Anda di halaman 1dari 15

Surat Gugatan

Jakarta, 15 Agustus 2022


Perihal : Gugatan Pengadilan Tata Usaha Negara

Kepada Yth,
Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta
Di Jalan Sentra Primer, RT.9/RW.8, Baru Timur, Pulo Gebang, Kec. Cakung, Kota Jakarta Timur,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13950

Dengan Hormat,
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Samuel Boi Humala, S.H., LL.M
2. Andi Fauzan, S.H., M.H.
3. Muhammad Sholeh, S.H, M.H
Baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, seluruhnya kewarganegaraan Indonesia, para
Advokat dari Kantor Advokat dan Pengacara Samuel Siahaan & Partners, beralamat di Jalan
Kalibata No. 26 RT.003/RW.001, Kuningan, Karet Setiabudi, Jakarta Selatan, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus Nomor 67/ SS-SSEK/08/2022 (vide Bukti P-1) tanggal 14 NAgustus 2022 dalam
hal ini bertindak untuk dan atas nama:
Fesya Mantini, A.Md.Kep, beralamat di Jalan Cilandak Tengah Raya No. 15 RT. 3/RW.
9, Cilandak Barat, Cilandak, Kota Jakarta Selatan, Pegawai Negeri Sipil Perawat
Terampil Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu sesuai dengan Keputusan Badan
Kepegawaian Daerah Provinsi Daerah Ibukota Jakarta Nomor K.254-263/V.9-7/15
tanggal 9 Juni 2015 (vide Bukti P-2).
Untuk selanjutnya disebut sebagai—------------------------------------------------- PENGGUGAT.

MELAWAN

Dengan ini Penggugat mengajukan gugatan terhadap Gubernur DKI Jakarta, berkedudukan di Jl.
Medan Merdeka Sel. No.8-9, RT.11/RW.2, Gambir, Kecamatan Gambir, Kota Jakarta Pusat,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, atas dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta
nomor 1659/K/V/2022 Tanggal 24 Mei 2022 tentang Pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri terhadap Fesya Mantini, A.MD.Kep.

Untuk selanjutnya disebut sebagai—------------------------------------------------- TERGUGAT.

