Anda di halaman 1dari 10

Palembang, 22 Februari 2021

Perihal : Gugatan

Kepada Yth.

Ketua Pengadilan/Majelis
Hakim

Tata Usaha Negara Palembang

Di Jalan Jendral Ahmad Yani


No.67, 13 Ulu, Kecamatan
Seberang Ulu II, Kota
Palembang, Sumatera Selatan
30116

Dengan hormat,

Nama : Cindy Melisa

Kewarganegaraan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jl. Sekip Ujung, Kemuning, Palembang

Pekerjaan : Mahasiswi

Selanjutnya disebut Penggugat I

Nama : Fadilah Nanda Perdana

Kewarganegaraan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jl. DI Panjaitan RT/RW 05/02, Palembang

Pekerjaan : Mahasiswi

Selanjutnya disebut Penggugat II

Nama : Ayu Andini Oktarina

Kewarganegaraan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jl. MP Mangkunegara, Komplek Pondok Permata

Pekerjaan : Mahasiswi

Selanjutnya disebut Penggugat III


Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 20 Februari 2021, memberikan
kuasa kepada Pierre Adrianz Nathanael, S.H., LL.M. dan Nadhea Aolivia
Amanda, S.H., LL.M. kesemuanya berkewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan
Advokat pada Kantor Hukum MDF ADVOCATES, beralamat di Jl. Jendral
Sudirman No. 101 Ruko C-8 Palembang, selanjutnya disebut sebagai
-------------------------------------------------------------------------------------------------PENG
GUGAT

Dengan ini penggugat mengajukan gugatan terhadap :

Rektor Universitas Sumsel, Drs. Adelia Salsabila Hersaputri, S.H., M.Hum.


yang berkedudukan di Komplek Griya Bahagia Jalan Damai 3 Blok F6,
selanjutnya disebut sebagai --------------------------------------------------TERGUGAT

I. OBJEK SENGKETA
Keputusan berupa Surat Keputusan Rektor No : 100/UN9/SK.Kep/2021
tentang Sistem Belajar Mengajar yang dikeluarkan tanggal 15 Februari
2021. Dimana SK Rektor ini berisi, mengharuskan mahasiswa dan
mahasiswi untuk hadir mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan cara
tatap muka atau offline.

