Anda di halaman 1dari 5

www.hukumonline.

com

PUTUSAN
NOMOR 017 K/N/2002

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

MAHKAMAH AGUNG

memeriksa perkara niaga dalam tingkat kasasi telah mengambil putusan sebagai berikut dalam
perkara kepailitan dari:
PT. INDOPANCA GARMINDO, beralamat di Jalan Pulogadung No. 17, Pulogadung
Industrial Estate Jakarta 13920, dalam hal ini diwakili oleh JANTO SOETANTO selaku
Direktur Utama yang selanjutnya memberi kuasa kepada: GUNAWAN, SH., dan ANTONY
TRIANTO, SH., Advokat dan Pengacara berkantor di Jalan Tenggiri No. 4 B Jakarta-13220,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 15 Mei 2002, sebagai Pemohon Kasasi, dahulu
Termohon Pailit/Pemohon PKPU/Debitur;
Terhadap
PT. NAGAMARINDO MAJU, berkedudukan di Jalan Kebahagiaan No. 21 Jakarta Pusat,
dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya DENNY KAILIMANG, SH, HARRY PONTO, SH.
LL.M, dan BENNY PONTO, SH, para Advokat dan Pengacara pada Kantor Hukum Lontoh &
Kailimang berkantor di Jalan H.O.S. Cokroaminoto No. 47 Menteng Jakarta Pusat,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 30 Agustus 2001, Termohon Kasasi, dahulu
Pemohon Pailit/Termohon PKPU/Kreditur;
Mahkamah Agung tersebut;
Membaca surat-surat yang bersangkutan;
Menimbang bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa berdasarkan putusan Majelis Hakim
Pengadilan Niaga Jakarta Pusat ternyata sekarang Pemohon kasasi sebagai Termohon
Pailit/Debitur telah mengajukan permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU)
Tetap di muka persidangan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan, telah
dikabulkan dengan putusan tanggai 15 Nopember 2001 Nomor
03/PKPU/2001/PN.NIAGA.JKT.PST jo Nomor: 43/PAILIT/2001/PN.NIAGA/JKT.PST.
Menimbang, bahwa Permohonan PKPU tersebut telah diperpanjang dengan putusan tanggai 11
Pebruari 2002 Nomor: 03/PKPU/2001/PN.NIAGAJKT.PST jo Nomor:
43/PAILIT/2001/PN.NIAGA/JKT.PST dengan amar putusan sebagai berikut:
- Mengabulkan Permohonan Pemohon;
- Menetapkan Perpanjangan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Tetap
selama 3 (tiga) bulan;
- Menetapkan hari persidangan selanjutnya pada Hari Rabu tanggal 08 Mei 2002, Jam 10.00
WIB bertempat di gedung Pengadilan Negeri/Niaga Jakarta Pusat, Jalan Gadjah Mada No.
17 Jakarta Pusat;
Menimbang bahwa selanjutnya terhadap Perpanjangan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) Tetap tersebut Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah mengambil
putusan, yaitu putusan tanggal 10 Mei 2002 Nomor 03/PKPU/2001/PN.NIAGA/JKT.PST jo Nomor
43/PAILIT/2001/PN.NIAGA/JKT.PST dengan amar putusan sebagai berikut:
- Menyatakan PKPU terhadap PT Indopanca Garmindo berakhir pada tanggal 11 Mei 2002
dengan Tanpa Pailit;
- Membebankan biaya perkara kepada Pemohon PKPU sebesar Rp 5.000.000,- (lima juta
Rupiah);
- Menetapkan biaya pengurusan dan fee/imbalan jasa Pengurus akan ditetapkan kemudian
(tersendiri) berdasarkan pedoman Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI;