Bahwa dengan hal ini, PENGGUGAT mengajukan gugatan sebagai berikut

I. Persona Standi in Judicio/Kedudukan Hukum


- Bahwa PENGGUGAT Fesya Mantini, A.MD.Kep Merupakan Pegawai Negeri Sipil
dengan Jabatan Perawat Terampil di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu
berdasarkan Keputusan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Daerah Ibukota Jakarta
Nomor K.254-263/V.9-7/15 tanggal 9 Juni 2015 yang kemudian terhadapnya dikeluarkan
Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 1659/K/V/2022 Tanggal 24 Mei 2022
tentang Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atas nama Fesya
Mantini, A.MD.Kep (vide Bukti P-3);
- Bahwa TERGUGAT adalah Gubernur DKI Jakarta yang mengeluarkan Surat Keputusan
Gubernur DKI Jakarta nomor 1659/K/V/2022 Tanggal 24 Mei 2022 tentang
Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri terhadap Fesya Mantini,
A.MD.Kep;
- Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 1659/K/V/2022
Tanggal 24 Mei 2022 tentang Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan
sendiri, PENGGUGAT Fesya Mantini diberhentikan sebagai Pegawai Negeri Sipil;
- Bahwa PENGGUGAT mempermasalahkan dan merasa dirugikan akibat Surat Keputusan
Gubernur DKI Jakarta nomor 1659/K/V/2022 Tanggal 24 Mei 2022 tentang
Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri merupakan Pegawai Negeri
Sipil terhadap Fesya Mantini, A.MD.Kep yang merupakan kewenangan dari Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Pasal 53. jo.
Pasal 18 dari Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2021;
- Bahwa berdasarkan Pasal 89 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara ketentuan mengenai tata cara pemberhentian, pemberhentian sementara, dan
pengaktifan kembali PNS diatur dalam Peraturan Pemerintah;
- Bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2021 tentang Upaya Administratif dan
Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara mengatur lebih lanjut upaya administratif
yang harus ditempuh Penggugat sebelum mengajukan Upaya Hukum yang menurut
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2018 Pasal 2 ayat (1) wajib ditempuh oleh
Penggugat;
- Bahwa Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2021 Upaya
Administratif yang harus ditempuh PENGGUGAT adalah Upaya Banding yang menurut
Pasal 11 ayat (1) diajukan secara tertulis dengan bukti dan sanggahan kepada Badan
Pertimbangan Aparatur Sipil Negara;
- Bahwa Upaya Administratif yang dilakukan PENGGUGAT dengan mengajukan
BANDING Administratif sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2021 telah dilakukan dan telah diterima oleh PENGGUGAT dan TERGUGAT
Keputusan dari Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara terkait Surat Keputusan
Gubernur DKI Jakarta nomor 1659/K/V/2022 yang dalam Surat Keputusan BPASN
Nomor: SKep/76/BKD-JP/XX/2022 (vide Bukti P-4) menolak permohonan
PENGGUGAT dalam Upaya administratif Banding yang dilakukan oleh PENGGUGAT
dengan demikian PENGGUGAT telah memenuhi syarat dari Pasal 2 ayat (1) Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2018 untuk terlebih dahulu mengajukan upaya
Administratif sebelum dilaksanakan.
- Bahwa PENGGUGAT tidak puas dengan hasil Upaya Administratif maka berdasarkan
Pasal 18 dari Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2021, upaya hukum dilakukan
dengan mengajukan gugatan kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
- Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Pasal 54 maka kompetensi
relatif dari Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang berwenang untuk mengadili
perkara ini ada pada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sesuai dengan kedudukan dari
TERGUGAT Gubernur Provinsi DKI Jakarta yang mengeluarkan objek sengketa Surat
Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor 1659/K/V/2022 Tanggal 24 Mei 2022 tentang
Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri a.n Fesya Mantini,
A.MD.Kep.
II. Objek Gugatan
- Bahwa yang menjadi objek gugatan adalah Surat Keputusan Gubernur DKI
Jakarta Nomor 1659/K/V/2022 Tentang Pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil dari tugas jabatan sebagai PNS
di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu atas nama Fesya Mantini,
A.MD.Kep Tanggal 24 Mei 2022;
1)
a. Konkret
Objek sengketa ini bersifat konkret karena berwujud dan tidak abstrak, hal
ini termuat dalam Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor
1659/K/V/2022 Tentang Pemberhentian dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil dari tugas jabatan
sebagai PNS di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu atas nama
Fesya Mantini, A.MD.Kep Tanggal 24 Mei 2022;
b. Individual
F Fesya Mantini, A.MD.Kep atau PENGGUGAT yang mendapatkan
dampak baik secara langsung maupun tidak langsung berupa kerugian
karena ada hak-haknya yang telah dilanggar sebagai Pegawai Negeri Sipil
Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu, Provinsi DKI Jakarta;
c. Final
Objek sengketa ini bersifat final dikarenakan keputusan ini sudah
definitive dan menimbulkan akibat hukum serta tidak memerlukan
persetujuan dari atasan atau instansi lain. Dengan dikeluarkannya objek
sengketa ini telah mengakibatkan akibat hukum terhadap PENGGUGAT
karena PENGGUGAT tidak dapat melaksanakan pekerjaannya seperti
sebelumnya.

III. Bahwa Tenggat Waktu Objek Sengketa Masih memperbolehkan adanya Gugatan
1. Bahwa Objek Sengketa diterbitkan oleh TERGUGAT pada tanggal 24 Mei 2022;
2. Bahwa Objek Sengketa tersebut diterima atau diketahui PENGGUGAT pada tanggal 25
Mei 2022;
3. Bahwa berdasarkan Pasal 129 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (“UU ASN”) yang berbunyi:

(1) Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif;


(2) Upaya administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari keberatan
dan banding administratif.”

