Anda di halaman 1dari 58

P U T U S A N

NOMOR : 125/G/2020/PTUN.SMD

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda yang memeriksa, memutus dan


menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara pada peradilan tingkat pertama dengan
acara biasa telah menjatuhkan Putusan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut, dalam perkara antara :

Ghina Tsuraya Noor, S.Adm., Warga Negara Indonesia,Tempat tinggal di Jalan


Sumber Indah Banyuwani, No. 18, RT. 34, Kelurahan Batu Ampar,
Kecamatan Balikpapan Utara, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan
Timur, Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tertanggal 20 Juni 2020, telah memberikan kuasa
kepada: Basmah Salsabila Noor, S.H., Warga Negara Indonesia,
Pekerjaan Advokat pada kantor Advokat “Mutiara Law” , berkantor
di Jl. Juanda V, No. 77, Kota Samarinda. bertindak atas nama
Pemberi Kuasa, untuk selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT;

Melawan :

WALIKOTA SAMARINDA, Berkedudukan di Jalan S.Parman No. 1, Samarinda, Provinsi


Kalimantan Timur.Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor :
116/1457/2020 tanggal 5 Agustus 2020, telah memberikan kuasa
kepada: Indah, S.H., bertindak atas nama Pemberi Kuasa, untuk
selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT;

Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda tersebut telah membaca :

1. Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor:


016/PEN-DIS/2020/PTUN.SMD tanggal 5 Juli 2020 tentang Lolos Dismissal;
2. Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor:
016/PEN-MH/2020/PTUN.SMD tanggal 5 Juli 2020 tentang Penunjukan Susunan
Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini;
3. Penunjukan Panitera Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor:
016/G/2020/PTUN.SMD tanggal 5 Juli 2020 tentang Penunjukan Panitera Pengganti
dalam perkara ini;
4. Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor :
016/PEN.PP/20120/PTUN.SMD tanggal 6 Juli 2020 tentang hari dan tanggal
Pemeriksaan Persiapan perkara ini;
5. Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda Nomor :
016/PEN.HS/2020/PTUN.SMD tanggal 18 Juli 2020 tentang hari dan tanggal
Persidangan perkara ini;
6. Memeriksa Berita acara dan berkas perkara, bukti-bukti surat serta mendengarkan
keterangan saksi di muka persidangan.

--------------------------TENTANG DUDUK SENGKETA------------------------


Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan gugatan tertanggal 20 Juni 2020
yang diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara
Samarinda pada tanggal 27 Juni 2020 dibawah register perkara Nomor :
016/G/2020/PTUN.SMD dan telah diperbaiki terakhir pada tanggal 18 Juli 2020,
dengan mengemukakan hal-hal sebagai berikut :
I. OBJEK SENGKETA
Keputusan Tata Usaha Negara yang menjadi obyek sengketa dalam gugatan ini
adalah Keputusan Walikota Samarinda Nomor 892/10/219.513/2020 tanggal 15
Juni 2020 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri
Sipil Atas Nama GHINA TSURAYA NOOR, S.Adm.,NIP. 301256734291, Objek
Sengketa Tata Usaha Negara tersebut sesuai dengan Pasal 1 angka 9 Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 2009 perubahan kedua UndangUndang Nomor 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yaitu: “Keputusan Tata Usaha Negara
adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan
final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata;”

II.TENGGANG WAKTU
a. Bahwa obyek sengketa diberikan melalui Kepala BKD Kota Samarinda dan
diterima oleh Penggugat pada tanggal 18 Juni 2020;
b. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka gugatan yang diajukan oleh
Penggugat masih dalam tenggang waktu 90 hari sesuai dengan ketentuan Pasal
55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
III. HAK DAN KEPENTINGAN PARA PENGGUGAT
Bahwa dengan diterbitkannya obyek sengketa nyata-nyata telah merugikan
Penggugat, karena kepentingan hukum dan hak-hak Penggugat sebagai Pegawai
Negeri Sipil telah diberhentikan sehingga mengakibatkan kehidupan ekonomi dan
sosial keluarga Penggugat menjadi terganggu dan tidak menentu, maka
Penggugat mempunyai kepentingan hukum untuk mempertahankan hak-hak
hukumnya melalui pengajuan gugatan ini sebagaimana diatur dalam Pasal 53 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang perubahan pertama atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang
berbunyi sebagai berikut:
“Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh
suatu keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada
pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha
Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah dengan atau tanpa
disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi”.

IV. DASAR DAN ALASAN HUKUM GUGATAN PENGGUGAT


Bahwa dasar dan alasan hukum gugatan Penggugat sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat sejak tahun 2019 telah mengabdi kepada negara dengan
menjabat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sebagai staf di
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Samarinda;
2. Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kalimantan Timur tanggal 27
Februari 2019 Nomor 821.1/1660/2019 Penggugat telah diangkat sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan Pangkat / Golongan / Ruang: Penata
Muda/IIIa yang ditempatkan di Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II
Samarinda, dengan jabatannya sebagai staf;
3. Bahwa Penggugat dalam melaksanakan tugasnya sejak tahun 2019 sebagai
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) sampai dengan menjadi Pegawai Negeri
Sipil (PNS) hingga sekarang tidak pernah melakukan pelanggaran disiplin dan
juga tidak pernah melakukan tindak pidana pelanggaran atau kejahatan
jabatan atau kejahatan umum atau tindak pidana kejahatan yang ada
hubungannya dengan jabatan Penggugat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS)
tersebut;
4. Bahwa berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Penataan Ruang Nomor
23/KPTS/DR/2020 tanggal 24 Februari 2020 Penggugat ditunjuk sebagai PPK,
dalam Kegiatan Implementasi Fisik Kota Hijau Taman Kota Samarinda,
keputusan tersebut berdasarkan hal-hal sebagai berikut:
a. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 114/KPTS/M/2013 Tanggal 7
Maret 2013 tentang pengangkatan atasan/pembantu atasan kepala satuan
kerja non vertikal tertentu di lingkungan direktorat jenderal penataan
ruang kementrian pekerjaan umum sebagai PPKnya adalah Ayesha Azkia,
S.Sos, M.Si.
b. Keputusan Direktur Jenderal Penataan Ruang Nomor 19/KPTS/DR/2013
tanggal 13 Mei 2013, sebagai saudara PPK adalah Sdr. Ayesha Azkia ,
S.Sos, M.Si.
c. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 249/KPTS/M/2013 tanggal 13
Juni 2013 tentang perubahan keputusan Menteri Pekerjaan Umum Ayesha
Azkia, S.Sos,M.Si. menjadi Ghina Tsuraya Noor, S.Adm. (Penggugat).
Bahwa keputusan menteri Pekerjaan Umum tersebut pada huruf c didasari
oleh adanya surat:
1). Surat dari Kepala Bappeda Kota Samarinda Nomor 660/ 594/ 2013
tanggal 27 April 2013 perihal Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH)
tahun Anggaran 2013 kepada Kantor Lingkungan Hidup Kota Samarinda;
2). Surat Walikota Samarinda Nomor 900/2505/2013 tanggal 1 Mei 2013
perihal kelengkapan persiapan pelaksanaan P2KH TA 2013 yang ditujukan
kepada Kepala SNVT P2RKH Kementrian Pekerjaan Umum di Jakarta. Surat
Walikota Samarinda tersebut berisi diantaranya usulan Penggantian
Pejabat Inti Satker (PIS) P2KH Kota Samarinda, dalam lampirannya
diusulkan PPKnya semula sdr. Ayesha Azkia , S.Sos,M.Si., nama pengganti
Nurhayati, S.Pd. Adanya surat Walikota Samarinda tersebut kemudian
terbit Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 249/KPTS/M/2013
tanggal 13 Februari 2020 kemudian muncul pula Surat Keputusan Direktur
Jenderal Penataan Ruang Nomor 23/KPTS/DR/2020 tanggal 24 Februari
2020.
5. Bahwa Penggugat tidak pernah meminta untuk menjadi PPK dalam Kegiatan
Implementasi Fisik Kota Hijau Taman Kota Geger Menjangan Kota Samarinda
namun akhirnya Penggugat ditunjuk dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Penataan Ruang Nomor 23/KPTS/DR/2020 tanggal 24 Februari 2020, maka
kedudukan Penggugat sebagai PPK mendapatkan kewenangan secara Mandat
untuk menjalankan kepentingan umum;
6. Bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagai PPK Kegiatan Implementasi Fisik
Kota Hijau Taman Kota Samarinda Penggugat (dalam hal ini tidak dalam
kapasitasnya atau tidak selaku PNS), Penggugat dalam perkara Nomor
22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.SMD, menyatakan dakwaan primer atas sdri. Ghina
Tsuraya Noor, S.Adm., tidak terbukti melanggar Pasal 2 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantansan Tindak Pidana Korupsi;
7. Bahwa Penggugat dihukum melanggar Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantansan Tindak Pidana Korupsi, tanggung jawab pengawasan dalam
proyek tersebut ada pada pihak ketiga melalui kontrak yang dibuat. Hal ini
bermakna hukum, melalui kontrak itu secara keperdataan memindahkan resiko
dan tanggung jawab kepada Rekanan, tidak lagi kepada Sdri. GHINA TSURAYA
NOOR, S.Adm., (Penggugat), kesalahan Penggugat tidak menegur dalam
proses formal pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) tahun
Anggaran 2013 masuk dalam ranah administratif, dan jauh dari pemahaman
kejahatan dalam jabatan PNS;
8. Bahwa pada dasarnya Penggugat hanya terbukti tersangkut perkara korupsi
dan bukan pelaku korupsi. Penggugat tidak ada Mens Rea / Niat jahat
melakukan korupsi dan tidak pula menikmati hasil korupsi, sehingga dalam
putusan perkara Nomor 22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.SMD tidak ada kewajiban
dalam pengembalian uang negara;
9. Bahwa setelah dilakukan proses persidangan di Pengadilan TIPIKOR Semarang
berdasarkan putusan Nomor 22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Smd tanggal 29 Juni
2020 yang Amar Putusan antara lain sebagai berikut:
a. Menyatakan Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR binti ABDULLAH tidak
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
sebagaimana didakwaan dalam dakwaan Primer;
b. Membebaskan Terdakwa Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR binti ABDULLAH
oleh karena itu dari Dakwaan Primer tersebut;
c. Menyatakan Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR binti ABDULLAH terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah “tindak pidana korupsi secara
bersama-sama” sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan Subsider;
d. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR, S.Adm binti
ABDULLAH oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun
dan 3 (tiga) bulan dan pidana denda sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti
dengan pidana kurungan selama 1 (satu) bulan.
10. Bahwa terhadap obyek sengketa terjadi kontradiktif antara Pemberhentian
tidak dengan hormat tertanggal 2 Juni 2020 dan Penetapannya tertanggal 5
Juni 2020 , seharusnya tanggal Pemberhentian dan tanggal Penetapannya
sama, maka penerbitan obyek sengketa melanggar Asas-asas Umum
Pemerintahan Yang Baik (AAUPB);
11. Bahwa Tergugat telah menerbitkan obyek sengketa terhitung mulai tanggal 2
Juni 2020 dan Penetapannya tertanggal 5 Juni 2020, dengan demikian obyek
sengketa Berlaku Surut, menurut hukumnya suatu Surat Keputusan Walikota
Samarinda selaku Pejabat TUN yang berlaku surut harus dibatalkan, selain itu
juga perbuatan Tergugat melanggar Asas Kepastian Hukum;
12. Bahwa setelah Penggugat ke luar dari Penjara atas Putusan Pengadilan
TIPIKOR Samarinda Nomor 22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.SMD pada tanggal 29
Juni 2020, selanjutya Penggugat melapor ke Instansi Kantor Lingkungan
Hidup Kota Samarinda pada tanggal Juni 2020 untuk bekerja kembali dengan
membawa bukti “pembebasan bersyarat”. Pada tanggal 1 Juli 2020
Penggugat diundang untuk menerima obyek sengketa dengan disaksikan
personil DPKAD, inspektorat dan Kantor Lingkungan Hidup Kota Samarinda.
Dalam penerbitan obyek sengketa tidak dilakukan secara prosedural, terbukti
tidak dilakukan klarifikasi atau investigasi dari Tergugat mengenai jabatan
Penggugat apakah masih tetap atau diganti orang lain, dengan demikian
Penerbitan obyek sengketa adalah melanggar Asas Kesewenang-wenangan;
13. Bahwa Tergugat sebagai Pejabat Pembina Kepegawaian telah menerbitkan
obyek sengketa dengan pertimbangan dan alasan / dasar hukumnya sebagai
berikut, Mengingat:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara;
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah yang kedua dengan UndangUndang Nomor 9
Tahun 2015;
c. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian /
Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri Sipil;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2013;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun
2009.
14. Bahwa peraturan perundang-undangan dalam konsideran pada obyek
sengketa yang diterbitkan oleh Tergugat tidak secara khusus
mengacu/menunjuk pada ketentuan pasal-pasal dari peraturan perundang-
undangan terkait dengan Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada
Pengadilan Negeri Samarinda Nomor 22/Pid.SusTPK/2020/PN.SMD tanggal 29
Juni 2020 yang menjadi dasar hukum untuk Pemberhentian Penggugat secara
tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, mengingat dasar hukum
yang digunakan Tergugat dalam pemberhentian Penggugat tidak terperinci
pada pasal-pasal yang digunakan sebagai landasan hukum, maka hal ini
melanggar Asas Kecermatan;
15. Bahwa dengan demikian obyek sengketa yang diterbitkan oleh Tergugat
tersebut cacat hukum, sehubungan dengan tidak adanya suatu kejelasan
mengenai peraturan yang menjadi dasar untuk pemberhentian Penggugat
terkait dengan sanksi pelanggaran disiplin sebagai seorang Pegawai Negeri
Sipil yang menjadi dasar hukum yang digunakan Tergugat dalam
pemberhentian Penggugat secara tidak dengan hormat sebagai Pegawai
Negeri Sipil, maka hal ini melanggar Asas Kepastian Hukum;
16. Bahwa dengan diterbitkannya obyek sengketa tersebut, maka tindakan
Tergugat telah melanggar Azas-Azas Umum Pemerintahan Yang Baik
(AAUPB), yaitu:
1) Asas Kecermatan formal, dan asas kecermatan material “Bahwa obyek
sengketa bertentangan dengan azas kecermatan formal, yaitu Tergugat
masih mendasarkan pada ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah
Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian / Pemberhentian Sementara
Pegawai Negeri Sipil yang sudah tidak dapat diajadikan dasar hukum karena
sekarang telah diatur secara rinci di Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara;
Obyek sengketa bertentangan dengan azas kecermatan material, yaitu
Tergugat dalam pertimbangannya obyek sengketa tidak pernah
mempertimbangkan fakta-fakta riil Penggugat tidak pernah menerima dana
dari perkara korupsi tersebut, serta Penggugat juga tidak pernah diperiksa
oleh Tergugat sebelum diterbitkannya obyek Sengketa. Bahwa Tergugat telah
melanggar Asas Kecermatan, terbukti dengan tidak mempertimbangkan
alasan dan fakta hukum sebagai berikut:
a. Bahwa Penggugat dinyatakan bersalah dalam putusan Pengadilan TIPIKOR
Samarinda 22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.SMD tanggal 29 Juni 2020 adalah
dalam kapasitasnya sebagai PPK Kegiatan Implementasi Fisik Kota Hijau
Taman Kota Samarinda, bukan dalam kapasitasnya sebagai Pegawai
Negeri Sipil;
b. Bahwa oleh karena itu putusan Pengadilan TIPIKOR Samarinda tersebut
bukan merupakan tindak pidana kejahatan jabatan seperti disebutkan
pada pasal 23 ayat (5) huruf c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 jo
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 sekarang pasal 87 ayat (4) huruf b
UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara jo pasal 9 huruf a
PP Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;
c. Bahwa dengan demikian obyek sengketa bertentangan dengan Asas-asas
Umum Pemerintahan yang baik, terutama asas kecermatan formal dan
asas kecermatan material;
2) Asas Kepastian Hukum “Bahwa Penggugat dihukum dengan hukuman 1 (satu)
tahun 3 (tiga) bulan atau kurang dari 2 (dua) tahun, oleh karena itu putusan
Pengadilan TIPIKOR Samarinda tersebut tidak memenuhi syarat minimal
hukuman untuk memberhentian tidak dengan hormat seperti dimaksud pada
Pasal 87 ayat (4) huruf d UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara;
a. Bahwa Tergugat menerbitkan obyek sengketa tidak mempergunakan
ketentuan hukum atau undang-undang yang berlaku. Bahwa dengan
demikian setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara pada tanggal 15 Januari 2014, maka aturan
yang lama Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang
Pemberhentian / Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri Sipil sudah
tidak berlaku lagi dan tidak dapat digunakan seabagai dasar atau
pertimbangan dalam memberhentikan dengan tidak hormat pada
Penggugat;
b. Bahwa, dengan demikian kesalahan Penggugat tidak memenuhi kriteria
untuk diberhentikan dengan tidak hormat seperti dimaksud Pasal 87 ayat
(4) huruf b dan d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara maupun ketentuan Pasal 9 huruf a Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;
17. Bahwa dengan diterbitkannya obyek sengketa oleh Tergugat menimbulkan
banyak masalah diantaranya:
a. obyek sengketa terjadi Kontradiktif antara pemberlakuan pemberhentian
tidak dengan hormat terhitung mulai 2 Juni 2020 dengan Penetapannya
tertanggal 15 Juni 2020;
b. obyek sengketa berlaku Surut bertentangan dengan Asas-asas Umum
Pemerintahan yang baik;
c. obyek sengketa diterbitkan tidak secara prosedural adalah melanggar Asas
Kesewenang-wenangana;
d. Peraturan perundang-undangan dalam konsideran tidak secara khusus
terkait dengan Pemberhentian Penggugat dalam kasus Tindak Pidana
Korupsi atas kejahatan jabatan yang menjadi pokok masalahnya adalah
melanggar Asas Kecermatan;
e. Obyek sengketa yang diterbitkan oleh Tergugat tersebut cacat hukum,
maka hal ini melanggar Asas Kepastian hukum;dengan terbitnya obyek
sengketa ini menyebabkan kerugian bagi Penggugat, yaitu Penggugat
kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka obyek
sengketa tersebut harus dinyatakan batal atau tidak sah.
18. Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut diatas terbukti Tergugat telah
melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-Undangan dan Azas-
Azas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB) diantaranya:
a. Peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Pasal 87 ayat (4) huruf
b dan d Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara maupun ketentuan Pasal 9 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, hal ini
melanggar Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana diatur dalam
Pasal 53 ayat (2) huruf a Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 perubahan
pertama Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara;
b. Melanggar asas kepastian hukum, Asas Kesewenang-wenangan dan Asas
Kecermatan, hal ini melanggar Azas-Azas Umum Pemerintahan Yang Baik
(AAUPB) sebagaimana diatur dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2004 perubahan pertama Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat mohon kepada Yth.
Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Samarinda atau Majelis Hakim
yang memeriksa perkara ini, untuk berkenan menjatuhkan putusan:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan batal atau tidak sah Keputusan Walikota Samarinda
Nomor 892/10/219.513/2020 tanggal 5 Juni 2020 Pemberhentian
Tidak Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil Atas Nama GHINA
TSURAYA NOOR , S.Adm., NIP. 301256734291;
3. Mewajibkan kepada Tergugat untuk mencabut Keputusan Walikota
Samarinda Nomor 892/10/219.513/2020 tanggal 15 Juni 2020 Tentang
Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil
Atas Nama GHINA TSURAYA NOOR, S.Adm., NIP. 301256734291;
4. Mewajibkan kepada Tergugat untuk merehabilitasi Penggugat,
mengembalikan hak-hak Penggugat dalam kemampuan dan
kedudukannya serta harkat dan martabatnya seperti semula sebagai
PNS;
5. Menghukum Tergugat untuk membayar semua biaya yang timbul
dalam perkara ini.
Demikian gugatan ini kami sampaikan dan mohon kiranya agar Majelis Hakim
Yang Mulia untuk memberikan putusan yang adil.
Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, Tergugat telah
mengajukan Jawabannya tertanggal 3 Agustus 2020 yang diserahkan pada
persidangan tanggal 4 Agustus 2020, dengan mengemukakan hal-hal sebagai
berikut :

