Anda di halaman 1dari 8

Indramayu, 1 Oktober 2019

Kepada
Yth. Ketua Pengadilan
Tata Usaha Negara Bandung
Di Jl. Diponegoro No.34, Citarum,
Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung,
Jawa Barat 40115

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :


Nama : Yoga Tri Sucipto
Kewarganegaraan : WNI
Tempat tinggal : Jalan Raya No. 45 Blok B Rt. 015 Rw. 004
Desa Rambatan Wetan, Kecamatan
Sindang, Kabupaten Indramayu
Pekerjaan : Wiraswasta

Berdasarkan surat kuasa khusus Nomor 061/SK/Spr-Adv/VIII/2019 tanggal 10


Agustus 2019 memberikan kuasa kepada :
Nama : Supraptiningsih, S.H., M.H.
Kewarganegaraan : WNI
Pekerjaan : Advokat, berkantor di Kantor Advokat dan
Konsultan Hukum SUPRAPTININGSIH AND
PARTNERS" Jalan Raya By Pass Lama Kel/Ds.
Kliwed Blok Darung Rt. 06 Rw. 02 No. 12
Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu,
Jawa Barat selanjutnya disebut sebagai
PENGGUGAT ;

Dengan ini Penggugat mengajukan gugatan terhadap KEPALA DINAS


PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
KABUPATEN INDRAMAYU, berkedudukan di Jalan MT. Haryono No. 20
Indramayu, untuk selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT ;

I. Objek Sengketa :
Surat Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Indramayu Nomor: 700/SK.16/Bid. Wasdal., Tentang
Pencabutan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar Toko Cipto
Gudang Rabat Nomor 154/10-19/PB/XII/2016 Tanggal 30 Desember 2016
Perubahan atas Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil Toko Cipto
Gudang Rabat Nomor 11527/10-19/PK/I/2014 Tanggal 9 Januari 2014,
yang dikeluarkan oleh Tergugat tertanggal 5 Agustus 2019;-

II. Tenggang Waktu Gugatan :


1. Bahwa ketentuan Pasal 55 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo.
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas UU
No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, adalah
“Gugatan dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu Sembilan puluh
hari terhitung sejak saat diterimanya atau diumumkannya Keputusan
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
2. Bahwa Surat Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Indramayu Nomor :
700/SK.16/Bid.Wasdal, Tentang Pencabutan Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) Besar Toko Cipto Gudang Rabat Nomor 154/10-
19/PB/XII/2016 Tanggal 30 Desember 2016 Perubahan atas Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil Toko Cipto Gudang Rabat Nomor
11527/10-19/PK/I/2014 Tanggal 9 Januari 2014., yang dikeluarkan oleh
Tergugat tertanggal 5 Agustus 2019, telah diterima oleh Penggugat
pada hari Rabu, 07 Agustus 2019, oleh sebab itu gugatan sengketa
Tata Usaha Negara yang diajukan Penggugat masih dalam tenggang
waktu yang dibenarkan menurut hukum;

III. Kepentingan Penggugat Yang Dirugikan :


1. Bahwa ketentuan Pasal 53 Ayat (1) Undang-Undang No.5 Tahun 1986
jo. Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas UU No.
5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara mengatur bahwa
“Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya
dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan
gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang berisi tuntutan
agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan
batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan /
atau rehabilitasi ;
2. Bahwa dengan adanya Surat Keputusan Nomor:
700/SK.16/Bid.Wasdal., yang diterbitkan oleh Tergugat tertanggal 5
Agustus 2019 telah sangat merugikan kepentingan Penggugat, baik
secara material maupun inmaterial, yakni:
Kerugian secara material diantaranya berupa:
- Supplier menjadi ragu-ragu untuk mengirim barang ;
- Kerugian investasi (bangunan, kelengkapan toko, alat-alat
transportasi, para karyawan) ;
- Dari pihak Tergugat tidak ada solusi, semisal relokasi, dll ;
Kerugian secara inmaterial berupa:
- Nama baik tercemar ;
- Kepercayaan supplier ;
- Kepercayaan pelanggan/konsumen;
- Kepercayaan masyarakat secara umum;

