Anda di halaman 1dari 13

REPLIK ATAS JAWABAN TERGUGAT DALAM PERKARA TATA USAHA

NEGARA NOMOR: 78/G/2020/PTUN.BKL

ANTARA

SUMANTO

Warga Negara Indonesia, Alamat Selagan Jaya RT/RW 010/003


Desa Selagan Jaya Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko
dan selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT

MELAWAN

BUPATI MUKOMUKO

Tempat Jl. Lintas Barat Sumatera, Kelurahan Bandar Ratu, Kecamatan


Kota Mukomuko, Kabupaten Mukomuko Provinsi Bengkulu
dan selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT

Bengkulu, 7 Oktober 2020

Hal : Replik atas Jawaban Tergugat Kepada Yth:


tanggal 30 September 2020. Majelis Hakim Pengadilan
Tata Usaha Negara
Bengkulu dalam Perkara
Tata Usaha Negara Nomor:
78/G/2020/PTUN.BKL
Di
BENGKULU

Dengan hormat,
Kami yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : SUMANTO
Kewarganegaraa : Indonesia
n
Pekerjaan : Petani/Pekebun
Tempat Tinggal : Selagan Jaya RT/RW 010/003 Desa Selagan Jaya
Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten
Mukomuko, email: pbsuswandi@gmail.com

Berdasarkan surat kuasa tanggal 10 Agustus 2021 memberikan kuasa


kepada :
1. RENDRA EDWAR FRANSISKO, S.H.
2. AHMAD SAYUTI, S.H.

1
3. BAYU SEPTIAWAN, S.H.
Kesemuanya adalah kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan Advokat,
pada KANTOR ADVOKAT/KONSULTAN HUKUM RENDRA EDWAR &
PARTNERS, beralamat di Jln. M. Ali Amin No. 22 RT 27 RW. 04
Kelurahan, Pematang Gubernur, Kecamatan. Muara Bangkahulu, Kota
Bengkulu. Telp. 082378757878, email: rendra.edwar@yahoo.co.id, yang
bertindak untuk dan atas nama pemberi kuasa baik secara sendiri-
sendiri maupun bersama-sama. Untuk selanjutnya disebut sebagai
PENGGUGAT.

Majelis Hakim yang kami muliakan, terlebih dahulu Penggugat


melalui Kuasa Hukumnya di atas, menyatakan membantah semua
pendapat, dalil, tuntutan dan segala sesuatu yang dikemukakan oleh
Tergugat dalam Eksepsi/Jawaban Tergugat, kecuali apa yang diakui
secara tegas oleh Penggugat. Adapun Eksepsi/Jawaban Tergugat yang
telah disampaikan pada tanggal 30 September 2020. Akan Penggugat
Tanggapi dalam Replik ini, yang terdiri dari empat bagian yang tidak
terpisahkan satu sama lainnya, adalah sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN
1. Bahwa setalah Penggugat mencermati eksepsi dan jawaban
Tergugat yang perlu diperhatikan adalah apakah penerbitan objek
sengketa a quo yang diterbitkan oleh Tergugat dari aspek prosedur
telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
maupun asas umum pemerintah yang baik ?
2. Bahwa Tergugat dalam mengeluarkan objek sengketa a quo tidak
melalui prosedur sebagaimana diatur dalam Pasal 52 ayat 1 huruf
b Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014, yang menyatakan
bahwa ‘’Syarat sahnya Keputusan…….b. dibuat sesuai prosedur.
- Bahwa sebelum dilakukannya pemberhentian tetap, Tergugat
terlebih dahulu harus mengeluarkan sanksi administratif
berupa teguran tertulis dan pemberhentian sementara.
- Bahwa Tergugat dalam mengeluarkan objek sengketa a quo
tidak melalui prosedur, dan apabila Penggugat telah melanggar
larangan sebagaimana dalam Pasal 29 huruf j, seharusnya
Tergugat terlebih dahulu harus mengeluarkan teguran tertulis,
pemberhentian sementara dan ditindaklanjuti dengan
pemberhentian sebagaimana dalam ketentuan Pasal 30
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
- Bahwa tidak adanya usulan dari Ketua Badan
Permusyawaratan Desa dalam melaporkan kepada
Bupati/Walikota melalui camat terhadap pemberhentian