A. DALAM EKSEPSI
Penggugat menyampaikan eksepsi terkait dengan Gugatan Penggugat
sebagai berikut :
Gugatan Kabur (Obscuur Libel)
Bahwa dalil-dalil dalam gugatan Penggugat tidak jelas (kabur), karena tidak
mencantumkan secara jelas dan tepat terhadap peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang asas-asas umum pemerintahan yang baik
yang didalilkan oleh Penggugat telah dilanggar oleh Tergugat dan
pencantuman ketentuan peraturan perundangundangan yang dilanggar oleh
Tergugat dan Penggugat tidak menyebutkan secara jelas Peraturan
Perundang-Undangan mana yang telah dilanggar
Bahwa berdasarkan Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang nomor 51 Tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, dinyatakan bahwa alasan-alasan yang dapat
digunakan dalam gugatan adalah :
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-
asas umum pemerintahan yang baik.
1. Penggugat tidak menguraikan peraturan perundang-undangan mana yang
telah dilanggar oleh Tergugat, sehingga gugatan Penggugat kabur
Dalam uraian penggugat pada posita gugatan pada angka 1 s/d 17 sama sekali
tidak menguraikan secara tegas dan jelas bentuk pelanggaran yang dilakukan
Tergugat dan ketentuan peraturan perundang-undangan mana yang
dipandang dilanggar oleh Tergugat, namun dalam posita gugatan angka 18
dikatakan bahwa Tergugat terbukti telah melakukan pelanggaran terhadap
peraturan perundangundangan yang berlaku sebagaimana ditulis pada posita
gugatan angka 18 huruf a yaitu , “pasal 87 ayat (4) huruf b dan d Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara maupun ketentuan
pasal 9 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, hal ini melanggar Peraturan Perudang-
Undangan sebagaimana diatur dalam pasal 53 ayat (2) huruf a Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2004 perubahan pertama Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara”
Dalam dalil Penggugat ini tidak diurai secara jelas pelanggaran yang telah
dilakukan Tergugat terhadap peraturan perundang-undangan tersebut,
sehingga sangat kabur maksud dari ungkapan Penggugat.
2. Penggugat tidak menyebutkan secara jelas peraturan perudangundangan
mana yang memuat asas-asas umum pemerintahan yang baik yang dilanggar
oleh Tergugat, sehingga gugatan Penggugat kabur
Dalam posita gugatan angka 18 huruf b, Penggugat mendalilkan bahwa
Tergugat melanggar asas kepastian hukum, asas kesewenangwenangan dan
asas kecermatan, hal ini melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik
sebagaimana diatur dalam Pasal 53 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara;
Berdasarkan Penjelasan Pasal 53 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2004 tersebut, yang dimaksud dengan “asas-asas umum pemerintahan
yang baik meliputi asas kepastian hukum, tertib penyelenggaraan negara,
keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas sebagaimana
dimaksud dalam UndangUndang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan
Nepotisme.
Ketentuan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi Dan
Nepotisme disebutkan beberapa asas-asas umum pemerintahan yang baik
yaitu :
a. Asas Kepastian Hukum
b. Asas Tertib Penyelenggara Negara
c. Asas Kepentingan Umum
d. Asas Keterbukaan
e. Asas Profosionalitas
f. Asas Profesionalitas, dan
g. Asas Akuntabilitas
Bahwa dalam ketentuan sebagaimana diuraikan dari 2 peraturan perundang-
undangan yang disebutkan oleh Penggugat tidak ada

