Anda di halaman 1dari 59

PENGADILAN TATA USAHA NEGARA SURABAYA

Jl. Raya Ir. H. Juanda No. 89, Sidoarjo 61254


Telepon/fax (031) 8683141
www.ptun-surabaya.go.id

PUTUSAN
NOMOR:11/G/2019/PTUN.SBY
“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya yang memeriksa,


memutus, dan menyelesaikan Sengketa Tata Usaha Negara pada tingkat
pertama dengan acara biasa, telah menjatuhkan Putusan sebagai berikut
di bawah ini, dalam sengketa antara;
Drs. Ali Zaenal Abidin. Kewarganegaraan Indonesia, Pekerjaan
Mantan Guru SMK Negeri I Kota Surabaya, Tempat Tinggal
Di Jalan Gatot Subroto Blok XI - C , Kelurahan
Semolowaru, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya, Provinsi
Jawa Timur. Berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 20
April 2019, dalam hal ini memberi kuasa kepada :
1. Nama : Salsabilah Assyifa, S.H.
Pekerjaan : Pengacara
2. Nama : Vierenez Vaskhie Siahaan, S.H
Pekerjaan : Pengacara

Kesemuanya adalah pejabat dan staff pada kantor Advokat


Dan Konsultan Hukum Themis berkedudukan di Jalan Setia
Budi Nomor 53 Surabaya
Selanjutnya disebut sebagai:………………...PENGGUGAT;

Melawan

Nama Jabatan : GUBERNUR JAWA TIMUR.

Tempat kedudukan : Di Jalan Pramuka Blok V Nomer 22, Kelurahan


Lidah kulon, Kecamatan Lakarsantri, Kota
Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan
Surat Kuasa Khusus Nomor :
1230/SKU/SETDA.HKM-2.2/V/2019 tanggal 14
Mei 2019, dalam hal ini memberi kuasa kepada :
1. Nama : Yasmin Surya , S.H., M.H,
Pekerjaan : Pengacara
2. Nama : Maya Yunita., S.H.,M.H.
Pekerjaan : Pengacara.
3. Nama : Bima Adi., S.H., M.H.
Pekerjaan : Pengacara

Masing-masing berkewarganegaraan Indonesia,


berkedudukan di Jl. Taman Surya No. 1,
Surabaya Provinsi Jawa Timur
Selanjutnya disebut sebagai…………………..TERGUGAT;

Pengadilan Tata Usaha Negara tersebut ;

1. Telah membaca ;
-Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara
Surabaya Nomor : 11/ PEN-DIS/2019/PTUN.SBY,
tanggal 3 Mei 2019, tentang Penetapan Lolos
Dismissal Proses;
-Penetapan Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara
Surabaya Nomor : 11/ PEN-MH/2019/PTUN.SBY,
tanggal 3 Mei 2019, tentang Penunjukan Susunan
Majelis Hakim;

-Surat Penunjukan Panitera Pengganti oleh Panitera


PTUN Surabaya Nomor : 11/G/2019/PTUN.SBY
tanggal 3 Mei 2019 tentang Penunjukan
Panitera Pengganti;
-Surat Penunjukan Jurusita Pengganti oleh Panitera
PTUN Surabaya Nomor : 11/G/2019/PTUN.SBY
tanggal 3 Mei 2019 tentang Penunjukan Jurusita
Pengganti;
-Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata
Usaha Negara Surabaya Nomor :
11/PEN-PP/2019/PTUN.SBY, tanggal 3 Mei 2019,
tentang Penetapan Hari dan Tanggal Pemeriksaan
Persiapan;
-Penetapan Hakim Ketua Majelis Pengadilan Tata
Usaha Negara Surabaya Nomor :
11/PEN-HS/2019/PTUN.SBY, tanggal 24 Mei
2019, tentang Penetapan Hari dan Tanggal Sidang
Terbuka untuk Umum;
2. Telah membaca, memeriksa dan mempelajari bukti-
bukti surat dan mendengar keterangan para pihak di
Persidangan;
3. Telah membaca berkas perkara a quo;

TENTANG DUDUK SENGKETA

Menimbang, bahwa Penggugat mengajukan


gugatan tertanggal 2 Mei 2019, yang telah diterima dan
didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha
Negara Surabaya pada tanggal 2 Mei 2019, dengan
Register Perkara Nomor : 11/G/2019/PTUN.SBY dan
telah diperbaiki secara formal pada tanggal 24 Mei
2019, yang pada pokoknya mengemukakan dalil-dalil
sebagai berikut :