2
Penggugat sebagaimana diatur dalam Pasal 54 ayat 3
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, dan dipertegaskan lagi dalam ketentuan Pasal 8
ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pengangkatan Dan
Pemberhentian Kepala Desa.
- Bahwa Tergugat, dalam mengeluarkan objek sengketa a quo
hanya berdasarkan Surat Badan Pengawas Pemilihan Umum
Nomor 133/K.BE-07/PM.06.02/XI/2020 tentang Penerusan
Atas Laporan Hasil Pengawas Pemilu Dugaan Pelanggaran
Pemilihan Kepala Daerah 2020, tampa adanya laporan dari
Ketua Badan Permusyawaratan Desa melalui camat, teguran
tertulis dan pemberhentian sementara. maka sudah
sepantasnya harus dibatalkan.
3. Bahwa Tergugat tidak cermat dalam membaca dan memahami
objek sengketa a quo sebagaimana yang diatur pada Pasal 1 butir
3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, Pasal 1 butir 9 jo. Pasal 53 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara.
Bahwa untuk melaksanakan kewajiban formal Penggugat dalam
proses peradilan, selanjutnya kami akan menjawab.

II. DALAM EKSEPSI


1. Bahwa perlu Penggugat luruskan, objek gugatan yang diajukan
oleh Penggugat adalah Keputusan Bupati Mukomuko Nomor 100-
233 Tahun 2021 tentang Pemberhentian Kepala Desa Selagan
Jaya Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko atas
nama Sumanto, tanggal 30 Juni 2021.
2. Bahwa dalam jawaban Tergugat pada bagian Eksepsi yang pada
pokoknya mendalikan bahwa Gugatan Penggugat tidak jelas dan
kabur (Obscuur libel). Akan Penggugat Tanggapi, sebagai berikut ;
- Bahwa yang menjadi aturan dasar untuk menilai apakah
suatu gugatan kabur (obscuur liebel) sebagaimana tercantum
dalam ketentuan Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang
menyatakan bahwa:
“ Gugatan harus memuat:

3
a. Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan
penggugat, atau kuasanya:
b. Nama jabatan dan tempat kedudukan tergugat:
c. Dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diminta
diputuskan oleh Pengadilan.
- Bahwa hal yang diminta Penggugat untuk diputuskan oleh
Pengadilan Tata Usaha Negara Bengkulu, yakni pembatalan
dan pencabutan keputusan tata usaha negara yang menjadi
objek sengketa tentang pemberhentian Penggugat sebagai
Kepala Desa Selagan Jaya Kecamatan Kota Mukomuko
Kabupaten Mukomuko.
- Bahwa kepentingan Penggugat yang dirugikan dalam
mengajukan gugatan sebagaimana yang diatur dalam
ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
- Bahwa oleh karenanya gugatan Penggugat telah memenuhi
unsur dalam ketentuan Pasal 56 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
sehingga eksepsi Tergugat yang menyatakan bahwa gugatan
Penggugat kabur (obscuul liebel) haruslah dinyatakan ditolak.
3. Bahwa oleh karenanya, kami mohon kepada Yang Mulia Majelis
Hakim untuk menolak eksepsi yang diajukan oleh Tergugat.

III. DALAM POKOK PERKARA


1. Bahwa Penggugat menolak seluruh dalil-dalil Tergugat dalam
Eksepsi/Jawaban Tergugat, kecuali terhadap hal-hal yang diakui
secara tegas oleh Penggugat.
2. Bahwa semua dalil-dalil yang telah Penggugat jelasakan dalam
bagian Pendahuluan dan Eksepsi merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dalam menjawab jawaban pokok perkara ini.
3. Bahwa terhadap dalil jawaban Tergugat pada angka 4, 5, 6, 7 dan
angka 8, pada halaman 4 dan 5 yang pada pokoknya menyatakan
bahwa “Tergugat menerbitkan surat keputusan Bupati Nomor; 100–
233 tahun 2021 tentang pemberhentian Kepala Desa Selagan Jaya
Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko atas nama
Sumanto dengan alasan melakukan pelanggaran pemilihan Kepala
Daerah 2020, dan telah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”. Akan Penggugat Tanggapi sebagai
berikut :
a. Bahwa tindakan Tergugat menerbitkan atau mengeluarkan
Keputusan a qou merupakan tindakan yang sangat tidak

