Anda di halaman 1dari 17

1

Adapun gugatan ini berisi :

A. OBJEK SENGKETA

Keputusan Bupati Mukomuko Nomor 100-233 Tahun 2021 tentang


Pemberhentian Kepala Desa Selagan Jaya Kecamatan Kota
Mukomuko Kabupaten Mukomuko atas nama Sumanto, tanggal 30
Juni 2021. Selanjutnya disebut sebagai objek sengketa.

B. KEWENANGAN MENGADILI

1. Bahwa kedudukan Tergugat dalam Gugatan aquo berdasarkan


ketentuan Pasal 1 angka 8 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara adalah merupakan badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan
peraturan perundang undangan yang berlaku;
2. Bahwa selanjutnya berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 9
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Bahwa Keputusan
Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang
berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit,
individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum Perdata
a. Bersifat Konkrit
Bahwa objek sengketa bersifat konkrit artinya berbentuk
suatu keputusan yaitu Keputusan Bupati Mukomuko Nomor
100-233 Tahun 2021 tentang Pemberhentian Kepala Desa
Selagan Jaya Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten
Mukomuko atas nama Sumanto, tanggal 30 Juni 2021 yang
berbentuk tertulis dan didalamnya terdapat tanda tangan
Tergugat;
b. Bersifat Individual
Bahwa Keputusan Bupati Mukomuko Nomor 100-233 Tahun
2021 tentang Pemberhentian Kepala Desa Selagan Jaya
Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko atas nama
Sumanto, tanggal 30 Juni 2021 hanya tertuju kepada diri
pribadi Penggugat, bukan kepada umum;

2
c. Bersifat Final
Bahwa tidak membutuhkan persetujuan dari lembaga atau
pihak lain baik secara vertikal maupun horizontal dan
karenanya telah menimbulkan akibat hukum bagi Penggugat
berupa Keputusan Bupati Mukomuko Nomor 100-233 Tahun
2021 tentang Pemberhentian Kepala Desa Selagan Jaya
Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko atas nama
Sumanto, tanggal 30 Juni 2021.
3. Bahwa bedasarkan Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, menyebutkan bahwa “Gugatan sengketa Tata Usaha
Negara diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang
daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Tergugat”
4. Bahwa berdasarkan pasal di atas telah jelas dan nyata
Penggugat dan Tergugat bertempat kedudukan hukum di
Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu yang masih dalam
wilayah hukum Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu,
sehingga Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu berwenang
untuk memeriksa dan mengadili Gugatan Penggugat.
5. Bahwa oleh karenanya Pengadilan Tata Usaha Negara
Bengkulu berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara
aquo.

C. TENGGANG WAKTU

1. Bahwa Objek Sengketa diterbitkan Tergugat pada tanggal 30 Juni


2021 dan diterima Penggugat pada tanggal 5 Juli 2021;
2. Bahwa berdasarkan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, yang menyatakan
bahwa “Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu
sembilan puluh hari terhitung sejak saat diterimanya atau
diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara.” Hal tersebut dipertegas lagi dalam ketentuan Pasal 5
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6 tahun 2018 Tentang
Pedoman Penyelesaian Sengketa Administrasi Pemerintah Setelah
menempuh Upaya administatif, yang menyatakan bahwa
“Tenggang waktu pengajuan gugatan di pengadilan terhitung 90
(Sembilan puluh) hari sejak Keputusan atas upaya Administratif

