Kepada
Yth. Ketua Pengadilan
Tata Usaha Negara Bandung
Di Jl. Diponegoro No.34, Citarum,
Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung,
Jawa Barat 40115
Dengan hormat,
I. Objek Sengketa :
Surat Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Kabupaten Indramayu Nomor: 700/SK.16/Bid. Wasdal., Tentang
Pencabutan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar Toko Cipto
Gudang Rabat Nomor 154/10-19/PB/XII/2016 Tanggal 30 Desember 2016
Perubahan atas Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Kecil Toko Cipto
Gudang Rabat Nomor 11527/10-19/PK/I/2014 Tanggal 9 Januari 2014,
yang dikeluarkan oleh Tergugat tertanggal 5 Agustus 2019;-
Secara tegas dalam Pasal 20 Ayat (3) Perda Nomor 7 Tahun 2011 jo.
Perda Nomor 4 Tahun 2014 tersebut dinyatakan bahwa “Tata cara dan
prosedur penerapan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada
Ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati”. Adapun Peraturan
Bupati yang dimaksud adalah Peraturan Bupati Indramayu / Perbub
Nomor: 37.1 Tahun 2018 Tentang Prosedur dan Standar Pelayanan
Terpadu Satu Pintu. Pada Perbub Nomor 37.1 Tahun 2018 tersebut
pada BAB XII TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 51 telah jelas menyebutkan
(1) Dalam hal hasil Pengendalian yang dilakukan oleh Perangkat
Daerah teknis terkait ditemukan adanya pelanggaran terhadap izin
dan non izin, maka Kepala Perangkat Daerah teknis terkait
menyampaikan rekomendasi kepada Kepala DPMPTSP untuk
melakukan pengenaan sanksi berupa:
(2) Tata cara pengenaan sanksi administratif terhadap setiap
pelanggaran izin dan non izin berpedoman pada ketentuan
peraturan perundang-undangan
Apabila mengacu pada ketentuan Pasal 51 Ayat (2) Perbub Nomor 37.1
Tahun 2018 di atas maka pengenaan sanksi administratif untuk
Penggugat selaku Pemilik SIUP Toko Cipto Gudang Rabat tentunya
bukan langsung pencabutan izin. Sebab pada Ayat (2) Perbub tersebut
telah jelas menegaskan bahwa Tata cara pengenaan sanksi
administratif terhadap setiap pelanggaran izin dan non izin berpedoman
pada ketentuan peraturan perundang-undangan. Adapun ketentuan
perundang-undangan sebagaimana Permendag Nomor:
09/M-DAG/PER/3/2006, Permendag Nomor: 36/M-DAG/PER/9/2007 jo.
Permendag No. 46 Tahun 2009 Tentang Perubahan Permendag No. 36
Tahun 2007 Jo. Permendag No. 39 Tahun 2011 Tentang Perubahan
Kedua Permendag No. 36 Tahun 2007, serta Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor:
289/MPP/Kep/10/2001, telah mengatur sedemikian rupa terkait
pengenaan sanksi administrasi, yang mana keseluruhan peraturan
perundang-undangan tersebut telah memerinci kriteria pelanggaran
beserta sanksi-sanksinya, mulai dari peringatan secara tertulis,
pemberhentian sementara SIUP, pencabutan SIUP,
Jadi ketentuan Pasal 51 Ayat (1) Perbub Nomor 37.1 Tahun 2018
tentunya adalah bukan pilihan, melainkan tahapan, mulai dari tindakan
pemberian peringatan tertulis, pembekuan izin (jika tidak
mengindahkan), baru kemudian pembatalan izin dan pencabutan izin
apabila masih saja tidak mengindahkan, bukan langsung pada
pencabutan izin sebagai suatu pilihan sanksi sebagaimana yang telah
dilakukan oleh Tergugat kepada Penggugat ; Oleh karenanya
pencabutan SIUP tidak dapat dilakukan dengan tibatiba tanpa melalui
prosedur tahapan sebagaimana telah di atur sedemikian rupa dalam
peraturan perundang-undangan.
