A. OBJEK SENGKETA
B. KEWENANGAN MENGADILI
2
c. Bersifat Final
Bahwa tidak membutuhkan persetujuan dari lembaga atau
pihak lain baik secara vertikal maupun horizontal dan
karenanya telah menimbulkan akibat hukum bagi Penggugat
berupa Keputusan Bupati Mukomuko Nomor 100-233 Tahun
2021 tentang Pemberhentian Kepala Desa Selagan Jaya
Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko atas nama
Sumanto, tanggal 30 Juni 2021.
3. Bahwa bedasarkan Pasal 54 ayat (1) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, menyebutkan bahwa “Gugatan sengketa Tata Usaha
Negara diajukan kepada Pengadilan yang berwenang yang
daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Tergugat”
4. Bahwa berdasarkan pasal di atas telah jelas dan nyata
Penggugat dan Tergugat bertempat kedudukan hukum di
Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu yang masih dalam
wilayah hukum Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu,
sehingga Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu berwenang
untuk memeriksa dan mengadili Gugatan Penggugat.
5. Bahwa oleh karenanya Pengadilan Tata Usaha Negara
Bengkulu berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara
aquo.
C. TENGGANG WAKTU
3
diterima oleh warga masyarakat atau diumumkan oleh badan
dan/atau pejabat administrasi pemerintahan yang menanggani
penyelesaian upaya administrative”.
3. Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyelesaian sengketa Administrasi Pemerintahan setelah
menempuh Upaya Aministratif, yang menyebutkan bahwa;
“Pengadilan berwenang menerima, memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa administrasi pemerintahan setelah
menempuh upaya administrative.”
4. Bahwa atas dasar peraturan tersebut di atas, Penggugat terlebih
dahulu menempuh upaya Administratif melalui kuasa hukumnya
dengan menyampaikan Surat Nomor 016/KA-/REP/VII/2021,
perihal Upaya Keberatan atas Pemberhentian Kepala Desa
Selagan Jaya, yang ditujuhkan kepada Tergugat, yang diterima
oleh staf dari Tergugat berdasarkan tanda terima surat Nomor
016/KA-REP/VII/2021 tanggal 29 Juli 2021.
5. Bahwa surat keberatan yang telah diajukan oleh Penggugat
kepada Bupati Mukomuko, sampai diajukannya gugatan ini,
upaya keberatan tersebut tidak ditanggapi;
6. Bahwa oleh karena keberatan administratif Penggugat tidak
ditanggapi, maka Penggugat pada tanggal 9 Agustus 2021
menempuh upaya banding administratif melalui kuasa hukumnya
dengan mengajukan Surat Nomor 018/KA-/REP/VII/2021,
perihal upaya Banding Administratif atas Pemberhentian Kepala
Desa Selagan Jaya, yang ditujukan kepada Gubernur Bengkulu,
akan tetapi sampai diajukannya gugatan ini upaya keberatan
penggugat belum juga ditanggapi;
7. Bahwa berdasarkan uraian di atas, Penggugat telah menempuh
Upaya Keberatan Administratif sesuai dengan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 6 tahun 2018 tentang Pedoman
4
Penyelesaian Sengketa Administrasi Pemerintah Setelah
menempuh Upaya administatif.
8. Bahwa Penggugat mendaftarkan Gugatan ini di Kepaniteraan
Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu pada tanggal 18 Agustus
2021 dengan demikian Gugatan ini diajukan masih dalam
tenggang waktu 90 (sembilan puluh hari) dihitung sejak tanggal
Penggugat mengajukan upaya admistratif sebagaimana dalam
ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, dan dipertegas lagi dalam
ketentuan Pasal 5 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6 tahun
2018 Tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Administrasi
Pemerintah Setelah menempuh Upaya administatif.
9. Bahwa oleh karenanya gugatan a quo diajukan masih dalam
tenggang waktu sesuai dengan pasal 55 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 dan Pasal 5 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6
tahun 2018.
5
Peradilan Tata Usaha Negara, Penggugat adalah orang yang
merasa kepentingannya dirugikan oleh Keputusan Bupati
Mukomuko Nomor 100-233 Tahun 2021 tentang Pemberhentian
Kepala Desa Selagan Jaya Kecamatan Kota Mukomuko
Kabupaten Mukomuko atas nama Sumanto, tanggal 30 Juni
2021;
6
2. Bahwa selama Penggugat menjabat sebagai Kepala Desa Selagan
Jaya Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko tidak
pernah melalaikan tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab
sebagai Kepala Desa;
7
Bahwa dasar dan alasan yang digunakan oleh Tergugat dalam
mengelurkan Surat Keputusan objek sengketa a qua
terhadap pemberhentian Penggugat hanya berdasarkan pada:
- Surat Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor
133/K.BE-07/PM.06.02/XI/2020 tentang Penerusan Atas
Laporan Hasil Pengawas Pemilu Dugaan Pelanggaran
Pemilihan Kepala Daerah 2020;
- Surat Camat Kota Mukomuko Nomor
20.01/155/Kec.1/VII/2021 tanggal 30 Juni 2021 tentang
Tindak Lanut Laporan Pengawas Pemilu;
8. Bahwa dalam penerbitan Objek Sengketa a quo oleh Tergugat
telah melanggar ketentuan Pasal 30, Pasal 41, Pasal 42 dan Pasal
43 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Pasal
490 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilu dan
Pasal 54 ayat (1) huruf c, ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, dan Pasal 8 ayat (3), ayat
(4), ayat (5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun
2015 tentang Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Desa dan
melanggar Asas Umum pemerintahan yang Baik (AUPB)
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 10 ayat 1 huruf a
dan d Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan. Adapun Asas Umum pemerintahan
yang Baik (AUPB meliputi Asas Kepastian dan Asas Kecermatan;
8
Usaha Negara yang mengatur bahwa alasan-alasan yang dapat
digunakan dalam gugatan adalah:
Pasal 30
(1) Kepala Desa yang melanggar larangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 dikenai sanksi administratif
berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis.;
(2) Dalam hal sanski administratif sebagaimana dimaksud
pada pada Ayat (1) tidak dilaksanakan, dilakukan
tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan
dengan pemberhentian.;
Pasal 40
(1) Kepala Desa berhenti karena:
a. meninggal dunia;
b. permintaan sendiri; atau c. diberhentikan.