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

Menimbang bahwa sesudah putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
tersebut diberitahukan kepada Pemohon PKPU pada tanggai 14 Mei 2002, kemudian terhadapnya
oleh Pemohon dengan perantaraan kuasanya berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 15 Mei
2002 diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggai 17 Mei 2002 sebagaimana ternyata
dari akta permohonan kasasi Nomor 18/KAS/PAILIT/2002/PN.NIAGA.JKT.PST. jo Nomor
03/PKPU/2001/PN.NIAGA/JKT.PST jo Nomor 43/PAILIT/2001/PN.NIAGA/JKT.PST yang dibuat
oleh Panitera Perkara Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, permohonan
mana disertai dengan memori kasasi yang memuat alasan-alasan yang diterima dikepaniteraan
Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 17 Mei 2002 itu juga;
Bahwa setelah itu kepada Termohon kasasi pada tanggai 20 Mei 2002 telah disampaikan salinan
permohonan kasasi dan salinan memori kasasi dari Pemohon kasasi, namun tidak diajukan kontra
memori kasasi.
Menimbang bahwa permohonan kasasi aquo beserta alasan-alasannya telah diberitahukan
kepada pihak lawan dengan seksama diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang
ditentukan dalam Undang-Undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formil dapat
diterima;
Menimbang, bahwa keberatan-keberatan yang diajukan oleh Pemohon kasasi dalam memori
kasasinya tersebut pada pokoknya adalah:
1. Bahwa judex facti tidak mempertimbangkan keadaan Pemohon kasasi sebagaimana laporan
pengurus dalam surat No. 234/THG/KPN/02 tertanggal 8 Mei 2002, (bukti P-4). Di dalam
laporan tersebut telah dijelaskan bahwa: "PT. Indopanca Garmindo telah tidak dapat
diharapkan untuk dapat memenuhi kewajibannya terhadap para Kreditur". Keadaan tersebut
menunjukkan bahwa Pemohon kasasi sebagai Debitur tidak mampu memenuhi proposal
perdamaian yang telah diajukan sebagaimana diatur dalam Pasal 240 ayat 2 UU No. 1
tahun 1998, sehingga berakibat pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin sebagaimana
diatur dalam pasal 269 ayat 2b UU No. 1 tahun 1998. Maka menurut ketentuan pasal 269
ayat 3 UU No. 1 tahun 1998 yang berbunyi: Apabila Pengadilan menolak mengesahkan
perdamaian, maka dalam putusan yang sama pengadilan wajib menyatakan Debitur pailit,
dan putusan tersebut harus diumumkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 215". Akan
tetapi yang dimaksud di dalam pasal-pasal tersebut tidak dilaksanakan oleh Majelis Hakim
dalam perkara No. 03/PKPU/2001/PN.Niaga/JKT.PST Juncto No.
43/PAILIT/2001/PN.NIAGA/JKT.PST.;
2. bahwa dalam pertimbangan Majelis Hakim pada putusannya dalam halaman 8 s/d 9 yang
pada intinya sebagai berikut "Pengakhiran PKPU sebagaimana yang diusulkan Hakim
Pengawas dan pengurus sesuai pasal 240 (1) tidak dapat serta merta Debitur dinyatakan
pailit sebagaimana ketentuan pasal 240 (5) hal ini dikarenakan pengakhiran PKPU tersebut
tidak memenuhi ketentuan pasal 240 (3) yang mensyaratkan pengakhiran PKPU itu harus
dilakukan dalam bentuk permohonan bukan dalam bentuk laporan sebagaimana yang
disampaikan Hakim Pengawas dan Pengurus. Bahwa terhadap pertimbangan-pertimbangan
tersebut diatas jelas Majelis Hakim/Judex facti telah bertindak kaku dalam membuat
pertimbangan hukumnya hal ini dikarenakan Majelis Hakim hanya mendasarkan pada
definisi laporan Hakim Pengawas dan Pengurus semata dimana definisi laporan tersebut
sesungguhnya hanyalah menyampaikan keterangan yang melatar belakangi harus
diakhirinya PKPU tersebut, sementara permohonan untuk mengakhiri PKPU telah
disampaikan secara lisan maupun tertulis oleh Pengawas dalam persidangan dan hal
tersebut disetujui oleh Pemohon kasasi maupun Termohon kasasi serta kreditur Bank
Sumitomo Mitsui Ind, yang hadir dalam persidangan tertanggal 8 Mei 2002. Bahwa
mengenai bagaimana bentuk permohonannya apakah secara tertulis atau berbentuk lisan
jelas tidak ditegaskan dalam pasal 240 (3) tersebut dengan demikian menurut Pemohon
kasasi adalah sah dan beralasan permohonan yang disampaikan oleh Pengurus tersebut
untuk mengakhiri PKPU Pemohon kasasi dan dinyatakan pailit sesuai pasal 240 (1, 2, 3, 5)
UU Kepailitan No. 1 tahun 1998.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