12. Bahwa disamping itu, dalam mengeluarkan Surat Keputusan
Pencabutan SIUP Besar (objek gugatan Aquo) Tergugat juga telah
menyalahi / melanggar Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik,
diantaranya adalah
a. Asas Kecermatan, adalah asas yang mengandung arti bahwa
suatu Keputusan dan/atau Tindakan harus didasarkan pada
informasi dan dokumen yang lengkap untuk mendukung legalitas
penetapan dan/atau pelaksanaan Keputusan dan/atau Tindakan
sehingga Keputusan dan/atau Tindakan yang bersangkutan
dipersiapkan dengan cermat sebelum Keputusan dan/atau
Tindakan tersebut ditetapkan dan/atau dilakukan
b. Asas Ketidakberpihakan, adalah asas yang mewajibkan Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau
melakukan Keputusan dan/atau Tindakan dengan
mempertimbangkan kepentingan para pihak secara keseluruhan
dan tidak diskriminatif
Bahwa Tergugat telah tidak konsisten dan sangat pilih-pilih
dalam menindak dan menyikapi persoalan perijinan usaha di
Wilayah Kabupaten Indramayu, dalam surat “Penolakan
Keberatan” dari Tergugat, salah satu alasan Tergugat menolak
Keberatan dan tetap mencabut SIUP Besar milik Penggugat
diantaranya adalah aturan Perda Nomor 4 Tahun 2014 jo. Perda
Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Perlindungan Pemberdayaan
Pasar Tradisional dan Penataan serta Pengendalian Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern, Pasal 11 ayat (4) “Hypermarket
dan pusat perbelanjaan dapat dibangun dengan jarak minimal
2.500 M (dua ribu lima ratus meter) dari pasar tradisional”
Bahwa apabila mengacu pada ketentuan tersebut maka
seharusnya:
- Perda Nomor 4 Tahun 2014 jo. Perda Nomor 7 Tahun 2011
tentunya berlaku umum untuk seluruh masyarakat Indramayu
tanpa pandang bulu
- Sebagaimana diketahui bersama, hampir di seluruh pasar
tradisional yang ada di Kabupaten Indramayu dalam jarak kurang
dari 2.500 m (dua ribu lima ratus meter) terdapat Toko Modern,
pusat perbelanjaan dan lain-lain yang semacamnya
- Untuk itu sseharusnya Tergugat tidak tebang pilih dan pilih kasih,
apabila Tergugat mau konsisten terhadap aturan tersebut maka
konsekuensinya harus menertibkan seluruh Toko Modern,
Hypermarket, Pusat Perbelanjaan dan sejenisnya yang berada di
pusaran < 2.500 m (kurang dari dua ribu lima ratus meter) dari
pasar tradisional, sehingga bukan hanya Toko Cipto Gudang
Rabat milik Penggugat saja yang ditertibkan dan dicabut SIUP
nya, dengan demikian menjadi fair dan cukup adil sebab aturan
itu dibuat untuk ditaati dan dilaksanakan oleh semua pihak
Jadi dengan demikian Tergugat nyata-nyata telah lalai dan abai
dengan Asas Ketidakberpikan sebagaimana yang tertuang
dalam Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik, yang wajib
dipedomani oleh Tergugat dalam menentukan dan memutuskan
segala kebijakan dan atau Keputusannya
a. Asas Kemanfaatan, adalah manfaat yang harus diperhatikan
secara seimbang antara: (1) kepentingan individu yang satu
dengan kepentingan individu yang lain; (2) kepentingan individu
dengan masyarakat; (3) kepentingan Warga Masyarakat dan
masyarakat asing; (4) kepentingan kelompok masyarakat yang
satu dan kepentingan kelompok masyarakat yang lain ; (5)
kepentingan pemerintah dengan Warga Masyarakat ; (6)
kepentingan generasi yang sekarang dan kepentingan generasi
mendatang; (7) kepentingan manusia dan ekosistemnya; (8)
kepentingan pria dan Wanita
Dalam hal ini Tergugat tidak memperhatikan secara seimbang
serta cenderung mengabaikan kepentingan mendasar para
karyawan/pekerja Toko Cipto Gudang Rabat, dimana Toko Cipto
Gudang Rabat milik Penggugat mempekerjakan 130 (seratus
tiga puluh) orang karyawan, mereka sebagian besarnya adalah
masyarakat/warga Kabupaten Indramayu yang menanggung
beban biaya penghidupan bagi dirinya, keluarganya, dan lain
sebagainya. Dapat dibayangkan, berapa banyak yang akan
dirugikan seandainya Toko Cipto Gudang Rabat tiba-tiba ditutup,
akan dikemanakan para karyawannya dan bagaimana nasib
keluarganya jika mereka semua tiba-tiba menjadi pengangguran.