3
diterima oleh warga masyarakat atau diumumkan oleh badan
dan/atau pejabat administrasi pemerintahan yang menanggani
penyelesaian upaya administrative”.
3. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyelesaian sengketa Administrasi Pemerintahan setelah
menempuh Upaya Aministratif, yang menyebutkan bahwa;
“Pengadilan berwenang menerima, memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa administrasi pemerintahan setelah
menempuh upaya administrative.”
4. Bahwa atas dasar peraturan tersebut di atas, Penggugat terlebih
dahulu menempuh upaya Administratif melalui kuasa hukumnya
dengan menyampaikan Surat Nomor 016/KA-/REP/VII/2021,
perihal Upaya Keberatan atas Pemberhentian Kepala Desa
Selagan Jaya, yang ditujuhkan kepada Tergugat, yang diterima
oleh staf dari Tergugat berdasarkan tanda terima surat Nomor
016/KA-REP/VII/2021 tanggal 29 Juli 2021.
5. Bahwa surat keberatan yang telah diajukan oleh Penggugat
kepada Bupati Mukomuko, sampai diajukannya gugatan ini,
upaya keberatan tersebut tidak ditanggapi;
6. Bahwa oleh karena keberatan administratif Penggugat tidak
ditanggapi, maka Penggugat pada tanggal 9 Agustus 2021
menempuh upaya banding administratif melalui kuasa hukumnya
dengan mengajukan Surat Nomor 018/KA-/REP/VII/2021,
perihal upaya Banding Administratif atas Pemberhentian Kepala
Desa Selagan Jaya, yang ditujukan kepada Gubernur Bengkulu,
akan tetapi sampai diajukannya gugatan ini upaya keberatan
penggugat belum juga ditanggapi;
7. Bahwa berdasarkan uraian di atas, Penggugat telah menempuh
Upaya Keberatan Administratif sesuai dengan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 6 tahun 2018 tentang Pedoman

4
Penyelesaian Sengketa Administrasi Pemerintah Setelah
menempuh Upaya administatif.
8. Bahwa Penggugat mendaftarkan Gugatan ini di Kepaniteraan
Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu pada tanggal 18 Agustus
2021 dengan demikian Gugatan ini diajukan masih dalam
tenggang waktu 90 (sembilan puluh hari) dihitung sejak tanggal
Penggugat mengajukan upaya admistratif sebagaimana dalam
ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, dan dipertegas lagi dalam
ketentuan Pasal 5 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6 tahun
2018 Tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Administrasi
Pemerintah Setelah menempuh Upaya administatif.
9. Bahwa oleh karenanya gugatan a quo diajukan masih dalam
tenggang waktu sesuai dengan pasal 55 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 dan Pasal 5 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6
tahun 2018.

D. KEPENTINGAN PENGGUGAT YANG DIRUGIKAN

1. Bahwa berdasarkan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No. 5


Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan bahwa :

“orang atau badan hukum perdata yang merasa


kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha
Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan
yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata
Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau
tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi
dan/atau rehabilitasi”

2. Bahwa merujuk pada Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No. 5


Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang telah
diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentanng

5
Peradilan Tata Usaha Negara, Penggugat adalah orang yang
merasa kepentingannya dirugikan oleh Keputusan Bupati
Mukomuko Nomor 100-233 Tahun 2021 tentang Pemberhentian
Kepala Desa Selagan Jaya Kecamatan Kota Mukomuko
Kabupaten Mukomuko atas nama Sumanto, tanggal 30 Juni
2021;

3. Bahwa penggugat sebagai orang yang merasa kepentingannya


dirugikan akibat diterbitkannya Keputusan Bupati Mukomuko
Nomor 100-233 Tahun 2021 tentang Pemberhentian Kepala Desa
Selagan Jaya Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko
atas nama Sumanto tanggal 30 Juni 2021, karena akibat
diterbitkannya Keputusan Bupati Mukomuko tersebut secara
materil Penggugat telah kehilangan Jabatan sebagai Kepala Desa
otomatis kehilangan penghasilan bulanan. Sedangkan kerugian
immateriil yang dialami oleh Penggugat adanya rasa malu atas
diterbitkanya objek sengketa a quo, oleh karenanya Penggugat
kehilangan jabatan sebagai kepala desa, yang berakibat
Penggugat tidak dapat melaksanakan tugas dan wewenang dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan desa, pembangunan
Desa, dan adanya anggapan dari masyarakat Desa Selagan Jaya
bahwa Penggugat telah melakukan larangan yang sangat fatal
sehingga diberhentikan dari jabatannya sebagai kepala Desa;

4. Bahwa berdasarkan uraian diatas, maka kepentingan Penggugat


telah memenuhi unsur Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang No.
5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang telah
diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara.

