Anda di halaman 1dari 17

Palu

, 09 November 2023

Kepada Yth.
KETUA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PALU
Di-
Gedung Pengadilan Tata Usaha Negara Palu
Jl. Prof. Muhammad Yamin,SH No52, Palu Sulawesi Tengah

Perihal : Gugatan Perbuatan Melanggar Hukum


Oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan

Dengan hormat
Yang bertanda tangan di bawah ini;

Nama : M. Rais
Tempat tanggal lahir : Ambunu, 25 – 06 – 1975
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani/Pekebun
Alamat : Desa Ambunu, Kec. Bungku Barat, Kab. Morowali,
Provinsi Sulawesi Tengah

Yang dalam hal ini memberkan kuasa kepada

• Jamrin, SH.,MH.
• Abd Razak, SH.
• Marno, SH.
• Ivan Dendy Salmon, SH.
Kesemuanya Advokat/Penasehat Hukum dan Advokat yang Berkantor” KANTOR
HUKUM RAZAK & PARTNERS” beralamat dijalan. Cemangi, No. 17 Kel. Boyaoge
Kec. Tatanga Kota. Palu. Provinsi Sulawesi Tengah, juga beralamat elektronik di
lbhprogresifcak@gmail.com, Yang selanjutnya disebut sebagai Penggugat.

Dengan ini Penggugat mengajukan gugatan terhadap :


Bupati Morowali yang berkedudukan di kopmlek perkantoran bumi fonuasingko, Desa
Bente, Kecamatan Bungku Tengah, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, untuk
selanjutnya disebut sebagai Tergugat.

Adapun yang menjadi dasar dan alasan Penggugat mengajukan Gugatan Tata Usaha
Negara ini adalah sebagai berikut :

• OBJEK SENGKETA
• Bahwa yang menjadi objek sengketa dalam Gugatan ini adalah Surat
Keputusan Bupati Nomor :188.4.45/KEP. 0342/DPMDP3A/2023 Tentang
Pengesahan dan Pengangkatan Kepala Desa Di Wilayah Kecamatan Bungku
Barat Kabupaten Morowali Masa Jabatan 2023-2029. Dimana dalam
prosesnya telah terjadi pelanggaran dan kecurangan dalam pelaksanaan
Pemilihan Kepala Desa Ambunu, Kecamatan Bungku Barat. yang dilakukan
oleh Panitia penyelenggara pemilihan kepala Desa Ambunu

• Surat Keputusan Bupati tersebut merupakan Putusan Tata Usaha Negara


sebagaimana diatur dalam Pasal 1 butir 9 undang Undang nomor 51 tahun
2009, tentag perubahan kedua atas Undang Undang Nomor 5 tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagai berikut:
• Merupakan penetapan tertulis, karena jelas bahwa SK Bupati
tersebut dikeluarkan dalam bentuk Surat Keputusan yang tertulis
• Dikeluarkan oleh TERGUGAT dalam Kapasitasnya sebagai Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara, yaitu Badan atau pejabat yang
melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan
perundang undangan yang berlaku sebagaimana disebutkan
dalam pasal 1 butir 8 Undang Undang Peradilan tata Usaha
Negara.
• Berisikan tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan
peraturan perundang undangan yang berlaku, yaitu perbuatan
hukum Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang dapat
menimbulkan hak atau kewajiban pada orang lain.
• Bersifat kongkrit, yaitu berkenaan dengan obyek yang nyata nyata
ada, tidak abstrak, berwujud dan tertentu atau dapat ditentukan
yaitu berupa pengesahan dan pengangkatan Kepala desa terpilih
hasil pemilihan kepala desa di Kecamatan Bungku
Barat,Kabupaten Morowali.
• Bersifat Individual, yaitu tidak ditunjukan untuk umum, tetapi
tertentu ditujukan kepada perseorrangan.
• Bersifat final yaitu Surat Keputusan a quo sudah defenitive, tidak
memerlukan persetujuan instansi lain dan karenanya menimbulkan
akibat hukum bagi PENGGUGAT yaitu PENGGUGAT kehilangan
kesempatan untuk menjasi Kepala Desa Ambunu,Kecamatan
Bungku Barat, Kabupaten Morowali.

• TENGGANG WAKTU PENGAJUAN GUGATAN


• Bahwa sejak surat keberatan penggugat tanggal 07 Agustus 2023 yang
diterima oleh bagian umum pada tanggal 08 Agustus 2023 tanda terima surat
terlampir atas nama penerima Asna. M, sampai saat ini tanggapan surat
penggugat tidak di tanggapi oleh tergugat.

• Bahwa pada tanggal 17 Oktober 2023 tergugat mengeluarkan Surat


Keputusan Bupati Nomor :188.4.45/KEP. 0342/DPMDP3A/2023 Tentang
Pengesahan dan Pengangkatan Kepala Desa Di Wilayah Kecamatan Bungku
Barat Kabupaten Morowali Masa Jabatan 2023-2029.