I. OBJEK SENGKETA

Bahwa adapun yang menjadi Obyek Sengketa dalam


gugatan ini adalah; KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA
TIMUR Nomor : 1360/KPTS/21/2018 TENTANG
PEMBERHENTIAN KARENA MELAKUKAN
TINDAK PIDANA KEJAHATAN JABATAN ATAU
TINDAK PIDANA KEJAHATAN YANG ADA
HUBUNGANNYA DENGAN JABATAN Tanggal 27
Desember 2018 atas nama DRS. ALI ZAENAL
ABIDIN ;

II. UPAYA ADMINISTRATIF

1. Bahwa setelah menerima objek sengketa,


Penggugat merasa keberatan dan tidak dapat
menerima atas terbitnya objek sengketa a quo,
untuk itu Penggugat telah mengajukan upaya
administratif keberatan yakni;
a. kepada Tergugat melalui surat tanggal 22
Februari2019;
b. kepada Badan Pertimbangan Kepegawaian
(BAPEK) pada tanggal 2 April 2019;
2. Bahwa terhadap upaya admisitratif yang
Penggugat ajukan sampai gugatan ini daftarkan
di Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya pada
tanggal 29 April 2019, sama sekali tidak ada
jawaban baik dalam bentuk menerima ataupun
menolak upaya administratif dari Penggugat;
3. Bahwa berdasarkan ketentuan pasal 76 ayat (3)
Undang Undang Nomor 30 tahun 2014 Tentang
Administrasi Pemerintah dan pasal 2
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA Nomor 6 Tahun 2018
Tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa
Administrasi Pemerintahan Setelah Menempuh
Upaya Administratif, Pengadilan berwenang
memeriksa, memutus dan menyelesaikan
sengketa administrasi pemerintahan setelah
menempuh upaya admisitratif;
4. Bahwa karena itu pengajuan gugatan dalam
perkara ini masih dalam tenggang waktu yang
ditentukan oleh peraturan perundang- undangan
yang berlaku, adalah patut dan beralasan
menurut hukum apabila gugatan Penggugat ini
dinyatakan dapat diterima;

III. Tenggang Waktu Pengajuan Gugatan


Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 55 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986, tentang Peradilan
Tata Usaha Negara telah disebutkan : Gugatan
dapat diajukan hanya dalam tenggang waktu
sembilan puluh hari terhitung sejak saat
diterimanya atau diumumkannya Keputusan
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara;

Bahwa gugatan diajukan sesuai dengan Pasal 55


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, tentang
Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah
diubah dan ditambah dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2004, jo Undang-Undang Nomor
51 Tahun 2009, yaitu: “Gugatan yang diajukan
hanya dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh)
hari terhitung sejak saat diterimanya atau
diumumkannya keputusan badan atau pejabat
Tata Usaha Negara”. bahwa gugatan Penggugat
ajukan masih dalam tenggang waktu 90 (sembilan
puluh) hari, terhitung sejak objek sengketa
Penggugat terima pada tanggal 14 Februari 2019,
di SMK I kota Surabaya, diserahkan oleh
SIFANNY NURHALIZA, S.Pd kepala sekolah
SMK I kota Surabaya dan Kemudian Penggugat
daftarkan di Pengadilan Tata Usaha Negara
Surabaya pada hari Senin tanggal 8 April 2019;
Bahwa karena itu pengajuan gugatan dalam
perkara ini masih dalam tenggang waktu yang
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku, adalah patut dan beralasan menurut
hukum apabila gugatan Penggugat ini dinyatakan
dapat diterima;

IV. Keputusan Tergugat Bersifat Konkrit,


Individual, Final Dan Menimbulkan Akibat
Hukum
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka (9)
Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009, tentang
Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 5
Tahun 1986, tentang Peradilan Tata Usaha Negara
disebutkan :
Keputusan Tata Usaha negara adalah suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan
atau pejabat tata usaha negara yang berisi
tindakan hukum tata usaha negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang bersifat konkret, individual
dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata;

