan fakta-fakta di atas, maka terbukti dan meyakinkan bahwa
gugatan Penggugat kabur, tidak jelas, atau obscuur libel. Oleh karena itu Tergugat
memohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara a quo untuk
menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima ( Niet onvakelijke
verklaard/NO).

DALAM POKOK PERKARA:

1. Bahwa Tergugat mengeluarkan Objek Gugatan yaitu Surat Keputusan Gubernur


Kalimantan Timur Nomor 540/781/TSDM tanggal 10 Agustus 2020 telah sesuai dengan
peraturan perundan-undangan.
2. Bahwa Objek Gugatan tidak melanggar peraturan perundang-undangan karena Surat
Keputusan tentang berakhirnya izin usaha pertambangan Penggugat sudah sesuai dan
berkaitan langsung dengan rencana penataan ulang denah pertambangan yang telah
diumumkan melalui Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Pemerintah Provinsi
Kalimantan Timur dan telah diketahui oleh masyarakat pada tahun 2018.
3. Bahwa rencana penataan ulang denah pertambangan tersebut telah diumumkan
melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi
Kalimantan Timur Nomor 299/7634-MINERBA/DESDM.
4. Bahwa Tergugat dalam mengeluarkan Objek Sengketa berupa Surat Keputusan Nomor
540/781/TSDM telah sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik
sebagaimana diatur di dalam Pasal 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang
Administrasi Pemerintahan (UUAP).
5. Bahwa Tergugat telah memenuhi Asas Kepastian Hukum dimana Objek Gugatan serta
Surat Keputusan Kepala Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Timur Nomor 299/7634-
MINERBA/DESDM tentang Penataan Ulang Denah Pertambangan tahun 2018
merupakan landasan hukum yang sah dari pengakhiran usaha pertambangan PT.
Cemerlang.
6. Bahwa Tergugat telah memenuhi Asas Kemanfaatan dimana pengakhiran usaha
pertambangan PT. Cemerlang sudah atas pertimbangan yang matang akan manfaat
sesuai yang telah diatur di Pasal 10 UUAP.
7. Bahwa Tergugat telah memenuhi Asas Ketidakberpihakan dengan Surat Keputusan
tersebut telah dirancang dan diterbitkan dengan mempertimbangkan kepentingan para
pihak secara keseluruhan dan tidak diskriminatif.
8. Bahwa Tergugat telah memenuhi Asas Kecermatan dimana Surat Keputusan tersebut
telah didasarkan pada informasi dan dokumen yang lengkap untuk mendukung
legalitas penetapan dan/atau pelaksanaan Keputusan, setidak-tidaknya yaitu Surat
Keputusan Kepala Dinas ESDM Provinsi Kalimantan Timur Nomor 299/7634-
MINERBA/DESDM tentang Penataan Ulang Denah Pertambangan tahun 2018.
9. Bahwa Tergugat telah memenuhi memenuhi Asas Tidak Menyalahgunakan
Kewenangan dimana Surat Keputusan tersebut telah diterbitkan oleh Gubernur
Kalimantan Timur sebagai Pejabat Pemerintahan yang memiliki kewenangan dalam
mengambil Keputusan dan/atau Tindakan.
10. Bahwa Tergugat telah memenuhi Asas Keterbukaan dimana Surat Keputusan tersebut
telah diumumkan secara jelas dan dapat diakses oleh seluruh kalangan masyarakat di
Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.
11. Bahwa Tergugat telah memenuhi Asas Kepentingan Umum dimana Surat Keputusan
tersebut mendahulukan kesejahteraan dan kemanfaatan umum dengan cara yang
aspiratif, akomodatif, selektif, dan tidak diskriminatif.

Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut maka Tergugat memohon kepada Majelis Hakim
dalam perkara a quo agar berkenan memerikas dan mengadili putusan sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI:

1. Menerima eksepsi Tergugat.


2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima

DALAM POKOK PERKARA:

1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya.


2. Menyatakan Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No. 540/781/TSDM
tertanggal 10 Agustus 2020 tentang berakhirnya izin usaha PT. Cemerlang yang
dikeluarkan oleh Tergugat sah.