• Bahwa merujuk pada Pasal 55 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5


Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas
UndangUndang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 51 tahun 2009 tentang
Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, menyebutkan "Gugatan dapat diajukan hanya
dalam tenggang waktu Sembilan puluh hari terhitung sejak diterimanya atau
diumumkannya Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha Negara
Selanjutnya Di dalam ketentuan Pasal 5 ayat (l) Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Administrasi
Pemerintahan setelah menempuh upaya administratif, menyebutkan tenggang
waktu pengajuan gugatan di pengadilan dihitung 90 (Semhilan puluh) hari
sejak keputusan atus upuya administratif diterima Oleh warga masayarakat
atau diumumkan Oleh Badan dan/atau pejabat administrasi pemerintahan
Yang menangani penyelesaian upaya administrative. Kemudian berdasarkan
Pasal 4 ayat (l) dan (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019
Tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan Pemerintahan Dan
Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum Oleh Badan Dan/Atau
Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad) menyebutkan: "(1).
Gugulan diujukan paling lama 90 sembilan puluh Hari sejak Tindakan
Pemerintahan dilakukan Oleh Badun dan/atau Pejabat Administrasi
Pemerintahan. Dan ayat (2) Selama Waga masyarakat menempuh upaya
administratif. tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (l) terbantar
sampai keputusan upaya administrasi terakhir dilerima dan lebih tegas lagi
diatur didalam bagian E. Rumusan Hukum Kamar Tata Usaha Negara, Nomor
urut 3 dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 5 Tahun 2021 tentang
Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun
2021 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan tanggal 28
Desember 2021. Menyebutkan; tenggang waktu Perbuatan Melanggar Hukum
oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan Yang bersifaf tidak bertindak
(omission); Tenggang Waktu Pengajuan gugatan dalam gugatan Perbuatan
Melanggar Hukum oleh badan dan/atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige
Overheidsdaad) Yang tidak melakukan tindakan dihitung 90 (sembilan puluh)
hari kerja setelah dilewati tenggang waktu 5 (lima) hari kerja, kecuali diatur
secara khusus didalam peraturan dasarnya

• Bahwa sejak tanggal dikeluarkannya surat keputusan Surat Keputusan Bupati


Nomor :188.4.45/KEP. 0342/DPMDP3A/2023 Tentang Pengesahan dan
Pengangkatan Kepala Desa Di Wilayah Kecamatan Bungku Barat Kabupaten
Morowali Masa Jabatan 2023-2029. Penggugat merasa dirugikan sehingga
menggugurkan semua keberatan yang tergugat telah lakukan oleh penggugat

• Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986


Tentang Peradilan Tata Usaha Negara junto Pasal 4 ayat (l) Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019 Tentang Pedoman Penyelesaian
Sengketa Tindakan Pemerintahan dan Kewenangan Mengadili Perbuatan
Melanggar Hukum Oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan jo. SEMA
Nomor 5 Tahun 2021 Rumusan Kamar Peradilan Tata Usaha Negara.
dihubungkan dengan waktu pengajuan perkara a quo, maka pengajuan
gugatan masih dalam tenggang waktu yang ditentukan oleh Peraturan
Perundang-Undangan

• KEWENANGAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA


• Bahwa berdasarkan Pasal 47 Jo. Pasal 50 Jo. Pasal 54 ayat I Undang-Undang
Nomor 5 Tabun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, menyebutkan;
Pasal 47. Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa Tata Usuha Negara. Pasal 50, Pengadilan Tata
Usaha Negara bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan
menyeleşaikan Sengketa Tata Usaha Negara di tingkat Penama. Pasal 54 ayat
(I) Gugatan sengketa Tata Usaha Negara diajukun kepada pengadilan yang
berwenang yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Tergugat;

• Bahwa ketentuan di ataş intinya mengatur tentang kewenangan Pengadilan


Tata Usaha Negara sebagai Pengadilan tingkat perama untuk memeriksa.
memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara di daerah
hukumnya dalam hal ini kedudukan Tergugat berada dalam lingkup
kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara Palu;

• Bahwa Kemudian, berdasarkan Pasal 87 huruf (a),(b),(d),(e), Undang-


Undang Nomor 30 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, menyebutkan; "Dengan
berlakunya Undang-Undang İni, Keputusan Tata Usaha Negara
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana diubah dengan Undang
Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 harus
dimaknai";
• Penetapan terulis yang juga mencakup tindakan faktual
• Keputusun budan dan/alau Pejabat Tata Usaha Negara di lingkungan
Eksekutif, Legislulif, Yudıkatif. dan penyelenggara Negara Lainnya
• Berdasarkan ketentuan perundang-undungan dan AUPB
• Bersifat final dalam arti lebih luas
• Keputusun yang berpotenşi menimbulkan akibat hukum; dan/alau
• Keputusan yang berlaku bagi warga Masyarakat

• Bahwa Lebİh lanjut, Kewenangan peradİlan Tata Usaha Negara kemudİan


berkembang sejalan dengan lahimya Undang-Undang 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan, dan berdasarkan Pasal di atas Objek Gugatan
bukan hanya tentang pengujian tentang sah atau tidaknya keputusan Tata
Usaha Negara, tetapi juga di perluas dengan kewenangan pengujian sengketa
administrasi pemerintahan yang di dalamnya juga tidak lain adalah sengketa
tindakan faktual, dan terhadap gugatan a quo tidak lain merupakan tindakan
faktual yang dilakukan oleh Pejabat pemerintahan. hal ini merupakan
perbuatan melanggar hukum oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan
(onrechtmatige overheidsdaad), sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (I)
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019 yang menyatakan: "Perkara
perbuatan melanggar hukum oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan
(onrechrmatige overheidsdaad) merupakan kewenangan peradilan tata usaha
negara. ''

• Bahwa selanjutnya, berdasarkan Pasal 2 ayat (l) Peraturan Mahkamah Agung


Nornor 2 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan
pemerintahan dan Kewenangan Mengadili perbuatan Melanggar Hukum Oleh
Badan dan/atau Pejabat pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad),
menyebutkan; "Perbuatan melanggar hukum oleh Badan dan/atau pejabat
Pernerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad) merupakan kewenangan
Peradilan Tata Usaha Negara"