Bahwa KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA


TIMUR Nomor : 1360/KPTS/21/2018 TENTANG
PEMBERHENTIAN KARENA MELAKUKAN
TINDAK PIDANA KEJAHATAN JABATAN
ATAU TINDAK PIDANA KEJAHATAN YANG
ADA HUBUNGANNYA DENGAN JABATAN
Tanggal 27 Desember 2018, atas nama DRS. ALI
ZAENAL ABIDIN telah memenuhi syarat sebagai
Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 1 angka (9) Undang-
Undang Nomor 51 Tahun 2009, tentang
Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 5
Tahun 1986, tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, yang pada prinsipnya menyebutkan
perihal sifat dan akibat hukum dari suatu
Keputusan Badan/Pejabat Tata Usaha Negara
yang dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha
Negara, yaitu :

a. Bersifat Konkrit :
Bahwa KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA
TIMUR Nomor : 1360/KPTS/21/2018
TENTANG PEMBERHENTIAN KARENA
MELAKUKAN TINDAK PIDANA
KEJAHATAN JABATAN ATAU TINDAK
PIDANA KEJAHATAN YANG ADA
HUBUNGANNYA DENGAN JABATAN
Tanggal 27 Desember 2018, atas nama DRS.
ALI ZAENAL ABIDIN adalah suatu
Keputusan Pejabat Tata Usaha Negara yang
bersifat konkrit, karena nyata-nyata dibuat oleh
Tergugat, tidak abstrak tetapi berwujud, dibuat
secara tertulis dan secara konkrit berisikan
pernyataan pemberhentian tidak dengan hormat
Penggugat dari status-nya sebagai Pegawai
Negeri Sipil. Hal mana secara jelas tercantum
dalam diktum “Memutuskan” pada bahagian
KESATU yang menyebutkan:
Memberhentikan tidak dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil tersebut di bawah ini :
Nama : Drs. Ali Zaenal Abidin
Kewarganegaraan : Indonesia

NIP : 19590325 198603 1 006


Tempat Tanggal Lahir : Surabaya, 26 Juni 1971
Pangkat/Golongan : IV/a
Jabatan : Guru
Unit Kerja : SMKN I Kota Surabaya
Instansi : Pemerintah Provinsi Jawa
Timur
Terhitung mulai Tanggal : 31 Desember 2018

b. Bersifat Individual :
Bahwa OBJEK SENGKETA adalah juga suatu
Keputusan Tata Usaha Negara yang bersifat
individual, karena ditujukan kepada Pegawai
Negeri Sipil yang namanya disebutkan dalam
OBJEK SENGKETA, yaitu : DRS. ALI
ZAENAL ABIDIN (Penggugat) ;

c. Bersifat Final :
Bahwa OBJEK SENGKETA telah bersifat
final karena sudah tak memerlukan persetujuan
dari instansi lainnya, sehingga sudah bersifat
definitif dan sudah menimbulkan akibat hukum
;
d. Menimbulkan Akibat Hukum Bagi Penggugat :
Bahwa penerbitan OBJEK SENGKETA telah
menimbulkan akibat hukum bagi Penggugat,
dimana akibat dikeluarkannya OBJEK
SENGKETA a quo, Penggugat menjadi
kehilangan status-nya sebagai seorang Pegawai
Negeri Sipil ;
V. Kepentingan Penggugat;
Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 53 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004, tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
disebutkan :
Orang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan
Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan
tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang
berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha
Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal
atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai
tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi ;
Bahwa Keputusan Tergugat a quo telah
menimbulkan akibat hukum yang sangat
merugikan Penggugat, dimana dengan Keputusan
Tergugat tersebut, Penggugat telah kehilangan
status-nya sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil
serta kehilangan gaji dan hak-hak kepegawaian
yang menjadi sumber mata pencaharian yang
sangat Penggugat butuhkan untuk membiayai
kehidupan dan pendidikan anak anak Penggugat
yang lahir dari hasil perkawinan yang sah dengan
isteri Penggugat ;
Bahwa KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA
TIMUR Nomor : 1360/KPTS/21/2018 TENTANG
PEMBERHENTIAN KARENA MELAKUKAN
TINDAK PIDANA KEJAHATAN JABATAN
ATAU TINDAK PIDANA KEJAHATAN YANG
ADA HUBUNGANNYA DENGAN JABATAN
Tanggal 27 Desember 2018 atas nama DRS. ALI
ZAENAL ABIDIN tersebut telah merugikan
kepentingan Penggugat, maka berdasarkan
ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2004, tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, Keputusan Tergugat
tersebut dapat dituntut pembatalannya atau
dituntut agar dinyatakan tidak sah ; Bahwa oleh
Karena objek sengketa sudah memenuhi syarat
ketentuan Pasal 1 angka (9) Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009, tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986,
tentang Peradilan Tata Usaha Negara maka
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Surabaya
berwenang untuk memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa a quo ;

