Nomor : 77/G/2020/PTUN.SMD
Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda yang memeriksa, dan memutus Sengketa
Tata Usaha Negara pada tingkat pertama dengan acara biasa, telah menjatuhkan putusan yang
diajukan oleh :
PT. Cemerlang, suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Republik Indonesia,
berkantor di Menara Summitmas II Lt. 5, Kota Jakarta Selatan, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 12190 yang diwakili oleh Benjamin Hasiholan
Simanjuntak, warga negara Indonesia Pekerjaan Direktur Utama PT.
Cemerlang berdasarkan Surat Kuasa Direksi No. 13/KUASA/DIR/2020.
Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 12 September
2020 memberikan kuasa kepada:
MELAWAN
GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Dr. Ir. H. Isran Noor, M.Si berkedudukan di Jl. Bontang
Gemintang No.10, RT 07 RW.05, Kec. Samarinda Selatan, Kota
Samarinda, Kalimantan Timur. Dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa
Khusus 31/G-PTUN/IX /2020 tanggal 27 September 2020 memberikan
kuasa kepada:
7. Berkas perkara dan mendengar keterangan para pihak yang berperkara di Persidangan
I. OBJEK SENGKETA
Yang menjadi objek sengketa Tata Usaha Negara (TUN) dalam gugatan ini adalah
Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) berupa Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur
No. 540/781/TSDM tertanggal 10 Agustus 2020 tentang berakhirnya izin usaha PT.
Cemerlang.
4. Bahwa oleh karena itu gugatan a quo yang diajukan masih dalam tenggang waktu
sebagaimana diatur di dalam Pasal 55 UU PTUN yaitu “Gugatan dapat diajukan hanya
dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak saat diterimanya atau
diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara”;
9. Bahwa dengan demikian maka Penggugat telah memenuhi ketentuan Pasal 53 ayat (1)
UU PTUN dan oleh karena itu memiliki hak untuk mengajukan gugatan;
V. POSITA
1. Bahwa Penggugat merupakan suatu badan hukum perseroan yang bergerak di bidang
usaha pertambangan dimana salah satu IUP Eksplorasinya terletak dan/atau meliputi
wilayah Desa Muara Ritan, Tabang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur yang
didirikan berdasarkan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 01/AD-ART/V/2013
tanggal 16 Mei 2013 dan telah memperoleh pengesahan oleh Kementerian Hukum dan
HAM Republik Indonesia berdasarkan SK Menkumham No. AHU0038944.AH.01.02 pada
tanggal 17 April 2014;
2. Bahwa Tergugat merupakan Pejabat Tata Usaha Negara yaitu Gubernur Kalimantan
Timur yang memiliki kewenangan untuk memberikan IUP, sebagaimana diatur di
dalam Pasal 37 UU Minerba;
3. Bahwa Pengguggat merupakan pemegang IUP Eksplorasi batubara berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No 335/999/TSDM yang berlaku hingga tahun
2020, sebagaimana diatur dalam Pasal 38 dan Pasal 47 ayat (5) UU Minerba;
4. Bahwa dikarenakan akan dilakukannya penataan ulang denah pertambangan pada
tahun 2018 oleh Tergugat, dimana hal tersebut akan mempengaruhi kegiatan
pertambangan Penggugat, maka Penggugat mengajukan perpanjangan IUP hingga
tahun 2023 kepada Tergugat;
5. Bahwa Tergugat, berdasarkan kewenangannya sebagaimana diatur di dalam Pasal 37
dan Pasal 47 ayat (5) UU Minerba, telah menyetujui perpanjangan IUP yang diajukan
oleh Penggugat dengan menerbitkan Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No.
443/774/TSDM;
6. Bahwa kemudian pada tanggal 10 Agustus 2020 Tergugat menerbitkan Objek
Sengketa yang mengakibatkan berakhirnya IUP PT. Cemerlang;
7. Bahwa penerbitan Objek Sengketa yang berakibat dicabutnya IUP PT. Cemerlang
haruslah memenuhi salah satu dari tiga unsur sebagaimana diatur di dalam Pasal 119
UU Minerba, yang berbunyi:
“IUP atau IUPK dapat dicabut oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya apabila:
a. pemegang IUP atau IUPK tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam IUP
atau IUPK serta ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pemegang IUP atau IUPK melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini; atau;
c. pemegang IUP atau IUPK dinyatakan pailit.”