4
berkesuaian dengan peraturan perundang-undangan dan
asas-asas umum pemerintahan yang baik, sebagaimana
ketentuan Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2014, yang menyatakan bahwa “Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dalam menggunakan wewenangnya wajib
berdasarkan Peraturan perundang-undangan dan AUPB”,
b. Bahwa Peraturan perundang-undangan yang dilanggar oleh
Tergugat dalam mengeluarkan Keputusan a quo yang menjadi
objek sengketa a quo tidak melalui prosedur, yaitu berupa
teguran tertulis, pemberhentian sementara dan dilanjuti
pemberhentian.
1) Teguran tertulis
- Bahwa Tergugat tidak menerbitkan atau
mengeluarkan suatu keputusan berupa teguran
tertulis kepada Penggugat.
- Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 30 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa,
yang menytakan bahwa “Kepala Desa yang melanggar
larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29
dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan
dan/atau teguran tertulis”.
- Bahwa berdasarkan pasal di atas, seharusnya apabila
Penggugat telah melakukan pelangaranterlebih
dahulu, Tergugat harus mengeluarkan sanksi berupa
teguran tertulis kepada Penggugat,
- Bahwa berdasarkan pasal di atas, Tergugat telah
melanggar Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa.

2) Pemberhentian sementara
- Bahwa berdasakan Pasal 30 ayat (2) yang menytakan
bahwa“Dalam hal sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak dilaksakanakan,
dilakukan tindakan pemberhentian sementara
dilanjutkan dengan pemberhentian”.
- Bahwa berdasakan Pasal 490 Undang-undang No. 7
tahun 2017, yang menyatakan bahwa “setiap kepala
desa atau sebutan lain yang dengan sengaja membuat
keputusan dan/atau melaksanakan tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu
peserta pemilu dalam masa kampanye, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan

5
sensa sebanyak Rp. 12.000.000,- (dua belas juta
rupiah)”.
- Pasal 9 huruf b Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 66 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun
2015 tentang Pengangkatan Dan Pemberhentian
Kepala Desa, yang menytakan bahwa ‘kepala desa
dapat diberhentikan sementara oleh Bupati/Walikota
karena …….b. Melanggar larangan sebagai Kepala
Desa.:
- Bahwa pemberhentian sementara tidak dilakukan oleh
Tergugat, hal ini dapat dikatakan bahwa Penggugat
tidak terbukti melakukan pelanggaran hukum
berdasarkan putusan pengadilan yang teah memiliki
kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde).
- Bahwa oleh karena Pengugat tidak diberhentikan
sementara oleh Tegugat, bahwa Penggugat tidak
terbukti telah melakukan pelanggaran dalam ikut
serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan
umum dan/atau pemilihan kepala daerah
sebagaimana Pasal 29 huruf j Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa.
- Bahwa berdasarkan pasal di atas, Tergugat telah
melanggar peraturan perundang-undagan yaitu
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
dan Undang-undang No. 7 tahun 2017 dan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pengangkatan Dan
Pemberhentian Kepala Desa .
- Bahwa oleh karenanya dalil Jawaban Tergugat yang
menyatakan Penggugat telah melakukan pelanggaran
ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye
pemilihan umum dan/atau pemilihan kepala daerah
haruslah ditolak dan dibatalkan.
c. Bahwa Objek Sengketa a quo yang dikeluarkan oleh Tergugat
telah bertentangan dengan Asas-asas Umum Pemerintahan
Yang Baik khususnya Asas Kepastian Hukum dan Asas
Kecermatan;
Asas Kepastian Hukum
- Bahwa berdasarkan dalam penjelasan Pasal 10 ayat 1
huruf a Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014, yang

6
dimaksud dengan asas kepastian hukum adalah “Azas ini
mengutamakan landasan Peraturan Perundang-undangan,
Kepatutan dan Keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggaraan pemerintah”. Berdasarkan hal tersebut,
bahwa Dalam pemeriksaan, penjatuhan, dan
penyampaian keputusan hukuman disiplin menentukan
bahwa sanksi disiplin haruslah dilakukan bertahap
sebelum sampai pada pemberian sanksi berat. Bahwa
sebelum penggugat diberhentikan oleh Tergugat,
Penggugat belum pernah dikenakan sanksi baik lisan
maupun sanksi tertulis oleh Tergugat. Bahwa Penggugat
belum pernah dikenakan sanksi pidana dari pengadilan
berdasarkan keputusan yang telah berkekuatan hukum
tetap, sehingga demikian dalam penerbitan Objek
Sengketa tidak memenuhi syarat sahnya suatu keputusan
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 52 Undang-
undang Nomor 30 Tahun 2014.
- Dengan demikian Objek Sengketa yang dikeluarkan oleh
Tergugat tidak memenuhi syarat sahnya suatu keputusan
yang mengakibatkan melanggar ketentuan peraturan
perundang-undangan sehinga tidak memenuhi asas
kepastian hukum.
- Bahwa dengan dilanggarnya Asas Kepastian Hukum,
maka Objek Sengketa yang dikeluarkan oleh Tergugat
harus dibatalkan.