3. Menghukum Penggugat membayar biaya perkara.

Menimbang, bahwa terhadap Jawaban Tergugat, pihak Penggugat telah mengajukan


Replik pada tanggal 17 Oktober 2020, dan terhadap Replik tersebut Tergugat telah mengajukan
Duplik pada tanggal 22 Oktober 2020;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya, Penggugat telah
menyerahkan buktu tertulis berupa fotokopi surat yang telah dilegalisir dan dibebani meterai
cukup, serta telah diperiksa dan dicocokkan dengan aslinya atau fotokopi pembandingnya oleh
Majelis Hakim yaitu sebagai berikut:

1. Fotokopi Surat Kuasa Direksi No. 13/KUASA/DIR/2020, yang menerangkan bahwa Sdr.
Benjamin Hasiholan Simanjuntak telah ditunjuk secara sah oleh Direksi PT. Cemerlang
sebagai Legal Division, yang memberikan kewenangan kepada Sdr. Benjamin
Hasiholan Simanjuntak untuk melakukan segala tidakan hukum mewakili PT.
Cemerlang, selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-1;
2. Fotokopi Akta Pendirian Perseroan Terbatas (PT) No. 01/AD-ART/V/2013 tanggal 16
Mei 2013, menerangkan bahwa Penggugat merupakan Badan Hukum yang legal secara
hukum serta memiliki hak dan kewajiban hukum, termasuk hak untuk mengajukan
gugatan, selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-2;
3. Fotokopi Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM No. AHU-0038944.AH.01.02
tanggal 17 April 2014, menerangkan bahwa telah disahkannya Akta Pendirian
Perseroan Terbatas (PT) No. 01/AD-ART/V/2013 oleh Kementerian Hukum dan HAM,
selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-3;
4. Fotokopi Surat Izin Mendirikan Bangunan PT. Cemerlang, menerangkan membuktikan
bahwa lokasi yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Penggugat telah
sesuai dengan penggunaan tata ruang wilayah. Surat ITR ini dikeluarkan oleh Dinas
Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Timur, selanjutnya bukti surat
tersebut diberi tanda P-4;
5. Fotokopi Dokumen UKL-UPL Pertambangan Penggugat, menerangkan bahwa
Penggugat telah memiliki dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan yang merupakan prasyarat izin Usaha Pertambangan. UKL-
UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan,
selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-5;
6. Fotokopi AMDAL PT Cemerlang, menerangkan bahwa Penggugat telah memenuhi
prasyarat melakukan kegiatan usaha izin pertambangan. Amdal merupakan kajian
mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan dan merupakan salah satu prasyarat
memperoleh Izin Usaha Pertambangan, selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-
6;
7. Fotokopi Izin Lingkungan PT. Cemerlang, menerangkan bahwa Penggugat telah
memenuhi syarat Izin Usaha Pertambangan karena telah memiliki Izin Lingkungan,
selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-7;
8. Fotokopi Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No. 335/999/TSDM,
menerangkan bahwa Penggugat memiliki izin usaha pertambangan (IUP) sejak tahun
2017 hingga tahun 2020, selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-8;
9. Fotokopi Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No. 443/774/TSDM,
menerangkan bahwa pengajuan perpanjangan IUP oleh Penggugat sampai dengan
tahun 2023 telah disetujui oleh Gubernur Kalimantan Timur dengan dikeluarkannya SK
No. 443/774/TSDM, selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-9.

Menimbang, bahwa selain surat-surat bukti tersebut Penggugat juga mengajukan 3


(tiga) orang saksi yang memberikan keterangan dibawah sumpah sebagai berikut:

1. Saksi Bapak Joko Susilo:


 Bahwa saksi merupakan Staff PT. Cemerlang yang diberi mandat oleh Direktur
PT Cemerlang untuk mengurus izin perpanjangan PT Cemerlang pada Tahun
2018;
 Bahwa saksi telah menyerahkan segala persyaratan terkait dengan
perpanjangan usaha pertambangan PT Cemerlang kepada Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kalimantan Timur yang
meliputi:
1) Surat permohonan:
2) SK IUP Operasi Produksi sebelumnya;
3) Fotokopi akta pendirian dan/atau perubahan badan usaha;
4) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
5) Fotokopi Surat Izin Usaha Pertambangan (SIUP);
6) Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan;
7) Profil badan usaha;
8) Surat Keterangan Domisili;
9) Laporan Akhir Kegiatan Operasi Produksi;
10) Peta Wilayah Izin Usaha Pertambangan serta daftar koordinat;
11) Dokumen Persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB);
12) Laporan keuangan tahun terakhir;
13) Fotokopi sertifikat clear and clean dari Kementerian ESDM;
14) Laporan Neraca Sumber Daya dan Cadangan;
15) Laporan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan;
16) Bukti penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Pajak
Penghasilan badan dan karyawan selama dua tahun terakhir;
17) Bukti pelunasan Iuran Tetap;
18) Bukti pelunasan royalti (logam dan batubara) atau pelunasan retribusi
(bukan logam dan batuan);
19) Softcopy hasil scan seluruh kelengkapan dokumen dalam bentuk
compact disk.
2. Saksi Ibu Tri Widyati:
 Bahwa telah diterima seluruh berkas persyaratan perpanjangan usaha
pertambangan PT Cemerlang dan telah memeriksa kelengkapan serta
memverifikasi dokumen persyaratan.
3. Saksi Bapak Kasino Jawardi, S.H.:
 Bahwa PT. Cemerlang telah mengurus Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan
PT Cemerlang pada tahun 2018, dan telah mendapatkan persetujuan dari
warga setempat;
 Bahwa PT. Cemerlang telah melakukan sosialisasi terkait dengan perpanjangan
Izin Usaha Pertambangan PT Cemerlang kepada Warga Desa Muara Ritan.

Menimbang, bahwa Penggugat juga mengajukan 1 (satu) orang Ahli bernama Dr. John
Sajri Bagyo, S.T., M.T. yang dibawah sumpah memberikan pendapat sebagai berikut:

 Bahwa Ahli merupakan seorang Ahli dibidang Pertambangan;


 Bahwa Ahli diminta untuk menyampaikan beberapa masalah hukum terkait
dengan bidang pertambangan;
 Bahwa Ahli menyatakan di wilayah pertambangan PT. Cemerlang memang
terdapat batu bara dan telah memenuhi kriteria Penyusunan Rencana
Penetapan Wilayah Usaha Pertambangan sebagaimana diatur dalam Pasal 20
Ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010;
 Bahwa menurut pendapat Ahli etak geografis wilayah pertambangan PT.
Cemerlang telah sesuai peruntukannya untuk dilakukan kegiatan eksplorasi
tambang batu bara. Di samping itu juga lokasi pertambangan PT. Cemerlang
telah memiliki kaidah konservasi yang mengarahkan kepada pendekatan jangka
panjang dan bijaksana untuk mengembangkan dan memanfaatkan bahan
galian tambang;
 Bahwa wilayah pertambangan PT. Cemerlang juga telah memiliki daya dukung
lingkungan hidup yang baik. Hal ini terbukti bahwa sejak tahun 2017 PT.
Cemerlang menjalankan kegiatan usahanya belum ada keluhan/kritikan terkait
kerusakan lingkungan di sekitar wilayah pertambangan oleh warga setempat.
Optimalisasi sumber daya mineral dan/atau batubara yang telah dilakukan oleh
pihak PT. Cemerlang telah berjalan dengan sangat baik serta pembuangan
limbah telah sesuai dengan prosedur serta tata cara yang sesuai sehingga tidak
mencemari pemukiman sekitar milik warga.