II. TENGGANG WAKTU


1. Bahwa Surat berdasarkan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara berbunyi “gugatan
dapat diajukan dalam tenggang waktu 90 (Sembilan puluh hari)
terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya keputusan
badan atau pejabat Tata Usaha Negara” ;
2. Bahwa Pasal 55 Tersebut tidak mengatur secara limitative tentang
cara penghitungan tenggang waktu pihak ketiga/yang tidak dituju
secara langsung oleh suatu keputusan Tata Usaha Negara;
3. Bahwa oleh karenanya, gugatan a quo diajukan masih dalam
tenggang waktu sesuai dengan ketentuan undang-undang dan
perma yang berlaku sehingga cukup dasar bagi PTUN Palembang
untuk menerima gugatan a quo;
III. KEWENANGAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
1. Bahwa ketentuan Pasal 1 Angka 17 Peraturan Pemerintah No 4
Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan
Pengelolaan Perguruan Tinggi menyatakan bahwa, Pimpinan
Perguruan Tinggi pada Universitas adalah Rektor.
2. Bahwa ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf b Peraturan Pemerintah No
4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan
Pengelolaan Perguruan Tinggi, menyatakan bahwa Rektor sebagai
Pemimpin Perguruan Tinggi sebagai pelaksana akademik, yang
menjalankan fungsi penetapan kebijakan nonakademik dan
pengelolaan Perguruan Tinggi untuk dan atas nama menteri.
3. Bahwa Rektor Universitas Negeri Sumsel, adalah pemimpin tertinggi
dari Universitas Negeri sumsel, dimana ia bertindak untuk dan atas
nama Menteri Pendidikan. Dengan demikian, nyatalah bahwa Rektor
Universitas Negeri Sumsel sebagai perpanjangan tangan Menteri
Pendidikan adalah “Badan atau pejabat tata usaha negara”
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 1 angka 8 Undang-Undang
No 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
No 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara.
4. Bahwa ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No 5 Tahun
1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara jo Pasal 1 angka 9
Undang-Undang No 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
Undang-Undang No 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha
Negara mendefenisikan Keputusan Tata Usaha Negara adalah
“Suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat
tata usaha negara yang berisi tindakan hukum yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat
kongkret, individual, dan final, yang membawa akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata”.
5. Bahwa berdasarkan definisi dalam angka 1 di atas, maka Surat
Keputusan a quo yang dikeluarkan tanggal 15 Februari 2021 adalah
sebuah keputusan tertulis yang berisi penetapan (beschikking) dan
langsung berlaku sejak dikeluarkan oleh pejabat yang membuatnya
(einmalig). Serta merupakan suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi
tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
6. Bahwa Surat Keputusan a quo yang dikeluarkan tanggal 15 Februari
2021, bersifat konkrit, individual dan final dengan alasan sebagai
berikut:
a. Bahwa Surat Keputusan Surat Keputusan a quo, bersifat
konkrit karena objek yang disebutkan dalam Surat Keputusan
itu tidak abstrak, tetapi berwujud dan nyata-nyata secara tegas
menyebutkan “Para pihak yang menjalankan SK tersebut
sebagai subyek hukumnya”;
b. Bahwa Surat Keputusan Surat Keputusan a quo bersifat
individual, karena tidak ditujukan untuk umum, tetapi secara
tegas menyebutkan Para Pihak didalamnya sebagai subjek
hukum yakni para pihak yang tergabung dalam Universitas
Negeri Sumsel;
c. Bahwa Surat Keputusan a quo telah bersifat final karena, tidak
lagi memerlukan persetujuan dari instansi tertentu baik bersifat
horizontal maupun vertikal. Dengan demikian Surat Keputusan
Para Tergugat tersebut telah bersifat definitif dan telah
menimbulkan akibat hukum;
7. Bahwa Surat Keputusan a quo menimbulkan akibat hukum dan
kerugian bagi Penggugat yang mengajukan gugatan ini;
8. Bahwa Para Penggugat, dengan alasan-alasan yuridis sebagaimana
akan diuraikan nanti, dengan tegas menolak Surat Keputusan a quo,
dan menganggapnya sebagai tidak mempunyai kekuatan hukum
yang mengikat. Penolakan Para Penggugat ini sebagaimana
didefinisikan dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No 5 Tahun
1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara jo Pasal 1 angka 10
Undang-Undang RI No 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata
Usaha Negara, adalah “Sengketa Tata Usaha Negara” ;
9. Bahwa ketentuan Pasal 47 Undang-Undang RI No 5 Tahun 1986
tentang Pengadilan Tata Usaha Negara menegaskan bahwa
Pengadilan Tata Usaha Negara “Bertugas Dan Berwenang
Memeriksa, Memutus, Dan Menyelesaikan Sengketa Tata Usaha
Negara”;
10. Berdasarkan argumentasi sebagaimana diuraikan dalam angka 1
sampai angka 9 di atas, Para Penggugat menyimpulkan bahwa
Pengadilan Tata Usaha Negara, dalam hal ini Pengadilan Tata
Usaha Negara Jakarta, yang yurisdiksinya mencakupi tempat
kedudukan Para Tergugat sebagaimana telah diuraikan di awal Surat
Gugatan ini, adalah berwenang untuk memeriksa dan memutus
sengketa sebagaimana tertuang dalam Surat Gugatan ini. --------------