B. DALAM POKOK PERKARA


Bahwa uraian yang telah disampaikan oleh Tergugat dalam eksepsi mohon
tetap dipertahankan dan merupakan satu kesatuan dalam pokok perkara ini.
Bahwa Tergugat menolak seluruh dalil-dalil yang disampaikan oleh Penggugat,
kecuali yang diakui secara tegas kebenarannya oleh Tergugat.
Bahwa yang menjadi objek gugatan dalam perkara ini adalah Keputusan
Walikota Samarinda Nomor tanggal 15 Juni 2020 Tentang Pemberhentian
Tidak Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil Atas Nama GHINA
TSURAYA NOOR,S.Adm., NIP. 301256734291.
Jawaban Tergugat dalam pokok perkara :
1. Bahwa keberatan Penggugat terkait diterbitkannya Keputusan a quo
adalah hal yang tidak benar dan tidak berdasar, karena penerbitan
Keputusan Walikota Samarinda Nomor 892/10/219.513/2020 tanggal 15
Juni 2020 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Sebagai
Pegawai Negeri Sipil Atas Nama Ghina Tsuraya Noor, S.Adm.,NIP.
301256734291, didasarkan pada Putusan Pengadilan Tipikor pada
Pengadilan Negeri Samarinda Nomor 22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Smd yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
2. Bahwa dalil-dalil Penggugat dalam Posita gugatan angka 1 sampai
dengan Posita gugatan angka 4 pada pokoknya Penggugat menguraikan
riwayat Kepegawaian Penggugat selama masih aktif menjadi Pegawai
Negeri Sipil, dan alur kedudukan Penggugat sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) dalam kegiatan Implementasi Fisik Kota Hijau Taman
Kota Samarinda;
3. Dalam posita gugatan angka 5 Penggugat mendalilkan bahwa Penggugat
tidak pernah meminta untuk menjadi PPK dalam kegiatan Implementasi
Fisik Kota Hijau Taman Kota Samarinda namun akhirnya Penggugat
ditunjuk dengan surat Keputusan Direktur Jenderal Penataan Ruang
Nomor 23/KPTS/DR/2020 tanggal 24 Februari 2020, maka kedudukan
Penggugat sebagai PPK mendapatkan kewenangan secara Mandat untuk
menjalankan kepentingan umum. Selanjutnya dalam posita gugatan
angka 6, Penggugat mendalilkan “Bahwa dalam melaksanakan tugasnya
sebagai PPK kegiatan Implementasi Fisik Kota Hijau Taman Kota
Samarinda (dalam hal ini tidak dalam kapasitasnya atau tidak selaku
PNS) , Penggugat dalam perkara Nomor 22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Smd
menyatakan dakwaan primer atas sdri. GHINA TSURAYA NOOR, S.Adm
tidak terbukti melanggar pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi”. Dalam posita gugatan angka 7 pada pokoknya
Penggugat menyampaikan bahwa kesalahan Penggugat tidak menegur
dalam proses formal pelaksanaan Program Pengembangan Kota Hijau
(P2KH) Tahun Anggaran 2013 masuk dalam ranah administratif, dan
jauh dari pemahaman kejahatan dalam jabatan Pegawai Negeri Sipil.
Asumsi Penggugat dalam posita angka 5, 6 dan 7 tidak benar,
Penggugat dalam hal ini tidak memahami bahwa kedudukan Penggugat
sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) karena Penggugat sebagai
Pegawai Negeri Sipil, sehingga kesatuan ini tidak bisa dibaca secara
terlepas satu sama lain
Yang dapat duduk sebagai PPK dalam proyek Pemerintah adalah
Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana
ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Dalam pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, melalui penyedia Barang/Jasa sesuai ketentuan Pasal 7
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah perlu Organisasi Pengadaan Barang/Jasa yang
terdiri atas PA/KPA PPK, ULP/Pejabat Pengadaan dan Panitia/ Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan. Dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah tersebut organ yang duduk dalam Pengadaan
Barang/Jasa adalah Pegawai Pemerintah, dalam hal ini
Pegawai Negeri Sipi
Bahwa Penggugat duduk sebagai Pejabat Pembuat Komitmen dalam
kegiatan Implementasi Fisik Kota Samarinda alokasi anggaran berasal
dari dana APBN, sehingga penetapan Penggugat sebagai PPK dari
Direktur Jenderal Penataan Ruang dengan surat Keputusan Direktur
Jenderal Penataan Ruang Nomor 23/KPTS/DR/2020. PPK merupakan
jabatan khusus yang diberikan oleh peraturan perundang-
undangan untuk kepentingan khusus, dalam hal ini untuk
kepentingan Pengadaan Barang/Jasa di Pemerintahan. Berdasarkan
Pasal 1 angka 7 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, disebutkan Pejabat
Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
Sedangkan berdasarkan pasal 13 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
190 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara, dinyatakan
bahwa PPK mempunyai tugas dan wewenang yang dalam melakukan
tindakannya tersebut berakibat pada pengeluaran belanja negara/
daerah
Dari kedua ketentuan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Pejabat
Pembuat Komitmen adalah Pegawai Negeri sipil yang memenuhi
persyaratan sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor
54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang
mempunyai tanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah dan juga mempunyai tugas dan wewenang yang berakibat
pada pengeluaran belanja negara/daerah. Dalam hal ini Penggugat
terlibat dalam mekanisme pencairan keuangan dalam pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
4. Dalam posita gugatan angka 8 Penggugat mendalilkan bahwa pada
dasarnya Penggugat hanya terbukti tersangkut perkara korupsi dan
bukan pelaku korupsi, dalam putusan perkara Nomor
016/G/2020/PTUN.SMD tidak ada kewajiban dalam pengembalian uang
negara. Selanjutnya dalam posita angka 9 Penggugat menyampaikan
amar putusan Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Samarinda
Nomor 016/G/2020/PTUN.SMD
1. Menyatakan Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR, S.Adm binti
ABDULLAH tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan
Primer.
2. Membebaskan Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR, S.Adm binti
ABDULLAH oleh karena itu dari dakwaan Primer tersebut.
3. Menyatakan Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR, S.Adm binti
ABDULLAH terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah “ Tindak
pidana korupsi secara bersama-sama “ sebagaimana didakwakan
dalam dakwaan Subsider.
4. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR,
S.Adm binti ABDULLAH oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 1 (satu) tahun dan 3 (tiga) bulan dan pidana denda sebesar
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila
denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan
selama 1 (satu) bulan.
Asumsi Penggugat keliru, bahwa Pegadilan Tipikor pada Pengadilan
Negeri Samarinda dalam penjatuhan pidana pada Penggugat
berdasarkan Pasal 3 jo Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999, jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana, pasal 193 ayat (1)
KUHAP, Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi
Bunyi pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 yang dipergunakan oleh
Majelis Hakim Tipikor pada Pengadilan Negeri Semarang dalam
penjatuhan putusan pada Penggugat adalah :
“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Bahwa oleh Majelis Hakim Pengadilan Tipikor pada Pengadilan
Negeri Samarinda Penggugat telah dinyatakan bersalah memenuhi
unsur Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, sehingga dijatuhi
pidana penjara selama 1(satu) tahun dan 3 (tiga) bulan dan denda
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan putusan tersebut telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
Bahwa dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tersebut
menegaskan bahwa setiap orang yang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda
paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);
Bahwa Penggugat telah diputus oleh Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi pada Pengadilan Negeri Samarinda dengan putusan Nomor
22/Pid.Sus.TPK/2020/PN.Smd tanggal 29 Juni 2020 dan telah
berkekuatan hukum tetap dengan dinyatakan terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan “Tindak pidana korupsi yang
dilakukan secara bersama-sama”. Dan oleh Majelis Hakim Tipikor
dijatuhi hukuman penjara selama 1 (satu) tahun dan 3 (tiga) bulan
dan pidana Denda sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)
dengan ketentuan apabila denda tidak dapat dibayar diganti dengan
pidana kurungan selama 1 (satu) bulan.
Berdasarkan Putusan Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri
Semarang Nomor 44/id.Sus.TPK/2020/PN.Smd tersebut di atas telah
jelas dan mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht), sehingga
tidak tepat apabila Penggugat mempermasalahkan tidak ada niat
jahat/ mens rea, tidak menikmati hasil korupsi dan tidak ada
kewajiban pengembalian uang negara (sebagaimana pada posita
gugatan angka (8). Hal tersebut merupakan ranah hukum pidana
tipikor dan telah dibuktikan dalam sidang Pengadilan Tipikor pada
Pengadilan Negeri Samarinda.
5. Bahwa dalam posita gugatan angka 10, Tergugat mendalilkan “
Bahwa terhadap obyek sengketa terjadi kontradiktif antara
Pemberhentian Tidak Dengan Hormat tertanggal 2 Juni 2020 dan
penetapannya tertanggal 15 Juni 2020, seharusnya tanggal
Pemberhentian dan tanggal penetapannya sama, maka penerbitan
obyek sengketa melanggar asas-asas umum Pemerintahan yang
baik”. Posita gugatan angka 10 berhubungan dengan posita gugatan
angka 11 yang mendalilkan bahwa obyek sengketa berlaku surut
sehingga Tergugat melanggar asas Kepastian Hukum.
Asumsi Penggugat keliru, dalam hal ini Penggugat tidak memahami
peraturan dalam kepegawaian secara benar dan menyeluruh,
sehingga mengasumsikan dengan imajinasi Penggugat sendiri.
Penggugat juga tidak bisa menunjukkan dasar aturan mana yang
mengharuskan tanggal pemberhentian dan tanggal penetapan suatu
keputusan harus sama .
Tergugat sampaikan, bahwa berdasarkan Pasal 8 Peraturan
Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang
Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri,
disebutkan bahwa “pemberhentian seorang pegawai negeri
ditetapkan mulai akhir bulan keputusan pengadilan atas perkaranya
mendapat kekuatan pasti”.
Bahwa putusan Majelis Hakim Tipikor pada Pengadilan Negeri
Semarang atas Perkara Penggugat tertanggal 29 Juni 2020, sehingga
berdasarkan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966
tentang Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri,
maka Pemberhentian Penggugat dari Pegawai Negeri Sipil terhitung
mulai tanggal 2 Juni 2020.
Berdasarkan ketentuan Pasal 57 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintahan, disebutkan bahwa
Keputusan berlaku pada tanggal ditetapkan, kecuali ditentukan lain
dalam keputusan atau ketentuan peraturan perundang-undangan
yang menjadi dasar keputusan;
Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 57 Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan disebutkan bahwa
pada dasarnya keputusan berlaku pada tanggal ditetapkan. Jika
terdapat penyimpangan terhadap mulai berlakunya keputusan, hal
tersebut dinyatakan secara tegas dalam keputusan;
Dalam putusan a quo telah disebutkan secara jelas bahwa
pemberhentian terhitung mulai tanggal 30 Juni 2018, sehingga hal
tersebut tidak menyalahi ketentuan dalam pasal 57 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, bahwa
dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan “Jika terdapat
penyimpangan terhadap mulai berlakunya keputusan, hal tersebut
dinyatakan secara tegas dalam keputusan;
Dengan demikian pemberlakuan surut suatu Keputusan
diperbolehkan oleh Undang-Undang.
6. Dalam posita gugatan angka 12 Penggugat menyampaikan bahwa
dalam penerbitan obyek sengketa tidak dilakukan secara prosedural,
terbukti tidak dilakukan klarifikasi atau investigasi dari Tergugat
mengenai Jabatan Penggugat apakah masih tetap atau diganti orang
lain, dikatakan penerbitan obyek sengketa melanggar asas
kesewenang-wenangan.
Asumsi Penggugat dalam dalil tersebut keliru. Tergugat sampaikan
bahwa dalam penerbitan Keputusan Walikota yang merupakan obyek
sengketa tersebut didasarkan pada Putusan Pengadilan Tipikor pada
Pengadilan Negeri Samarinda Nomor 22/Pid.Sus.TPK/2020/PN.Smd
tanggal 29 Juni 2020 yang telah berkekuatan hukum tetap. Tergugat
telah melakukan langkah sesuai peraturan peraturan
perundangundangan sebagai berikut :………………….-
a. Tergugat memberhentikan sementara dari Jabatan Negeri Sdri. GHINA
TSURAYA NOOR, S.Adm., NIP. 301256734291, terhitung mulai ditahan
oleh Pihak Berwajib tanggal 28 Januari 2016, dengan Keputusan
Walikota Samarinda Nomor 892/10/219.513/2020 tanggal 15 Juni 2020.
b. Dalam ketentuan Pasal 7 ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 4
Tahun 1966 menyebutkan, jika sesudah pemeriksaan oleh pihak yang
berwajib apabila yang bersangkutan ternyata bersalah, maka terhadap
pegawai yang dikenakan pemberhentian sementara menurut pasal 2
ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 harus diambil
tindakan pemberhentian, sedangkan bagian gaji berikut tunjangan-
tunjangan yang telah dibayarkan kepadanya tidak dipungut kembali.
Selanjutnya pasal 8 menyebutkan, bahwa pemberhentian seorang
Pegawai Negeri berdasarkan peraturan ini ditetapkan mulai akhir bulan
keputusan pengadilan atas perkaranya mendapat kekuatan.
c. Tergugat menerima Petikan Putusan Pengadilan Tipikor pada Pengadilan
Negeri Samarinda Nomor: 44/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Smd tanggal 29 Juni
2020 yang telah berkekuatan hukum tetap, dengan amar putusan :
1) Menyatakan Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR, S.Pd binti
ABDULLAH tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam
dakwaan Primer ;
2) Membebaskan Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR, S.Adm binti
ABDULLAH oleh karena itu dari dakwaan Primer tersebut;
3) Menyatakan Terdakwa Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR, S.Adm
binti ABDULLAH terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
“Tindak pidana korupsi secara bersama-sama“ sebagaimana
didakwakan dalam dakwaan Subsider;
4) Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR,
S.Adm binti ABDULLAH oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 1 (satu) tahun dan 3 (tiga) bulan dan pidana denda
sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dengan
ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan
pidana kurungan selama 1 (satu) bulan.
d. Bahwa Tergugat dalam pemberian Sanksi terhadap Pegawai Negeri Sipil
yang terkena permasalahan hukum ini, juga mendasarkan pada:
1) Surat Kepala BKN Nomor : K.26-30/V.72-9/99 tanggal 22 Juli
2020 perihal Permintaan Untuk Mematuhi Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
2) Surat Edaran MENPAN Nomor: SE/03/M.PAN/4/2007 tanggal 18
April 2007 tentang perlakuan terhadap pejabat yang terlibat
korupsi, kolusi, dan nepotisme sebagai tindak lanjut Inpres
Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi
. Dalam Surat Edaran tersebut disebutkan "terhadap pejabat
yang terlibat perkara korupsi yang berstatus sebagai tersangka/
terdakwa dan dilakukan penahanan oleh aparat penegak hukum
diberhentikan sementara dari jabatannya sampai dengan adanya
keputusan yang mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht)
atau resmi dinyatakan dihentikan proses hukumnya.
e. Bahwa dengan telah diterimanya Petikan Putusan Pengadilan Tipikor pada
Pengadilan Negeri Samarinda Nomor: 22/Pid.Sus-TPK/2020/ PN.Smd
tanggal 29 Juni 2020 yang telah berkekuatan hukum tetap, Tergugat
melakukan konsultasi secara tertulis pada Gubernur Kalimantan Timur
melalui Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kalimantan Timur, yang
dalam surat Kepala BKD Provinsi Kalimantan Timur Nomor : 800/09587
tanggal 25 April 2020 menyebutkan :
1. Sdri. Ghina Tsuraya Noor, S.Adm berdasarkan Putusan Pengadilan
Tipikor Samarinda Nomor 22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Smd tanggal 29
Juni 2020 dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan
tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan dipidana penjara
selama 1 (satu) tahun dan 3 (tiga) bulan dan pidana denda Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan sudah memiliki kekuatan
hukum tetap.
2. Sesuai ketentuan Bab XXVIII KUHP yang mengatur kejahatan jabatan
disebutkan bahwa kejahatan jabatan diantaranya “seorang pejabat
atau orang lain yang diberi tugas/ditugaskan menjalankan sesuatu
jabatan umum terus menerus atau untuk sementara waktu,” dan
melakukan suatu tindak pidana tertentu
3. Kedudukan Sdri. Ghina Tsuraya Noor, S.Adm. sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen dalam kegiatan Implementasi Fisik Kota Hijau Taman
Samarinda pada saat tindak pidana dilakukan, menunjukkan bahwa
tindak pidana yang dilakukan merupakan tindak pidana kejahatan
jabatan atau tindak pidana yang ada hubungannya dengan jabatan.
4. Untuk penyelesaian kasus Sdri. Ghina Tsuraya, S.Adm agar
ditindaklanjuti sesuai surat Kepala BKN Nomor : K.26-30/V.72- 9/99
tanggal 22 Juli 2020.
f. Bahwa pada tanggal 21 Juni 2020 Tergugat melaksanakan rapat
koordinasi untuk membahas permasalahan Penggugat, dengan keputusan
rapat untuk segera memproses Pemberhentian Tidak Dengan Hormat
Sebagai Pegawai Negeri Sipil atas nama GHINA TSURAYA NOOR, S.ADM
dengan mengajukan draf Keputusan Pemberhentian dimaksud kepada
Walikota Samarinda untuk mendapatkan penetapan.
g. Berdasarkan langkah yang telah ditempuh sebagaimana pada huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e maka Tergugat menjatuhkan sanksi
terhadap Penggugat berupa Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Sebagai
Pegawai Negeri Sipil Atas Nama GHINA TSURAYA NOOR, S.Adm., NIP.
301256734291. Hal tersebut sudah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, yaitu berdasarkan pada ketentuan yang diatur
dalam Pasal 87 ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, “dihukum penjara atau kurungan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak
pidana yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum”
dan ketentuan Pasal 9 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil, “melakukan suatu tidak
pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada
hubungannya dengan jabatan
h. Bahwa penjatuhan sanksi terhadap Penggugat telah mempertimbangkan
dari segi hukum. Sanksi dalam hal ini mengacu pada ketentuan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dalam Pasal
87 ayat (4) huruf b dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979
tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam Pasal 9 huruf a,
“melakukan suatu tidak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan”. Oleh karena
penerapannya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979,
dalam penjatuhan sanksi terhadap Penggugat tidak dengan proses
pemeriksaan, karena harus dipahami dalam hal ini tidak pada ranah
pembinaan. Dengan demikian penjatuhan sanksi pada penggugat telah
melalui pertimbangan yang matang dan dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga Tergugat tidak
melanggar asas Kesewenang-wenangan sebagaimana didalilkan oleh
Penggugat
7. Bahwa dalam posita gugatan angka 13, 14 dan 15 Penggugat
mendalilkan bahwa Tergugat melanggar asas kecermatan dan
kepastian hukum dikarenakan dalam konsideran pada obyek
sengketa didalilkan tidak secara khusus mengacu/menunjuk pada
ketentuan pasal-pasal dari peraturan perundang-undangan terkait
dengan putusan Pengadilan Tipikor Samarinda. Dan Penggugat
mendalilkan Tergugat melanggar asas kepastian hukum karena tidak
adanya suatu kejelasan mengenai peraturan yang menjadi dasar
untuk pemberhentian Penggugat terkait sanksi pelanggaran disiplin
sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil yang digunakan sebagai dasar
hukum dalam pemberhentian Penggugat
Asumsi Penggugat keliru, dalam hal ini Penggugat tidak paham
mengenai tata cara penyusunan suatu Produk Hukum, sehingga
menjadi salah dalam mengartikan langkah yang harus dilalui dalam
penerbitan produk hukum yang berupa keputusan.
Bahwa peraturan perundang-undangan sebagaimana Penggugat
sampaikan pada posita gugatan angka 13 merupakan dasar hukum
untuk penerbitan Keputusan tentang Pemberhentian Tidak Dengan
Hormat Atas Nama GHINA TSURAYA NOOR, S.Adm., NIP.
301256734291, sedangkan putusan Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi pada Pengadilan Negeri Samarinda Nomor 44/Pen/PID.Sus-
TPK/2020/PN.Smd merupakan dasar/landasan dikeluarkannya
keputusan Walikota Samarinda untuk pemberhentian Penggugat.
Ketentuan dalam penyusunan suatu Keputusan sesuai dengan
UndangUndang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan pada Lampiran II angka 45 bahwa
penulisan dasar hukum yang bukan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 tidak perlu mencantumkan pasal,
tetapi cukup mencantumkan jenis dan nama peraturan perundang-
undangan tanpa mencantumkan frase Republik Indonesia.
Peraturan perundang-undangan yang merupakan dasar dalam
penerbitan keputusan a quo sebagai berikut :