• Bahwa selain itu. berdasarkan Pasal 1 angka 8 Peraturan Mahkamah Agung


Nomor 2 tahun 2019 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan
Pemerintahan dan Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum
Oleh Badan dan/atau Pejabat pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad),
menyebutkan: "Gugatan terhadap Tindakan Pemerintahan adalah
Permohonan berisi tuntutan terhadap Tindakan Pemerintahan Sebagaimana
dimaksud pada angka 1 yang diajukan ke Pengadilan untuk mendapatkan
putusan dan Pasal 1 angka 9 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 tahun
2019 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan Pemerintahan dan
Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum Oleh Badan dan/atau
Pejabat pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad) menyebutkan:
"Pengadilan adalah pengadilan Tata Usaha Negara atau pengaditan Tinggi
Tata Usaha Negara di lingkungan peradilan Tata Usaha Negara

• Bahwa berdasarkan katentuan Pasal 8 Peraturan Mahkamah Agung Nornor 2


Tahun 2019 Tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan
Pemerintahan dan Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum
Oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan, menyebutkan bahwa: “setiap
frasa "Keputusan Tuta Usaha Negara " dan frasa "Sengketa Tata Usaha
Negara" yang tercantum dalam BAB IV Undang-Undung Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Peruhahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara haruslah dimaknai juga sebagai “Tindakan
Pemerintahan" dalam rangka penyelesaian Sengkeia Tindakan Pemerintahan
menurut Peraturan Mahkama Agung ini”

• Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 8 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2


Tahun 2019 Tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan
Pemerintahan dan Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum oleh
Badan dan/atau Pejabat Pernerintahan diatas, tafsir keputusan Tata Usaha
Negara dan sengketa Tata Usaha Negara termasuk pula didalamnya
mengenai tindakan Pemerintahan sebagai mana Yang menjadi objek gugatan
dalam perkara a quo

• Bahwa karena Bupati Morowali (TERGUGAT) berdomisili dan/atau


berkedudukan hukum di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah,
maka dengan demikian TERGUGAT masuk dalam Yurisdiksi kewenangan
Peradilan Tata Usaha Negara Palu, yang memiliki kewenangan menerima,
memeriksa dan memutus Perkara a quo sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku

• Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, menurut Penggugat Pengadilan


Tata Usaha Negara berwenang untuk memeriksa, mengadili dan memutus
perkara aquo

• PROSEDUR YANG DILANGGAR


• Bahwa dalam mengeluarkan Surat Keputusan Bupati Morowali, Nomor :
188.4.45/KEP.0342/DPMDP3A/2023 tentang Pengesahan dan Pengangkatan
Kepala Desa Terpilih Hasil Pemilihan Kepala Desa di Wilayah Kecamatan Bungku
Barat, Kabupaten Morowali Tahun 2023 tertanggal 17 Oktober Tahun 2023,
TERGUGAT telah melanggar dan/atau tidak memenuhi ketentuan-ketentuan
sebagaimana diatur dalam ketentuan pasal 68 ayat (3) dan (4) serta pasal 71 ayat
(5) dan (6) Perda Kabupaten Morowali Nomor 5 tahun 2020 tentang Pemilihan
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa dan pasal 41 ayat (7) PP 43 Tahun
2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang nomor 6 tahun 2014 dimana
TERGUGAT harus menyelesaikan perselisihan yang telah disampaikan
PENGGUGAT dengan surat tertulis disertai bukti-bukti pendukung tersebut dalam
jangka waktu 30 hari, dan pasal 32 ayat (3) UU Nomor 6 Tahun 2017 tentang Desa
dan Pasal 68 ayat (4) P E R D A Nomor 5 Tahun 20 20 tentang Pemilihan
pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa. Karena perlu memperhatikan hal-
hal sebagai berikut :
• Bahwa dalam pasal 68 ayat (3) dan (4) Perda Nomor 5 tahun 2020 tentang
Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa desa
menyatakan:
• Bupati memutuskan sengketa hasil perhitungan suara sebagaimana di
maksud ayat (1) dan ayat (2) dengan memperhatikan masukan dari
PPKD,BPD, Camat dan Tim yang dibentuk oleh Bupati.
• Dalam menyelesaikan perselisihan hasil perhitungan suara
dilakssanakan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hai
sebelum pelantikan.

Pasal untuk 71 ayat (1) Perda Nomor 5 taun 2020 tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa, menyebutkan Panitia
Pengawas menyesaiakan sengketa sebagaimana dimaksud pasal 71 ayat
(4) dilakukan melalui tahapan:
• Mempertemukan para pihak yang bersengketa untuk di
musyawarahkan agar mencapai kesepakatan.
• Dalm hal tidak tercapai kesepakatan sebagaimana huruf a, Panitia
Pengawas membut keputusan.
• ayat (2) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling lambat 14 (empat belas) hari sejak para pihak yang
bersengketa di pertemukan.