3. Bahwa mengenai tidak terpenuhinya ketentuan pasal 240 (6) sebagaimana pertimbangan
Hukum judex facti dalam putusannya pada halaman sembilan (9) alinea pertama (1)
menurut Pemohon kasasi adalah keliru, hal ini didasarkan bahwa pemeriksaan yang
dilakukan oleh Majelis Hakim dalam persidangan tertanggai 8 Mei 2002 kepada Pengurus,
Pemohon kasasi/Debitur serta Termohon kasasi dan Kreditur Bank Sumitomo Mitsui ind.
menurut Pemohon kasasi adalah jelas pemeriksaan sebagaimana yang dimaksud dalam
pasal 240 (6) sehingga Majelis Hakim dapat mengambil keputusan pada sidang tanggal 10
Mei 2002 dan mengenai batas waktu 10 hari adalah batas maksimal pemeriksaan jadi tidak
menghalangi Hakim untuk memutus perkara bila pemeriksaan selesai dalam 2 (dua) hari;
dengan demikian jelas pengakhiran PKPU Pemohon kasasi adalah telah memenuhi
ketentuan pasal 240 sebagaimana diatur UU Kepailitan No. 1 tahun 1998 untuk itu jelas
harus disertai Kepailitan terhadap Pemohon kasasi sesuai pasal 240 (5).
4. bahwa dalam putusan PKPU terhadap Pemohon kasasi, Majelis Hakim yang memeriksa
perkara ini tidak mempertimbangkan bagaimana penerapan pasal 240 yang dimohonkan
serta merta dalam persidangan pada saat masa perpanjangan PKPU tetap berakhir,
walaupun belum melampaui batas PKPU sebagaimana ketentuan pasal 217 (4).
5. Bahwa Majelis Hakim juga tidak mempertimbangkan kondisi riel atau fakta sebenarnya yang
dihadapi Pemohon kasasi yaitu:
a. bahwa seperti yang telah dilaporkan oleh Pengurus kepada hakim pengawas dengan
suratnya Nomor 106/THG/KP/III/02, tertanggal 11 Maret 2002 (bukti P-3) yaitu hal
tentang "Perkembangan terakhir PT. INDOPANCA GARMINDO" pada butir "C"
berbunyi sebagai berikut: "C. Akibat Pemogokan. Bahwa pemogokan buruh dimulai
pada hari Rabu tanggal 20 Februari 2002 dan sampai laporan ini dibuat masih
berlangsung, berakibat fatal bagi perusahaan yang sedang melaksanakan proses
PKPU di Pengadilan, yakni: pembeli/Buyer asing menghentikan pemesannya;
Bahwa tidak adanya pembeli/Buyer berarti tidak ada pesanan/pekerjaan yang mesti
diselesaikan yang berarti tidak ada uang masuk;
Bahwa dengan tidak adanya uang masuk berarti cash Flow/rencana-rencana
perbayaran terhadap pihak III sesuai usulan perdamaian tidak dapat direalisir.
b. Kondisi dimana pemohon kasasi dan juga dibenarkan oleh pengurus dan hakim
pengawas dalam keadaan tidak ada kesanggupan untuk memenuhi kewajiban utang-
utangnya pada termohon kasasi atau dengan kata lain keadaan Pemohon kasasi tidak
dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya terhadap termohon kasasi dan
kreditur lainnya.
c. Selama waktu PKPU, keadaan harta Debitur ternyata tidak lagi memungkinkan
dilanjutkannya PKPU.
Bahwa terhadap kondisi riel sebagaimana tersebut diatas jelas sangat beralasan bagi
pengadilan yang peranannya dijalankan Majelis Hakim untuk memprakarsai pengakhiran
PKPU Pemohon kasasi disertai kepailitan hal ini sesuai ketentuan pasal 240 (1), (5).
6. Bahwa Majelis Hakim juga kurang cermat mempertimbangkan esensi dari tujuan dari
permohonan PKPU dimana sesungguhnya esensi dari permohonan PKPU tersebut adalah
merupakan pengakuan dari Debitur/Pemohon bahwa ia mempunyai kewajiban hutang dan
berada dalam keadaan berhenti membayar, dan dalam beberapa pasal antara lain pasal 240
(50, pasal 274, pasal 269 (3), pasal 276 pada ketentuan UU Kepailitan No. 1 tahun 1998
adalah jelas-jelas menjatuhkan kepailitan pada Debitur bila Debitur telah menempuh proses
penundaan kewajiban pembayaran utang.

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

7. Bahwa mengingat kondisi serta situasi Pemohon kasasi sebagaimana terurai tersebut diatas
maka Pemohon kasasi dahulu Debitur/Termohon Pailit, karena disebabkan oleh situasi dan
kondisi ketidakmampuan untuk melakukan pembayaran, sesuai dengan yang telah
dilaporkan oleh pengurus kepada Hakim pengawas maupun Majelis Hakim dalam perkara
No. 03/PKPU/2001/PN.Niaga/JKT.PST Juncto No. 43/Pailit/2001/PN.Niaga/JKT.PST, maka
Pemohon kasasi juga mencabut proposal perdamaian No. 998/GA/l/2002 tertanggal 28
Januari 2002 yang telah disampaikannya kepada para kreditur melalui Hakim pengawas
pada pengadilan Niaga Jakarta Pusat maupun kepada pengurus, maka akibat dari situasi
yang telah diuraikan tersebut diatas telah terpenuhi apa yang dimaksud di dalam pasal 240
ayat 1 E, F dan ayat 5 UU No. 1 tahun 1998.
8. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, jelas bahwa putusan a quo dari Majelis Hakim
dalam perkara No. 03/PKPU/2001/PN.Niaga/JKT.PST Juncto No.
43/Pailit/2001/PN.Niaga/JKT.PST bertentangan dengan hukum yang berlaku didalam
peradilan Niaga, demi terjadinya suatu kepastian hukum dan kepentingan Undang-Undang.