1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil


Negara. Pasal 87 ayat (4) huruf b
“dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana
yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum”.
2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah yang kedua dengan
UndangUndang Nomor 9 Tahun 2015, diatur dalam Pasal 65 ayat
(2) huruf c, “Dalam melaksanakan tugas Kepala Daerah
berwenang menetapkan Perkada dan Keputusan Kepala Daerah”
3) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang
Pemberhentian/ Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri diatur
pada :
a. Pasal 2 ayat (1)” Untuk kepentingan Peradilan seorang
Pegawai Negeri yang didakwa telah melakukan suatu
kejahatan/ pelanggaran jabatan dan berhubung dengan itu
oleh pihak yang berwajib dikenakan Pemberhentian
sementara”.
b. Pasal 7 ayat (2) huruf a, Jika sesudah pemeriksaan
dimaksud Pegawai yang bersangkutan ternyata bersalah
maka terhadap pegawai yang dikenakan pemberhentian
sementara menurut pasal 2 ayat (1) harus diambil tindakan
pemberhentian, sedangkan bagian gaji berikut tunjangan-
tunjangan yang telah dibayarkan kepadanya tidak dipungut
kembali”.
c. Pasal 8 “Pemberhentian seorang Pegawai Negeri
berdasarkan Peraturan ini ditetapkan mulai akhir bulan
keputusan Pengadilan atas perkaranya mendapat kekuatan
pasti”.
4) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2013,
diatur dalam Pasal 9 huruf a “ Pegawai Negeri Sipil diberhentikan
tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil apabila
dipidana penjara atau kurungan berdasarkan keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap
karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak
pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2009 diatur pada :
a. Pasal 1 angka 5 “Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah
Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota
b. Pasal 25 ayat (1) huruf b “Pejabat Pembina Kepegawaian
Daerah Kabupaten/Kota menetapkan pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/Kota yang
berpangkat Penata Tingkat I Golongan Ruang III/d ke
bawah di lingkungannya
8. Bahwa dalam posita gugatan angka 16 Nomor 1 Penggugat
mendalilkan obyek sengketa bertentangan dengan asas kecermatan
formal, yaitu Tergugat masih mendasarkan pada ketentuan-
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang
Pemberhentian/ Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri Sipil
yang sudah tidak dapat dijadikan dasar hukum karena sekarang
telah diatur secara rinci di Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara. Asumsi Penggugat keliru, bahwa
Penggugat tidak memahami secara menyeluruh terhadap ketentuan-
ketentuan yang masih dipergunakan dalam aturan kepegawaian,
Penggugat juga tidak cermat dalam membaca pasal-pasal dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
sehingga salah dalam menyimpulkan berlakunya suatu ketentuan
peraturan perundang-undangan antara yang masih berlaku dan yang
sudah tidak berlaku.
Sesuai dalam ketentuan penutup pasal 139 Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan bahwa :
“Pada saat undang-undang ini mulai berlaku semua peraturan
perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara RI Tahun 1974 Nomor 55
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041 ) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor
169, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3890 ) dinyatakan
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti
berdasarkan UndangUndang ini”
Dalam hal ini , meskipun berdasarkan BAB XV Ketentuan Penutup
pada pasal 136 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara, bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang PokokPokok Kepegawaian beserta perubahannya telah
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku, namun harus dicermati bahwa
dalam BAB XV Ketentuan Penutup pada pasal 139 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dimuat bahwa
peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
beserta perubahannya masih dinyatakan berlaku sepanjang tidak
bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara tersebut.
Penggugat mendalilkan bahwa obyek sengketa bertentangan dengan
asas kecermatan materiil, karena Tergugat dalam pertimbangan
obyek sengketa tidak pernah mempertimbangkan fakta-fakta riil,
Penggugat tidak pernah menerima dana dari perkara korupsi
tersebut,
serta Penggugat juga tidak pernah diperiksa oleh Tergugat sebelum
diterbitkannya obyek sengketa.
Asumsi Penggugat keliru, fakta riil bahwa Penggugat tidak pernah
menerima dana dari perkara korupsi seperti yang diungkapkan oleh
Penggugat, Tergugat jelaskan bahwa yang mempunyai kewenangan
untuk menguji hal tersebut adalah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
pada Pengadilan Negeri Samarinda, dan kasus ini telah diputus oleh
Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Semarang dengan
Putusan Nomor: 22/PID.Sus-TPK/2020/PN.Smd tanggal 29 Juni 2020
dan Penggugat terbukti secara sah dan meyakinkan dinyatakan
bersalah telah memenuhi unsur pasal 3 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan
Putusan Pengadilan tersebut, Tergugat memberhentikan tidak
dengan hormat kepada Penggugat berdasarkan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dalam Pasal 87
ayat (4) huruf b: “dihukum penjara atau kurungan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak
pidana yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana
umum”, dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam Pasal 9 huruf a :
“melakukan suatu tidak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan”.
Selanjutnya dalam penjelasan Pasal 9 huruf a Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 1979 dijelaskan :“Pada dasarnya jabatan yang
diberikan kepada seorang Pegawai Negeri Sipil adalah merupakan
kepercayaan dari Negara yang harus dilaksanakan dengan
sebaikbaiknya.
Apabila seorang Pegawai Negeri Sipil dipidana penjara atau
kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum yang tetap karena malakukan suatu tindak pidana
kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada
hubungannya dengan jabatan atau pekerjaanya, maka Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan harus diberhentikan tidak dengan
hormat karena telah menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan
kepadanya. Tindak pidana kejahatan jabatan yang dimaksud, antara
lain adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 413 sampai dengan
Pasal 436 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana”. Tindak pidana
kejahatan jabatan yang dimaksud, antara lain adalah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 413 sampai dengan Pasal 436 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana”.
Terhadap Asumsi Penggugat bahwa Penggugat juga tidak pernah
diperiksa oleh Tergugat sebelum diterbitkannya obyek sengketa,
Tergugat jelaskan bahwa Penjatuhan sanksi kepada Penggugat
mengacu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979
tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Penjatuhan sanksi
kepada Penggugat dalam perkara a quo mengacu Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979, sehingga mekanisme penjatuhan
sanksi tidak melalui pemeriksaan. Karena harus dipahami bahwa
penerapan sanksi ini bukan ranah pembinaan.
9. Dalil Penggugat pada posita gugatan angka 16 nomor 1 huruf a, b
dan c sudah Tergugat uraikan di depan pada jawaban angka 3, 4
dan 8, namun perlu Tergugat uraikan yang pada pokoknya sebagai
berikut :
a. Penggugat mendalilkan bahwa, Penguggat dinyatakan bersalah
dalam Putusan Pengadilan Tipikor Samarinda Nomor 22/Pid.sus-
TPK/2020/PN/Smd adalah kapasitasnya sebagai PPK Kegiatan
Implementasu Fisik Kota Hijau Samarinda, bukan dalam
kapasitasnya sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Asumsi Penggugat keliru, bahwa Penggugat dalam hal ini tidak
memahami kedudukan Penggugat sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) karena Penggugat sebagai Pegawai Negeri
Sipil, sehingga kesatuan ini tidak bisa dibaca secara terlepas
satu sama lain. Yang dapat duduk sebagai PPK dalam proyek
Pemerintah adalah Pegawai Negeri Sipil yang telah memenuhi
persyaratan sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Dalam pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, melalui
penyedia Barang/Jasa sesuai ketentuan Pasal 7 Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah perlu Organisasi Pengadaan Barang/Jasa yang terdiri
atas PA/KPA, PPK, ULP/Pejabat Pengadaan dan Panitia/ Pejabat
Penerima Hasil Pekerjaan. Dalam Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah tersebut organ yang duduk dalam Pengadaan
Barang/Jasa adalah Pegawai Pemerintah, dalam hal ini Pegawai
Negeri Sipil.
Bahwa Penguggat duduk sebagai Pejabat Pembuat Komitmen
dalam kegiatan Implementasi Fisik Kota Hijau Samarinda alokasi
anggaran berasal dari Direktur Jenderal Penataan Ruang dengan
suat Keputusan Direktur Jenderal Penataan Ruang Nomor
23/KPTS/DR/2020. PKK merupakan jabatan khusus yang
diberikan ole peraturan perundang-undangan untuk kepentingan
kasus, dalam hal ini untuk kepentingan Pengadaan Barang/Jasa
di Pemerintahan. Berdasarkan Pasal 1 angka 7 Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, disebutkan Pejabat Pembuat Komitmen
yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Sedangkan
berdasarkan pasal 13 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190
Tahun 2012 tentang Tata Cara Pembayaran Dalam Rangka
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara,
dinyatakan bahwa PPK mempunyai tugas dan wewenang yang
dalam melakukan tindakannya tersebut berakibat pada
pengeluaran belanja negara/daerah. Dari kedua ketentuan
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Pejabat Pembuat
Komitmen adalah Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi
persyaratan sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 yang mempunyai tanggung jawab atas
pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan juga
mempunyai tugas dan wewenang yang berakibat pada
pengeluaran belanja negara/daerah. Dalam hal ini Penggugat
terlibat dalam mekanisme pencairan keuangan dalam
pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
b. Penggugat mendalilkan bahwa Kesalahan Penggugat yang telah
diputus oleh Pengadilan Tipikor Semarinda bukan merupakan
tindak pidana kejahatan jabatan atau tidak pidana yang ada
hubungannya dengan jabatan. Terhadap Asumsi Penggugat
tersebut, Tergugat jelaskan bahwa Pegadilan Tipikor pada
Pengadilan Negeri Samarinda telah menjatuhkan putusan Nomor
22/Pid.Sus.TPK/2020/PN.Smd tanggal 29 Juni 2020 dan dalam
penjatuhan pidana pada Penggugat berdasarkan Pasal 3 jo Pasal
18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999. Oleh
Majelis Hakim Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri
Samarinda, Penggugat telah dinyatakan terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan “Tindak pidana korupsi yang
dilakukan secara bersama-sama”, sehingga dijatuhi pidana
penjara selama 1(satu) tahun dan 3 (tiga) bulan dan denda
Rp.50.000.000,-(lima puluh juta rupiah). Tindak Pidana korupsi
yang dilakukan Penggugat dalam kedudukannya sebagai
Pegawai Negeri Sipil dalam kapasitasnya sebagai PPK dalam
kegiatan Implementasi Fisik Kota Hijau Kota Samarinda.
c. Penggugat mendalilkan bahwa, obyek sengketa bertentangan
dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik terutama asas
kecermatan formil dan materiil. Terhadap pendapat Penggugat
yang menyatakan Tergugat tidak memenuhi kecermatan formil,
dijelaskan bahwa Penggugat tidak memahami secara
menyeluruh terhadap ketentuan-ketentuan yang masih
dipergunakan dalam aturan kepegawaian, Penggugat juga tidak
cermat dalam membaca pasal-pasal dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara sehingga
salah dalam menyimpulkan berlakunya suatu ketentuan
peraturan perundang-undangan antara yang masih berlaku dan
yang sudah tidak berlaku.
Sesuai dalam ketentuan penutup pasal 139 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan
bahwa “Pada saat undang-undang ini mulai berlaku semua
peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan
pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara RI Tahun 1974
Nomor 55 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041 )
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran
Negara RI Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 3890 ) dinyatakan masih tetap berlaku
sepanjang tidak ber tetentangan dan belum diganti berdasarkan
Undang-Undang ini”.
Dari ketentuan Pasal 139 tersebut, dapat disimpulkan meskipun
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian beserta perubahannya telah dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku oleh pasal 136 Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, namun demikian
peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1974 beserta perubahannya masih dinyatakan berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara.
Sampai dengan penerbitan Keputusan a quo, Peraturan
Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang
Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri Sipil
belum ada penggantinya, sehingga masih tetap berlaku.
Dengan demikian sangat tidak beralasan apabila Penggugat
menyatakan Tergugat dikatakan tidak memenuhi asas
kecermatan formil.
Terhadap pendapat Penggugat yang menyatakan Tergugat tidak
memenuhi kecermatan materiil, Tergugat jelaskan bahwa yang
mempunyai kewenangan untuk menguji Penggugat tidak pernah
menerima dana dari perkara korupsi adalah Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Semarang, dan kasus ini
telah diputus oleh Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri
Samarinda dengan Putusan Nomor:
44/PID.Sus-TPK/2020/PN.Smd tanggal 29 Juni 2020 dan
Penggugat terbukti secara sah dan meyakinkan dinyatakan
bersalah telah memenuhi unsur pasal 3 Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Terhadap Asumsi Penggugat yang menyatakan Penggugat tidak
pernah diperiksa oleh Tergugat sebelum diterbitkannya obyek
sengketa, Tergugat jelaskan bahwa Penjatuhan sanksi kepada
Penggugat mengacu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
Penjatuhan sanksi kepada Penggugat dalam perkara a quo
mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979,
sehingga mekanisme penjatuhan sanksi tidak melalui
pemeriksaan. Karena harus dipahami bahwa penerapan sanksi
ini bukan dalam ranah pembinaan. Dengan demikian sangat
tidak beralasan apabila Penguggat menyatakan Tergugat
dikatan tidak memenuhi asas kecermatan materiil.
10. Bahwa terhadap Petitum/Tuntutan Penggugat dan permohonan
Penggugat untuk menyatakan Keputusan a quo batal atau tidak sah
dan memerintahkan kepada Tergugat untuk mencabut Keputusan a
quo serta merehabilitasi Penggugat sebagaimana sebelum adanya
Keputusan Walikota Samarinda Nomor 862.3/455/2016 tentang
Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil
Atas Nama GHINA TSURAYA NOOR, S.Adm., NIP. 301256734291
tertanggal 15 Juni 2020, apabila dikabulkan maka justru akan
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dan bertentangan pula dengan asas-asas umum
pemerintahan yang baik khususnya Asas Kepastian Hukum,
dengan pertimbangan :
a. Penerbitan keputusan a quo berdasarkan putusan Pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Dalam putusan Pengadilan Tipikor Samarinda Nomor
22/Pid.SusTPK/2020/PN.Smd, tanggal 29 Juni 2020, Penggugat
telah dijatuhi hukuman penjara berdasarkan Pasal 3 jo pasal 18
(1) UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah
dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, bahwa
Penggugat dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah “tindak pidana korupsi secara bersama-sama “
sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Subsider, dan dijatuhi
hukuman pidana dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun
dan 3 (tiga) bulan dan pidana denda sebesar Rp.50.000.000,-
(lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda
tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 1
(satu) bulan.
c. Bahwa Penggugat, selaku Pegawai Negeri Sipil dalam
kapasitasnya sebagai PPK pada kegiatan Implementasi Fisik Kota
Hijau Taman Kota Samarinda dengan dana dari APBN, telah
dinyatakan terbukti bersalah melakukan tindak pidana korupsi
secara bersama-sama dan dijatuhi pidana penjara selama 1
(satu) tahun dan 3 (tiga) bulan dan pidana denda sebesar
Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan
apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana
kurungan selama 1 (satu) bulan. Berdasarkan ketentuan Pasal 87
ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara dan Pasal 9 huruf a Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri
Sipil, maka sanksi yang harus dijatuhkan adalah Pemberhentian
Tidak Dengan Hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
d. Apabila gugatan Penggugat dikabulkan, akan mencederai rasa
keadilan masyarakat dan kepatutan hukum, karena jelas-jelas
Penggugat berdasarkan Putusan Pengadilan yang sudah
mempunyai kekuatan hukum tetap (inckraht), dinyatakan secara
sah dan meyakinkan terbukti bersalah melakukan tindak pidana
Korupsi Yang Dilakukan Secara Bersama-sama, sehingga
Penggugat harus diberhentikan tidak dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
e. Apabila gugatan Penggugat dikabulkan, maka merupakan
preseden buruk dan akan menjadi yurisprudensi dalam memutus
perkara tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Aparatur Sipil
Negara. Hal tersebut akan sangat membahayakan tatanan
Hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pada saat ini
sedang gencar melaksanakan program penyelenggaraan negara
yang bersih dan bebas korupsi.
Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, mohon Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara ini, berkenan menjatuhkan Putusan sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI
1. Menerima Eksepsi Tergugat ; dan
2. Menyatakan Gugatan Penggugat tidak dapat diterima.
DALAM POKOK PERKARA
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya.
2. Menyatakan Keputusan Walikota Samarinda Nomor 892/10/219.513/2020 tanggal 15
Juni 2020 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil
Atas Nama GHINA TSURAYA NOOR, S.Adm.,NIP. 301256734291.
3. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara ini.
ATAU
Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, maka mohon dapat memberikan Putusan lain
menurut Peradilan yang benar dan seadil-adilnya (ex aquo et bono).------------------------