Tergugat seolah hanya mementingkan kepentingan pelapor/IPP
saja (sebagian IPP, karena tidak semua anggota IPP merasa
dirugikan dengan adanya Toko Cipto Gudang Rabat), karena
pada kenyataannya tidak semua Pedagang Pasar Baru
Indramayu merasa dirugikan dengan adanya Toko Cipto Gudang
Rabat, justru banyak dari mereka yang merasa diuntungkan
dengan adanya Toko Cipto Gudang Rabat dengan alasan yang
bervariasi: (harga lebih murah, pelayanan lebih cepat, jaraknya
dekat dengan pasar sehingga memudahkan para pedagang
pasar untuk kulakan sehingga bisa efisien waktu dan biaya
angkut, dan lain sebagainya yang justru lebih menguntungkan
posisinya sebagai pedagang pasar).
Jadi dengan demikian Tergugat nyata-nyata telah lalai dan abai
dengan Asas Kemanfaatan yang tertuang dalam Asas-Asas
Umum Pemerintahan Yang Baik, yang wajib dipedomani oleh
Tergugat dalam menentukan dan memutuskan segala kebijakan
dan atau Keputusannya
13. Bahwa oleh karena Tergugat dalam mengeluarkan objek gugatan a quo
dilakukan dengan menyimpangi / melanggar ketentuan
perundangundangan yang berlaku serta melanggar Asas-asas Umum
Pemerintahan yang Baik sebagaimana telah kami uraikan di atas, maka
selayaknya dan seharusnya Surat Keputusan / objek gugatan A quo
dinyatakan batal demi hukum.
14.
V. Permohonan Penundaan :
- Bahwa Objek sengketa ternyata akan dilaksanakan pada
tanggal…., sehingga terdapat keadaan mendesak .
- Bahwa apabila Surat Objek Sengketa dilaksanakan maka
Penggugat akan sangat dirugikan/terdapat keadaan yang sulit
untuk dikembalikan/dipulihkan seperti keadaan semula.
- Bahwa fakta fakta diatas telah memenuhi ketentuan pasal 67 UU
Peradilan TUN.
- Bahwa oleh karenanya Penggugat mohon agar diterbitkan
Penetapan yang berisi perintah kepada Tergugat agar menunda
Pelaksanaan Objek Sengketa, sampai perkara a quo berkekuatan
hukum tetap.
(pasal 67 UU Peradilan TUN).
VI. Petitum/Tuntutan :
A. Dalam Penundaan.
- Mengabulkan Permohonan Penundaan yang diajukan Penggugat.
Hormat Kami,
Penggugat/ Kuasa Hukum Penggugat,
……………………………......
Nama Kelompok :
1. Atira Alcina Manuhutu (215010101111040 / 2)
2. Amira Zahra Afianita (21501010711102 / 16)