• Dalam pasal 41 ayat (7) PP 43 tahun 2014 tentang petunjuk pelaksanaan


pemilihan kepala desa menyebutkan:
"Dalam hal terjadi perselisihan hasil pemilihan kepala Desa,
bupati/walikota wajib menyelesaikan perselisihan dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) Hari"
• Bahwa dalam pasal 32 ayat (3) UU nomor 6 tahun 2017 tentang desa
menyebutkan:
“Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) bersifat mandiri dan tidak memihak;
• Bahwa pasal 18 ayat (1) dan (2) Perda Nomor 5 tahun 2020 tentang
Pemilihan,Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa menyebutkan:
Daftar pemilih dimutahirkan dan divalidasi sesuai data Penduduk Di Desa
(1) “Pemutakhiran s ebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
karena:
• memenuhi syarat usia pemilih, yang sampai dengan hari dan
tanggal pemungutan suara pemilihan sudah berumur 17 tahun;
• belum berusia 17 tahun, namun sudah/pernah menikah;
• telah meninggal dunia;
• pindah domisili ke Desa lain;
• belum terdaftar.
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 68 ayat (4) Perda Nomor. 5 tahun
2020 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa,
jika dikaitkan dengan kepentingan PENGGUGAT dapat diuraikan sebagai
berikut :
• Terhadap ketentuan ayat 2, bahwa PENGGUGAT tidak dimintakan
keterangan untuk mempertahankan dalilnya, sehingga sangat
merugikan untuk PENGGUGAT.
• Terhadap ketentuan ayat 2, bahwa Panitia Pemilihan Kabupaten yang
memeriksa perselisihan telah tidak mempertimbangkan dan
mengabaikan bukti-bukti yang diajukan, yaitu dengan tidak menelaah :
melonjaknya jumlah Daftar Pemilik Tetap (DPT) jika dibandingkan
dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada saat Pemilihan Gubernur,
dan tidak meneliti kembali DPT karena tidak adanya pencantuman
Nomor Induk Kependudukan (NIK), tanggal lahir dan nama-nama
ganda, sehingga perbuatan tersebut sangat merugikan kepentingan
PENGGUGAT;
• Terhadap ketentuan ayat 2, bahwa Panitia Pemilihan Kabupaten telah
mengabaikan bukti yang diajukan PENGGUGAT yaitu adanya pemilih
yang dari luar daerah yang belum memenuhi syarat sebagaia pemilih
tetapi sudah bisa mengunakan haknya;
• Dengan tidak mempertimbangkan fakta-fakta di atas dan tidak
didengarnya pendapat dari PENGGUGAT, Rekomendasi atau laporan
panitia pemilihan kabupaten kepada bupati mengakibatkan cacat
hukum, dan juga mengakibatkan penerbitan SK bupati menjadi cacar
hukum.
Bahwa terhadap ketentuan dalam pasal 32 ayat (3) UU Nomor 6 Tahun
2017 tentang Desa dihubungkan dengan kepentingan PENGGUGAT dapat
diuraikan sebagai berikut:
• Bahwa terhadap ketentuan tersebut, PENGGUGAT banyak dirugikan
oleh Panitia Pemilihan Desa seperti :
• Pada pendistribusikan surat undangan pemilih dilaksanakan
dengan mengerahkan aparat desa yaitu Ketua Rukun Tetangga
(RT), Ketua Rukun Warga (RW), dan Kepala Dusun (Kadus)
tanpa persetujuan dari calon;
• Pada saat pemilih melakukan registrasi, tidak ada pengecekan
dari pihak panitia di pintu masuk apakah sudah pernah
mencoblos atau belum (pengecekan tanda tinta di tangan/jari)
• Perhitungan suara dibacakan secara terburu-buru (sangat cepat)
sehingga ada indikasi kecurangan.
• Adanya perbedaan antara daftar pemilih yang hadir dengan
Surat Suara yang digunakan.

• Bahwa terdapat ketentuan tersebut PENGGUGAT dirugikan oleh


tindakan panitia pemilihan kabupaten yaitu:
• Dengan Panitia tidak meneliti keberatan dan
mempertimbangkan bukti-bukti yang di ajukan oleh
PENGGUGAT, sehingga hasil penyelesaian perselisihan
dari Panitia Pemilihan Kabupaten menghilangkan
kesempatan PENGGUGAT;
• Dengan tidak meneliti keberatan dan mempertimbangkan
bukti-bukti yang di ajukan dapat dikatakan Panitia Pemilihan
Kabupaten belum melaksanakan perselisihan;
Bahwa terhadap ketentuan pasal 17 huruf (e) Perda Nomor 5 tahun 2020
dihubungkan dengan kepentingan PENGGUGAT dapat diuraikan sebagai
berikut:
• Dengan dilanggarnya ketentuan tersebut, seperti banyaknya DPT
yang ganda nama, tanggal lahir maupun tidak mempunyai NIK, dapat
dikatakan adanya indikasi permainan suara dari Panitia Pemilihan
Desa;
• Bahwa terhadap ketentuan tersebut, tindakan Panitia Pemilihan Desa
yang secara fantastis menambah DPT sebanyak.......... pemilih,
dimana banyak ditemukan pemilih ganda baik nama maupun tanggal
lahir, tidak ada NIK, tidak ada tanggal lahir sebagaimana telah
diuraikan diatas sangat merugikan PENGGUGAT dan melanggar
hukum;

• Bahwa Surat Keputusan Bupati Morowali Nomor : 188.4.45/KEP . 0342?


DPMDP3A/2023, yang didasarkan dari rekomendasi atau saran atau laporan
hasil perselisihan Panitia Pemilihan Kabupaten, dan oleh karena hasil dari Panitia
Pemilihan Kabupaten tersebut cacat hukum, mengakibatkan Surat Keputusan
Bupati Morowali Nomor :188.4.45/ KEP . 0342/DPMDP3A/2023, yang dibuat atau
diterbitkan berdasarkan laporan yang cacat hukum, menjadi cacat hukum pula
dan sudah sepatutnya di batalkan;

• Bahwa oleh karena Surat Keputusan Bupati Morowali Nomor 188.4.45/KEP .