E. POSITA ATAU ALASAN GUGATAN

1. Bahwa Penggugat adalah Kepala Desa Selagan Jaya Kecamatan


Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko yang mulai bekerja sejak
2016 sesuai dengan Keputusan Bupati Mukomuko Nomor 100-
391 Tahun 2016 tentang Pengesahan dan Pengangkatan Kepala
Desa terpilih Selagan Jaya Kecamatan Kota Mukomuko
Kabupaten Mukomuko, tanggal 8 Oktober 2018, dengan periode
5 tahun (dari tahun 2016 sampai dengan 2022). Sehingga
Penggugat telah bekerja sebagai kepala desa selama 3 Tahun 8
bulan dan masih tersisa jabatan 1 tahun 4 bulan;

6
2. Bahwa selama Penggugat menjabat sebagai Kepala Desa Selagan
Jaya Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko tidak
pernah melalaikan tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
sebagai Kepala Desa;

3. Bahwa pada tanggal 30 Juni 2021, Tergugat menerbitkan


Surat Keputusan Bupati Mukomuko Nomor 100-233 Tahun 2021
tentang Pemberhentian Kepala Desa Selagan Jaya Kecamatan
Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko atas nama Sumanto,
dengan alasan karena Penggugat telah dinytakan terbukti
melakukan dugaan Pelanggaran Pemilihan Kepala Daerah 2020
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Obek sengketa;

4. Bahwa dengan diterbitkannya Keputusan Bupati Mukomuko


Nomor 100-233 Tahun 2021 tentang Pemberhentian Kepala Desa
Selagan Jaya Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko
atas nama Sumanto, tanggal 30 Juni 2021, telah merugikan
Penggugat baik secara Materil maupun secara formil;

5. Bahwa kerugian Materil Penggugat sejumlah Rp 38.823.360. (tiga


puluh delapan juta delapan ratus dua puluh tiga ratus enam
puluh rupiah) yang bersumber dari APBD Kabupaten Mukomuko
sebagai Gaji Pokok Penggugat yang seharusnya diterima untuk
sisa masa jabatan Penggugat selaku Kepala Desa Selagan Jaya
Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko selama 16
(enam belas) bulan ke depan, dimana setiap bulannya Penggugat
menerima gaji pokok senilai Rp. 2.426.460,- (dua juta empat
ratus dua puluh enam ribu empat ratus enam puluh rupiah)

6. Bahwa kerugian secara moril, Penggugat telah menanggung malu


atas diterbitkanya objek sengketa a quo, oleh karenanya
Penggugat kehilangan jabatan sebagai kepala desa, yang
berakibat Penggugat tidak dapat melaksanakan tugas dan
wewenang dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan desa,
pembangunan Desa, dan adanya anggapan dari masyarakat Desa
Selagan Jaya bahwa Penggugat telah melakukan larangan yang
sangat fatal, dikarena diberhentikan oleh Tergugat melalui Objek
sengketa a quo dengan alasan yang tidak patut menurut hukum;

7. Bahwa Pemberhentian Penggugat selaku kepala Desa Selagan


Jaya Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko, yang
pada objek sengketa a quo didasarkan pada pertimbangan yang
keliru, dengan alasan sebagai berikut :