Menimbang, bahwa terhadap jawaban Tergugat, Penggugat telah mengajukan


Replik tertanggal 6 Agustus 2020 dan sebaliknya atas Replik Penggugat, Tergugat telah
mengajukan Duplik tertanggal 15 Agustus 2020, selengkapnya sebagaimana tercantum di
dalam berita acara persidangan perkara ini yang merupakan satu kesatuan tidak
terpisahkan dan turut dipertimbangkan dalam putusan ini.

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya, Penggugat telah


mengajukan bukti surat berupa fotocopy surat yang telah bermaterai cukup dan telah
dicocokkan dengan asli atau fotocopynya yang diberi tanda bukti P – 1 sampai dengan P
– 5, sebagai berikut :
1. P – 1 : Keputusan Walikota Samarinda Nomor 892/10/2.19.503/2020 tentang
Pemberhentian dengan Tidak Hormat atas nama Ghina Tsuraya Noor S.Adm NIP.
301256734291(fotocopy sesuai dengan aslinya);
2. P – 2 : Surat dari Badan Kepegawaian Daerah yang ditujukan kepada Ghina
Tsuraya Noor, S.Adm, tanggal 5 Juli 2020 (fotocopy sesuai dengan aslinya);
3. P – 3 : Petikan Putusan Nomor : 22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Smd. tertanggal 29 Juni
2020 (fotocopy sesuai dengan salinannya);
4. P – 4 : Surat dari Kantor Lingkungan Hidup Nomor : 800/1019, tertanggal 1
Agustus 2020 kepada Walikota Samarinda, perihal Petikan Putusan No. 22/Pidsus-
TPK/2020/PN.SMD Ghina Tsuraya Noor,S.Adm (fotocopy sesuai dengan aslinya);
5. P – 5 : Putusan Pengadilan Tipikor pada Pengadilan Negeri Samarinda Nomor :
22/Pid.Sus-TPK/2020/PN SMD, tanggal 29 Juni 2020 ( fotocopy sesuai dengan
salinan aslinya).

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya, Tergugat telah


mengajukan bukti surat berupa fotocopy surat yang telah bermaterai cukup dan telah
dicocokkan dengan asli atau fotocopynya yang diberi tanda bukti T – 1 sampai dengan T
– 8, sebagai berikut :

1. T . 1 : Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Samarinda Nomor :


821.1/1660/2019, tanggal 27 Pebruari 2019, Keputusan Pengangkatan Sebagai
Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah atas nama Ghina Tsuraya Noor. (fotocopy
sesuai dengan aslinya);
2. T . 2 : Keputusan Direktur Jenderal Penataan Ruang Nomor : 23/KPTS/DR/2013
tanggal 24 Juli 2013 Tentang Perubahan Lampiran Keputusan Direktur Jenderal
Penataan Ruang Nomor 19/KPTS/DR/2013 (fotocopy sesuai dengan fotocopynya);
3. T . 3 : Surat Perintah Penahanan (Tingkat Penuntutan) Nomor :
PRIN-05/0.3.24/Ft.1/01/2019, tertanggal 28 Mei 2019 atas nama Ghina Tsuraya
Noor (fotocopy sesuai dengan fotocopynya);
4. T . 4 : Keputusan Walikota Samarinda Nomor : 821.3/46/2019 Tanggal 11 Februari
2016 Tentang Pemberhentian Sementara Dari Jabatan Negeri Atas Nama Sdri.
Ghina Tsuraya Noor,S.Adm. (fotocopy sesuai dengan aslinya);
5. T . 5 : Petikan Putusan Nomor : 22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Smd tanggal 29 Juni
2020 (fotocopy sesuai dengan fotocopynya);
6. T . 6 : Surat Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Samarinda Nomor :
784/2309/2020, tanggal 12 Oktober 2020 Perihal : Konsultasi Tindak Pidana
Kejahatan Jabatan (fotocopy sesuai dengan aslinya);
7. T . 7 : Surat Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor
: 800/09587, tanggal 25 Oktober 2020, Perihal Konsultasi Kepegawaian (fotocopy
sesuai dengan aslinya);
8. T . 8 : Surat Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor : K.26- 30/V.72-9/99,
tanggal 22 Juli 2020, Perihal Permintaan untuk Mematuhi Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara (fotocopy sesuai dengan aslinya).
Menimbang, bahwa Pihak Penggugat juga mengajukan 4 (empat) orang saksi dan
1 (satu) orang ahli yang telah disumpah menurut agamanya dan telah memberikan
keterangan pada pokoknya sebagai berikut:
Saksi 1. DRS. MUHAMMAD AL-FATIH, MM , menerangkan bahwa :

- Bahwa saksi menjabat sebagai Kepala Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan


dan Aset Daerah Samarinda sejak bulan Oktober 2013 sampai sekarang;
- Bahwa tugas saksi terkait dengan pekerjaan memverfikasi SPJ yang disampaikan
kepada perangkat daerah, menghimpun data lapangan, dan Pegawai Negeri Sipil
yang diberhentikan sementara untuk menerbitkan SKP nya;
- Bahwa Saksi tidak tahu sejak kapan Penggugat menjadi PNS;
- Bahwa Saksi tahu kalau Penggugat diberhentikan oleh Walikota;
- Bahwa Saksi sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 di Insepektorat;
- Bahwa terkait dengan permasalahan dari Penggugat saksi sudah di BP2KAD
(Badan Pengelola Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah).

Saksi 2. LUNA CANTIKA, S.H. , menerangkan bahwa :


- Bahwa saksi sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas Lingkungan Hidup
Samarinda, sejak tahun 2013 sampai sekarang dan menjabat sebagai
sekretaris dan sejak Januari 2017 menjabat sebagai Plt Kepala Dinas;
- Bahwa Penggugat sebagai staf pada waktu saksi masuk pada tahun 2019
Penggugat sudah ada masuk sebagai Pegawai Negeri Sipil dan Penggugat
menjabat sebagai Kepala Seksi Tata Lingkungan dan PPKom.
- Bahwa Penggugat pada waktu ditunjuk masih menjabat sebagai PPK.
- Bahwa Penggugat sebagai orang yang baik, bertanggungjawab dalam
melaksanakan tugasnya.

Saksi 3. METTA NINDY, menerangkan bahwa :


- Bahwa saksi kenal dengan Penggugat pada waktu menjadi atasan pada waktu
bertugas di Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat;
- Bahwa saksi sebagai Kepala Dinas sedangkan Penggugat sebagai Kasub
Bagian Keuangan pada waktu di Dinas Kesejahteraan Sosial dan
Pemberdayaan Masyarakat;
- Bahwa saksi bertugas di Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan
Masyarakat sejak tahun 2007 sampai tahun 2009;
- Bahwa sejak bulan Januari 2017 sampai sekarang saksi bertugas di Dinas
Perindustrian dan Tenaga Kerja Samarinda;
- Bahwa saksi dipanggil di pengadilan karena adanya gugatan yang diajukan
oleh Ghina Tsuraya Noor karena diberhentikan tidak dengan hormat dengan
Surat Keputusan dari Walikota karena adanya persoalan tentang taman hijau
kota yang awalnya kegiatan dari pusat yang diberikan kepada Bapeda karena
bukan teknis kemudian diberikan Walikota yang selanjutnya ditujukan kepada
Kantor Lingkungan Hidup;
- Bahwa saksi tidak tahu mengapa tanggal pemberhentian dengan tanggal
penetapan berbeda;
- Bahwa saksi tidak tahu apakah sebelum penjatuhan Surat Keputusan ada
pemanggilan terhadap Ghina Tsuraya Noor,S.Adm;
- Bahwa saksi belum pernah menemuhi ada Pegawai Negeri Negeri Sipil yang
diaktifkan kembali setelah dijatuhi hukuman.
Saksi 4. IYAZ AHMAD, menerangkan bahwa :
- Bahwa saksi sebagai pensiun pada tahun 2009, sebagai pegawai di Badan
Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan;
- Bahwa saksi pada waktu masih sebagai pegawai aktif menjabat sebagai Kepala
Bagian Lingkungan Hidup dan Penggugat sebagai staf;
- Bahwa saksi pada waktu masih sebagai pegawai aktif menjabat sebagai Kepala
Bagian Lingkungan Hidup dan Penggugat sebagai staf;
- Bahwa saksi kenal baik dengan Penggugat dan mempunyai prestasi yang baik dan
terakhir dipecat dengan tidak hormat
- Bahwa selain Penggugat menjabat sebagai kepala seksi juga sebagai Pejabat
Pembuat Komitmen;
- Bahwa Penggugat diberhentikan berkaitan dengan proyek kota hijau;
- Bahwa Penggugat diberhentikan tidak dengan hormat oleh SK Walikota;
- Bahwa saksi tahu SK nya tetapi belum pernah membacanya;
- Bahwa belum pernah ada sanksi disiplin terhadap Penggugat
- Bahwa saksi tidak tahu proses terbitnya SK tersebut;
- Bahwa saksi tidak tahu peristiwa yang terjadi pada sdr. Ghina Tsuraya
Noor,S.Adm.
Ahli. 1. Lany Iriana S.H, menerangkan pada pokoknya sebagai
berikut :
- Bahwa dalam faktanya mekanisme pemberhentian terhadap Penggugat
dilakukan pihak tergugat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
- Bahwa Penggungat melakukan tindak pidana setelah inkrach akhir bulan
berikutnya harus diberhentikan dan hukum kepegawaian berlaku surut maka
pemberhentian dan penetapan bulan Juni 2020 tetap berlaku.
- Bahwa apabila seorang melakukan tindak pidana dan Walikota tidak
memberhentikan maka tetap kena sanksi dan proses pemberhentiannya
tanpa pemeriksaan.