Menimbang bahwa terhadap keberatan-keberatan tersebut Mahkamah Agung berpendapat bahwa:


mengenai keberatan ad 1 s/d ad 7
bahwa keberatan-keberatan tersebut dapat dibenarkan karena Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat telah salah menerapkan hukum yang diatur dalam pasal 240 Undang-
Undang Nomor 4 tahun 1998 sebagai berikut:
- bahwa permohonan pengakhiran PKPU berdasarkan ketentuan Pasal 240 (1) huruf a yang
diajukan oleh Hakim Pengawas, Pengurus, maupun Kreditur dapat dibenarkan karena
keadaan harta Debitur sudah tidak memungkinkan lagi untuk dilanjutkannya PKPU.
- bahwa oleh karena sudah ada laporan atau permintaan pengakhiran PKPU berdasar alasan
yang diatur dalam pasal 240 (1) huruf a tersebut diatas, maka Pengadilan Niaga pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat harus menyatakan bahwa Debitur pailit sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan Pasal 240 (5) Undang-Undang No. 4 tahun 1998 yang bersifat
imperatif.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas terdapat cukup
alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon kasasi PT. INDOPANCA
GARMINDO dan membatalkan putusan Judex Facti serta Mahkamah Agung mengadili sendiri
dengan amar sebagaimana disebutkan dibawah ini;
Menimbang bahwa oleh karena Pemohon kasasi dipihak yang dikalahkan, maka ia dihukum untuk
membayar semua biaya perkara dalam semua tingkat peradilan;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No. 14 tahun 1970, Undang-Undang No 14
tahun 1985 dan Perpu No. 1 Tahun 1998 yang telah ditetapkan menjadi Undang-Undang dengan
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1998;

MENGADILI:

Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon kasasi PT. INDOPANCA GARMINDO tersebut;
Membatalkan putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, tanggal 10 Mei
2002, No. 03/PKPU/2001/PN.NIAGA/JKT.PST Juncto No. 43/Pailit/2001/PN.NIAGA/JKT.PST;

DAN MENGADILI SENDIRI:

- Menyatakan bahwa PT. lndopanca Garmindo Pailit,


- Memerintahkan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk mengangkat
Hakim Pengawas,
- Menunjuk saudara TAFRIZAL HASAN GEWANG, SH., sebagai Kurator PT. INDOPANCA
GARMINDO,

www.hukumonline.com
www.hukumonline.com

- Menetapkan besarnya imbalan jasa bagi kurator akan ditetapkan kemudian berdasarkan
pedoman Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI tanggal 22 September 1998 Nomor
M.09.HT.05.10 Tahun 1998;
- Menghukum Pemohon kasasi untuk membayar semua biaya perkara yang timbul baik dalam
tingkat Pengadilan Niaga maupun dalam tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar Rp.
5.000.000,- (lima juta rupiah).
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Senin,
Tanggal 10 Juni 2002 oleh H. SOEKIRNO, SH. Hakim Agung yang ditunjuk oleh Ketua Mahkamah
Agung sebagai Ketua Majelis DR. H. M. LAICA MARZUKI, SH dan ACHMAD SYMSUDDIN, SH,
para Hakim Agung sebagai anggota majelis, putusan mana diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum pada hari Kamis, tanggal 20 Juni 2002 oleh Ketua Majelis tersebut dengan dihadiri oleh
para hakim-hakim anggota tersebut dan Suwidya, SH. LL.M., Panitera Pengganti, dengan tidak
dihadiri oleh para pihak.

HAKIM-HAKIM ANGGOTA, HAKIM KETUA,


Ttd. Ttd.
DR. H. M. LAICA MARZUKI, SH. H. SOEKIRNO, SH.
Ttd.
ACHMAD SYAMSUDDIN, SH.

PANITERA PENGGANTI,
Ttd.
SUWIDYA, SH., LLM.

Biaya-biaya:
1. Meterai Rp. 6.000,-
2. Redaksi Rp. 1.000,-
3. Administrasi Kasasi Rp. 4.993.000,-
Jumlah Rp. 5.000.000,-

www.hukumonline.com

Anda mungkin juga menyukai