Asas Kecermatan
- Bahwa dalam penjelsan Pasal 10 ayat 1 huruf a Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014, yang dimaksud dengan
“Azaz ini mengutamakan pada informasi dan dokumen
yang lengkap dalam setiap keputusan/tindakan
penyelenggaraan negara sehingga keputusan/tindakan
dipersiapkan dengan cermat sebelum keputusan/tindakan
tersebut ditetapkan sehingga tidak merugikan para pihak
yang terkena dampak keputusan/tindakan yang dibuat
oleh penyelenggara negara”.
- Bahwa oleh karenanya, Objek Sengketa yang diterbitkan
oleh Tergugat hanya berdasarkan pada yaitu tidak
menerbitkan atau mengeluarkan sanksi administratif dan
suatu keputusan Pemberhentian Sementara sebagaimana
diatur dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa. Bahwa dengan dilanggarnya Asas

7
Kecermatan, maka Objek Sengketa yang dikeluarkan oleh
Tergugat haruslah dibatalkan atau tidak sah.
4. Bahwa terhadap dalil jawaban Tergugat pada angka 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17 dan 19 pada halaman 5 sampai dengan
halaman 9 dalam Pokok Perkara. Akan Penggugat Tanggapi
sebagai berikut :
a. Bahwa Tergugat dalam mengeluarkan objek sengketa a quo
hanya berdasarkan Surat Badan Pengawas Pemilihan Umum
Nomor 133/K.BE-07/PM.06.02/XI/2020 tentang Penerusan
Atas Laporan Hasil Pengawas Pemilu Dugaan Pelanggaran
Pemilihan Kepala Daerah 2020.
b. Bahwa obyek sengketa a quo telah melanggar pasal 490
Undang-undang No. 7 tahun 2017 yang menyatakan bahwa
“setiap kepala desa atau sebutan lain yang dengan sengaja
membuat keputusan dan/atau melaksanakan tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu peserta pemilu
dalam masa kampanye, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan sensa sebanyak Rp.
12.000.000,- (dua belas juta rupiah)”.
c. Bahwa Tergugat tidak memprosesnya ke jalur Pidana Undang-
undang Pemilu sehingga apa bila diproses pidana tentu akan
berkekuatan hukum tetap. Jadi sangat mencengangkan
Pemilihan Umum Kepala Daerah telah selesai, Penggugat
diberhentiakan dalam jabatannya sebagai kepala desa tanpa
ada teguran tulisan/lisan dan/atau sanksi administratif
berupa teguran
d. Bahwa obyek sengketa a quo juga melanggar Pasal 41, dan
Pasal 43 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa.
Pasal 41 m enyatakan bahwa:
“Kepala Desa diberhentikan sementara oleh Bupati/Walikota
setelah dinyatakan sebagai terdakwa yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun berdasarkan
register perkara di pengadilan”.
Selan ju tn ya Dalam Pasal 43 men yatakan bah wa :
“Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41 dan Pasal 42 diberhentikan oleh
Bupati/Walikota setelah dinyatakan sebagai terpidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap”.

8
e. Bahwa selain aturan tersebut, Tergugat juga melanggar Pasal
65 ayat (1) huru b dan c Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa Menyatakan bahwa
“Mekanisme musyawarah Badan Permusyawaratan Desa
yaitu:
b) Musyawarah Badan Permusyawaratan Desa dinyatakan
sah apabila dihadiri oleh paling sedikit 2/3 (dua pertiga)
dari jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa;
c) pengambilan keputusan dilakukan dengan cara
musyawarah guna mencapai mufakat.
f. Bahwa penerbitan obyek sengketa oleh Tergugat juga
bertentangan Pasal 8 ayat (2), (3), (4) dan (5) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 82 Tahun 2015 Tentang Pengangkatan Dan
Pemberhentian Kepala Desa.
(2) Kepala Desa diberhentikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c karena :
a) berakhir masa jabatannya;
b) tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan
atau berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6
(enam) bulan karena menderita sakit yang
mengakibatkan baik fisik maupun mental, tidak
berfungsi secara normal yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter yang berwenang dan/atau tidak
diketahui keberadaannya;
c) tidak lagi memenuhi syarat sebagai kepala Desa;
d) melanggar larangan sebagai kepala Desa;
e) adanya perubahan status Desa menjadi kelurahan,
penggabungan 2 (dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu)
Desa baru, atau penghapusan Desa;
f) tidak melaksanakan kewajiban sebagai kepala Desa;
dan/ atau
g) dinyatakan sebagai terpidana yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
(3) Apabila kepala Desa berhenti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Badan Permusyawaratan Desa melaporkan
kepada bupati/wali kota melalui camat atau sebutan lain.
(4) Laporan pimpinan Badan Permusyawaratan Desa kepada
bupati/wali kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