VI. DASAR DAN ALASAN GUGATAN :

1. Bahwa Penggugat mulai bekerja sebagai Pegawai


Negeri Sipil dengan Surat Keputusan Keputusan
Kepala Kantor Regional II BKN Surabaya
No.53890/A2.III.1/O/1986, Tanggal 17 Juli 1986,
bertugas sebagai Guru pada STM Negeri
Surabaya ;
2. Bahwa Penggugat yang telah mengabdi sebagai
abdi negara dan abdi masyarakat selama kurang
lebih 33 (tiga puluh tiga) tahun terhitung
semenjak Penggugat diangkat sebagai pegawai
negeri sipil mulai tanggal 17 Juli 1986, dengan
pangkat golongan ruang Pengatur Muda/II.b;
3. Bahwa selama menjadi Pegawai Negeri Sipil,
Penggugat selalu melaksanakan tugas dengan
baik dan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin
baik yang bersifat ringan, sedang maupun berat;
4. Bahwa selain sebagai Pegawai Negeri Sipil
(Guru) Penggugat juga diberi amanah sebagai
Ketua RT 11 Kelurahan Semolowaru Kecamatan
Sukolilo Kota Surabaya sejak tahun 2004
Penggugat terpilih menjadi Ketua Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Semolowaru dan
tahun 2005, berdasarkan hasil musyawarah
terpilih menjadi Koordinator Badan Keswadayaan
Masyarakat BKM (merangkap anggota);
5. Bahwa berdasarkan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku maka Penggugat akan
memasuki masa pensiunan pada tanggal 25 Maret
2019, artinya bilamana tidak diterbitkan objek
sengketa maka Penggugat terhitung tanggal 25
Maret 2019, akan menjalani masa pensiun serta
menikmati hari tua bersama keluarga ;
6. Bahwa Penggugat Diberhentikan Tidak Dengan
Hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil,
berdasarkan KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA
TIMUR Nomor :
1360/KPTS/21/2018TENTANG
PEMBERHENTIAN KARENA MELAKUKAN
TINDAK PIDANA KEJAHATAN JABATAN
ATAU TINDAK PIDANA KEJAHATAN
YANG ADA HUBUNGANNYA DENGAN
JABATAN Tanggal 27 Desember 2018, dengan
alasan karena telah dipidana penjara berdasarkan
putusan pengadilan yang telah berkekuatan
hukum tetap ;

7. Bahwa putusan pengadilan yang telah


berkekuatan hukum tetap, yang dijadikan alasan
pemberhentian tidak dengan hormat dalam surat
objek sengketa, adalah berdasarkan Putusan
Pengadilan Negeri Kelas 1A Surabaya Nomor :
694/Pid.B/2008/PN. SBY tanggal 3 Juli 2008,
Juncto Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya
Nomor : 196/PID/2008/PT.SBY Tanggal 15
Desember 2008, Juncto Putusan Mahkamah
Agung RI Nomor :610 K/Pid.Sus/2009 Tanggal
14 Desember 2010 ;
8. Bahwa kemudian sejak putusan tersebut telah
berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde)
tepatnya pada tanggal 31 Desember 2010,
Tergugat mengeluarkan Keputusan tentang
Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil atas nama Penggugat
sehingga dengan kata lain Penggugat
diberhentikan sebagai PNS terhitung mulai
tanggal 31 Desember 2010 ;
9. Bahwa di dalam konsiderans “Menimbang” dari
OBJEK SENGKETA terlihat bahwa OBJEK
SENGKETA a quo dikeluarkan dengan
berpedoman pada ketentuan Pasal 87 ayat (4)
huruf b Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014,
tentang Aparatur Sipil Negara dan pasal 250
huruf b Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun
2017, yang menyebutkan : Pasal 87 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 PNS
diberhentikan tidak dengan hormat karena :
a. melakukan penyelewengan terhadap
Pancasila dan Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. dihukum penjara atau kurungan
berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana
kejahatan jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya
dengan jabatan dan/atau pidana
umum;
c. menjadi anggota dan/atau pengurus partai
politik; atau;