4. Bahwa berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019 tentang
Pemberlakukan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2019
Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan, ketentuan mengenai upaya
administratif didasarkan pada ketentuan Pasal 75 sampai dengan Pasal 78
Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (“UU AP”)
dan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelesaian
Sengketa Administrasi Pemerintahan Setelah Menempuh Upaya Administratif
(“PerMA 6/2018”) apabila tidak ada peraturan dasar yang secara khusus mengatur
upaya administratif;
5. Bahwa Pasal 75 ayat (1) UU AP berbunyi:

(1) Warga Masyarakat yang dirugikan terhadap Keputusan dan/atau Tindakan dapat
mengajukan Upaya Administratif kepada Pejabat Pemerintahan atau Atasan
Pejabat yang menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau Tindakan.
6. Bahwa Pasal 10, 11, 12, dan 13 Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2021 tentang
Upaya Administratif dan Badan Pertimbangan Aparatur Sipil Negara berbunyi (“ PP
Upaya Administratif dan BPASN”):

Pasal 10

Pegawai ASN dapat mengajukan Banding Administratif atas Keputusan PPK yang
berupa:
a. pemberhentian sebagai PNS; dan
b. pemutusan hubungan perjanjian kerja sebagai PPPK

Pasal 11

(1) Banding Administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 diajukan secara


tertulis kepada BPASN dengan memuat alasan dan/atau bukti sanggahan.
(2) Banding Administratif yang diajukan kepada BPASN sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), tembusannya disampaikan kepada PPK.
(3) Banding Administratif diajukan dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas)
hari kerja terhitung mulai tanggal Keputusan PPK yang diajukan Banding
Administratif diterima oleh Pegawai ASN.

Pasal 12

(1) Dalam hal Banding Administratif yang diajukan melebihi jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3), BPASN menetapkan surat
penetapan tidak dapat diterima.
(2) Dalam hal Banding Administratif yang diajukan bukan merupakan Keputusan PPK
yang dapat diajukan Banding Administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10, BPASN menetapkan surat penetapan tidak dapat diterima.
(3) Surat penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 ditandatangani
oleh Kepala Sekretariat BPASN.
(4) Dalam hal Banding Administratif yang diajukan tidak melebihi jangka waktu dan
merupakan kewenangan BPASN, BPASN wajib melakukan pemeriksaan terhadap
Banding Administratif yang diajukan.

Pasal 13

(1) PPK harus memberikan tanggapan atas Banding Administratif sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) kepada BPASN paling larna 2l (dua puluh satu)
hari kerja terhitung mulai tanggal diterimanya tembusan Banding Administratif.
(2) Apabila PPK tidak memberikan tanggapan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), BPASN mengambil keputusan terhadap Banding
Administratif berdasarkan bukti yang ada.
(3) Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPASN berwenang meminta keterangan
dan/atau data tambahan dari Pegawai ASN yang bersangkutan, pejabat, dan/atau
pihak lain.
(4) BPASN wajib mengambil keputusan atas Banding Administratif paling lama 65
(enam puluh lima) hari kerja terhitung mulai tanggal diterimanya permohonan
Banding Administratif.
(5) Pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan
melalui sidang BPASN.

7. Bahwa sebagaimana dalam hukum dikenal asas lex specialis derogat legi generalis
yang terdapat dalam yang memiliki makna bahwa aturan hukum yang khusus
mengesampingkan aturan hukum yang umum maka dalam hal ini berlaku aturan yang
lebih khusus berdasarkan PP Upaya Administratif dan BPASN.