0342/DPMDP3A/2023, tentang Pengesahan dan Pengangkatan Kepala Desa
Terpilih Hasil Pemilihan Kepala Desa di Kecamatan Bungku Barat, Kabupaten
Morowali Tahun 2023, tertanggal 17 Oktober 2023, telah melanggar dan/atau
tidak memenuhi ketentuan perundang-undangan yang berlaku, dengan demikian
dapat dinyatakan cacat hukum maka sudah sepatutnya TERGUGAT menerbitkan
Surat Keputusan tentang PENGGUGAT.

• Bahwa dalam mengeluarkan keputusan tersebut, TERGUGAT telah melanggar


dan/atau telah melakukan tindakan yang bertentangan dengan Azas-azas Umum
Pemerintahan yang Baik (algemene beginselen van behoorlijk bestuur/the
general principles of good administrastion) sebagaimana diatur dalam pasal 53
ayat (2) huruf b Undang-Undang nomor 9 tahun 2004 tentang perubahan atas UU
PTUN yaitu:
• Azas Kepastian Hukum, yakni azas dalam Negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan
keadilan dalam setiap kebijakkan Penyelenggaraan Negara. Terbukti
pengambilan keputusan TERGUGAT telah melanggar dan/atau tidak
memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah diatur
• Azas Kepentingan Umum, yakni azas yang mendahulukan kesejahteraan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif dan selektif yaitu
dikeluarkannya surat keputusan a quo yang secara terburu-buru telah
dikeluarkan untuk mengesahkan dan mengangkat, tanpa memeriksa
keberatan dengan baik atas fakta yang sesungguhnya dan justru telah
bertentangan dengan kepentingan umum;
• Azas Proposionalitas, yakni azas yang mengutamakan keseimbangan
antara hak dan kewajiban Penyelenggara Negara. Jelas dikeluarkannya SK
Pengesahan dan Pengangkatan a quo tanpa memperhatikan fakta dan
mempertimbangkan semua kepentingan yang terkait dengan keputusan a
quo tersebut, TERGUGAT telah bertindak secara tidak proposionalitas dan
hanya melakukan haknya saja dengan mengeluarkan surat keputusan a
quo yang tidak berdasar tersebut, tanpa melaksanakan kewajibannya
sebagaimana kami uraikan diatas:
• Azas Profesionalitas, yakni azas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Terbukti TERGUGAT sama sekali tidak menganut azas ini;
• Azas Akuntabilitas, yakni azas yang menentukan bahwa setiap kegiatan
dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara Negara harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Tidak dapat dibantah lagi bahwa surat
keputusan a quo yang dikeluarkan oleh TERGUGAT tidak dapat
dipertanggungjawabkan karena telah dikeluarkan secara cacat proseduril
yaitu melanggar peraturan perundang-undangan dan tidak berdasarkan
fakta yang sesungguhnya.

• Bahwa dengan demikian berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas terbukti


bahwa SK Bupati Morowali Nomor 188.4.45/KEP. 0342/DPMDP3A/2023 yang
menjadi obyek gugatan a quo bertentangan dengan:
• Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, khususnya ketentuan-
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang bersifat
prosedural atau formal sebagaimana diatur dalam pasal 68 ayat (3) dan
(4) serta pada pasal 71 ayat (5)dan ayat (6) Perda Nomor 5 tahun 2020
tentang Pemilihan,Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa dan
pasal 41 ayat (7) PP 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang nomor 6 tahun 2014, pasal 32 ayat (3) UU Nomor 6
Tahun 2017 tentang Desa,
• Azas-azas umum pemerintahan yang baik, sebagaimana diatur dalam
pasal 53 ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 09 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas UU PTUN yaitu Azas Kepastian Hukum, Azas
Kepentingan Umum, Azas Proporsionalitas, Azas Profesionalitas dan Azas
Akuntabilitas;
• Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas maka sangat
beralasan bagi PENGGUGAT untuk memohon kepada Majelis Hakim
Pengadilan Tata Usaha Negara Palu untuk menyatakan tidak sah atau
batal keputusan TERGUGAT Nomor 188.4.45/KEP.0342/DPMDP3A/2023
tentang Pengesahan dan Pengangkatan Kepala Desa Terpilih Hasil
Pemilihan Kepala Desa di Kabupaten Morowali tahun 2023

• KEPENTINGAN HUKUM PENGGUGAT


• Bahwa Dalam lingkup desa pemilihan pejabat publik dalam hal ini kepala desa
merupakan salah satu langkah demokratis di tingkat terkecil yang bisa
dilaksanakan oleh pemerintah yakni pemilihan kepala desa melalui
pemungutan suara. Jika melihat dari sudut pandang normatif atau pendekatan
Peraturan Perundang-Undangan. Undang-Undang yang mengatur mengenai
Pemilihan Kepala Desa diatur dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 1946
tentang Pemilihan kepala desa. selanjutnya Peraturan pemilihan kepala desa
di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Desa

• Bahwa Pemerintah Kabupaten Morowali juga mengatur melalui peraturan


daerah nomor 5 tahun 2020 mengenai pemilihan kepala desa. Terdapat empat
tahapan dalam masa pemilihan kepala desa yakni masa persiapan, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa
(PPKD), yang nantinya akan menjadi penyelenggara pemilihan kepala desa,
BPD juga membentuk pantiia pengawas yang akan mengawasi
penyelenggaran pemilihan kepala desa oleh PPKD. selanjutnya ada tahapan
pencalonan, pada tahap ini PPKD melakukan penjaringan bakal calon yang
sesuai dengan kriteria atau syarat yang diatur dalam pasal 25 -34 Perda Kab.
Morowali Nomor 5 tahun 2020. pemungutan suara, pada tahapan ini PPKD
akan mengumumkan lokasi dan waktu pemungutan suara berdasarkan DPT
yang telah diumumkan dan disebarluaskan kepada masyarakat desa. serta
tahapan terakhir adalah penetapan. Calon kepala desa yang terpilih ditetapkan
oleh Keputusan PPKD yang kemudian di proses oleh BPD yang selanjutnya
diserahkan kepada bupati melalui camat. Dan kemudian kepala desa dilantik
oleh bupati