IV. Posita/Alasan Gugatan :


1. Bahwa yang menjadi obyek gugatan dalam perkara ini adalah Surat
Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Indramayu Nomor: 700/SK.16/Bid.Wasdal.,
Tentang Pencabutan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar Toko
Cipto Gudang Rabat Nomor 154/10-19/PB/XII/2016 Tanggal 30
Desember 2016 Perubahan atas Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
Kecil Toko Cipto Gudang Rabat Nomor 11527/10-19/PK/I/2014 Tanggal
9 Januari 2014., yang dikeluarkan oleh Tergugat tertanggal 5 Agustus
2019
2. Bahwa Penggugat adalah pemilik / Penanggungjawab “TOKO CIPTO
GUDANG RABAT” yang beralamat di JL. Tanjung Pura Blok Widara Rt.
001 Rw. 005 Kelurahan Karanganyar Kecamatan Indramayu
Kabupaten Indramayu, sekaligus pemilik Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP) Besar Toko Cipto Gudang Rabat Nomor 154/10-19/PB/XII/2016
dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil Toko Cipto Gudang
Rabat Nomor 11527/10-19/PK/I/2014;
3. Bahwa sesungguhnya pada Hari Selasa, 23 Juli 2019 Penggugat
menerima surat undangan resmi dari Tergugat untuk hadir di Kantor
Tergugat pada hari Kamis, 25 Juli 2019 perihal “Penjelasan mengenai
Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan (LAHP) Ombudsman RI Perwakilan
Provinsi Jawa Barat Nomor Register 0013/IM/I/2018/BDG”, tetapi pada
saat itu Penggugat berhalangan hadir dan meminta rescedul/
penjadwalan ulang untuk pertemuan tersebut, kemudian pada hari
Jum’at 26 Juli 2019 Penggugat menerima kembali surat undangan
resmi dari Tergugat untuk datang di Kantor Tergugat pada hari Selasa,
30 Juli 2019 masih perihal yang sama, dan atas surat yang kedua
tersebut Penggugat hadir menghadap Tergugat di Kantor Tergugat;
4. Bahwa pada saat hadirnya Penggugat hari Selasa, 30 Juli 2019,
Tergugat menerangkan kepada Penggugat tentang adanya Laporan
Akhir Hasil Pemeriksaan / LAHP dari Ombudsman RI Perwakilan Jawa
Barat dan oleh karena hal itu Tergugat akan segera
melaksanakan/menindaklanjuti LAHP Ombudsman tersebut dengan
mencabut SIUP Besar milik Penggugat, kemudian pada saat itu juga
Penggugat menyampaikan tanggapan dan keberatan secara lisan
kepada Tergugat, serta pada saat yang sama Penggugat juga meminta
salinan / photo copy LAHP Ombudsman dari Tergugat, yang mana
pada sore harinya pihak Tergugat baru memberikan/mengantarkan
photo copy LAHP Ombudsman tersebut kepada Penggugat;
5. Bahwa selanjutnya pada Hari Selasa, 06 Agustus 2019 Penggugat
menyampaikan tanggapan dan keberatannya secara tertulis kepada
Tergugat, tetapi Tergugat tidak memberi jawaban apapun terkait
keberatan Penggugat tersebut, dan justru pada Hari Rabu, 07 Agustus
2019 Tergugat memberi Penggugat Surat Keputusan / SK Nomor:
700/SK.16/Bid.Wasdal., Tentang Pencabutan Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP) Besar Toko Cipto Gudang Rabat Nomor 154/10-
19/PB/XII/2016 Tanggal 30 Desember 2016 Perubahan atas Surat Izin
Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil Toko Cipto Gudang Rabat Nomor
11527/10-19/PK/I/2014 Tanggal 9 Januari 2014., yang dikeluarkan oleh
Tergugat tertanggal 5 Agustus 2019 (objek gugatan A quo);
6. Bahwa selanjutnya atas Surat Keputusan (objek gugatan A quo)
tersebut, pada hari Rabu 04 September 2019 Penggugat
menyampaikan Keberatan kepada Tergugat, yakni Keberatan Nomor:
067/Srt.Pdt-G/Spr-Adv/IX/2019 tertanggal 04 September 2019, yang
kemudian ditanggapi oleh Tergugat dengan surat Perihal “Penolakan
Keberatan” Nomor: 700/376/Wasdal tertanggal 16 September 2019 dan
diterima oleh Penggugat pada tanggal yang sama (16 September
2019);
7. Bahwa atas Penolakan Keberatan dari Tergugat tersebut, pada hari