IV. KEPENTINGAN PENGUGAT YANG DIRUGIKAN


Bahwa Pengugat merasa dirugikan karena Surat Keputusa Rektor No :
100/UN9/SK.Kep/2021 tentang Sistem Belajar Mengajar yang dikeluarkan
tanggal 15 Februari 2021 tersebut, telah menyebabkan keresahan bagi
mahasiswa dikarenakan harus mengikuti pembelajaran tatap muka disaat
kondisi Pandemi Covid-19 itu sendiri. Selain itu meskipun telah dilakukan
upaya protes dari mahasiswa, Tergugat tetap memberlakukan SK
tersebut. Ditambah dengan meningkatnya angka pasien covid sendiri,
semakin menimbulkan keresahan Penggugat. Maka, jelas Penggugat
merasa dirugikan dan penggugat mempunyai kepentingan untuk
mengajukan Gugatan. ------------------------------------------------------------------

V. POSITA / ALASAN GUGATAN


Adapun alasan-alasan gugatan penggugat adalah sebagai berikut :---------
1. Penerbitan Surat Keputusan yang menjadi objek sengketa,
bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan Yang
Berlaku
A. Penerbitan Objek sengketa cacat meteril karena substansi
atau isi dari SK Rektor tersebut bertentangan dengan
Peraturan Perundang-Undangan
1. Bahwa berdasarkan Undang-Undang Kekarantinaan
Kesehatan Nomor 6 Tahun 2018, terkhusus pada Pasal
59 ayat (3) menjelaskan bahwa : “Pembatasan Sosial
Berskala Besar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
paling sedikit mengikuti :
a. Peliburan sekolah dan tempat kerja;
b. Pembatasan kegiatan keagamaan;
c. Pembatasan kegiatan ditempat atau fasilitas umum.”
2. Bahwa berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 14 Tahun
2020 tentang Pelaksanaan Pembatalan Sosial Berskala
Besar dalam Penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) di Kota Palembang, dalam pasa 5 berisi
“Pembatasan aktivitas luar rumah dalam pelaksanaan
PSBB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. Pelaksanaan pembelajaean di sekolah dan/atau
institusi pendidikan lainnya;
b. aktivitas ditempat kerja/ kantor;
c. Kegiatan keagamaan ditempat ibadah;
d. Kegiatan ditempat atau fasilitas umum;
e. Kegiayan social dan budaya;
f. Pergerakan orang dan barang menggunakan moda
transportasi.”
3. Bahwa dengan dikeluarkannya SK Rektor
tersebut,menimbulkan keresahan dan membawa kerugian
pada penggugat. Hal ini dikarenakan, dengan
pembelajaran tatap muka di kampus, akan meningkatkan
risiko untuk terpapar virus Covid-19.
4. Bahwa kerugian tersebut tidak serta-merta hanya
berpengaruh terhadap para penggugat. Melainkan adanya
pertimbangan bahwa pihak lain yang tergabung dan
menjalankan aktivitas di Uniiversitas Negeri Sumsel, juga
ikut merasakan dampak negatif dari dikeluarkannya SK
Rektor tersebut.
5. Bahwa dengan dikeluarkannya SK Rektor tersebut, berarti
sama saja dengan tidak mengindahkan himbawan
pemerintah tentang PSBB dalam rangka memutus
penyebaran virus Covid-19
6. Bahwa dengan dikeluarkan dan diberlakukannya SK
Rektor tersebut, akan membawa dampak negative dan
opini buruk dari masyarakat.
2. Penerbitan Surat Keputusan yang Menjadi Objek Sengketa,
Bertentangan Dengan Asas Umum Pemerintahan Yang baik.
A. Penerbitan Objek Sengketa Bertentangan dengan Asas
Kepastian Hukum dan Asas Kecermatan
7. Bahwa Surat Keputusan Tergugat dalam objek sengketa
perkara a quo, terhadap penggugat merupakan tindakan
yang sewenang-wenang dan bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu secara
nyata telah melanggar dan menciderai asas kepastian
hukum dan asas kecermatan.
a. Asas Kepastian Hukum
Asas Kepastian Hukum adalah asas dalam negara
hukum yang mengutamakan landasan ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan, Kepatutan, dan
keadilan.
b. Asas Kecermatan
Asas Kecermatan adalah asas yang mengandung
arti bahwa suatu keputusan dan/atau tindakan haeus
didasarkan pada informasi dan dokumen yang
lengkap untuk mendukung legalitas dan penetapan
dan/atau tindakan yang bersangkutan dipersiapkan
secara cermat sebelum keputusan atau tindakan itu
ditetapkan
8. Bahwa, dengan dikeluarkanya SK Rektor untuk
melakukan pembelajaran tatap muka, sama saja dengan
tidak mengindahkan asas kepastian hukum, karena
bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan,
yang dalam hal ini adalah Undang-Undang Kekarantinaan
Kesehatan Nomor 6 Tahun 2018.
9. Bahwa, dengan dikeluarkanya SK Rektor untuk
melakukan pembelajaran tatap muka menunjukan bahwa
Tergugat tidak cermat dalam menerbitkan objek sengketa.
Jika Tergugat cermat, seharusnya ia menerbitkan SK
dengan memperhatikan informasi-informasi yang beredar
ditengah pandemic Covid-19 ini, misalnya saja
pemberlakuan PSBB dan informasi lain yang
bersangkutan.
10. Bahwa berdasarkan uraian fakta-fakta diatas, dimana SK
yang dikeluarkan oleh Tergugat dalam perkara a quo
tersebut menimbukan keresahan dari berbagai pihak
karena dengan diberlakukannya SK tersebut akan
membawa dampak negative, selain itu juga bertentangan
dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku,
yakni Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan. Serta bertentangan dengan
Asas Umum Pemerintahan Yang Baik yakni Asas
Kepastian Hukum dan Asas kecermatan. Maka dari itu,
telah memenuhi alasan-alasan diajukannya gugatan
Penggugat.
11. Bahwa meskipun telah dilakukan upaya protes dari
mahasiswa untuk membatalkan SK tersebut, Tergugat
tetap berdalih dan tidak mengindahkannya.
12. Bahwa oleh karena dikeluarkannya Objek Sengkera
Perkara a quo tersebut tidak sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku dan Asas Umum
Pemerintahan Yang Baik, sehingga Objek Sengketa
Perkara a quo tersebut dapat dinyatakan BATAL dan
TIDAK SAH
13. Bahwa oleh karena dikeluarkannya Objek Sengkera
Perkara a quo tersebut tidak sesuai dengan Peraturan
Perundang-Undangan yang berlaku dan Asas Umum
Pemerintahan Yang Baik, Maka mohon kiranya Keda
Yang Mulia Majelis Hakim, mewajibkan kepada Tergugat
untuk MENCABUT Objek Sengketa Perkara a quo.