Menimbang, bahwa Pihak Tergugat juga telah mengajukan 1 (satu) orang saksi
dan 1 (satu) orang ahli yang telah disumpah menurut agamanya dan memberikan
keterangan pada pokoknya sebagai berikut:
Saksi 1. ORION S.H, menerangkan pada pokoknya sebagai berikut: - -

- Bahwa saksi bekerja di BKD sejak 1 Januari 2015 sampai sekarang menjabat

sebagai Kasubbid Pembinaan;

- Bahwa sebelum saksi di BKD yaitu tahun 2013 sampai 2016 saksi sebagai

Kasub Pembinaan, Membina dan Pemberhentikan pegawai;

- Bahwa saksi tahu yang menjadi objek sengketa yaitu SK Walikota Tentang

Pemberhentian.

- Bahwa SK tersebut terbit karena adanya SK TIPIKOR tanggal 29 Juni 2020

dengan hukuman 1 tahun 3 bulan dan denda sebesar 50 juta apabila denda

tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu) bulan;

- Bahwa sebelum pemberhentian tidak dengan hormat oleh Ghina Tsuraya Noor

ada pemberhentian sementara dulunya;

- Bahwa apabila ada putusan dari pengadilan tanpa melakukan pemeriksaan,

Walikota langsung bisa memberikan putusan;

- Bahwa terkait dengan pemberhentian pernah melakukan konsultasi ke BKN

Kaltim.

Ahli 1. SAMIR GUNAWAN, SH menerangkan pada pokoknya sebagai berikut Bahwa

saksi belum tahu yang menjadi objek sengketa;

- Bahwa setiap PNS yang berkaitan dengan pemberhentian UU No.8 Tahun

1974, ada UU No. 9 Tahun 43 dan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN setiap

PNS yang melakukan tindak pidana yaitu pidana umum, subversi dan khusus
dan PP 32 Tahun 1979 dinyatakan PNS melakukan tindak pidana jabatan dan

sudah inkrach harus diberhentikan dengan tidak hormat, pada PP 4 Tahun1966

Penahanan diberhentikan sementara sebagai PNS;

- Bahwa didalam pemberhentian sementara baik tahanan (kota, rumah dan

kurungan) pemberhentian sementara oleh PPK apabila ada bukti kuat digaji

50 % apabila bukti tidak kuat 75 %;

- Bahwa setiap PNS (ASN) selalu diatur oleh PP 53 Tahun 2010 kaitannya
dengan sanksi yaitu berat, ringan, sedang;
- Bahwa PNS melakukan tindak pidana setelah inkrach akhir bulan
berikutnya harus diberhentikan dan hukum kepegawaian berlaku surut maka
pemberhentian dan penetapan bulan Juni 2020 tetap berlaku;
- Bahwa apabila seorang melakukan tindak pidana dan walikota tidak
memberhentikan maka tetap kena sanksi dan proses pemberhentiannya tanpa
pemeriksaan.

Menimbang, bahwa Pihak Penggugat dan Pihak Tergugat masing- masing


mengajukan kesimpulan pada persidangan tanggal 20 Oktober 2020 selengkapnya
sebagaimana tercantum di dalam berita acara persidangan perkara ini yang
merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan dan turut dipertimbangkan dalam
putusan ini;
Menimbang, bahwa selanjutnya Para pihak tidak mengajukan sesuatu lagi dan
mohon putusan;
-------------------------TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM------------------------

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah


sebagaimana uraian tersebut diatas.;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat, Tergugat telah
menyampaikan Jawaban pada tanggal 3 Agustus 2020 yang di dalamnya juga memuat
adanya eksepsi, sehingga sebelum mempertimbangkan hal-hal mengenai pokok
sengketa, Majelis Hakim akan mempertimbangkan terlebih dahulu mengenai eksepsi
yang diajukan oleh Tergugat sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI
Menimbang, bahwa eksepsi dari Tergugat pada pokoknya mendalilkan bahwa dalil-
dalil gugatan Penggugat tidak jelas/kabur (Obscuur Libel), karena tidak mencantumkan
secara jelas dan tepat tentang asas- asas umum pemerintahan yang baik dan ketentuan
perundang-undangan mana yang dilanggar.;
Menimbang, bahwa terhadap eksepsi Tergugat tersebut, Penggugat telah
membantah di dalam repliknya tertanggal 3 Agustus 2020 yang pada pokoknya
menyatakan bahwa Penggugat menolak seluruh dalil yang disampaikan oleh Tergugat,
kecuali yang secara tegas diakui kebenarannya oleh Penggugat.;
Menimbang, bahwa terhadap eksepsi tersebut Majelis Hakim Mayoritas
berpendapat bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 77 ayat (3) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004, bahwa eksepsi ini dikategorikan
dalam eksepsi lain-lain yang tidak mengenai kewenangan pengadilan dengan demikian
hanya dapat diputus bersama pokok sengketanya.;
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan obscuur libels adalah jika tidak ada
kesesuaian antara objek gugatan, subjek, posita,dan petitum dalam suatu gugatan, dalam
hal ini Majelis Hakim Mayoritas berpedoman pada ketentuan pasal 56 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 , ada suatu syarat yang wajib atau harus dipenuhi dalam gugatan
yaitu :
a. syarat formal, gugatan harus memuat:
- Nama, Kewarganegaraan, tempat tinggal dan Pekerjaan Penggugat atau Kuasanya.
- Nama Jabatan, Tempat kedudukan Tergugat.
b. Syarat materiil, secara materiil suatu gugatan harus menyebutkan atau
menguraikan tentang :
a. Dasar gugatan yang biasanya diistilahkan dengan Posita atau Fundamentum
Petendi.
b. Tuntutan atau petitum.

Menimbang, bahwa gugatan sudah melewati pemeriksaan persiapan dan


sudah diteliti oleh Majelis Hakim, bahwa dalil-dalil gugatan Penggugat telah
berkesesuaian antara subjek, objek gugatan, posita dan petitum, dengan demikian
eksepsi Tergugat haruslah dinyatakan tidak diterima;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim Mayoritas akan menilai hal-hal yang

bersifat ekseptif yang merupakan syarat formal dalam mengajukan gugatan antara

lain :

1. apakah pengadilan tata usaha negara mempunyai kompetensi untuk memeriksa,


memutus dan menyelesaikan sengketa ini.;

2. apakah objek sengketa telah memenuhi unsur persyaratan sebagaimana dimaksud


dalam pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009.;

3. apakah pengajuan gugatan masih dalam tenggang waktu yang disyaratkan Pasal

55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986?.

4. apakah Penggugat mempunyai kapasitas untuk mengajukan gugatan terhadap

objek sengketa a quo di Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana disyaratkan

pasal 53 ayat 1 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004?.

Menimbang, bahwa mengenai apakah pengadilan tata usaha negara

mempunyai kompetensi untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa ini,

Majelis Hakim Mayoritas berpendapat, bahwa berdasar pada ketentuan pasal 47 jo

pasal 50 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 sebagaimana diubah dengan Undang-

Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan diubah kembali dengan Undang-Undang Nomor 51

Tahun 2009 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986

tentang Peradilan Tata Usaha Negara (selanjutnya disebut UU Peratun), Pengadilan

Tata Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan sengketa TUN di tingkat pertama.;

Menimbang, bahwa berpedoman pada ketentuan pasal 1 angka 10 Undang-Undang


Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yaitu Sengketa Tata Usaha
Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau
badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat
maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya keputusan tata usaha negara,
termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang- undangan yang
berlaku. Sedangkan pengertian Keputusan Tata Usaha Negara sesuai pasal 1 angka 9
Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha
negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata.;
Menimbang, bahwa berdasar ketentuan diatas maka Majelis Hakim Mayoritas akan
mempertimbangkan apakah Obyek Sengketa telah memenuhi unsur persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka (9) Undang–Undang Nomor 51 Tahun
2009, sebagai berikut : Objek sengketa berupa Keputusan Walikota Samarinda Nomor
892/10/219.513/2020 tanggal 15 Juni 2020 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan
Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil Atas Nama Ghina Tsuraya Noor,S.Adm, NIP.
301256734291 (vide bukti T.2=P-1) merupakan penetapan tertulis yang telah nyata
dikeluarkan oleh Badan/Pejabat Tata Usaha Negara yaitu Walikota Samarinda, bahwa
maksud dikeluarkannya Keputusan tersebut telah jelas yaitu Memberhentikan Tidak
Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil a.n. sdri. Ghina Tsuraya Noor,S.Adm.
Bahwa Obyek Sengketa a quo merupakan suatu Keputusan yang dimaksud untuk
melakukan perbuatan material Memberhentikan Tidak Dengan Hormat Sebagai Pegawai
Negeri Sipil a.n. sdri. Ghina Tsuraya Noor,S.Adm. dan tindakan Tergugat menerbitkan
Obyek Sengketa a quo tersebut dapat diartikan melaksanakan tindakan hukum Tata
Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 1979 Tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Telah memenuhi sifat konkret karena berisi
suatu tindakan yang berwujud dan dapat ditentukan serta tidak abstrak yakni
perihal Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil a.n. sdri.
Ghina Tsuraya Noor,S.Adm yang ditandatangani oleh Walikota Samarinda.; (vide bukti
T.2=P-1). Bahwa keputusan tersebut telah jelas secara individualditujukan kepada Ghina
Tsuraya Noor,S.Adm (Penggugat), Final : akibat hukum yang ditimbulkan serta yang
dimaksudkan sudah merupakan akibat hukum yang definitif, dalam hal ini diterbitkannya
Surat Keputusan obyek sengketa oleh Tergugat sudah bersifat definitif tanpa memerlukan
adanya persetujuan dari instansi atasan atau instansi lain. Dengan terbitnya Obyek
Sengketa telah menimbulkan akibat hukum yaitu hilangnya hak dan kewajiban Penggugat
sebagai Pegawai Negeri Sipil karena telah diberhentikan dengan tidak hormat.;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan hukum

tersebut di atas Majelis Hakim Mayoritas berpendapat surat keputusan obyek

sengketa merupakan Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana yang ditentukan

dalam Pasal 1 angka ( 9 ) Undang–Undang Nomor : 51 Tahun 2009 tentang

Perubahan Kedua atas Undang–Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata

Usaha Negara sehingga merupakan obyek gugatan dalam sengketa Tata Usaha

Negara dan Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda memiliki wewenang untuk

memeriksa, memutus dan menyelesaikannya;


Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim Mayoritas akan

mempertimbangkan apakah pengajuan gugatan Penggugat terhadap Obyek

Sengketa a quo masih dalam tenggang waktu untuk dapat diajukan ke Pengadilan

Tata Usaha Negara sebagaimana yang disyaratkan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1986 yang berbunyi sebagai berikut : “ Gugatan dapat diajukan hanya dalam

tenggang waktu sembilan puluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau

diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara“;

Menimbang, bahwa Surat Keputusan Tata Usaha Negara a quo telah

diterbitkan oleh Tergugat pada tanggal 15 Juni 2020, kemudian gugatan Penggugat

diajukan dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Samrinda

pada tanggal 27 Agustus 2020 sehingga gugatan diajukan masih dalam tenggang

waktu 90 (sembilan puluh) hari sesuai yang disyaratkan dalam Pasal 55 Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara ;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim Mayoritas akan mempertimbangkan


terkait dengan apakah Penggugat mempunyai kepentingan yang dirugikan sebagai akibat
dari diterbitkannya Obyek Sengketa sehingga ia mempunyai kapasitas untuk mengajukan
gugatan (point d’interest poin d’action), maka Majelis Hakim Mayoritas akan berpedoman
pada ketentuan dalam Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, berbunyi sebagai berikut “Orang atau Badan Hukum Perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan
gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan
Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah,
dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau

direhabilitasi”;

Menimbang, bahwa berdasarkan isi dan maksud ketentuan pasal tersebut,


Majelis Hakim Mayoritas berpendapat bahwa seseorang dapat mengajukan gugatan di
Pengadilan Tata Usaha Negara jika mempunyai kepentingan atas penerbitan surat
keputusan TUN objek sengketa.;--------

Menimbang, bahwa setelah mencermati dasar/alasan gugatan Penggugat yang


menyatakan kepentingannya telah dirugikan atas terbitnya surat keputusan TUN objek
sengketa, Majelis Hakim Mayoritas berpendapat bahwa dengan diterbitkannya Obyek
Sengketa yang ditujukan kepada Penggugat (vide bukti P-1=T.2) sehingga mengakibatkan
hilangnya hak dan kewajiban Penggugat sebagai Pegawai Negeri Sipil karena telah
diberhentikan dengan tidak hormat.;

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan hukum di atas Majelis


Hakim Mayoritas berkesimpulan bahwa Penggugat memiliki kepentingan terhadap surat
keputusan TUN objek sengketa (vide bukti P- 1=T.2) maka, Penggugat telah memenuhi
yang dimaksud dalam ketentuan pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004,
sehingga Penggugat mempunyai hak untuk mengajukan gugatan dalam sengketa ini di
Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda.;-----------------------------------

Menimbang, bahwa dikarenakan eksepsi Tergugat tentang obscuur libel tidak


terbukti, dan dinyatakan tidak diterima, selanjutnya Majelis Hakim Mayoritas
mempertimbangkan tentang pokok sengketa, sebagai berikut:------

DALAM POKOK SENGKETA


Menimbang, bahwa yang menjadi objek sengketa yang dimohonkan Penggugat
untuk dinyatakan batal atau tidak sah dan dicabut adalah Keputusan Walikota Samarinda
Nomor 892/10/219.513/2020 tanggal 15 Juni 2020 tentang Pemberhentian Tidak
Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil Atas Nama GHINA TSURAYA
NOOR,S.Adm. NIP. 301256734291. (vide bukti P-1=T.2);
Menimbang, bahwa gugatan Penggugat pada pokoknya didasarkan atas dalil-dalil
yang telah diuraikan dalam duduk sengketa di atas, yang pada intinya Penggugat
mendalilkan bahwa Tergugat dalam menerbitkan objek sengketa telah melanggar
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan asas-asas umum pemerintahan yang
baik.;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim Mayoritas akan mempertimbangkan
mengenai apakah Tergugat mempunyai kewenangan untuk menerbitkan Surat Keputusan
objek sengketa tersebut.;
Menimbang, bahwa berpedoman pada ketentuan pasal 1 ayat 5 Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun
2003, pasal 14 ayat (1) huruf d dan pasal 25 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, Dan Pemberhentian Pegawai
Negeri Sipil, yaitu:
 Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009, Pasal 1 ayat 5 disebutkan “ Pejabat
Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota adalah Bupati/Walikota.”------------
 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 :