Rabu, 18 September 2019 pukul 10.00 WIB Penggugat menyampaikan
Surat perihal “Banding” kepada atasan Tergugat / Bupati Indramayu,
dengan surat Banding Nomor: 078/Srt.Kl/Spr-Adv/IX/2019 tertanggal 18
September 2019, surat tersebut diterima langsung oleh Staf / Pegawai
Sekretariat Daerah Kabupaten Indramayu pada tanggal dan waktu yang
sama (18 September 2019 pukul 10.00 WIB pagi hari)
8. Bahwa atas Banding Penggugat tersebut, atasan Tergugat / Bupati
Indramayu tidak mengirim / memberikan / menyampaikan jawaban /
tanggapan apapun kepada Penggugat sampai batas waktu
sebagaimana yang ditentukan oleh Undang-Undang, yakni Pasal 78
Ayat (4) UU No. 30 Tahun 2014,“Badan dan / atau Pejabat
Pemerintahan menyelesaikan banding paling lama 10 (sepuluh) hari
kerja”. Namun Atasan Tergugat justru baru menyampaikan “Jawaban
Banding” yakni Jawaban Banding Nomor: 700/850-Huk/2019 kepada
Penggugat pada malam Kamis tanggal 02 Oktober 2019 Pukul 21.10
WIB, dimana menurut perhitungan hari kerja sesuai Undang-Undang
tersebut adalah sudah melewati / melebihi dari 10 (sepuluh) hari kerja,
atau tepatnya sudah masuk hari kerja yang ke 11 (sebelas)
9. Bahwa oleh karena Jawaban Banding dari atasan Tergugat tidak
memenuhi Pasal 78 Ayat (4) UU No. 30 Tahun 2014, maka sesuai
Pasal 78 Ayat (5) Undang-Undang tersebut Keberatan Penggugat
dianggap dikabulkan, dan demikian seterusnya sesuai Pasal 78 Ayat
(6) seharusnya Tergugat wajib menetapkan Keputusan sesuai dengan
Permohonan Penggugat paling lama 5 (lima) hari kerja setelah
berakhirnya tenggang waktu sebagaimana dimaksud dalam Ayat (4)
10. Bahwa oleh karena atasan Tergugat tidak menjalankan amanah Pasal
78 UU No. 30 Tahun 2014, maka Penggugat mohon kepada Ketua
Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung Cq. Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara A Quo supaya berkenan
memutuskan “menyatakan Keberatan Penggugat pada upaya
administratif dianggap dikabulkan dan memerintahkan kepada Tergugat
untuk menetapkan Keputusan sesuai Permohonan Keberatan dari
Tergugat;
11. Bahwa disamping persoalan penyimpangan penyelesaian upaya
administratif sebagaimana diuraikan di atas, Tergugat dalam
mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: 700/SK.16/Bid.Wasdal., (objek
gugatan A quo), nyata-nyatajuga telah menyimpangi/mengabaikan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sebgaimana yang akan
Penggugat uraikan di bawah ini sebagai berikut:
A. Bahwa Tergugat mengeluarkan Surat Keputusan Nomor:
700/SK.16/Bid.Wasdal (objek gugatan a quo) semata-mata
didasarkan atas adanya Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan
(LAHP) Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat Nomor
Register 0013/IM/I/2018/BDG yang menyimpulkan bahwa
Tergugat perlu melakukan tindakan korektif diantaranya adalah
mencabut SIUP Besar Toko Cipto Gudang Rabat milik Penggugat
dan mengembalikan fungsi dari Toko Gudang Rabat kembali
menjadi Gudang sesuai dengan ijin mendirikan bangunan / IMB;
B. Bahwa LAHP Ombudsman tersebut sesungguhnya adalah bentuk
hasil pemeriksaan laporan dari IPP (Ikatan Pedagang Pasar /
“Pasar Baru Indramayu”) yang mana antara IPP sebagai pelapor
sebelumnya telah bersepakat dengan pihak Toko Cipto Gudang
Rabat pada tahun 2016, dan substansi kesepakatan tahun 2016
telah dipenuhi oleh kedua pihak, dengan demikian maka gugur
sudah substansi pelaporan IPP yang diajukan ke Ombudsman.
Untuk itu seharusnya Tergugat hati-hati dan jeli untuk tidak serta
merta mencabut SIUP Besar milik Penggugat, sebab terdapat
banyak sekali ketidaksesuaian antara temuan hasil pemeriksaan
Ombudsman dengan pokok permasalahan yang ada;