7
Bahwa dasar dan alasan yang digunakan oleh Tergugat dalam
mengelurkan Surat Keputusan objek sengketa a qua
terhadap pemberhentian Penggugat hanya berdasarkan pada:
- Surat Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor
133/K.BE-07/PM.06.02/XI/2020 tentang Penerusan Atas
Laporan Hasil Pengawas Pemilu Dugaan Pelanggaran
Pemilihan Kepala Daerah 2020;
- Surat Camat Kota Mukomuko Nomor
20.01/155/Kec.1/VII/2021 tanggal 30 Juni 2021 tentang
Tindak Lanut Laporan Pengawas Pemilu;
8. Bahwa dalam penerbitan Objek Sengketa a quo oleh Tergugat
telah melanggar ketentuan Pasal 30, Pasal 41, Pasal 42 dan Pasal
43 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal
490 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilu dan
Pasal 54 ayat (1) huruf c, ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, dan Pasal 8 ayat (3), ayat
(4), ayat (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun
2015 tentang Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Desa dan
melanggar Asas Umum pemerintahan yang Baik (AUPB)
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 10 ayat 1 huruf a
dan d Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan. Adapun Asas Umum pemerintahan
yang Baik (AUPB meliputi Asas Kepastian dan Asas Kecermatan;

9. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 10 ayat (2) Undang-Undang


Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, yang
menegaskan bahwa “Asas-asas umum lainnya di luar AUPB
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diterapkan sepanjang
dijadikan dasar penilaian hakim yang tertuang dalam putusan
Pengadilan yang berkekuat”

10. Bahwa Penggugat merasa tidak memiliki kesalahan yang sampai


dengan saat ini dapat dibuktikan di depan hukum yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde), bahkan
Penggugat tidak pernah dikenakan sanksi baik lisan maupun
sanksi tertulis;

11. Bahwa oleh karenanya Penggugat mempunyai dasar untuk


menggugat Tergugat karena telah melanggar asas umum
pemerintah yang baik sebagaimana diatur dalam Pasal 53 ayat
(2) huruf b Undang-Undang 9 Tahun 2004 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tetang Peradilan Tata

8
Usaha Negara yang mengatur bahwa alasan-alasan yang dapat
digunakan dalam gugatan adalah:

a) Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu


bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
b) Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu
bertentangan dengan asas-asas umum pemerintahan yang
baik.

12. Bahwa Dalam Pelaksanaan Proses Keluarnya Objek Sengketa,


dilakukan tidak sesuai dengan Amanat Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemiluh, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun
2015 tentang Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Desa,
Sehingga Objek Sengketa Tidak Memenuhi Syarat Prosedur.

13. Bahwa penerbitan objek sengketa oleh Tergugat bertentangan


Pasal 30 ayat (1) dan (2),Pasal 40, Pasal 41, Pasal 42, dan Pasal
43 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang
menyatakan bahwa :

Pasal 30
(1) Kepala Desa yang melanggar larangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 dikenai sanksi administratif
berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.;
(2) Dalam hal sanski administratif sebagaimana dimaksud
pada pada Ayat (1) tidak dilaksanakan, dilakukan
tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan
dengan pemberhentian.;

Pasal 40
(1) Kepala Desa berhenti karena:
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau c. diberhentikan.
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c karena:
a. berakhir masa jabatannya;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan;

9
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa;
atau
d. melanggar larangan sebagai Kepala Desa.
(3) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

Pasal 41
Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati/Walikota
setelah dinyatakan sebagai terdakwa yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan
register perkara di pengadilan.

Pasal 42

Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati/Walikota


setelah ditetapkan sebagai tersangka dalam tindak pidana
korupsi, terorisme, makar, dan/atau tindak pidana
terhadap keamanan Negara.

Pasal 43

Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 41 dan Pasal 42 diberhentikan oleh
Bupati/Walikota setelah dinyatakan sebagai terpidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap”.

14. Bahwa selain melanggar pasal di atas, objek sengketa a quo


bertentangan dengan Pasal 490 Undang-undang Nomor 7 Tahun
2017 tentang Pemilu, yang mengatakan:

Setiap kepala desa atau sebutan lain yang dengan sengaja


membuat keputusan dan/atau melaksanakan tindakan
yang menguntungkan atau merugikan salah satu peserta
pemilu dalam masa kampanye, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun dan sensa sebanyak Rp.
12.000.000,- (dua belas juta rupiah).