- pasal 14 ayat 1 huruf d, disebutkan:----------------------------


(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota menetapkan :

d. pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pegawai Negeri Sipil dalam dan


dari jabatan struktural eselon III ke bawah dan jabatan fungsional yang jenjangnya
setingkat dengan jabatan struktural eselon II ke bawah di lingkungan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.-----------------------------

- Pasal 25 ayat (1), disebutkan: -

(1)Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota menetapkan :

a. Pemberhentian Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/Kota yang


tidak memenuhi syarat untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah
di lingkungannya.;

b. Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten/Kota yang


berpangkat Penata Tingkat I golongan ruang III/d ke bawah di
lingkungannya.------

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian ketentuan diatas Majelis Hakim


Mayoritas berpendapat apabila dikaitkan dengan fakta bahwa berdasarkan bukti P-
1=T.2 Keputusan Walikota Samarinda Nomor Nomor 892/10/219.513/2020 dimana
disebutkan pada konsideran Memutuskan, Menetapkan GHINA TSURAYA NOOR,S.ADM.
(Penggugat) pada saat diberhentikan dengan tidak hormat sebagai Pegawai Negeri
Sipil dengan jabatan terakhir Kasi Konservasi, Teknologi dan Tata Lingkungan dengan
pangkat golongan ruang Penata Tingkat I (III/d) Unit Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Purworejo (vide bukti, P-1=T.2), maka jelas merujuk pasal 1 ayat 5
Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009, pasal 14 ayat 1 huruf d dan pasal
25 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003, bahwa Walikota Samarinda
selaku Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kota Samarinda memiliki kewenangan
untuk melakukan pemberhentian pegawai negeri sipil terhadap Penggugat.;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas dimana
kedudukan Tergugat adalah sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, maka penerbitan
Surat Keputusan objek sengketa yaitu Keputusan Walikota Samarinda Nomor
892/10/219.513/2020 tanggal 15 Juni 2020 tentang Pemberhentian Tidak
Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil Atas Nama GHINA TSURAYA
NOOR,S.Adm. NIP. 301256734291 (vide bukti P-1=T.2), telah diterbitkan sesuai
dengan kewenangan atributif Tergugat yang diberikan oleh peraturan perundang-
undangan sehingga telah diterbitkan oleh Pejabat yang sah.;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim Mayoritas akan menilai apakah
penerbitan surat keputusan objek sengketa telah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan tidak melanggar Asas-asas Umum Pemerintahan Yang
Baik sehingga tidak dinyatakan batal atau tidak sah sebagaimana dimaksud dalam
pasal 53 ayat 2 Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2004.; -
Menimbang, bahwa prinsip hukum administrasi adalah suatu Keputusan Tata Usaha
Negara yang dikeluarkan atau diterbitkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara tidak boleh mengandung suatu cacat yuridis dari segi prosedur formal,
materiil substansial, serta tidak boleh pula melanggar Asas-Asas Umum Pemerintahan
Yang Baik.;-------------------
Menimbang, bahwa dalam dalil gugatan Penggugat menyatakan keberatan
atas penerapan ketentuan Pasal 87 ayat (4) huruf b Undang- Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang menjadi dasar penerbitan surat keputusan
TUN objek sengketa, yang mengakibatkan hilangnya hak dan kewajiban Penggugat
sebagai Pegawai Negeri Sipil, dan atas dalil tersebut telah dibantah oleh Terggugat
yang pada pokoknya menyatakan telah menerbitkan surat keputusan TUN objek
sengketa telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.;
Menimbang, bahwa bila mencermati pada bukti P-5 yaitu Putusan

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Samarinda Nomor :

22/PID.SUS-TPK/2020/PN.SMD tanggal 29 Juni 2020 pada petitum angka 3

berbunyi: “ Menyatakan terdakwa GHINA TSURAYA NOOR, S.ADM binti

ABDULLAH terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah ‘Tindak Pidana KORUPSI

YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA’ sebagaimana dalam dakwaan

Subsidair .”

Menimbang, bahwa Majelis Hakim Mayoritas menilai uraian permasalahan tersebut

merupakan pemberhentian karena melakukan pelanggaran/tindak

pidana/penyelewengan terhadap Pegawai Negeri Sipil, maka Majelis Hakim harus

berpedoman pada ketentuan :-----

- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.;--


- Pasal 87 ayat (4) : PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena : Huruf b :
dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan
jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan
dan/atau pidana umum.; -
- Pasal 139 : Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan
perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-
Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembar Negara
Repuplik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3014) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang
Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3890) dinyatakan masih tetap berlaku dan sepanjang tidak
bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang-Undang ini;
- Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 Tentang Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil
- Pasal 9 huruf a disebutkan bahwa : ----------------------------

“ Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri

Sipil apabila dipidana penjara atau kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena :

a. Melakukan suatu pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada

hubungannya dengan jabatan.;-

Menimbang, bahwa sesuai dalam penjelasan Pasal 9 huruf a Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 disebutkan bahwa “ Pegawai Negeri Sipil yang

dijatuhi pidana penjara, atau kurungan, berdasarkan keputusan Pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan sesuatu tindak

pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, harus diberhentikan tidak dengan

hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Ketentuan ini tidak berlaku bagi Pegawai Negeri

Sipil yang hanya dijatuhi pidana percobaan.Huruf a. Pegawai Negeri Sipil adalah

merupakan kepercayaan dari Negara yang harus dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya. Apabila seorang Pegawai Negeri Sipil dipidana penjara atau kurungan
berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang

tetap karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau pekerjaannya,

maka Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan harus diberhentikan tidak dengan

hormat karena telah menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan

kepadanya.;------

Menimbang, bahwa mengenai tindak pidana yang dilakukan sebagaimana


diuraikan di atas (vide bukti T.2=P-1) adalah Penggugat telah menyalahgunakan
kewenangannya selaku Pegawai Negeri Sipil dengan Jabatan sebagai Kasi
Konservasi, Teknologi dan Tata Lingkungan pada Unit kerja Kantor Lingkungan Hidup
Kabupaten Samarinda dimana pada tahun 2020 di Kota Samarinds ada Kegiatan
Pelaksanaan Pengembangan Perkotaan Pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultan Supervisi
Implementasi Fisik Kota Hijau, berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Penataan
Ruang Nomor 23/KPTS/DR/2020 tanggal 24 April 2020 ditunjuk Satuan Kerja Non Vertikal
Tertentu Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang Kota Hijau, salah satunya PPK Kota Samarinda
yaitu Ghina Tsuraya,S.Adm. (Penggugat) dengan Jabatan sebagai Pejabat Yang Melakukan
Tindakan yang Mengakibatkan Pengeluaran Anggaran Belanja (Pejabat Pembuat
Komitmen), (vide bukti T.2).;---------------------------
Menimbang, bahwa secara acontrario jika Penggugat bukan Pegawai Negeri Sipil
maka tidak akan menduduki Jabatan sebagai Pejabat Pembuat Komitmen maka
Penggugat tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan paket pekerjaan pengadaan
jasa konsultan supervisi implementasi fisik kota hijau sebagaimana dalam uraian
diatas.;---
Menimbang, bahwa atas uraian fakta-fakta hukum dan pertimbangan hukum
tentang tindak pidana yang dilakukan Penggugat dalam Putusan Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Semarang Nomor :
22/PID.SUS-TPK/2020/PN.SMD tanggal 29 Juni 2020 (Bukti P-5), maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa perbuatan Penggugat termasuk tindak pidana jabatan atau tindak
pidana yang ada hubungannya dengan jabatan dalam penerapan hukumnya haruslah
tunduk pada Pasal 9 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1979 serta Pasal 87
ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014.;---------
Menimbang, bahwa dengan demikian terhadap dalil Penggugat tersebut, haruslah
dinyatakan ditolak.;
Menimbang, bahwa selanjutnya atas dasar fakta hukum tersebut diatas,
pada tanggal 21 April 2020 , Tergugat bersama dengan Sekretaris Daerah Kota
Samarinda, Asisten Pemerintahan sekda Kota Samarinda, Asisten Administrasi dan Kesra
Sekda Kota Samarinda, Inspektur Kota Samarinda, dan Kepala BKD KALTIM dan Kepala
DPPKAD Kota Samarinda mengadakan rapat guna penyelesaian kasus PNS a.n.GHINA
TSURAYA NOOR,S.ADM (vide bukti T.6-T.8) dengan keputusan rapat untuk segera
memproses Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Sebagai PNS a.n. Sdri. GHINA TSURAYA
NOOR,S.ADM dengan mengajukan draft Surat Keputusan Pemberhentian dimaksud kepada
Walikota Samarinda guna mendapatkan persetujuan.;------------------------------------
Menimbang, bahwa atas hasil rapat tersebut maka Tergugat dengan menindaklanjuti

dengan menerbitkan surat keputusan TUN Keputusan Walikota Samarinda Nomor

892/10/219.513/2020 tanggal 15 Juni 2020 tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat

Sebagai Pegawai Negeri Sipil Atas Nama Ghina Tsuraya Noor,S.Adm NIP. 301256734291

(objek sengketa) (Vide bukti P-1=T.2).;

Menimbang, bahwa terhadap uraian fakta hukum diatas dan bila dikaitkan dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang Nomor 5

Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, khususnya pasal 87 ayat (4) huruf b serta

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 khususnya pasal 9 huruf a, maka Majelis

Hakim Mayoritas berpendapat bahwa Tergugat dalam menerbitkan surat keputusan TUN

objek sengketa telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.;

Menimbang, bahwa terhadap dalil Penggugat yang menyatakan bahwa Tergugat

telah menerbitkan surat keputusan TUN objek sengketa telah bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak berdasarkan hukum dan harus

ditolak.;-------------------

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim Mayoritas akan mempertimbangkan

tentang substansi materi objek sengketa adalah sebagai berikut:

Menimbang, bahwa terhadap dalil Penggugat yang menyatakan bahwa objek

sengketa terjadi kontradiktif antara Pemberhentian tidak dengan hormat tertanggal 2 Juni

2020 dan Penetapannya tertanggal 15 Juni 2020, seharusnya tanggal pemberhentian dan

tanggal penetapannya sama, maka penerbitan objek sengketa melanggar asas-asas

umum pemerintahan yang baik.;


Menimbang, bahwa bila dicermati pada bukti P-6 berupa Salinan

Putusan;-------------- Menimbang, bahwa Putusan Pengadilan TIPIKOR No:22/Pid.Sus-

TPK/2020/PN Smd tanggal 29 Juni 2020, selanjutnya Penggugat menjalankan hukuman

penjara yang secara mutatis mutandis Penggugat menyatakan tidak ada upaya hukum

banding (inkracht), berlanjut rangkaian fakta hukum lainnya yaitu pada bukti T.2, T.5, T.6,

T.7, T.8 yaitu dimana pada tanggal 12 April 2020 Badan Kepegawaian Daerah Kota

Samarinda melakukan konsultasi kepada Kepala BKD Provinsi Kalimantan Timur terkait

dengan penyelesaian PNS yang berkasus a.n. Ghina Tsuraya Noor,S.Adm yang telah

dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi secara

bersama-sama dan dipidana penjara selama 1 (satu) tahun 3 (tiga) bulan dan denda

sebesar Rp.50.000.000 (lima puluh juta rupiah) berdasarkan PUTUSAN Pengadilan Tindak

Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Semarang Nomor:22/Pid Sus-TPK/2020/PN.Smd