C. Bahwa substansi kesepakatan tahun 2016 tersebut pada
pokoknya adalah agar supaya Toko Cipto Gudang Rabat tidak
menjual eceran tetapi grosir, atau yang semula SIUP kecil supaya
diubah/disesuaikan menjadi SIUP besar, tetapi anehnya
rekomendasi Ombudsman malah mencabut SIUP besar.
Disamping itu, pada tahun 2016 IPP sendiri sudah
menyampaikan laporan kepada Tergugat dan sudah
mendapatkan penyelesaian dari Tergugat yang salah satunya
berupa Surat Pernyataan Bersama antara pihak IPP dengan
pihak Toko Cipto Gudang Rabat, sehingga berdasarkan Pasal 4
ayat (1) huruf d, jo. Pasal 5 huruf c Peraturan Ombudsman RI No.
26 Tahun 2017, laporan IPP dikatagorikan sebagai laporan yang
tidak memenuhi syarat formal maupun material, apalagi LAHP
Ombudsman tidak mengakomodir kepentingan maupun
pembuktian pihak pemilik SIUP (Penggugat) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf b angka 4 Peraturan
Ombudsman RI No. 26 Tahun 2017. Hal ini seharusnya menjadi
perhatian dan pertimbangan oleh Tergugat untuk supaya
melakukan koreksi terlebih dulu sehingga tidak terburu-buru
mengeluarkan Surat Keputusan Pencabutan SIUP Besar milik
Penggugat, dan seyogyanya sebelum Tergugat melaksanakan
rekomendasi Ombudsman seharusnya melakukan upaya
klarifikasi terlebih dulu kepada Penggugat supaya terdapat
keberimbangan informasi dan keadilan, akan tetapi yang terjadi
justru Tergugat buruburu mencabut SIUP Besar milik Penggugat,
padahal Rekomendasi Ombudsman itu bersifat korektif, artinya
masih dimungkinkan adanya perbaikan dan atau klarifikasi dari
pihak pemilik SIUP jika ada kekeliruan dalam pertimbangannya,
D. Bahwa secara substansial LAHP Ombudsman yang menjadi
dasar Tergugat dalam menerbitkan objek gugatan A Quo adalah
keliru, sebab SIUP Besar (grosir) itu merupakan peningkatan
status dari SIUP Kecil (eceran) berdasarkan hasil kesepakatan
dengan IPP. Apabila yang dibatalkan SIUP Besar berarti timbul
persoalan hukum baru yakni:pertama, Ombudsman telah
melampaui apa yang dikehendaki IPP dalam surat perjanjian
bersama tersebut, dan yang kedua, SIUP Kecil (untuk menjual
eceran) masih berlaku, sebab dalam objek sengketa tidak mutatis
mutandis membatalkan SIUP Kecil karena bersifat perubahan
SIUP dari Kecil menjadi Besar,
E. Bahwa keputusan Tergugat mencabut SIUP Besar milik
Penggugat dilakukan dengan cara tiba-tiba tanpa melalui tahapan
dan prosedur sebagaimana telah diatur dalam perundang-
undangan yang berlaku, hal ini adalah sebuah tindakan yang
menyimpang/keluar dari aturan hukum, yakni setidaknya
Tergugat telah mengabaikan BAB IX SANKSI Pasal 23, 24, 25,
26 Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia /
Permendag Nomor: 09/M-DAG/PER/3/2006 Tentang Ketentuan
dan Tata Cara Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan., BAB
VII SANKSI Pasal 20, 21, 22, 23 Permendag
F. Nomor: 36/M-DAG/PER/9/2007 Tentang Penerbitan Surat Izin
Usaha Perdagangan jo. Permendag No. 46 Tahun 2009 Tentang
Perubahan Permendag No. 36 Tahun 2007 Jo. Permendag No.
39 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Permendag No. 36
Tahun 2007 Tentang Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan.,
serta BAB IX SANKSI Pasal 25, 26, 27, 28, 29 Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor:
289/MPP/Kep/10/2001;
G. Bahwa selain itu, Tergugat juga telah melanggar ketentuan BAB
X SANKSI ADMINISTRASI Pasal 20 Ayat (1), (2), (3) Perda
Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Perlindungan, Pemberdayaan
Pasar Tradisional dan Penataan serta Pengendalian Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern, jo. Perda Nomor 4 Tahun 2014
Tentang Perubahan Atas Perda Nomor 7 Tahun 2011.