9
memuat materi kasus yang di alami oleh kepala Desa yang
bersangkutan.
(5) Atas laporan pimpinan Badan Permusyawaratan Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) bupati/wali kota
melakukan kajian untuk proses selanjutnya’’
g. Bahwa pada kenyataannya Badan Permusyawaratan Desa
Selagan Jaya, tidak pernah melaksanakan rapat musyawarah
untuk pengusulan pemberhentian Penggugat sebagai Kepala
Desa Selagan Jaya Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten
Mukomuko hal ini dapat dilihat dari isi Keputusan Bupati
Mukomuko Nomor 100-233 Tahun 2021 tentang
Pemberhentian Kepala Desa Selagan Jaya Kecamatan Kota
Mukomuko Kabupaten Mukomuko atas nama Sumanto
tanggal 30 Juni 2021.
h. Bahwa berdasarkan pasal di atas, Tergugat telah melanggar
peraturan perundang-undagan yaitu Undang-Undang Nomor
6 Tahun 2014 tentang Desa dan Undang-undang No. 7 tahun
2017 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pengangkatan Dan
Pemberhentian Kepala Desa .
i. Bahwa oleh karenanya objek sengketa a quo haruslah
dibatalkan dan tidak sah.
5. Bahwa terhadap dalil Jawaban Tergugat pada angka 20, 21 dan
22 halaman 9-10 yang pada pokoknya menyatakan bahwa. Akan
Penggugat Tanggapi sebagai berikut :
a. Bahwa Tergugat dalam mengeluarkan objek sengketa a quo
tidak melalui prosedur sebagaimana diatur dalam Pasal 52
ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014, yang
menyatakan bahwa ‘’Syarat sahnya Keputusan…….b. dibuat
sesuai prosedur.
b. Bahwa sebelum dilakukannya pemberhentian tetap, Tergugat
terlebih dahulu harus mengeluarkan sanksi administratif
berupa teguran tertulis dan pemberhentian sementara.
c. Bahwa Tergugat dalam mengeluarkan objek sengketa a quo
tidak melalui prosedur, dan apabila Penggugat telah
melanggar larangan sebagaimana dalam Pasal 29 huruf j,
seharusnya Tergugat terlebih dahulu harus mengeluarkan
teguran tertulis, pemberhentian sementara dan
ditindaklanjuti dengan pemberhentian sebagaimana dalam
ketentuan Pasal 30 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa.

10
d. Bahwa tidak adanya usulan dari Ketua Badan
Permusyawaratan Desa dalam melaporkan kepada
Bupati/Walikota melalui camat terhadap pemberhentian
Penggugat sebagaimana diatur dalam Pasal 54 ayat 3
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa, dan dipertegaskan lagi dalam ketentuan Pasal 8
ayat (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pengangkatan Dan
Pemberhentian Kepala Desa.
e. Bahwa Tergugat, dalam mengeluarkan objek sengketa a quo
hanya berdasarkan Surat Badan Pengawas Pemilihan Umum
Nomor 133/K.BE-07/PM.06.02/XI/2020 tentang Penerusan
Atas Laporan Hasil Pengawas Pemilu Dugaan Pelanggaran
Pemilihan Kepala Daerah 2020, tampa adanya laporan dari
Ketua Badan Permusyawaratan Desa melalui camat, teguran
tertulis dan pemberhentian sementara. maka sudah
sepantasnya harus dibatalkan.
6. Bahwa Tergugat dalam menerbitkan atau mengeluarkan
keputusan a quo, tidak melaksanakan amanat dalam Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014, Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2017 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015
tentang Pengangkatan Dan Pemberhentian Kepala Desa, maka
objek sengketa a quo yang dikeluarkan oleh Tergugat haruslah
dibatalkan;