8. Bahwa berdasarkan ketentuan pasal-pasal di atas, PENGGUGAT telah berupaya untuk


menyelesaikan perkara a quo secara administratif dengan mengajukan surat banding
kepada TERGUGAT pada tanggal 27 Mei 2022;
9. Bahwa surat banding tersebut telah diterima oleh TERGUGAT pada tanggal 27 Mei
2022;
10. Bahwa tenggat waktu TERGUGAT untuk memberikan tanggapan atau keputusan
terkait surat keberatan tersebut adalah sampai tanggal 28 Juni 2022 sebagaimana Pasal
13 PP Upaya Administratif dan BPASN.
11. Bahwa kemudian TERGUGAT menolak banding yang diajukan PENGGUGAT dengan
mengeluarkan Surat Keputusan BPASN X yang menolak permohonan PENGGUGAT
dalam Upaya Banding Administratif yang dilakukan oleh PENGGUGAT pada tanggal
9 Juni 2022.
12. Bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (1) PerMA 6/2018 yang berbunyi:

“Tenggang waktu pengajuan gugatan di Pengadilan dihitung 90 (sembilan


puluh) hari sejak keputusan atas upaya administratif diterima oleh Warga
Masyarakat atau diumumkan oleh Badan dan/atau Pejabat Administrasi
pemerintahan yang menangani upaya administratif;”

13. Bahwa berdasarkan Pasal 55 UU PTUN yang berbunyi:

“Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh hari
terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkan Keputusan Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara.”
14. Bahwa tenggat waktu 90 (sembilan puluh) hari yang dimaksud pada poin sebelumnya
terhitung sejak tanggal 9 Juni 2022 adalah tanggal 7 September 2022;
15. Bahwa gugatan a quo diajukan dalam kurun waktu yang sesuai dengan aturan
mengenai tenggang waktu gugatan yaitu pada tanggal 14 Agustus 2022.

IV. Kepentingan Penggugat yang Dirugikan


- Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara Pasal 1 Angka 9 Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi
tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final,
yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
- Bahwa karena Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang secara tidak sah
dikeluarkan oleh Tergugat menimbulkan akibat hukum bagi Penggugat yang
berupa kerugian.
- Bahwa atas adanya objek gugatan, Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor
1659/K/V/2022 Tanggal 24 Mei 2022 tentang Pemberhentian dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri terhadap Fesya Mantini, A.MD. Kep.
mengakibatkan Penggugat merasa dirugikan karena diberhentikan sebagai
Pegawai Negeri Sipil.
- Bahwa pelaksanaan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor
1659/K/V/2022 Tanggal 24 Mei 2022 tentang Pemberhentian dengan hormat
tidak atas permintaan sendiri terhadap Fesya Mantini, A.MD. Kep. tersebut,
kurang tepat untuk dapat dilaksanakan, dikarenakan:
a. Surat Keputusan yang menyangkut pemberhentian Penggugat didasarkan
atas hasil pemeriksaan tim penguji kesehatan, sebagaimana sesuai dalam
Pasal 11 jo. Pasal 12 Huruf a Bagian 1 Peraturan Badan Kepegawaian
Negara Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.
b. Dimana Hasil Pemeriksaan No. 988/Hsl.Gl/09 (vide Bukti P-5)
menjelaskan bahwa Penggugat mengalami stress berat yang menghasilkan
kecemasan kronis serta kemarahan kronis.
c. Hasil Pemeriksaan tersebut dianggap oleh Penggugat keliru dan kurang
akurat dikarenakan pada pelaksanaan wawancara pemeriksaan kerohanian
kondisi Penggugat sedang kurang stabil.
d. Penggugat kemudian melakukan Tes Psikiatri di Rumah Sakit Fatmawati,
dengan hasil pemeriksaan berupa Surat Pemeriksaan Psikiatri No.
17/PSk-12/05/2022 (vide Bukti P-6) pada tanggal 10 Juni 2022 yang
menyatakan bahwa Penggugat hanya mengidap stress kerja akibat trauma
perceraian, dimana dapat disembuhkan dengan mengonsumsi obat yang
diresepkan Dokter Shiro Ishii, yaitu Doxylamine 2 x 3 hari.
e. Hasil pemeriksaan dengan Dokter Shiro Ishii juga menjelaskan Penggugat
masih dapat bekerja dalam jabatan dan kapasitas kerjanya jika meminum
obat secara rutin selama seminggu.
f. Oleh karena hasil pemeriksaan yang menunjukkan bahwa stress kerja yang
dialami Penggugat dapat disembuhkan dengan obat, maka Hasil
Pemeriksaan No. 988/Hsl.Gl/09 yang menjelaskan bahwa Penggugat
mengalami keadaan penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya
sendiri atau lingkungan kerjanya sebagaimana terdapat dalam Pasal 11
Huruf b Peraturan Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2020 keliru.
g. Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1659/K/V/2022 kurang
tepat dikarenakan tidak memenuhi kriteria sebagaimana tertera dalam
Pasal 11 Huruf b Peraturan Badan Kepegawaian Negara Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2020.
- Bahwa dengan demikian, Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh
Tergugat telah memenuhi ketentuan “menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata” sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Angka 9
Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara.
- Bahwa Penggugat merasa dirugikan dengan adanya Surat Keputusan Gubernur
DKI Jakarta nomor 1659/K/V/2022 Tanggal 24 Mei 2022 tentang Pemberhentian
dengan hormat tidak atas permintaan sendiri terhadap Fesya Mantini, A.MD. Kep.
sehingga Penggugat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan Tata Usaha
Negara atas dasar Pasal 53 Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Negara, agar
Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan dinyatakan batal atau tidak
sah.