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c karena:
a. berakhir masa jabatannya;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan;
9
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Kepala Desa;
atau
d. melanggar larangan sebagai Kepala Desa.
(3) Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberhentian Kepala Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
Pasal 41
Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati/Walikota
setelah dinyatakan sebagai terdakwa yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan
register perkara di pengadilan.
Pasal 42
Pasal 43
10
15. Bahwa selain melanggar pasal di atas, objek sengketa a quo
bertentangan dengan Pasal 54 ayat (3) dan ayat (4), Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksana
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang
menytakan bahwa :
11
“Apabila kepala Desa berhenti sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Badan Permusyawaratan Desa melaporkan
kepada bupati/wali kota melalui camat atau sebutan lain.
12
21. Bahwa Peraturan perundang-undangan yang dilanggar oleh
Tergugat dalam mengeluarkan Objek Sengketa tidak melalui
prosedur atas diberhentikanya Penggugat, adalah sebagai
berikut:
a. Tidak ada sanksi Administratif
Bahwa Penggugat tidak pernah dikenakan sanksi baik lisan
maupun sanksi tertulis, sebagaimana dalam ketentuan Pasal
30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa. Bahkan Penggugat tidak pernah melanggar larangan
sebagaimana dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa.
b. Pemberhentian Sementara
Bahwa Penggugat merasa tidak memiliki kesalahan yang
sampai dengan saat ini dapat dibuktikan di depan hukum
yang telah memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht van
gewijsde), Jikalau memang ada indikasi penyagunaan Dana
Desa seharusnya terlebih dahulu ada audit dari Inspetorat,
yang ditindaklanjuti dengan pemberhentian sementera.
Bahwa adanya tahapan yang seharusnya dilakukan terlebih
dahulu dalam pemeriksaan, penjatuhan, dan penyampaian
keputusan hukuman disiplin, baru menentukan bahwa sanksi
disiplin haruslah dilakukan secara bertahap sebelum sampai
pada pemberian sanksi berat dalam hal ini pemberhentian;
13
Tergugat. Bahwa Penggugat belum pernah dikenakan sanksi
pidana dari pengadilan berdasarkan keputusan yang telah
berkekuatan hukum tetap, sehingga demikian dalam
penerbitan Objek Sengketa tidak memenuhi syarat sahnya
suatu keputusan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal
52 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014.
Dengan demikian Objek Sengketa yang dikeluarkan oleh
Tergugat tidak memenuhi syarat sahnya suatu keputusan
yang mengakibatkan melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan sehinga tidak memenuhi asas kepastian
hukum.
Bahwa dengan dilanggarnya Asas Kepastian Hukum, maka
Objek Sengketa yang dikeluarkan oleh Tergugat harus
dibatalkan.
b. Asas Kecermatan
Bahwa dalam penjelsan Pasal 10 ayat 1 huruf a Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014, yang dimaksud dengan “Azaz
ini mengutamakan pada informasi dan dokumen yang lengkap
dalam setiap keputusan/tindakan penyelenggaraan negara
sehingga keputusan/tindakan dipersiapkan dengan cermat
sebelum keputusan/tindakan tersebut ditetapkan sehingga
tidak merugikan para pihak yang terkena dampak
keputusan/tindakan yang dibuat oleh penyelenggara negara”.
Bahwa oleh karenanya, Objek Sengketa yang diterbitkan oleh
Tergugat hanya berdasarkan pada yaitu tidak menerbitkan atau
mengeluarkan sanksi administratif dan suatu keputusan
Pemberhentian Sementara sebagaimana diatur dalam Pasal 30
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Bahwa
dengan dilanggarnya Asas Kecermatan, maka Objek Sengketa
yang dikeluarkan oleh Tergugat haruslah dibatalkan atau
tidak sah.
.
14
yang dikeluarkan oleh Tergugat haruslah dibatalkan atau tidak
sah.
F. DALAM PENUNDAAN
15
ditetapkan tidak dapat ditunda pelaksanaannya, kecuali jika
berpotensi menimbulkan :
a. kerugian negara;
b. kerusakan lingkungan hidup; dan/atau
c. konflik sosial
G. PETITUM
16
17