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil jawabannya, Tergugat telah


menyerahkan bukti tertulis berupa fotokopi surat yang telah dilegalisir dan dibebani meterai
cukup, serta telah diperiksa dan dicocokkan dengan aslinya atau fotokopi pembandingnya oleh
Majelis Hakim yaitu sebagai berikut:

1. Fotokopi Keputusan Presiden Nomor 420/P Tahun 2016, menerangkan bahwa Sdr. Dr.
Ir. H. Isran Noor, M.Si telah dilantik secara sah oleh Presiden Republik Indonesia
sebagai Gubernur Provinsi Kalimantan Timur, selanjutnya bukti surat tersebut diberi
tanda T-1;
2. Fotokopi Surat Keputusan Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi
Kalimantan Timur Nomor 299/7634-MINERBA/DESDM, menerangkan bahwa Dinas
ESDM telah mengumumkan penataan ulang denah pertambangan pada tahun 2018, ,
selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda T-2;
3. Fotokopi Peta Wilayah Penataan Ulang Denah Pertambangan, menerangkan lokasi
penataan ulang denah pertambangan dan lokasi tambang milik Penggugat yang juga
termasuk dalam lokasi penataan ulang, selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda T-
3.

Menimbang, bahwa selain surat-surat bukti tersebut Tergugat juga mengajukan 2


(dua) orang saksi yang memberikan keterangan dibawah sumpah sebagai berikut:

1. Saksi Reiner Subagyo, S.T.:


 Bahwa PT. Cemerlang tidak melakukan kegiatan pasca tambang/reklamasi yang
menyebabkan degradasi kualitas lingkungan hidup di wilayah Desa Muara
Ritan, Tabang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
2. Saksi Jaswadi Ali Sera, S.H.,:
 Bahwa ketersediaan air tanah di wilayah Desa Muara Ritan, Tabang, Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur sebagai sumber utama air bersih bagi warga
setempat berkurang secara drastis akibat tidak dilaksanakannya kegiatan pasca
tambang/reklamasi oleh PT. Cemerlang.

Menimbang, bahwa Penggugat juga mengajukan 1 (satu) orang Ahli bernama Dr. Aru
Dewangga, S.Si., M.Si. yang dibawah sumpah memberikan pendapat sebagai berikut:
 Bahwa Ahli merupakan seorang Ahli dibidang Penelitian dan Lingkungan;
 Bahwa Ahli diminta untuk menyampaikan beberapa masalah hukum terkait
dengan bidang pertambangan;
 Bahwa berdasarkan hasil penelitian Ahli di Wilayah Pertambangan Batubara PT.
Cemerlang ditemukan adanya lubang-lubang operasi tambang dan kadar air
tanah yang sangat rendah akibat PT. Cemerlang yang tidak memenuhi prinsip
pengelolaan lingkungan hidup pertambangan sebagaimana disebutkan dalam
ketentuan Pasal 20 ayat (2), dan Pasal 22 Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah
Teknik Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan
Batubara;
 Bahwa dari hasil sampel lokasi penelitian di Wilayah Pertambangan Batubara
PT. Cemerlang, kadar air tanah terutama air tanah freatis memiliki kadar yang
sangat rendah akibat kurangnya vegatasi di permukaan tanah akibat tidak
dipenuhinya kewajiban reklamasi oleh PT. Cemerlang. Perubahan topografi
wilayah Desa Muara Ritan, Tabang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur juga
berpotensi meningkatkan kerentanan wilayah terhadap bencana alam seperti
gempa bumi akibat runtuhan bekas galian, longsor, dan genangan air yang
berbahaya bagi warga setempat ketika musim penghujan;
 Bahwa dari seluruh hasil penelitian di Desa Muara Ritan, Tabang, Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur, operasional PT. Cemerlang tidak sesuai dengan
ketentuan Pasal 96 dan 141 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, yang mengarahkan kepada pendekatan
jangka panjang dan bijaksana untuk mengembangkan dan memanfaatkan
bahan galian tambang.

Menimbang, bahwa para pihak telah mengajukan kesimpulannya masing-masing pada


persidangan yang dilakukan tanggal 30 Oktober 2020;
Menimbang, bahwa segala sesuatu yang belum tercatat dalam Putusan ini, tercatat
dalam berita acara pemeriksaan persiapan dan persidangan perkara a quo, dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari putusan ini;
Menimbang, bahwa para pihak tidak mengajukan apa-apa lagi dan selanjutnya mohon
Putusan;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagaimana


terurai dalam Surat Gugatannya tanggal 23 September 2020, yang selengkapnya telah
diuraikan dalam bagian “Tentang Duduk Sengketa” Putusan ini;
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim membaca dan mencermati jalannya
persidangan, maka yang menjadi Objek Sengketa dalam perkara a quo adalah Surat Keputusan
Nomor 540/781/TSDM tentang Pencabutan Izin Usaha Pertambangan PT Cemerlang tertanggal
10 Agustus 2020;
Menimbang, bahwa selain mengajukan bantahan terhadap dalil-dalil gugatan
Penggugat, Tergugat juga telah mengajukan eksepsi, sehingga sebelum mempertimbangkan
mengenai pokok sengketanya terlebih dahulu Majelis Hakim akan mempertimbangkan eksepsi
yang diajukan oleh Tergugat sebagai berikut:

DALAM EKSEPSI:
Menimbang, bahwa pihak Tergugat telah menanggapi gugatan Penggugat dengan
mengajukan eksepsi yang tersurat dalam Jawabannya yang isi selengkapnya telah diuraikan di
bagian “Tentang Duduk Sengketa” Putusan ini, sehingga dalam pertimbangan hukum ini Majelis
Hakim tidak akan menguraikan lagi secara lengkap alasan-alasan yang terkandung dalam
eksepsi-eksepsi dari Tergugat tersebut melainkan hanya pokok-pokoknya saja;
Menimbang, bahwa dari uraian materi eksepsi yang disampaikan oleh Tergugat, pada
pokoknya eksepsi Tergugat tersebut merupakan Eksepsi Gugatan Penggugat Kabur/Tidak Jelas
(Obscuur libel) dikarenakan tidak jelas identitas Tergugat, tidak jelas dasar hukum gugatan
Penggugat, dan tidak jelas kerugian yang dialami oleh Penggugat akibat diterbitkannya Objek
Sengketa;
Menimbang, bahwa terhadap eksepsi yang diajukan oleh Tergugat tersebut, Penggugat
di dalam Repliknya menolak eksepsi Tergugat yang menurut Majelis Hakim pada pokoknya
sebagai berikut:

1. Gugatan Penggugat tidak salah alamat;


2. Gugatan telah jelas dan berdasar;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mencermati eksepsi yang diajukan oleh
Tergugat di atas, Majelis Hakim akan mempertimbangkan terlebih dahulu eksepsi Tergugat
yang menyatakan bahwa gugatan tidak menyebutkan secara jelas identitas nama tergugat;
Menimbang, bahwa menurut Pasal 56 Undang-Undang No. 5/1986 menyatakan
“Gugatan harus memuat:

a. nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan penggugat, atau kuasanya;


b. nama , jabatan, dan tempat kedudukan tergugat;
c. dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh Pengadilan.”