IV. DALAM PENUNDAAN


a. Bahwa berdasarkan Pasal 67 ayat (4) Undang Undang Nomor
51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang
Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, menyatakan bahwa: Permohonan penundaan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) :
1) dikabulkan hanya apabila terdapat keadaan yang sangat
mendesak yang mengakibatkan kepentingan penggugat
sangat dirugikan jika Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat itu tetap dilaksanakan
2) Tidak dapat dikabulkan apabila kepentingan umum dalam
rangka pembangunan mengharuskan dilaksanakannya
keputusan tersebut. Sementara itu Pasal 65 Undang-

11
Undang Nomor 30 Tahun 201 4 Tentang Administrasi
Pemerintahan, menyatakan bahwa : “Keputusan yang sudah
ditetapkan tidak dapat ditunda pelaksanaannya, kecuali jika
berpotensi menimbulkan :
a. kerugian negara;
b. kerusakan lingkungan hidup; dan/atau
c. konflik sosial
b. Bahwa pelaksanaan objek sengketa yang dikeluarkan Tergugat,
kiranya dapat ditunda pelaksanaannya selama pemeriksaan
sengketa dalam perkara aquo berjalan sampai ada putusan
pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap (inkracht
van gewijsde). Hal ini cukup beralasan mengingat tidak ada
kerugian negara, kerusakan lingkungan dan konflik sosial,
sehingga sangat wajar Penggugat minta kepada majelis hakim
dalam perkara ini, bukan hanya Penggugat yang dirugikan akan
tetapi masyarakat Desa Selagan Jaya dirugikan karena
penyelenggaraan Pemerintah Desa tertunda, selain itu
Penggugat juga secara materil dan Immateril sangat dirugikan.
c. Secara materil Penggugat kehilangan penghasilan bulanan dan
secara Immateril Penggugat mendapatkan stigma negatif sebagai
Kepala Desa yang melaksanakan pemerintahan desa karena di
indikasi melakukan penyelewengan dana desa yang tidak pernah
di buktikan proses hukumnnya. Untuk itu kiranya Majelis Hakim
yang mulia mengabulkan permohonan penundaan pelaksanaan
dari Penggugat.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, kami mohon kepada Majelis


Hakim yang memeriksa, mengadili dan memutus Perkara Nomor 78
G/2020/PTUN.BKL, dapat menjatuhkan putusan sebagai berikut:

A. D ALAM PERMOHONAN PENUNDAAN

1. Mengabulkan permohonan penundaan pelaksanaan objek


sengketa berupa Keputusan Bupati Mukomuko Nomor 100-233
Tahun 2021 tentang Pemberhentian Kepala Desa Selagan Jaya
Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko atas nama
Sumanto tanggal 30 Juni 2021,sampai putusan dalam perkara
aquo berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde).
2. Mewajibkan Tergugat untuk menunda objek sengketa berupa
Keputusan Bupati Mukomuko Nomor 100-233 Tahun 2021
tentang Pemberhentian Kepala Desa Selagan Jaya Kecamatan
Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko atas nama Sumanto

12
tanggal 30 Juni 2021, sampai putusan dalam perkara aquo
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde).
B. DALAM EKSEPSI

- Menolak Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya;

C. D ALAM POKOK PERKARA

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;


2. Menyatakan Batal atau tidak sah Keputusan Bupati Mukomuko
Nomor 100-233 Tahun 2021 tentang Pemberhentian Kepala Desa
Selagan Jaya Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko
atas nama Sumanto, tanggal 30 Juni 2021;
3. Mewajibkan kepada Tergugat untuk mencabut Keputusan Bupati
Mukomuko Nomor 100-233 Tahun 2021 tentang Pemberhentian
Kepala Desa Selagan Jaya Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten
Mukomuko atas nama Sumanto, tanggal 30 Juni 2021;
4. Mewajibkan Tergugat untuk merehabilitasi harkat, martabat dan
kedudukan Penggugat seperti semula sebagai Kepala Desa Selagan
Jaya Kecamatan Kota Mukomuko Kabupaten Mukomuko;
5. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam
perkara ini.

Bengkulu, 7 Oktober 2021


Hormat Kami
Kuasa Hukum Penggugat

RENDRA EDWAR FRANSISKO, S.H.

AHMAD SAYUTI, S.H.

BAYU SEPTIAWAN, S.H.

13

Anda mungkin juga menyukai