10
15. Bahwa selain melanggar pasal di atas, objek sengketa a quo
bertentangan dengan Pasal 54 ayat (3) dan ayat (4), Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang
menytakan bahwa :

(3) Apabila kepala Desa berhenti sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), Badan Permusyawaratan Desa melaporkan kepada
bupati/walikota melalui camat atau sebutan lain.
(4) Pemberhentian kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) ditetapkan dengan keputusan bupati/walikota.
16. Bahwa selain itu objek sengketa a quo bertentangan dengan Pasal
8 ayat (2), (3), (4) dan (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 66 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang
Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Desa, yang menytakan
bahwa :
Ayat (2) menyatakan bahwa:
Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c karena :
a. berakhir masa jabatannya;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan karena menderita sakit yang
mengakibatkan baik fisik maupun mental, tidak
berfungsi secara normal yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter yang berwenang dan/atau tidak
diketahui keberadaannya;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala Desa;
d. melanggar larangan sebagai kepala Desa;
e. adanya perubahan status Desa menjadi kelurahan,
penggabungan 2 (dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu)
Desa baru, atau penghapusan Desa;
f. tidak melaksanakan kewajiban sebagai kepala Desa;
dan/ atau
g. dinyatakan sebagai terpidana yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.

Selanjutnya pada ayat (3) menyatakan bahwa :

11
“Apabila kepala Desa berhenti sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Badan Permusyawaratan Desa melaporkan
kepada bupati/wali kota melalui camat atau sebutan lain.

Selanjutnya dalam ayat (4) menyatakan bahwa:


“Laporan pimpinan Badan Permusyawaratan Desa
kepada bupati/wali kota sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) memuat materi kasus yang di alami oleh kepala
Desa yang bersangkutan.

Selanjutnya dalam ayat (5) menyatakan bahwa:


“Atas laporan pimpinan Badan Permusyawaratan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bupati/wali kota
melakukan kajian untuk proses selanjutnya.

17. Bahwa berdasarkan uraian di atas, Tergugat tidak memprosesnya


ke jalur Pidana Undang-undang Pemilu terlebih dahulu sehingga
apa bila diproses pidana tentu akan berkekuatan hukum tetap.
Jadi sangat mencengangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah
telah selesai, Penggugat diberhentiakan dalam jabatannya
sebagai kepala desa tanpa ada teguran tulisan/lisan dan/atau
sanksi administratif berupa teguran.

18. Bahwa oleh karenanya, perbuatan Tergugat dalam mengeluarkan


obek sengketa a qou sudah jelas bertentangan dengan peraturan
perundangan. Oleh karena itu Objek Sengketa yang dikeluarkan
oleh Tergugat harus dibatalkan atau tidak sah;

19. Bahwa dikarenakan Objek Sengketa diterbitkan dengan cara


yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan maka
sudah sepantasnya harus dibatalkan.

20. Bahwa tindakan Tergugat menerbitkan objek sengketa


merupakan tindakan yang sangat tidak bersesuaian dengan
peraturan perundang-undangan dan asas-asas umum
pemerintahan yang baik, sebagaimana ketentuan Pasal 8 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan yang menyatakan bahwa “Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dalam menggunakan wewenangnya wajib
berdasarkan :
1) Peraturan perundang-undangan; dan
2) AUPB”,

12
21. Bahwa Peraturan perundang-undangan yang dilanggar oleh
Tergugat dalam mengeluarkan Objek Sengketa tidak melalui
prosedur atas diberhentikanya Penggugat, adalah sebagai
berikut:
a. Tidak ada sanksi Administratif
Bahwa Penggugat tidak pernah dikenakan sanksi baik lisan
maupun sanksi tertulis, sebagaimana dalam ketentuan Pasal
30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa. Bahkan Penggugat tidak pernah melanggar larangan
sebagaimana dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa.