• Dalam Pilkades serentak tahun 2023 yang di laksanakan di Kabupaten


Morowali, satu diantaranya Pemilihan Kades Ambunu, Kecamatan Bungku
Barat yang ditengarai bermasalah karna telah terjadi Pelanggaran administrasi,
dimana pemilih yang tidak berhak mengunakan suaranya yang mengakibatkan
calon lainnya dirugikan. Bahkan menguntungkan calon yang incamben atau
petahana karena penduduk yang beasal dari luar tiba-tiba memiliki hak untuk
memilih dengan dengan menggunakan KTP dari luar Desa Ambunu maupun
BerKTP Desa Ambunu namun belum 6 (enam) bulan.

• Merujuk Pada Pasal 4 ayat (2) Peraturan daerah kabupaten morowali nomor 5
tahun 2020. Pemilihan kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia
serta jujur dan adil, Prinsip jujur dan adil dalam pemilu merupakan landasan
penting dalam menjaga integritas dan kepercayaan masyarakat terhadap
proses demokratis. Hal ini mencakup penyelenggaraan pemilu yang
transparan, tanpa kecurangan, serta memberikan setiap warga negara
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pemilihan pemimpin dan
pengambilan keputusan politik. Prinsip-prinsip ini mendukung terciptanya
masyarakat yang berdaulat dan pemerintahan yang mewakili kepentingan
rakyat secara menyeluruh. sifat jujur dan adil inilah menjadi pemicu dalam
proses pemilihan karena Panitia tidak jujur dan tidak adil dengan membiarkan
Penduduk dari luar daerah bisa mengunakan hak pilihnya. Bahkan, KTP yang
bersangkutan tidak memiliki NIK hal ini terlihat dengan jelas dalam daftar
pemilih. Dalam Perda nomor 5 tahun 2020 pada pasal 11 ayat (2) sebgaimana
di maksud pada ayat 1 PPKD (Panitia Pemilihan Kepala Desa) bersifat mandiri
dan tidak memihak serta menjamin terlaksananya proses pemilihan Kepala
Desa dengan aman, tertib dan aman.

• Bahwa dengan ditetapkannya hasil pemilihan oleh Panitia Pemilihan Kepala


Desa (PPKD), sangatlah merugikan bagi kandidat kepala desa yang
mengajukan keberatan atas hasil pilkades tersebut, bahwa keberatan yang
diajukan penggugat kepada camat bungku barat dan bupati morowali tidak
mendapat tanggapan sehingga menurut penggugat Surat Keputusan Bupati
Nomor :188.4.45/KEP. 0342/DPMDP3A/2023 Tentang Pengesahan dan
Pengangkatan Kepala Desa Di Wilayah Kecamatan Bungku Barat Kabupaten
Morowali Masa Jabatan 2023-2029 cacat dan in prosedural dan menjadi tidak
adil karena terdapat pelanggaran pelaksanaan pemilihan kepala desa yang
dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa (PPKD)

• Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 5 Peraturan Mahkamah Agung Republik


Indonesia Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa
Tindakan Pemerintahan dan Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar
Hukum Oleh Badan Dan/Atau Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige
Overheidsdaad) menyebutkan: "Warga masyarakat adalah seseorang atau
badan hukum perdata yang terkait dengan tindakan pemerintahan". Pasal 1
angka 6 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2019 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan Pemerintahan dan
Kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum Oleh Badan Dan/Atau
Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige Overheidsdaad) menyebutkan
"Penggugat adalah Warga masyarakat yang kepentingannya dirugikan
sebagai akibat dilakukannya tindakan pemerintahan ;

• POSITA
• Bahwa penggugat merupakan salah satu kandidat calon kepala desa Ambunu
periode tahun 2023-2029 kecamatan bungku barat kabupaten morowali nomor
urut 3 yang diadakan pada tanggal 05 Agustus 2023 di kantor desa lama
Dusun II desa Ambunu kecamatan bungku barat kabupaten morowali provinsi
Sulawesi Tengah.

• Bahwa pada tanggal 29 mei 2023 Panitia Pemilihan Kepala Desa (PPKD)
melakukan sosialisasi peraturan daerah kabupaten Morowali Nomor 5 Tahun
2020 di balai Desa Ambunu yang diikuti oleh masyarakat desa Ambunu dan
megumumkan DPS (daftar Pemilih Sementara).

• Bahwa dalam kontensasi pemilihan kepala desa yang dilaksanakan oleh


Panitia Pemilihan Kepala Desa (PPKD) diikuti 4 calon kepala desa yaitu Fadli
calon kepala desa nomor urut 1, Albar,S.T calon kepaladesa nomor urut 2,
M.Rais calon kepala desa nomor urut 3 dan Ahmad.H calon kepala desa
nomor urut 4 yang oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa (PPKD) dinyatakan
layak sebagai calon kepala desa yang ikut dalam pemilihan kepala desa
periode 2023-2029 yang dilaksanakan pada tanggal 5 Agustus 2023 di desa
Ambunu kecamatan bungku barat

• Bahwa pelaksanaan pemilihan kepala desa, oleh Panitia Pemilihan Kepala


Desa (PPKD) yang dilakukan pada tanggal 05 Agustus 2023 hanya
menggunakan data “DPS (daftar Pemilih Sementara). Panitia Pemilihan Kepala
Desa (PPKD) tidak memperbaharui dan tidak menetapkan DPS (daftar Pemilih
Sementara) menjadi DPT (Daftar Pemilih Tetap) untuk digunakan pada saat
pemilihan kepala desa ambunu. Bahwa pasal 17 ayat (2) mengatur mengenai
persyaratan pemilih agar bisa terdaftar ke dalam DPT. Dengan dasar hukum ini
maka PPKD memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa DPT tersebut
sesuai dengan data kependudukan yang valid dan sesuai dengan yang ada di
desa ambunu.