Secara tegas dalam Pasal 20 Ayat (3) Perda Nomor 7 Tahun 2011 jo.
Perda Nomor 4 Tahun 2014 tersebut dinyatakan bahwa “Tata cara dan
prosedur penerapan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada
Ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati”. Adapun Peraturan
Bupati yang dimaksud adalah Peraturan Bupati Indramayu / Perbub
Nomor: 37.1 Tahun 2018 Tentang Prosedur dan Standar Pelayanan
Terpadu Satu Pintu. Pada Perbub Nomor 37.1 Tahun 2018 tersebut
pada BAB XII TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 51 telah jelas menyebutkan
(1) Dalam hal hasil Pengendalian yang dilakukan oleh Perangkat
Daerah teknis terkait ditemukan adanya pelanggaran terhadap izin
dan non izin, maka Kepala Perangkat Daerah teknis terkait
menyampaikan rekomendasi kepada Kepala DPMPTSP untuk
melakukan pengenaan sanksi berupa:
(2) Tata cara pengenaan sanksi administratif terhadap setiap
pelanggaran izin dan non izin berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan

Apabila mengacu pada ketentuan Pasal 51 Ayat (2) Perbub Nomor 37.1
Tahun 2018 di atas maka pengenaan sanksi administratif untuk
Penggugat selaku Pemilik SIUP Toko Cipto Gudang Rabat tentunya
bukan langsung pencabutan izin. Sebab pada Ayat (2) Perbub tersebut
telah jelas menegaskan bahwa Tata cara pengenaan sanksi
administratif terhadap setiap pelanggaran izin dan non izin berpedoman
pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun ketentuan
perundang-undangan sebagaimana Permendag Nomor:
09/M-DAG/PER/3/2006, Permendag Nomor: 36/M-DAG/PER/9/2007 jo.
Permendag No. 46 Tahun 2009 Tentang Perubahan Permendag No. 36
Tahun 2007 Jo. Permendag No. 39 Tahun 2011 Tentang Perubahan
Kedua Permendag No. 36 Tahun 2007, serta Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor:
289/MPP/Kep/10/2001, telah mengatur sedemikian rupa terkait
pengenaan sanksi administrasi, yang mana keseluruhan peraturan
perundang-undangan tersebut telah memerinci kriteria pelanggaran
beserta sanksi-sanksinya, mulai dari peringatan secara tertulis,
pemberhentian sementara SIUP, pencabutan SIUP,
Jadi ketentuan Pasal 51 Ayat (1) Perbub Nomor 37.1 Tahun 2018
tentunya adalah bukan pilihan, melainkan tahapan, mulai dari tindakan
pemberian peringatan tertulis, pembekuan izin (jika tidak
mengindahkan), baru kemudian pembatalan izin dan pencabutan izin
apabila masih saja tidak mengindahkan, bukan langsung pada
pencabutan izin sebagai suatu pilihan sanksi sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Tergugat kepada Penggugat ; Oleh karenanya
pencabutan SIUP tidak dapat dilakukan dengan tibatiba tanpa melalui
prosedur tahapan sebagaimana telah di atur sedemikian rupa dalam
peraturan perundang-undangan.
12. Bahwa disamping itu, dalam mengeluarkan Surat Keputusan
Pencabutan SIUP Besar (objek gugatan Aquo) Tergugat juga telah
menyalahi / melanggar Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik,
diantaranya adalah
a. Asas Kecermatan, adalah asas yang mengandung arti bahwa
suatu Keputusan dan/atau Tindakan harus didasarkan pada
informasi dan dokumen yang lengkap untuk mendukung legalitas
penetapan dan/atau pelaksanaan Keputusan dan/atau Tindakan
sehingga Keputusan dan/atau Tindakan yang bersangkutan
dipersiapkan dengan cermat sebelum Keputusan dan/atau
Tindakan tersebut ditetapkan dan/atau dilakukan
b. Asas Ketidakberpihakan, adalah asas yang mewajibkan Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau
melakukan Keputusan dan/atau Tindakan dengan
mempertimbangkan kepentingan para pihak secara keseluruhan
dan tidak diskriminatif
Bahwa Tergugat telah tidak konsisten dan sangat pilih-pilih
dalam menindak dan menyikapi persoalan perijinan usaha di
Wilayah Kabupaten Indramayu, dalam surat “Penolakan
Keberatan” dari Tergugat, salah satu alasan Tergugat menolak
Keberatan dan tetap mencabut SIUP Besar milik Penggugat
diantaranya adalah aturan Perda Nomor 4 Tahun 2014 jo. Perda
Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Perlindungan Pemberdayaan