b. Pemberhentian Sementara
Bahwa Penggugat merasa tidak memiliki kesalahan yang
sampai dengan saat ini dapat dibuktikan di depan hukum
yang telah memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht van
gewijsde), Jikalau memang ada indikasi penyagunaan Dana
Desa seharusnya terlebih dahulu ada audit dari Inspetorat,
yang ditindaklanjuti dengan pemberhentian sementera.
Bahwa adanya tahapan yang seharusnya dilakukan terlebih
dahulu dalam pemeriksaan, penjatuhan, dan penyampaian
keputusan hukuman disiplin, baru menentukan bahwa sanksi
disiplin haruslah dilakukan secara bertahap sebelum sampai
pada pemberian sanksi berat dalam hal ini pemberhentian;

22. Bahwa Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) yang


dilanggar oleh Tergugat dalam mengeluarkan Objek Sengketa
atas diberhentikanya Penggugat, adalah sebagai berikut :

a. Asas Kepastian Hukum


Bahwa berdasarkan dalam penjelsan Pasal 10 ayat 1 huruf a
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014, yang dimaksud
dengan asas kepastian hukum adalah “Azas ini
mengutamakan landasan Peraturan Perundang-undangan,
Kepatutan dan Keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan pemerintah”. Berdasarkan hal tersebut,
bahwa Dalam pemeriksaan, penjatuhan, dan penyampaian
keputusan hukuman disiplin menentukan bahwa sanksi
disiplin haruslah dilakukan bertahap sebelum sampai pada
pemberian sanksi berat. Bahwa sebelum penggugat
diberhentikan oleh Tergugat, Penggugat belum pernah
dikenakan sanksi baik lisan maupun sanksi tertulis oleh

13
Tergugat. Bahwa Penggugat belum pernah dikenakan sanksi
pidana dari pengadilan berdasarkan keputusan yang telah
berkekuatan hukum tetap, sehingga demikian dalam
penerbitan Objek Sengketa tidak memenuhi syarat sahnya
suatu keputusan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal
52 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014.
Dengan demikian Objek Sengketa yang dikeluarkan oleh
Tergugat tidak memenuhi syarat sahnya suatu keputusan
yang mengakibatkan melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan sehinga tidak memenuhi asas kepastian
hukum.
Bahwa dengan dilanggarnya Asas Kepastian Hukum, maka
Objek Sengketa yang dikeluarkan oleh Tergugat harus
dibatalkan.

b. Asas Kecermatan
Bahwa dalam penjelsan Pasal 10 ayat 1 huruf a Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014, yang dimaksud dengan “Azaz
ini mengutamakan pada informasi dan dokumen yang lengkap
dalam setiap keputusan/tindakan penyelenggaraan negara
sehingga keputusan/tindakan dipersiapkan dengan cermat
sebelum keputusan/tindakan tersebut ditetapkan sehingga
tidak merugikan para pihak yang terkena dampak
keputusan/tindakan yang dibuat oleh penyelenggara negara”.
Bahwa oleh karenanya, Objek Sengketa yang diterbitkan oleh
Tergugat hanya berdasarkan pada yaitu tidak menerbitkan atau
mengeluarkan sanksi administratif dan suatu keputusan
Pemberhentian Sementara sebagaimana diatur dalam Pasal 30
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Bahwa
dengan dilanggarnya Asas Kecermatan, maka Objek Sengketa
yang dikeluarkan oleh Tergugat haruslah dibatalkan atau
tidak sah.
.

23. Bahwa berdasarkan penjelasan di atas, akibat dikeluarkanya


Objek Sengketa oleh Tergugat telah bertentangan dengan
Peraturan Perundang-undangan dan Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik sebagaimana diatur dalam Pasal 53 ayat
(2) huruf a dan huruf b Undang-Undang Peradilan Tata Usaha
Negara dan Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintahan, maka Objek sengketa

14
yang dikeluarkan oleh Tergugat haruslah dibatalkan atau tidak
sah.