• Bahwa dalam penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Panitia Pemilihan Kepala
Desa Ambunu tidak cermat dalam menetapkan Pemilih yang berhak, untuk
mengunakan suaranya yang mengakibatkan orang yang tidak berhak bisa
mengunakan suaranya. Kondisi seperti ini membuka ruang bagi calon yang
berasal dari incamben di untungkan, sehingga pemilihan menjadi cacat dan in
prosedural dan menjadi tidak adil, sehingga perlu langsung dipulihakan hak
hak Pemilih maupun peserta dalam kontestasi Pilkades.

• Bahwa proses pemungutan suara telah dilakukan dan berjalan, namun saksi
kandidat tidak diberikan atau tidak melihat Daftar Pemilih Tetap (DPT) dalam
berjalannya proses pemilihan. Panitia pemilihan kepala desa memberikan
undangan pemungutan suara kepada masyarakat untuk melakukan pemilihan
di TPS (tempat pemungutan suara) namun pemberian surat undangan
pemungutan suara tidak merata dibagikan atau tidak semua masyarakat desa
yang mempunyai hak pilih mendapatkan undangan pemilihan kepala desa.

• Bahwa Panitia Pemilihan Kepala Desa (PPKD) tidak mengumumkan undangan


pemilihan kepala desa yang tersalurkan dan yang tidak tersalurkan atau sisa
undangan pemilihan kepala desa pada saat penghitungan suara. terkait
dengan proses pemutahiran data dan validasi data pemilih yang dilakukan oleh
Panitia Pemilihan Kepala desa yang tidak akurat, sehingga orang yang tidak
berhak sebagaimana ketentuan Pasal 17 huruf e tidak mengunakan hak
pilihnya.

• Bahwa Panitia Pemilihan Kepala Desa (PPKD) melakukan penghitungan suara


pada tanggal 05 Agustus 2023 dimana diperoleh hasil pemungutan suara
sebagai berikut
Nomor Urut Nama Perolehan Suara

01 FADLI 344 Suara

02 ALBAR, S.T 142 Suara

03 M. RAIS 198 Suara

04 AHMAD. H 37 Suara

Kertas Suara rusak/tidak sah 2 Suara

• Bahwa dari hasil pemilihan kepala desa Ambunu, Penggugat keberatan


dengan hasil dan keputusan Panitia Pemilihan Kepala Desa (PPKD)
dikarenakan adanya indikasi kecurangan, ketidak cermatan dan pelanggaran
yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa (PPKD) Desa Ambunu
Periode 2023-2029 meliputi :
• Daftar Pemilih Sementara (DPS) berjumlah 836
• Daftar Pemilih Tetap (DPT) berjumlah 822
• Jumlah pemilih yang ada di DPS tetapi tidak terdata di DPT berjumlah 17
• Jumlah yang ada di DPT tetapi tidak terdata di DPS berjumlah 3
• Jumlah pemilih baru atau belum mencapai 6 (enam) bulan tinggal di desa
Ambunu berjumlah 16
• Jumlah pemilih dari luar Desa Ambunu atau tidak berKTP Desa Ambunu
berjumlah 6
• Dan jumlah wajib pilih yang tidak mendapatkan undangan memilih pada
pemilihan kepala desa Ambunu berjumlah 121

• Bahwa Penggugat melakukan keberatan melalui surat keberatan kepada


Panitia Pemilihan Kepala Desa (PPKD) tertanggal 06 Agustus 2023, bahwa
pada tanggal 08 Agustus penggugat juga mengajukan keberatan kepada
Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Desa Ambunu Periode 2023-2029.

• Bahwa Penggugat juga mengajukan surat keberatan terhadap Panitia


Pemilihan Kepala Desa (PPKD) kepada Camat Bungku Barat, Polrest Morowali
dan Kejaksaan Negeri Morowali dalam hal tembusan surat.
• Bahwa Penggugat pada tanggal 08 Agustus 2023 juga mengajukan surat
keberatan terhadap Panitia Pemilihan Kepala Desa (PPKD) Desa Ambunu
Periode 2023-2029 kepada Tergugat yang diterima oleh Bagian Umum
Pemerintah Daerah Morowali.

• Bahwa pada tanggal 9 Oktober 2023 Penggugat mengetahui terbitnya Surat


Keputusan Bupati Nomor :188.4.45/KEP. 0342/DPMDP3A/2023 Tentang
Pengesahan dan Pengangkatan Kepala Desa Di Wilayah Kecamatan Bungku
Barat Kabupaten Morowali Masa Jabatan 2023-2029 yang di keluarkan oleh
Tergugat

• Bahwa karena perbuatan TERGUGAT tersebut di atas maka timbullah


hubungan hukum atau sengketa antara PENGGUAT dan TERGUGAT

• Bahwa perbuatan TERGUGAT sebagaimana dimaksud, menimbulkan atau


Ksetidak-tidaknya mengakibatkan kerugian sebagaimana telah diuraikan di
atas sebelumnya