Menimbang bahwa dalam kasus ini penggunaan nama jabatan dinilai sudah sangat
tepat, mengingat bahwasanya gugatan ini ditujukan kepada Gubernur Kalimantan Timur yang
dalam hal ini merupakan Pejabat Tata Usaha Negara.
Menimbang, bahwa Berdasarkan Pasal 1 angka 8 UU PTUN menyatakan: “Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang melaksanakan urusan
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku” ;
Menimbang, bahwa Penggugat dalam gugatannya menggugat pejabat yang
mengeluarkan Surat Keputusan No. 540/781/TSDM sebagai Objek Sengketa;
Menimbang, bahwa pejabat yang mengeluarkan Surat Keputusan No. 540/781/TSDM
merupakan Gubernur Provinsi Kalimantan Timur sehingga penyebutan Gubernur Kalimantan
Timur sudah cukup dan tepat;
Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan tersebut di atas maka Majelis Hakim
berpendapat terhadap pertimbangan mengenai tidak jelasnya identitas Tergugat di dalam
gugatan tidaklah beralasan hukum dan harus dinyatakan ditolak;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan perihal
gugatan Penggugat tidak memiliki dasar hukum yang jelas;
Menimbang, bahwa gugatan Penggugat telah kabur/tidak jelas ( obscuur libel), karena
alasan yang diuraikan Penggugat dalam gugatannya tidak jelas dasar hukumnya. Bahwa dalam
hal ini Penggugat menggunakan dasar hukum yang belum berlaku pada saat kejadian (Asas
Legalistas) sehingga dalam hal ini telah melanggar Asas Legalitas;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Asas Legalitas Menurut Kitab Undang
Undang Hukum Pidana (KUHP), makna Asas Legalitas ini seperti disebutkan dalam Pasal 1 Ayat
(1) KUHP bahwa: “Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan
perundang-undangan pidana yang telah ada”. Hal ini sesuai dengan adegium yang berbunyi
non obligat lex nisi promulgate yang berarti suatu hukum tidak mengikat kecuali telah
diberlakukan.
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan obscuur libel, menurut M. Yahya Harahap
dalam bukunya Hukum Acara Perdata: tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian,
dan Putusan Pengadilan, adalah surat gugatan Penggugat tidak terang atau isinya gelap
(onduidelijk), disebut juga formulasi gugatan yang tidak jelas, agar gugatan dianggap
memenuhi syarat formil, dalil gugatan harus terang dan jelas atau tegas ( duidelijk);
Menimbang, bahwa dalam Gugatan yang diajukan oleh Penggugat menggunakan
Dasar Hukum yaitu Pasal 17A ayat (2) dan (3) UU Minerba yang menyatakan :
(2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin tidak ada perubahan
pemanfaatan ruang dan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada WIUP
Mineral logam dan WIUP Batubara yang telah ditetapkan.
(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin penerbitan perizinan lain
yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan Usaha Pertambangan pada
WIUP Mineral logam dan WIUP Batubara yang telah ditetapkan sepanjang telah
memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Menimbang, bahwa UU Minerba yang digunakan oleh Penggugat adalah Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2020, yang baru berlaku pada Bulan Mei Tahun 2020;
Menimbang, bahwa diadakannya penataan ruang pada tahun 2018 terjadi jauh
sebelum Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 ini diberlakukan dan disahkan, sehingga
diadakannya penataan ruang oleh Tergugat tidak bertentangan dengan hukum;
Menimbang bahwa dalam hal ini penggugat menggunakan dasar hukum yang belum
berlaku pada saat kejadian (Asas Legalistas) sehingga gugatan Penggugat telah kabur/ tidak
jelas (obscuur libel);
Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan tersebut di atas maka Majelis Hakim
berpendapat terhadap keberatan (eksepsi) dari Tergugat melalui Kuasa Hukumnya tersebut
mengenai gugatan Penggugat kabur (obscuur libel) karena dasar hukum gugatan tidak jelas
sangatlah beralasan hukum dan dinyatakan dikabulkan;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan perihal
gugatan Penggugat tidak jelas mengenai kerugian yang dialami akibat diterbitkannya Objek
Sengketa;
Menimbang, bahwa menurut Pasal 8 nomor 3 Reglement of de Rechtsvordering (RV),
apabila suatu gugatan mengandung kecacatan baik formil maupun materiil, maka gugatan
tersebut akan ditolak atau tidak dapat diterima.
Menimbang, bahwa menurut M. Yahya Harahap (hal. 51-67) hal-hal penting yang
dirumuskan dalam gugatan meliputi syarat formil dan syarat materiil;
Menimbang, bahwa syarat materiil sebagaimana dijelaskan oleh M. Yahya Harahap
adalah gugatan harus memiliki dasar gugatan ( fundamentum petendi) dan tuntutan (petitum)
penggugat yang nantinya diputuskan oleh hakim berdasarkan gugatan atau dasar gugatan
tuntutan tersebut;
Menimbang, bahwa dalam gugatan Penggugat tidak secara terang menjelaskan
mengenai kerugian yang dialaminya, dan sejauh apa kerusakan yang diakibatkan oleh terbitnya
Objek Sengketa a quo sehingga gugatan menjadi kabur/tidak jelas (obscuur libel);
Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan tersebut di atas maka Majelis Hakim
berpendapat terhadap keberatan (eksepsi) dari Tergugat melalui Kuasa Hukumnya tersebut
mengenai gugatan Penggugat kabur ( obscuur libel) karena tidak jelasnya kerugian yang dialami
Penggugat akibat diterbitkannya Objek Sengketa a quo sangatlah beralasan hukum dan
dinyatakan dikabulkan;