8. Bahwa Penggugat tidak memenuhi salah satu unsur di dalam Pasal 119 UU Minerba
sebagaimana yang dimaksud dalam Paragraf (8) Bagian ini, sehingga penerbitan Objek
Sengketa yang mengakibatkan dicabutnya IUP PT. Cemerlang tidak memiliki dasar
hukum dan merupakan suatu tindakan sewenang-wenang sebagaimana yang diatur
dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c jo Pasal 18 ayat (3) huruf a UUAP;
9. Bahwa Objek Gugatan yang diterbitkan Tergugat melalui SK No. 540/781/TSDM
tertanggal 10 Agustus 2020 telah melanggar ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan:
a. Pasal 17A ayat (2) dan (3), dimana Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
menjamin tidak ada perubahan pemanfaatan ruang dan kawasan Wilayah Izin
Usaha Pertambangan (WIUP) mineral logam dan batubara yang telah ditetapkan
serta menjamin penerbitan perizinan lain yang diperlukan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan Usaha Pertambangan pada WIUP Mineral logam dan WIUP
Batubara yang telah ditetapkan sepanjang telah memenuhi persyaratan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Pasal 58 huruf a Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 11
Tahun 2018 Tentang Tata Cara Pemberian Wilayah, Perizinan, dan Pelaporan Pada
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara dimana Pemegang IUP atau
IUPK berhak: a. melakukan kegiatan usaha pertambangan pada WIUP atau
WIUPK-nya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
10. Bahwa karena penerbitan Objek Sengketa oleh Tergugat merupakan tindakan
sewenang-wenang maka sudah seharusnya keputusan tersebut dibatalkan atau
dinyatakan tidak sah sebagaimana ketentuan Pasal 19 ayat (1) UUAP;
4. Bahwa oleh karena itu Penggugat memohon kepada Majelis Hakim agar berkenan
menjatuhkan putusan penundaaan sesegera mungkin. Setidak-tidaknya selama proses
hukum ini berjalan sampai berkekuatan hukum tetap ( inkracht), Penggugat dapat
menghindari kerugian-kerugian yang telah diuraikan di atas apabila penundaan Objek
Sengketa dikabulkan;
VII. PETITUM
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, Penggugat memohon agar Majelis Hakim
memutus a quo dengan putusan sebagaimana berikut:
DALAM PENUNDAAN:
1. Mengabulkan Permohonan Penundaan yang diajukan Penggugat.
2. Mewajibkan Tergugat untuk menunda pelaksanaan Surat Keputusan Gubernur
Kalimantan Timur No. 540/781/TSDM tertanggal 10 Agustus 2020 tentang berakhirnya
izin usaha PT. Cemerlang sampai adanya putusan yang memiliki kekuatan hukum
tetap.
DALAM POKOK PERKARA:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No.
540/781/TSDM tentang Pembatalan IUP PT. Cemerlang.
3. Memerintahkan Tergugat untuk mencabut Surat Keputusan Gubernur Kalimantan
Timur No. 540/781/TSDM tentang Pembatalan IUP PT. Cemerlang.
4. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara.
Berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut maka Tergugat memohon kepada Majelis Hakim
dalam perkara a quo agar berkenan memerikas dan mengadili putusan sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI:
1. Fotokopi Surat Kuasa Direksi No. 13/KUASA/DIR/2020, yang menerangkan bahwa Sdr.
Benjamin Hasiholan Simanjuntak telah ditunjuk secara sah oleh Direksi PT. Cemerlang
sebagai Legal Division, yang memberikan kewenangan kepada Sdr. Benjamin
Hasiholan Simanjuntak untuk melakukan segala tidakan hukum mewakili PT.