24. Bahwa akibat dari tindakan Tergugat tidak memperhatikan


Peraturan perundang-undangan dan Azas-Azas Umum
Pemerintahan yang Baik (AAUPB) serta prosedur yang benar
tentang penjatuhan hukuman, perbuatan Tergugat telah
melanggar ketentuan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintahan.

25. Bahwa oleh karennya Objek Sengketa dalam perkara a quo


haruslah dinyatakan batal dan/atau tidak sah, dikarenakan
tidak bersesuaian dengan ketentuan hukum yang berlaku dan
asas-asas umum pemerintahan yang baik serta haruslah
mengembalikan posisi Penggugat seperti semula sebagai Kepala
Desa Selagan Jaya Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten
Mukomuko;

26. Bahwa akibat kerugian yang diderita Penggugat, mempunyai alas


hak atau berdasar hukum untuk mengajukan gugatan di
Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu.

F. DALAM PENUNDAAN

Dapat Bahwa berdasarkan Pasal 67 ayat (4) Undang Undang


Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang
Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
menyatakan bahwa: Permohonan penundaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) :

a. dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan yang sangat


mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat
sangat dirugikan jika Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat itu tetap dilaksanakan

b. Tidak dapat dikabulkan apabila kepentingan umum dalam


rangka pembangunan mengharuskan dilaksanakannya
keputusan tersebut. Sementara itu Pasal 65 Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 201 4 Tentang Administrasi
Pemerintahan, menyatakan bahwa : Keputusan yang sudah

15
ditetapkan tidak dapat ditunda pelaksanaannya, kecuali jika
berpotensi menimbulkan :
a. kerugian negara;
b. kerusakan lingkungan hidup; dan/atau
c. konflik sosial

Bahwa pelaksanaan objek sengketa yang dikeluarkan Tergugat,


kiranya dapat ditunda pelaksanaannya selama pemeriksaan
sengketa dalam perkara aquo berjalan sampai ada putusan
pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap (inkracht van
gewijsde). Hal ini cukup beralasan mengingat tidak ada kerugian
negara, kerusakan lingkungan dan konflik sosial, sehingga sangat
wajar Penggugat minta kepada majelis hakim dalam perkara ini,
bukan hanya Penggugat yang dirugikan akan tetapi masyarakat
Desa Selagan Jaya dirugikan karena penyelenggaraan Pemerintah
Desa tertunda, selain itu Penggugat juga secara materil dan
Immateril sangat dirugikan.

Secara materil Penggugat kehilangan penghasilan bulanan dan


secara Immateril Penggugat mendapatkan stigma negatif sebagai
Kepala Desa yang melaksanakan pemerintahan desa karena di duga
melakuakn pelanggaran Pemilu Kepala Daerah yang tidak pernah di
buktikan proses hukumnnya.

Untuk itu kiranya Majelis Hakim yang mulia mengabulkan


permohonan penundaan pelaksanaan dari Penggugat.

G. PETITUM

Bahwa berdasarkan dalil-dalil yang telah penggugat uraikan


sebagaimana dimaksud diatas, Objek Sengketa selain bertentangan
dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku juga
bertentangan dengan Asas Umum Pemerintah Yang Baik maka mohon
kiranya Ketua dan Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa,
mengadili dan memutus perkara ini berkenan menjatuhkan putusan
yang amarnya berbunyi sebagai berikut:

A. Dalam Permohonan Penundaan


1. Mengabulkan permohonan penundaan pelaksanaan objek
sengketa berupa Keputusan Bupati Mukomuko Nomor 100-233
Tahun 2021 tentang Pemberhentian Kepala Desa Selagan Jaya
Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko atas nama

16
17

Anda mungkin juga menyukai