Menimbang, bahwa dari pertimbangan hukum oleh Majelis Hakim tersebut di atas
mengenai keberatan (eksepsi) Tergugat atas gugatan Penggugat yang kabur/tidak jelas
(obscuur libel) telah dikabulkan, maka Majelis Hakim menimbang bahwa surat gugatan
Penggugat tidak memenuhi syarat materiil yaitu gugatan tersebut tanpa disertai dengan dasar
hukum yang jelas sebagaimana ketentuan yang telah diatur;

DALAM POKOK PERKARA:


Menimbang, bahwa oleh karena keberatan (eksepsi) dari Tergugat mengenai gugatan
Penggugat kabur (obscuur libel) dapat dibenarkan dan dikabulkan, maka dengan demikian
Majelis Hakim tidak perlu untuk mempertimbangkan pokok perkaranya dalam arti pemeriksaan
substansi materi gugatan Penggugat tidak perlu dipertimbangkan lebih lanjut, sehingga
gugatan Penggugat harus dinyatakan tidak dapat diterima ( Niet ontvankelijke verklaard);
Menimbang, bahwa selanjutnya Pengadilan mempertimbangkan terkait dengan
permohonan penundaan pelaksanaan objek sengketa sebagai berikut;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat dinyatakan tidak diterima maka
terhadap permohonan penundaan pelaksanaan Objek Sengketa tidak relevan lagi untuk
dipertimbangkan dan permohonan penundaan pelaksanaan Objek Sengketa oleh Penggugat
patut dinyatakan ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat dinyatakan tidak diterima, maka
sesuai dengan ketentuan Pasal 110 dan Pasal 112 UU PTUN Penggugat dibebankan untuk
membayar biaya yang timbul dalam sengketa ini, yang besarnya akan ditetapkan dalam amar
putusan di bawah ini;
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dalam
pemeriksaan persidangan tanpa tergantung pada fakta dan hal-hal yang diajukan oleh Para
Pihak, maka sesuai ketentuan Pasal 107 UU PTUN, Majelis Hakim menentukan apa yang harus
dibuktikan, beban pembuktian, serta penilaian pembuktian. Atas dasar hal tersebut terhadap
semua alat-alat bukti yang diajukan oleh Para Pihak menjadi bahan pertimbangan, namun
untuk mengadili dan memutus sengketanya hanya digunakan alat-alat bukti yang relevan dan
terhadap alat bukti selebihnya tetap dilampirkan menjadi satu kesatuan dengan berkas
perkaranya;

Memperhatikan pasal-pasal dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1986 yang telah


diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004, dan terakhir diubah dengan Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 2009, serta peraturan perundang-undangan lainnya berkaitan dengan
perkara ini:

MENGADILI

DALAM PENUNDAAN:

- Menolak Permohonan Penundaan yang diajukan oleh Penggugat;

DALAM EKSEPSI:

- Menerima Eksepsi Tergugat bahwa Gugatan obscuur libel;

DALAM POKOK PERKARA:

1. Menyatakan gugatan Penggugat tidak diterima (Niet ontvankelijk verklaard);


2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara ini yang timbul dalam perkara ini
sebesar Rp. 640.000,- (Enam Ratus Empat Puluh Ribu Rupiah);

Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Tata


Usaha Negara Samarinda pada hari Selasa tanggal 8 Desember 2020 oleh kami Ruth
Adhiasti,S.H., M.H., sebagai Hakim Ketua Majelis, Wayan Margana, S.H., dan Febrian
Panarang, S.H., masing-masing sebagai Hakim Anggota. Putusan mana diucapkan dalam
persidangan yang terbuka untuk umum pada hari Selasa tanggal 15 Desember 2020 oleh
Majelis Hakim tersebut dengan dibantu oleh Erna Pujiastuti S.H., sebagai Panitera Pengganti
pada Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda dengan dihadiri oleh Kuasa Hukum Penggugat
dan tanpa dihadiri Kuasa Hukum Tergugat.

Hakim Anggota, Hakim Ketua,

1. Wayan Margana, S.H. Ruth Adhiasti,S.H., M.H.

2. Febrian Panarang, S.H.

Panitera Pengganti

Erna Pujiastuti, S.H.

Anda mungkin juga menyukai