Cemerlang, selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-1;
2. Fotokopi Akta Pendirian Perseroan Terbatas (PT) No. 01/AD-ART/V/2013 tanggal 16
Mei 2013, menerangkan bahwa Penggugat merupakan Badan Hukum yang legal secara
hukum serta memiliki hak dan kewajiban hukum, termasuk hak untuk mengajukan
gugatan, selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-2;
3. Fotokopi Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM No. AHU-0038944.AH.01.02
tanggal 17 April 2014, menerangkan bahwa telah disahkannya Akta Pendirian
Perseroan Terbatas (PT) No. 01/AD-ART/V/2013 oleh Kementerian Hukum dan HAM,
selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-3;
4. Fotokopi Surat Izin Mendirikan Bangunan PT. Cemerlang, menerangkan membuktikan
bahwa lokasi yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan Penggugat telah
sesuai dengan penggunaan tata ruang wilayah. Surat ITR ini dikeluarkan oleh Dinas
Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Provinsi Kalimantan Timur, selanjutnya bukti surat
tersebut diberi tanda P-4;
5. Fotokopi Dokumen UKL-UPL Pertambangan Penggugat, menerangkan bahwa
Penggugat telah memiliki dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan yang merupakan prasyarat izin Usaha Pertambangan. UKL-
UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan,
selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-5;
6. Fotokopi AMDAL PT Cemerlang, menerangkan bahwa Penggugat telah memenuhi
prasyarat melakukan kegiatan usaha izin pertambangan. Amdal merupakan kajian
mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan dan merupakan salah satu prasyarat
memperoleh Izin Usaha Pertambangan, selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-
6;
7. Fotokopi Izin Lingkungan PT. Cemerlang, menerangkan bahwa Penggugat telah
memenuhi syarat Izin Usaha Pertambangan karena telah memiliki Izin Lingkungan,
selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-7;
8. Fotokopi Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No. 335/999/TSDM,
menerangkan bahwa Penggugat memiliki izin usaha pertambangan (IUP) sejak tahun
2017 hingga tahun 2020, selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-8;
9. Fotokopi Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur No. 443/774/TSDM,
menerangkan bahwa pengajuan perpanjangan IUP oleh Penggugat sampai dengan
tahun 2023 telah disetujui oleh Gubernur Kalimantan Timur dengan dikeluarkannya SK
No. 443/774/TSDM, selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda P-9.
Menimbang, bahwa Penggugat juga mengajukan 1 (satu) orang Ahli bernama Dr. John
Sajri Bagyo, S.T., M.T. yang dibawah sumpah memberikan pendapat sebagai berikut:
1. Fotokopi Keputusan Presiden Nomor 420/P Tahun 2016, menerangkan bahwa Sdr. Dr.
Ir. H. Isran Noor, M.Si telah dilantik secara sah oleh Presiden Republik Indonesia
sebagai Gubernur Provinsi Kalimantan Timur, selanjutnya bukti surat tersebut diberi
tanda T-1;
2. Fotokopi Surat Keputusan Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi
Kalimantan Timur Nomor 299/7634-MINERBA/DESDM, menerangkan bahwa Dinas
ESDM telah mengumumkan penataan ulang denah pertambangan pada tahun 2018, ,
selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda T-2;
3. Fotokopi Peta Wilayah Penataan Ulang Denah Pertambangan, menerangkan lokasi
penataan ulang denah pertambangan dan lokasi tambang milik Penggugat yang juga
termasuk dalam lokasi penataan ulang, selanjutnya bukti surat tersebut diberi tanda T-
3.
Menimbang, bahwa Penggugat juga mengajukan 1 (satu) orang Ahli bernama Dr. Aru
Dewangga, S.Si., M.Si. yang dibawah sumpah memberikan pendapat sebagai berikut:
Bahwa Ahli merupakan seorang Ahli dibidang Penelitian dan Lingkungan;
Bahwa Ahli diminta untuk menyampaikan beberapa masalah hukum terkait
dengan bidang pertambangan;
Bahwa berdasarkan hasil penelitian Ahli di Wilayah Pertambangan Batubara PT.
Cemerlang ditemukan adanya lubang-lubang operasi tambang dan kadar air
tanah yang sangat rendah akibat PT. Cemerlang yang tidak memenuhi prinsip
pengelolaan lingkungan hidup pertambangan sebagaimana disebutkan dalam
ketentuan Pasal 20 ayat (2), dan Pasal 22 Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah
Teknik Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan
Batubara;
Bahwa dari hasil sampel lokasi penelitian di Wilayah Pertambangan Batubara
PT. Cemerlang, kadar air tanah terutama air tanah freatis memiliki kadar yang
sangat rendah akibat kurangnya vegatasi di permukaan tanah akibat tidak
dipenuhinya kewajiban reklamasi oleh PT. Cemerlang. Perubahan topografi
wilayah Desa Muara Ritan, Tabang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur juga
berpotensi meningkatkan kerentanan wilayah terhadap bencana alam seperti
gempa bumi akibat runtuhan bekas galian, longsor, dan genangan air yang
berbahaya bagi warga setempat ketika musim penghujan;
Bahwa dari seluruh hasil penelitian di Desa Muara Ritan, Tabang, Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur, operasional PT. Cemerlang tidak sesuai dengan
ketentuan Pasal 96 dan 141 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara, yang mengarahkan kepada pendekatan
jangka panjang dan bijaksana untuk mengembangkan dan memanfaatkan
bahan galian tambang.