• Bahwa karena Gugatan yang diajukan oleh PENGGUGAT ini timbul karena
Frbuatan TERGUGAT, sehingga seluruh biaya perkara patut dibebankan
kepada TERGUGAT

VII KERUGIAN PENGGUGAT

Bahwa akibat dikeluarkannya Keputusan TERGUGAT a quo, PENGGUGAT


telah mengalami kerugian, baik secara material maupun non material. SK
Bupati Kabupaten Morowali yang berisi tentang Pengesahan dan
Pengangkatan Kepala Desa Terpilih hasil pemilihan serentak tahun 2023 di
Kabupaten Morowali. Bahwa akibat ditetapkan obyek Sengketa oleh
TERGUGAT, saat ini PENGGUGAT kehilangan kesempatan untuk menjadi
Kepala desa mengakibatkan kepentingan serta kerugian yang sangat besar
bagi PENGGUGAT, selain itu hal tersebut juga menimbulkan ketidak tentraman
dan ketidak pastian.

VIII. PERMOHONAN PENANGGUHAN PELAKSANAAN

• Bahwa Keputusan TERGUGAT nyata nyata telah melanggar ketentuan


Peratran Perundangan yakni:
• Pasal 68 ayat (3) dan (4) serta pasal 71 ayat (5 ) dan (6) Perda nomor
5 tahun 2020 tentang Pencalonan, Pengangkatan dan pemberhetian
Kepala Desa, dan pasal 41 ayat (7) PP 43 tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 tahun 2014
• Pasal 32 ayat (3) UU Nomor 6 tahun 2017 tentang desa
• Pasal 53 ayat (2) huruf Undang Undang Nomor 09 tahun 2004
perubahan atas UU PTUN yaitu Azas Kepastian Hukum, Azas
Kepentingan Umum, Azas Proporsionalitas, Azas Profesionalitas dan
azas akuntabilitas. Selain itu, keputusan TERGUGAT juga telah secara
nyata menimbulkan kerugian baik secara material maupun non material
kepada PEGGUGAT:

Dan pada akhirny Keputusan TERGUGAT tesebut secara nyata


bertentangan dengan azas azas umum Pemerintahan yang baik (algemene
beginsele van behoorlijk bestuur/the general principles if good
administrastration), sehingga sangat beralasan apabilan PENGGUGAT
memohon kepada Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Palu atau Majelis
Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Palu yang memeriksa dan memutus
perkara ini untuk megeluarkan Penetapan Penangguhan pelaksanaan atas
Surat Keputusan Bupati Morowali Nomor
:188.4.45/KEP.0342/DPMDP3A/2023, tentang Pengesahan dan
Pengangkatan Kepala Desa di Wilayah Kecamatan Bungku Barat,
Kabupaten Morowali tahun 2023, sampai putusan dalam perkara ini
mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Maka berdasarkan semua uraian tersebut diatas PENGGUGAT mohon agar


Majelis Hakim Pengadilan Tatat Usaha Negara Palu yang memeriksa dan
memutus perkara ini berkenaan memutuskan sebagai berikut:

Dalam Penangguhan Pelaksanaan


• Mengabulkan Permohonan Pemohon Penangguhan Pelaksanaan
Putusan yang dimohonkan oleh PENGGUGAT
• Menyatakan pelaksanaan dari Surat Keputusan Bupati Morowali
nomor: 188.4.45/KEP.0342/DPMDP3A/2023, tentang Pengesahan
dan Pengangkatan Kepala desa di wilayah Kecamatan Bungku
Barat,Kabupaten morowali tertanggal 17 Oktober 2023 ditangguhkan
sampai putusan dalam perkara ini mempunyai kekuqtan hukum yang
tetap.

IX. PETITUM/TUNTUTAN
Berdasarkan hal hal tersebut di atas, dengan hormat, Penggugat memohon
kepada Yang MuliaMajelis Hakim yang memriksa dan mengadili perkara a quo
untuk menjatuhkan Putusan sebagai berikut:
• Dalam Penundaan
Mengabulkan Permohonan Penundaan terhadap keberlakuan SK
Bupati Morowali Nomor : 188.4.45/KEP.0342/DPMDPPP3A/2023,
tentang Pengesahan dan Pengangkatan Kepala Desa
Ambunu,Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali

• Dalam Pokok Perkara/Sengketa


• Mengabulkan Gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;
• Menyatakan Tidak Sah dan/atau Batal tindakan Tergugat yang
mengesahkan dan mengangkat Kepala Desa di wilayah
Kecamatan Bungku Barat Kabupaten Morowali Masa Jabatan
2023-2029
• Mewajibkan tergugat untuk mencabut Surat Keputusan Nomor :
188.4.45/KEP.0342/DPMDP3A/2023 tentang Pengesahan dan
Pengangkatan Kepala Desa di wilayah Kecamatan Bungku Barat
Kabupaten Morowali.
• Mewajibkan Tergugat untuk memerintahkan kepada Dinas
DPMDP3A untuk melakukan penjadwalan kembali pemilihan
Kepala Desa Ambunu yang sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Morowali Nomor 5 tahun 2020 Tentang Pemilihan,
Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa.
• Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul
dalam perkara ini, dan/atau apa bila Yang Mulia Majelis Hakim
yang memeriksa dan mengadili perkara ini berpendapat lain,
Mohon putusan yang seadil-adinya (ex aequo et bono)

Demikian Gugatan ini dibuat, atas perkenan Yang Mulia Majelis Hakim diucapkan
Terimakasih.

Hormat Kami
KUASA HUKUM PENGGUGAT

JAMRIN, SH.,MH ABD. RAZAK,SH.

MARNO,SH. IVAN DENDY SALMON,SH

Anda mungkin juga menyukai