Pasar Tradisional dan Penataan serta Pengendalian Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern, Pasal 11 ayat (4) “Hypermarket
dan pusat perbelanjaan dapat dibangun dengan jarak minimal
2.500 M (dua ribu lima ratus meter) dari pasar tradisional”
Bahwa apabila mengacu pada ketentuan tersebut maka
seharusnya:
- Perda Nomor 4 Tahun 2014 jo. Perda Nomor 7 Tahun 2011
tentunya berlaku umum untuk seluruh masyarakat Indramayu
tanpa pandang bulu
- Sebagaimana diketahui bersama, hampir di seluruh pasar
tradisional yang ada di Kabupaten Indramayu dalam jarak kurang
dari 2.500 m (dua ribu lima ratus meter) terdapat Toko Modern,
pusat perbelanjaan dan lain-lain yang semacamnya
- Untuk itu sseharusnya Tergugat tidak tebang pilih dan pilih kasih,
apabila Tergugat mau konsisten terhadap aturan tersebut maka
konsekuensinya harus menertibkan seluruh Toko Modern,
Hypermarket, Pusat Perbelanjaan dan sejenisnya yang berada di
pusaran < 2.500 m (kurang dari dua ribu lima ratus meter) dari
pasar tradisional, sehingga bukan hanya Toko Cipto Gudang
Rabat milik Penggugat saja yang ditertibkan dan dicabut SIUP
nya, dengan demikian menjadi fair dan cukup adil sebab aturan
itu dibuat untuk ditaati dan dilaksanakan oleh semua pihak
Jadi dengan demikian Tergugat nyata-nyata telah lalai dan abai
dengan Asas Ketidakberpikan sebagaimana yang tertuang
dalam Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik, yang wajib
dipedomani oleh Tergugat dalam menentukan dan memutuskan
segala kebijakan dan atau Keputusannya
a. Asas Kemanfaatan, adalah manfaat yang harus diperhatikan
secara seimbang antara: (1) kepentingan individu yang satu
dengan kepentingan individu yang lain; (2) kepentingan individu
dengan masyarakat; (3) kepentingan Warga Masyarakat dan
masyarakat asing; (4) kepentingan kelompok masyarakat yang
satu dan kepentingan kelompok masyarakat yang lain ; (5)
kepentingan pemerintah dengan Warga Masyarakat ; (6)
kepentingan generasi yang sekarang dan kepentingan generasi
mendatang; (7) kepentingan manusia dan ekosistemnya; (8)
kepentingan pria dan Wanita
Dalam hal ini Tergugat tidak memperhatikan secara seimbang
serta cenderung mengabaikan kepentingan mendasar para
karyawan/pekerja Toko Cipto Gudang Rabat, dimana Toko Cipto
Gudang Rabat milik Penggugat mempekerjakan 130 (seratus
tiga puluh) orang karyawan, mereka sebagian besarnya adalah
masyarakat/warga Kabupaten Indramayu yang menanggung
beban biaya penghidupan bagi dirinya, keluarganya, dan lain
sebagainya. Dapat dibayangkan, berapa banyak yang akan
dirugikan seandainya Toko Cipto Gudang Rabat tiba-tiba ditutup,
akan dikemanakan para karyawannya dan bagaimana nasib
keluarganya jika mereka semua tiba-tiba menjadi pengangguran.
Tergugat seolah hanya mementingkan kepentingan pelapor/IPP
saja (sebagian IPP, karena tidak semua anggota IPP merasa
dirugikan dengan adanya Toko Cipto Gudang Rabat), karena
pada kenyataannya tidak semua Pedagang Pasar Baru
Indramayu merasa dirugikan dengan adanya Toko Cipto Gudang
Rabat, justru banyak dari mereka yang merasa diuntungkan
dengan adanya Toko Cipto Gudang Rabat dengan alasan yang
bervariasi: (harga lebih murah, pelayanan lebih cepat, jaraknya
dekat dengan pasar sehingga memudahkan para pedagang
pasar untuk kulakan sehingga bisa efisien waktu dan biaya
angkut, dan lain sebagainya yang justru lebih menguntungkan
posisinya sebagai pedagang pasar).
Jadi dengan demikian Tergugat nyata-nyata telah lalai dan abai
dengan Asas Kemanfaatan yang tertuang dalam Asas-Asas
Umum Pemerintahan Yang Baik, yang wajib dipedomani oleh
Tergugat dalam menentukan dan memutuskan segala kebijakan
dan atau Keputusannya
13. Bahwa oleh karena Tergugat dalam mengeluarkan objek gugatan a quo
dilakukan dengan menyimpangi / melanggar ketentuan
perundangundangan yang berlaku serta melanggar Asas-asas Umum
Pemerintahan yang Baik sebagaimana telah kami uraikan di atas, maka
selayaknya dan seharusnya Surat Keputusan / objek gugatan A quo
dinyatakan batal demi hukum.
14.