DALAM EKSEPSI:
Menimbang, bahwa pihak Tergugat telah menanggapi gugatan Penggugat dengan
mengajukan eksepsi yang tersurat dalam Jawabannya yang isi selengkapnya telah diuraikan di
bagian “Tentang Duduk Sengketa” Putusan ini, sehingga dalam pertimbangan hukum ini Majelis
Hakim tidak akan menguraikan lagi secara lengkap alasan-alasan yang terkandung dalam
eksepsi-eksepsi dari Tergugat tersebut melainkan hanya pokok-pokoknya saja;
Menimbang, bahwa dari uraian materi eksepsi yang disampaikan oleh Tergugat, pada
pokoknya eksepsi Tergugat tersebut merupakan Eksepsi Gugatan Penggugat Kabur/Tidak Jelas
(Obscuur libel) dikarenakan tidak jelas identitas Tergugat, tidak jelas dasar hukum gugatan
Penggugat, dan tidak jelas kerugian yang dialami oleh Penggugat akibat diterbitkannya Objek
Sengketa;
Menimbang, bahwa terhadap eksepsi yang diajukan oleh Tergugat tersebut, Penggugat
di dalam Repliknya menolak eksepsi Tergugat yang menurut Majelis Hakim pada pokoknya
sebagai berikut:
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim mencermati eksepsi yang diajukan oleh
Tergugat di atas, Majelis Hakim akan mempertimbangkan terlebih dahulu eksepsi Tergugat
yang menyatakan bahwa gugatan tidak menyebutkan secara jelas identitas nama tergugat;
Menimbang, bahwa menurut Pasal 56 Undang-Undang No. 5/1986 menyatakan
“Gugatan harus memuat:
Menimbang bahwa dalam kasus ini penggunaan nama jabatan dinilai sudah sangat
tepat, mengingat bahwasanya gugatan ini ditujukan kepada Gubernur Kalimantan Timur yang
dalam hal ini merupakan Pejabat Tata Usaha Negara.
Menimbang, bahwa Berdasarkan Pasal 1 angka 8 UU PTUN menyatakan: “Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara adalah badan atau pejabat yang melaksanakan urusan
pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku” ;
Menimbang, bahwa Penggugat dalam gugatannya menggugat pejabat yang
mengeluarkan Surat Keputusan No. 540/781/TSDM sebagai Objek Sengketa;
Menimbang, bahwa pejabat yang mengeluarkan Surat Keputusan No. 540/781/TSDM
merupakan Gubernur Provinsi Kalimantan Timur sehingga penyebutan Gubernur Kalimantan
Timur sudah cukup dan tepat;
Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan tersebut di atas maka Majelis Hakim
berpendapat terhadap pertimbangan mengenai tidak jelasnya identitas Tergugat di dalam
gugatan tidaklah beralasan hukum dan harus dinyatakan ditolak;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan perihal
gugatan Penggugat tidak memiliki dasar hukum yang jelas;
Menimbang, bahwa gugatan Penggugat telah kabur/tidak jelas ( obscuur libel), karena
alasan yang diuraikan Penggugat dalam gugatannya tidak jelas dasar hukumnya. Bahwa dalam
hal ini Penggugat menggunakan dasar hukum yang belum berlaku pada saat kejadian (Asas
Legalistas) sehingga dalam hal ini telah melanggar Asas Legalitas;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Asas Legalitas Menurut Kitab Undang
Undang Hukum Pidana (KUHP), makna Asas Legalitas ini seperti disebutkan dalam Pasal 1 Ayat
(1) KUHP bahwa: “Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan
perundang-undangan pidana yang telah ada”. Hal ini sesuai dengan adegium yang berbunyi
non obligat lex nisi promulgate yang berarti suatu hukum tidak mengikat kecuali telah
diberlakukan.