dan telah inkracht pada tanggal 29 Juni 2020.;------

Menimbang, bahwa kemudian pada tanggal 25 April 2020, Kepala BKD


Provinsi Kalimantan Timur menanggapi dengan suratnya yang pada pokoknya
menyatakan bahwa Sdr. Ghina Tsuraya Noor,S.Adm sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen dalam proyek Taman Hijau Kota “Geger Menjangan”
pada saat tindak pidana dilakukan, menunjukkan bahwa tindak pidana yang
dilakukan merupakan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana yang ada
hubungannya dengan jabatan, hal mana agar ditindaklanjuti sesuai surat Kepala BKN
No.K-26-30/V.72-9/99 tanggal 22 Juli 2020.;-------
Menimbang, bahwa selanjutnya pada tanggal 21 Mei 2020 diadakan rapat
pembahasan penyelesaian kasus PNS a.n. Ghina Tsuraya Noor, S.Adm. yang pada
pokoknya bahwa Sdri. Ghina Tsuraya Noor,S.Adm patut untuk diberhentikan dengan tidak
hormat sebagai PNS, dimana pimpinan dan peserta rapat menyetujui bahwa tindak pidana
yang dilakukan oleh Sdri. Ghina Tsuraya Noor,S.Adm merupakan Kejahatan Jabatan dan
patut untuk dikenakan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Sebagai PNS sebagaimana
disebutkan dalam surat dari Kepala BKN No.K-26-30/V.72-9/99 dan surat dari Kepala BKD
Provinsi Jawa Tengah Nomor: 800/09587 dan selanjutnya terbitlah objek sengketa pada
tanggal 15 Juni 2020 dengan berlakunya Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil Terhitung Mulai Tanggal 2 Juni 2020 .;
Menimbang, bahwa terhadap fakta hukum tersebut, jelas bahwa putusan
No:22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Smd tanggal 29 Juni 2020 telah inkracht dan Penggugat
telah menjalankan pidana penjara dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil terhitung mulai tanggal 2 Juni 2020 adalah sudah tepat sesuai
dengan peraturan yang berlaku pada ketentuan pasal 9 huruf a Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri, disebutkan bahwa
“Pegawai Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil
apabila dipidana penjara atau kurungan berdasarkan keputusan Pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena: a. melakukan suatu tindak pidana
kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan
jabatan.”------------
Menimbang, bahwa dengan demikian terhadap dalil Penggugat yang menyatakan
objek sengketa terjadi kontradiktif antara Pemberhentian tidak dengan hormat
tertanggal 2 Juni 2020 dan Penetapannya tertanggal 5 Juni 2020, seharusnya tanggal
pemberhentian dan tanggal penetapannya sama, adalah tidak berdasar hukum dan harus
dinyatakan ditolak.;
Menimbang, bahwa selanjutnya terhadap dalil Penggugat yang menyatakan
bahwa Tergugat dalam menerbitkan surat keputusan TUN objek sengketa juga telah
bertentangan dengan Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik, khususnya asas kepastian
hukum, asas kecermatan, maka Majelis Hakim Mayoritas akan memberikan pertimbangan
hukum sebagai berikut: -
Menimbang, bahwa asas kepastian hukum adalah asas dalam Negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang- undangan, kepatuhan dan keadilan dalam
setiap kebijakan penyelenggaraan Negara.; -
Menimbang, bahwa asas kecermatan adalah asas yang menghendaki agar
pemerintah atau administrasi bertindak cermat dalam melakukan aktifitas
penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi
warga negara.;---------------
Menimbang, bahwa Tergugat dalam kewenangannya menerbitkan surat keputusan
TUN objek sengketa telah sesuai dengan ketentuan pasal 1 ayat 5 Peraturan Pemerintah
Nomor 63 Tahun 2009, pasal 14 ayat 1 huruf d dan pasal 25 ayat 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003, ketentuan pasal 25 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.;
Menimbang, bahwa Tergugat dalam prosedur formal menerbitkan surat keputusan
TUN telah sesuai dengan ketentuan pasal 87 ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara serta pasal 9 huruf a Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 1979, sehingga dalil Penggugat yang merasa bahwa Tergugat tidak ada
kepastian hukum dan tidak cermat adalah tidak beralasan hukum dan harus
ditolak.;--------
Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan hukum tersebut di atas,
Majelis Hakim Mayoritas berpendapat bahwa Tergugat menerbitkan Keputusan TUN objek
sengketa dalam perkara ini dari segi prosedur formal maupun secara materi substansi
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
tidak pula melanggar Asas-asas umum pemerintahan yang baik sebagaimana didalilkan
oleh Penggugat, oleh karenanya terhadap gugatan Penggugat haruslah ditolak seluruhnya;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat dinyatakan ditolak, maka
berdasarkan ketentuan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan
Tata Usaha Negara, biaya perkara yang timbul dalam perkara ini dibebankan kepada
Penggugat yang besarnya akan ditentukan dalam amar Putusan ini;--
Menimbang, bahwa dalam perkara ini Hakim Ketua Majelis berbeda pendapat
(dissenting opinion) dengan pertimbangan hukum sebagai berikut :
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah seperti
telah diuraikan dalam tentang duduknya sengketa di atas;---------------
Menimbang, bahwa yang menjadi objek sengketa dalam perkara ini adalah
Keputusan Walikota Samarinda Nomor : 892/10/219.513/2020 tanggal 15 Juni 2020
Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil Atas
Nama GHINA TSURAYA NOOR, S.Adm.,NIP. 301256734291 (vide bukti P-1 = T.2);

Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan dan menilai eksepsi dan pokok


perkara a quo, dengan mempedomani ketentuan Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi : -
“Eksepsi tentang kewenangan absolut Pengadilan dapat diajukan setiap waktu selama
pemeriksaan, dan meskipun tidak ada eksepsi tentang kewenangan absolut
Pengadilan, apabila hakim mengetahui hal itu, ia karena jabatannya wajib
menyatakan bahwa Pengadilan tidak berwenang mengadili sengketa yang
bersangkutan”, maka Majelis Hakim Minoritas akan mempertimbangkan dan menilai,
apakah Pengadilan Tata Usaha Negara berwenang memeriksa dan mengadili perkara a
quo, sebagaimana dalam pertimbangan hukum berikut ini :-------------------

Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004


tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara berbunyi : “Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha
Negara menurut undang-undang ini : e. Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan
atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang- undangan yang berlaku”; -

Menimbang, bahwa meneliti dan mencermati obyek sengketa berupa Keputusan


Walikota Samarinda Nomor : 892/10/219.513/2020 tanggal 15 Juni 2020 Tentang
Pemberhentian Tidak Dengan Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil Atas Nama GHINA
TSURAYA NOOR, S.Adm.,NIP. 301256734291 (vide bukti T.2 = P-1) diperoleh fakta
sebagai berikut :------
- Bahwa pada bagian Membaca angka 2. Petikan Putusan Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi pada Pengadilan Negeri Samarinda Nomor :
22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Smdtanggal 29 Juni 2020 dan telah berkekuatan hukum tetap;

- Bahwa pada bagian Menimbang huruf a. bahwa berdasarkan Putusan Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Samarinda tersebut, Sdri. GHINA TSURAYA NOOR,
S.ADM. Terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan “Tindak Pidana Korupsi
yang dilakukan secara bersama-sama”, dan dijatuhi pidana penjara selama 1 (satu)
tahun 3 (tiga) bulan dan Pidana Denda sebesar Rp. 50.000.000, - (lima puluh juta rupiah)
dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan
selama 1 (satu) bulan;---------------------------------
Menimbang, bahwa meneliti dan mencermati bukti P-5 berupa Putusan Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Samarinda Nomor :
22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Smd tanggal 29 Juni 2020 yang identik dengan bukti P-3=T.5
berupa Petikan Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri
Samarinda Nomor : 22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Smd tanggal 29 Juni 2020, pada bagian
amar Putusan berbunyi:

MENGADILI

1. Menyatakan Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR, S.ADM binti ABDULLAH tidak


terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan Primer;
2. Membebaskan Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR, S.ADM binti ABDULLAH oleh
karena itu dari Dakwaan Primer;
3. Menyatakan Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR, S.ADM binti ABDULLAH terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah “Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan
secara bersama-sama” sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Subsider;
4. Menjatuhkan pidana terdakwa GHINA TSURAYA NOOR, S.ADM binti ABDULLAH oleh
karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 3 (tiga) bulan dan
Pidana Denda sebesar Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan
apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 1
(satu) bulan;
5. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
6. Memerintahkan Terdakwa tetap ditahan;

7. Memerintahkan Barang Bukti berupa :----------------------------------------

1. 1 (satu) bendel dokumen kontrak lengkap atau Surat Perjanjian Paket Pekerjaan
Konstruksi Implementasi Fisik Kota Hijau Kota Samarinda Nomor : 08 / SP /
Rc.9 / SMD / IX / 2020 tanggal 2 Mei 2020.
2. 1 (satu) bendel Addendum Nomor : 09 / AD / Rc.9 / SMD / IX / 2020 tanggal 2
Mei 2020 Atas Surat Perjanjian Nomor : 08 / SP / Rc.9 / PURWO / IX / 2020
tanggal 2 Mei 2020.-------------
3. 1 (satu) bendel Shop Drawing Kegiatan Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang Kota
Hijau (P2RKH) Pekerjaan Implementasi Fisik Kota Hijau Kota Samarinda Lokasi
Kegiatan Kelurahan Juanda V Tahun Anggaran 2020.------------------------
4. 3 (tiga) bendel Laporan Bulanan dan 2 (dua) bendel Laporan Mingguan pekerjaan
Implementasi Fisik Kota Hijau Kota Samarinda. ---------------------
5. Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan Nomor : 09 / BAPP / Rc.9 /
SMD/ XII / 2020, tanggal 12 Mei 2020.---------------------
6. Surat Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Samarinda Nomor : 660.1 / 521.B /
2020, tanggal 12 Mei 2020 perihal pemeliharaan Taman Kota .---------------------
7. Copy Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Petikan Tahun
Anggaran 2020 Nomor : DIPA-033.03 1.498599/2020 Kementrian Keuangan
Republik Indonesia tanggal 05 Desember 2012 dan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementrian Lembaga (RKAKL) Kode rekening 2401.12 Pemenuhan SPM dan
Peningkatan Kualitas Penataan Ruang Kota jumlah Rp.1.520.000.000. -
8. Surat Permintaan Pembayaran tanggal 27 April 2020.
8. Membebankan biaya perkara ini pada terdakwa, untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp. 5000,- (lima ribu rupiah).----------------------
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, Majelis Hakim
Minoritas berkesimpulan bahwa objek sengketa merupakan pelaksanaan isi putusan
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Samarinda Nomor :
22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Smd tanggal 29 Juni 2020, sebab di dalam amar Putusan
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Samarinda Nomor :
22/Pid.Sus-TPK/2020/PN.Smd tanggal 29 Juni 2020 angka 3 (tiga) dan 4 (empat)
secara tekstual tertulis :---
Angka 3. “Menyatakan Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR, S.ADM binti ABDULLAH
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah “Tindak Pidana Korupsi yang
dilakukan secara bersama-sama” sebagaimana didakwakan dalam dakwaan
subsider”.----------------------

Angka 4. “Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa GHINA TSURAYA NOOR, S.ADM


binti ABDULLAH oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 3
(tiga) bukan dan Pidana Denda sebesar Rp. 50.000.000, - (lima puluh juta rupiah)
dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana
kurungan selama 1 (satu) bulan”.------------------------------
Berikutnya fakta sebagaimana dipaparkan di atas ( vide supra) tercantum secara jelas
di dalam konsideran membaca objek sengketa angka 2 yang berbunyi : “Petikan
Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri
Samarinda Nomor : 22/Pid.Sus-TPK/2020/PN. Smd tanggal 29 Juni 2020 dan
telah berkekuatan hukum tetap” dan konsiderans menimbang huruf a yang berbunyi
;” bahwa berdasarkan Putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan
Negeri Semarang tersebut, Sdri. GHINA TSURAYA NOOR, S,ADM. Terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan “Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan secara
bersama-sama”, dan dijatuhi pidana penjara selama 1 (satu) tahun 3 (tiga) bulan dan
Pidana Denda sebesar Rp. 50.000.000, - (lima puluh juta rupiah) dengan ketentuan
apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 1 (satu)
bulan”, sehingga obyek sengketa dikategorikan sebagai keputusan Tata Usaha Negara
yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menimbang, bahwa oleh karena objek sengketa telah dikategorikan sebagai
keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan
peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku, maka
Majelis Hakim Minoritas berpendapat bahwa objeksengketa telah memenuhi
ketentuan Pasal 2 huruf e Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara.----------------------
Menimbang, bahwa oleh karena objek sengketa telah dinilai memenuhi
ketentuan Pasal 2 huruf e Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
maka Majelis Hakim Minoritas berdasar menurut hukum menyatakan bahwa
Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang memeriksa dan mengadili sengketa a
quo;---
Menimbang, bahwa oleh karena terdapat perbedaan pendapat (dissenting
opinion) antara Hakim Ketua Majelis di satu pihak dengan Hakim Anggota I dan Hakim
Anggota II di lain pihak, maka berpedoman pada Pasal 97 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi :”Putusan dalam
musyawarah majelis yang dipimpin oleh Hakim Ketua Majelis merupakan hasil
permufakatan bulat, kecuali jika setelah diusahakan dengan sungguh-sungguh tidak
dapat dicapai permufakatan bulat putusan diambil dengan suara terbanyak”, oleh karena
itu Putusan Pengadilan Tata Usaha Samarinda dalam perkara Nomor :
125/G/2020/PTUN.SMD adalah sesuai dengan pertimbangan hukum Majelis Hakim
Mayoritas in casu Hakim Anggota I dan Hakim Anggota II;-----
Menimbang, bahwa dengan berpedoman pada ketentuan pasal 100 dan pasal 107
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, bahwa
Hakim bebas menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian, maka dalam
memeriksa dan mengadili sengketa ini Majelis Hakim mempelajari dan memberikan
penilaian hukum terhadap alat-alat bukti yang diajukan oleh para pihak, namun untuk
mempertimbangkan dalil-dalil para pihak, Majelis Hakim hanya menggunakan alat-alat
bukti yang paling relevan dan paling tepat dengan sengketa ini, sedangkan terhadap alat-
alat bukti selain dan selebihnya tetap dilampirkan dan menjadi satu kesatuan dengan
berkas perkara ini.;--

Mengingat, ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan


Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2004 dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara serta perundang-undangan lain yang
berkaitan.;---------------

MENGADILI

DALAM EKSEPSI:

- Menyatakan Eksepsi Tergugat tidak diterima.;---------------------------------

DALAM POKOK SENGKETA:


- Menolak gugatan Penggugat seluruhnya.;--------------------------------------

- Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 278.000,- (Dua
Ratus Tujuh Puluh Delapan Ribu Rupiah).----------------
Demikianlah diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan
Tata Usaha Negara Samarinda pada hari : SELASA tanggal 8 Desember 2020 oleh kami
Enggal Triya , S.H.,M.H., selaku Hakim Ketua Majelis, AYU RACHMAWATI, S.H. dan
LANGGENG DWI, S.H.,M.H masing-masing sebagai Hakim-Hakim Anggota, Putusan
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari KAMIS tanggal 18 Desember 2020
oleh Majelis Hakim tersebut, dengan dibantu oleh ELVINA NURHAFIFAH, S.H.
sebagai Panitera Pengganti Pengadilan Tata Usaha Negara Samarinda, dengan dihadiri
oleh Kuasa Hukum Penggugat dan Kuasa Hukum Tergugat;

HAKIM-HAKIM ANGGOTA, HAKIM KETUA MAJELIS,

ttd ttd

1. AYU RACHMAWATI,S.H ENGGAL TRIYA ,S.H.,M.H

ttd

2. LANGGENG DWI,S.H.,M.H
PANITERA PENGGANTI,

ttd

ELVINA NURHAFIFAH,S.H
Perincian biaya :

1. Biaya Pendaftaran Gugatan Rp. 30.000,-


2. Biaya ATK Rp. 125.000,-
3. Biaya Pengadilan Sidang dan Sumpah Rp. 112.000,-
4. Materai Putusan Sela Rp. -
5. Redaksi Putusan Sela Rp. -
6. Materai Putusan Rp. 6.000,-
7. Redaksi Putusan Rp. 5.000,-
8. Biaya Pemeriksaan Setempat Rp. -

JUMLAH Rp. 278.000,-

( Dua Ratus Tujuh Puluh Delapan Ribu Rupiah)

Anda mungkin juga menyukai