V. Permohonan Penundaan :
- Bahwa Objek sengketa ternyata akan dilaksanakan pada
tanggal…., sehingga terdapat keadaan mendesak .
- Bahwa apabila Surat Objek Sengketa dilaksanakan maka
Penggugat akan sangat dirugikan/terdapat keadaan yang sulit
untuk dikembalikan/dipulihkan seperti keadaan semula.
- Bahwa fakta fakta diatas telah memenuhi ketentuan pasal 67 UU
Peradilan TUN.
- Bahwa oleh karenanya Penggugat mohon agar diterbitkan
Penetapan yang berisi perintah kepada Tergugat agar menunda
Pelaksanaan Objek Sengketa, sampai perkara a quo berkekuatan
hukum tetap.
(pasal 67 UU Peradilan TUN).

VI. Petitum/Tuntutan :
A. Dalam Penundaan.
- Mengabulkan Permohonan Penundaan yang diajukan Penggugat.

B. Dalam Pokok Perkara/Sengketa.


1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya ;
2. Menyatakan batal atau tidak sah Surat …….. No…….
tertanggal……………….
3. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Surat……. No………
4. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara ;

Hormat Kami,
Penggugat/ Kuasa Hukum Penggugat,

……………………………......

Nama Kelompok :
1. Atira Alcina Manuhutu (215010101111040 / 2)
2. Amira Zahra Afianita (21501010711102 / 16)

Anda mungkin juga menyukai