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan obscuur libel, menurut M. Yahya Harahap
dalam bukunya Hukum Acara Perdata: tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian,
dan Putusan Pengadilan, adalah surat gugatan Penggugat tidak terang atau isinya gelap
(onduidelijk), disebut juga formulasi gugatan yang tidak jelas, agar gugatan dianggap
memenuhi syarat formil, dalil gugatan harus terang dan jelas atau tegas ( duidelijk);
Menimbang, bahwa dalam Gugatan yang diajukan oleh Penggugat menggunakan
Dasar Hukum yaitu Pasal 17A ayat (2) dan (3) UU Minerba yang menyatakan :
(2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin tidak ada perubahan
pemanfaatan ruang dan kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada WIUP
Mineral logam dan WIUP Batubara yang telah ditetapkan.
(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin penerbitan perizinan lain
yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan kegiatan Usaha Pertambangan pada
WIUP Mineral logam dan WIUP Batubara yang telah ditetapkan sepanjang telah
memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Menimbang, bahwa UU Minerba yang digunakan oleh Penggugat adalah Undang-
Undang Nomor 3 Tahun 2020, yang baru berlaku pada Bulan Mei Tahun 2020;
Menimbang, bahwa diadakannya penataan ruang pada tahun 2018 terjadi jauh
sebelum Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 ini diberlakukan dan disahkan, sehingga
diadakannya penataan ruang oleh Tergugat tidak bertentangan dengan hukum;
Menimbang bahwa dalam hal ini penggugat menggunakan dasar hukum yang belum
berlaku pada saat kejadian (Asas Legalistas) sehingga gugatan Penggugat telah kabur/ tidak
jelas (obscuur libel);
Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan tersebut di atas maka Majelis Hakim
berpendapat terhadap keberatan (eksepsi) dari Tergugat melalui Kuasa Hukumnya tersebut
mengenai gugatan Penggugat kabur (obscuur libel) karena dasar hukum gugatan tidak jelas
sangatlah beralasan hukum dan dinyatakan dikabulkan;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan perihal
gugatan Penggugat tidak jelas mengenai kerugian yang dialami akibat diterbitkannya Objek
Sengketa;
Menimbang, bahwa menurut Pasal 8 nomor 3 Reglement of de Rechtsvordering (RV),
apabila suatu gugatan mengandung kecacatan baik formil maupun materiil, maka gugatan
tersebut akan ditolak atau tidak dapat diterima.
Menimbang, bahwa menurut M. Yahya Harahap (hal. 51-67) hal-hal penting yang
dirumuskan dalam gugatan meliputi syarat formil dan syarat materiil;
Menimbang, bahwa syarat materiil sebagaimana dijelaskan oleh M. Yahya Harahap
adalah gugatan harus memiliki dasar gugatan ( fundamentum petendi) dan tuntutan (petitum)
penggugat yang nantinya diputuskan oleh hakim berdasarkan gugatan atau dasar gugatan
tuntutan tersebut;
Menimbang, bahwa dalam gugatan Penggugat tidak secara terang menjelaskan
mengenai kerugian yang dialaminya, dan sejauh apa kerusakan yang diakibatkan oleh terbitnya
Objek Sengketa a quo sehingga gugatan menjadi kabur/tidak jelas (obscuur libel);
Menimbang, bahwa dari uraian pertimbangan tersebut di atas maka Majelis Hakim
berpendapat terhadap keberatan (eksepsi) dari Tergugat melalui Kuasa Hukumnya tersebut
mengenai gugatan Penggugat kabur ( obscuur libel) karena tidak jelasnya kerugian yang dialami
Penggugat akibat diterbitkannya Objek Sengketa a quo sangatlah beralasan hukum dan
dinyatakan dikabulkan;
Menimbang, bahwa dari pertimbangan hukum oleh Majelis Hakim tersebut di atas
mengenai keberatan (eksepsi) Tergugat atas gugatan Penggugat yang kabur/tidak jelas
(obscuur libel) telah dikabulkan, maka Majelis Hakim menimbang bahwa surat gugatan
Penggugat tidak memenuhi syarat materiil yaitu gugatan tersebut tanpa disertai dengan dasar
hukum yang jelas sebagaimana ketentuan yang telah diatur;
MENGADILI
DALAM PENUNDAAN:
DALAM EKSEPSI:
Panitera Pengganti