VI. PETITUM/TUNTUTAN
Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, maka Pengugat mohon
kepada Yang Mulia Majelis Hakum Pengadilan Tata Usaha Negara
Palembang yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkrnan
memberikan Putusan sebagai berikut :------------------------------------------------

Dalam Pokok Perkara

1. Mengabulkan gugatan untuk seluruhnya;


2. Menyatakan BATAL atau TIDAK SAH, Surat Keputusan Rektor No :
100/UN9/SK.Kep/2021 tentang Sistem Belajar Mengajar yang
diterbitkan tanggal 15 Februari 2021;
3. Mewajibkan kepada Tergugat untuk MENCABUT Surat Keputusan
Rektor No : 100/UN9/SK.Kep/2021 tentang Sistem Belajar Mengajar
yang diterbitkan tanggal 15 Februari 2021;
4. Memerintahkan Tergugat untuk menerbitkan Surat Keputusan Baru
tentang Mekanisme Sistem Belajar Mengajar Semester Genap,
Tahun Ajaran 2021, dengan memberlakukan metode pembelajaran
Dalam Jaringan atau Online.
5. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara;
Demikianlah disampaikan Gugatan Penggugat, atas perkenaannya kami
ucapkan terima kasih.

Hormat Kami

Kuasa Hukum Penggugat

PIERRE ADRIANZ NATHANAEL, S.H., LL.M.

NADHEA AOLIVIA AMANDA, S.H., LL.M.

Anda mungkin juga menyukai