V. Posita (Butuh Psikiater)


- Bahwa Penggugat sesungguhnya telah mengalami beberapa masalah dalam
Rumah Tangganya yang menyebabkan PENGGUGAT melakukan Cerai terhadap
suaminya pada 21 Desember 2020 sesuai Keputusan Peradilan Agama Nomor
0209/Ust. A/2020/PA. JS (vide Bukti P-7) tanggal 21 September 2020.
- Bahwa sejak tahun 2020 hingga 2021 PENGGUGAT mengalami tekanan kerja
akibat kehidupan rumah tangganya yang kosong dan kesulitan untuk membiayai
anaknya sendiri.
- Bahwa akibat hal tersebut PENGGUGAT melakukan kunjungan ke Psikiater di
RS Fatmawati Sejak Oktober 2021 dikarenakan kondisi Mental PENGGUGAT
tertekan, bahwa berdasarkan Tes Psikiater yang dilakukan oleh Dr. Ishii yaitu Tes
Psikiater No. 132/6mil-FS/2022 tertanggal 12 Januari 2022 (vide Bukti P-8).
- Bahwa atas Tes Psikiatri tersebut menyatakan bahwa Kondisi Mental
PENGGUGAT bermasalah dikarenakan tekanan dari Pekerjaan di Instalasi
Gawat Darurat yang menambah kondisi rumah tanggang non-optimal penggugat.
- Bahwa atas hasil Tes Tersebut Dr. Shiro Ishii menjelaskan kepada PENGGUGAT
untuk mengurangi level tekanan kerjanya dan untuk tidur secara rutin di Malam
hari.
- Bahwa sebelum dikeluarkanya objek sengketa, PENGGUGAT pada 1 Februari
2022 memohon kepada Direktur RS Pasar Minggu untuk melakukan perpindahan
posisi dari IGD ke Rawat Jalan untuk kesehatan mentalnya melalui Surat
Permohonan No. 12/SP-PPG/2022 (vide Bukti P-9).
- Bahwa Permintaan tersebut telah ditolak oleh Direktur Rumah Sakit yang
menyebabkan kondisi mental PENGGUGAT semakin buruk.
- Bahwa dikeluarkannya Objek Sengketa berupa Surat Keputusan Gubernur DKI
Jakarta Nomor 1659/K/V/2022 tertanggal 24 Mei 2022 mengenai Pemberhentian
PENGGUGAT dari status PNS didasarkan atas Hasil Pemeriksaan No.
988/Hsl.Gl/09 tertanggal 2 Mei 2022 yang menyatakan bahwa PENGGUGAT
telah menghidap penyakit kemarahan dan kegelisahan kronis.
- Bahwa Atas Hasil Pemeriksaan tersebut, TERGUGAT menyatakan dalam Objek
Sengketa Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1659/K/V/2022
tertanggal 24 Mei 2022 bahwa kondisi rohani PENGGUGAT sesungguhnya telah
memenuhi kualifikasi Pasal 11 nomor 1 Peraturan BKN No. 3 Tahun 2020; yang
mana pasal 11 tersebut menjelaskan bahwa Pemberhentian dilakukan apabila:
a. Tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan karena
kesehatannya;
b. Menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi
dirinya sendiri atau lingkungan kerjanya; atau
c. Tidak mampu bekerja kembali setelah berakhirnya cuti sakit.
- Bahwa dalam SK dijelaskan bahwa kondisi PENGGUGAT sesuai dengan hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan
- Bahwa setelah dikeluarkannya SK tersebut, PENGGUGAT melakukan tes
mandiri atas kondisi psikisnya di RS Fatmawati, yang dilakukan pada tanggal 10
Juni 2022,
- Bahwa hasil dari Tes Psikis tersebut yaitu Surat Pemeriksaan Psikiatri No.
17/PSk-12/05/2022 oleh Dr. Shiro Ishii, dinyatakan bahwa gejala emosional
+yang dialami oleh PENGGUGAT hanya sesuatu yang sementara dan
disebabkan oleh stres ketika bercerai dan kurangnya dukungan dari rekan
kerjanya.
- Bahwa Kondisi yang dijelaskan dalam Objek Sengketa Surat Keputusan Gubernur
DKI Jakarta Nomor 1659/K/V/2022 tertanggal 24 Mei 2022 tidak tepat karena
tidak termasuk dalam kategori gangguan jiwa berdasarkan hasil Surat
Pemeriksaan Psikiatri No. 17/PSk-12/05/2022.
- Bahwa PENGGUGAT dinyatakan berada dalam keadaan sehat setelah
melakukan pemeriksaan di RS Fatmawati berdasarkan Surat Keterangan
Kesehatan Jiwa No. 187/Jkt/Psikiatri/Kes.Jiwa/2022 (vide Bukti P-9).
- Bahwa jelas tidak terdapat kondisi gangguan jiwa yang dialami oleh
PENGGUGAT sehingga tidak memenuhi ketentuan dalam pasal 11 Peraturan
BKN Nomor 3 Tahun 2020.
- Bahwa dikarenakan tersebut dapat dikatakan terdapat 2 jenis Kecacatan dalam
Objek sengketa, yaitu cacad Prosedur dan Cacad Substansi.
- Bahwa kecacadan tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 64 Undang-undang
Administrasi Pemerintahan No. 30 Tahun 2014 yang menyatakan bahwa
“Keputusan hanya dapat dilakukan pencabutan apabila terdapat cacat: a.
wewenang; b. prosedur; dan/atau c. substansi”
- Bahwa dijelaskan dalam penjelasan pasal 64 bahwa cacad substansi tersebut dapat
berupa bentuk:
1. Keputusan tidak dilaksanakan oleh penerima Keputusan sampai
batas waktu yang ditentukan;
2. fakta-fakta dan syarat-syarat hukum yang menjadi dasar
Keputusan telah berubah;
3. Keputusan dapat membahayakan dan merugikan kepentingan
umum; atau
4. Keputusan tidak digunakan sesuai dengan tujuan yang tercantum
dalam isi Keputusan
- Bahwa sesungguhnya Cacat substansi yang terjadi dalam kasus ini adalah bahwa
fakta-fakta dan syarat hukum yang menjadi dasar keputusan telah berubah sesuai
penjelasan pasal 64 nomor 2, yaitu bahwa kondisi Fesya Mantini tidak konsisten
dengan penjelasan Hasil Pemeriksaan medis No. 988/Hsl.Gl/09 (Vide Bukti P-5)
yang dilakukan oleh Tim Penguji Kondisi Kesehatan.
- Bahwa kemudian yang dimaksud dengan kesalahan Prosedur dijelaskan dalam
penjelasan pasal 71:

“Yang dimaksud dengan “kesalahan prosedur” adalah kesalahan dalam hal


tatacara penetapan Keputusan yang tidak sesuai dengan persyaratan dan
tatacara yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
dan/atau standar operasional prosedur. “

- Bahwa Cacat tersebut ditemukan dalam penerbitan Surat Keputusan Gubernur


DKI Jakarta nomor 1659/K/V/2022 Tanggal 24 Mei 2022 dikarenakan pemecatan
PENGGUGAT tidak dilakukan dengan memenuhi ketentuan Pasal 11 Peraturan
BKN No. 3 Tahun 2020.
- Bahwa mengenai Cacad Prosedur tersebut sesungguhnya Objek Sengeta tidak
memenuhi pasal 9 UU AP yang menyatakan:

(1) Setiap Keputusan dan/atau Tindakan wajib berdasarkan ketentuan


peraturan perundangundangan dan AUPB.

- Bahwa Pasal 10 Undang–undang Administrasi Pemerintahan kemudian


menyatakan yang dimaksud dengan Asas-asas umum Pemerintahan yang baik
meliputi “a. kepastian hukum; b. kemanfaatan; c. ketidakberpihakan; d.
kecermatan; e. tidak menyalahgunakan kewenangan; f. keterbukaan; g.
kepentingan umum; dan h. pelayanan yang baik.”
- Bahwa sesungguhnya mengambil keputusan melalui objek sengketa berdasarkan
fakta yang salah dan pasal Peraturan BKN yang tidak terpenuhi tidak konsisten
dengan ketentuan asas kepastian hukum, asas kecermatan, serta kemanfaatan.

PETITUM

Berdasarkan uraian-uraian dan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat memohon


dengan hormat agar Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta, khususnya Majelis Hakim
yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini, kiranya berkenan untuk memutus
dengan amar putusan sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;


2. Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang telah
dikeluarkan oleh TERGUGAT, yaitu Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta
nomor 1659/K/V/2022 Tanggal 24 Mei 2022 tentang Pemberhentian dengan
hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil, atas nama
Fesya Mantini;
3. Mewajibkan kepada TERGUGAT untuk :
3.1 Mencabut dan mencoret Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta nomor
1659/K/V/2022 Tanggal 24 Mei 2022 tentang Pemberhentian dengan
hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil, atas
nama Fesya Mantini;
3.2 Mengembalikan harkat dan martabat Penggugat sebagai Pegawai Negeri
Sipil dalam jabatan perawat bagian Gawat Darurat di Rumah Sakit Umum
Daerah Pasar Minggu Provinsi DKI Jakarta;
5. Memerintahkan TERGUGAT untuk memberikan kepada Fesya Mantini cuti 3
bulan sakit;
6. Menghukum TERGUGAT untuk membayar biaya perkara seluruhnya.

Atau, apabila Majelis Hakim berpendapat lain, kami mohon putusan yang seadil-adilnya (ex
aequo et bono).

Hormat kami, Kuasa Hukum Penggugat

Samuel Boi Humala, S.H, LL.M

Andi Fauzan, S.H, LL.M

Muhammad Salah, S. H, LL.M

Anda mungkin juga menyukai