d. dihukum penjara berdasarkan putusan


pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana dengan
pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun dan pidana yang dilakukan
dengan berencana;
Pasal 250 Peraturan Pemerintah nomor 11
tahun 2017: PNS diberhentikan tidak dengan
hormat apabila :
a. melakukan penyelewengan terhadap
Pancasila dan Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ;
b. dipidana dengan pidana penjara atau
kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak
pidana kejahatan Jabatan atau tindak
pidana kejahatan yang ada hubungannya
dengan Jabatan dan/atau pidana umum ;
c. menjadi anggota dan/atau pengurus
partai politik atau ;
d. dipidana dengan pidana penjara
berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana dengan
hukuman pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan pidana yang dilakukan
dengan berencana ;
10. Bahwa dalam rumusan peraturan perundang-
undangan maupun di dalam konsiderans
“Menimbang” dari OBJEK SENGKETA tersebut
tidaklah terkandung norma yang bersifat
imperatif melainkan norma yang bersifat
fakultatif, maka sebelum mengambil keputusan
apakah Penggugat akan diberhentikan atau tidak,
seharusnya Tergugat memperhatikan faktor-
faktor yang mendorong Penggugat melakukan
tindak pidana tersebut serta harus pula
dipertimbangkan berat ringannya putusan
pengadilan yang dijatuhkan. Hal mana
kami sandarkan pada kaedah hukum
sebagaimana terkandung dalam Putusan
Mahkamah Agung R.I. Nomor 01 K/TUN/
2012 tertanggal 22 Maret 2012, yang
menyebutkan : Bahwa alasan-alasan tersebut
dapat dibenarkan, karena Judex Facti/Pengadilan
Tinggi Tata Usaha Negara Surabaya telah salah
dalam menerapkan hukum, dengan pertimbangan
sebagai berikut :
a) Bahwa, dalam penjelasan Pasal 23 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 :
Berhubung dengan itu maka dalam
mempertimbangkan apakah Pegawai Negeri
Sipil yang telah melakukan tindak pidana
kejahatan itu akan diberhentikan atau tidak,
haruslah dipertimbangkan faktor-faktor
yang mendorong Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan melakukan tindak pidana
kejahatan itu, serta harus pula
dipertimbangkan berat ringannya
keputusan pengadilan yang dijatuhkan ;
b) Bahwa Keputusan Tata Usaha Negara obyek
sengketa dalam hal ini telah tidak
mempertimbangkan butir a) dan b) tersebut,
dimana pidana yang dijatuhkan pada Para
Pemohon Kasasi adalah diskresi dari
perbuatan pidana yang dilakukan oleh atasan
Para Pemohon Kasasi, dan oleh karena
perbuatan Para Pemohon Kasasi adalah
rentetan dari perbuatan yang telah dilakukan
atasannya maka Para Pemohon Kasasi oleh
Hakim dijatuhi pidana tidak seberat dari
pidana yang dijatuhkan pada atasan Para
Pemohon Kasasi;
11. Bahwa dalam ketentuan Pasal 87 ayat (4)
huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014, tentang Aparatur Sipil Negara dan pasal
250 huruf b Peraturan Pemerintah nomor 11
tahun 2017, disebutkan bahwa syarat dapat
diberhentikan seseorang sebagai PNS adalah
terhadap karena melakukan tindak pidana
kejahatan jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan
jabatan, berdasarkan Putusan Pengadilan
Negeri Kelas 1A Surabaya Nomor :
694/Pid.B/2008/PN. SBY tanggal 3 Juli 2008,
Juncto Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya
Nomor : 196/PID/2008/PT.SBY Tanggal 15
Desember 2008, Juncto Putusan Mahkamah
Agung RI Nomor : 610 K/Pid.Sus/2009
Tanggal 14 Desember 2010, dapat diketahui
ternyata tindak pidana yang terjadi bukanlah
tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak
pidana kejahatan yang ada hubungannya
dengan jabatan sebab dalam perkara pidana a
quo pekerjaan jalan lingkungan dan jalan
setapak yang dikerjakan, Penggugat dalam
kapasitas sebagai seorang pribadi warga
masyarakat bukan sebagai seorang Guru
yang berstatus PNS sama sekali sedikit pun
tidak ada relevansinya status sebagai PNS
dengan pribadi masyarakat, sehingga
ketentuan dalam Pasal 87 ayat (4) huruf b
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara dan pasal 250 huruf b
Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun 2017,
tidak beralasan menurut hukum diterapkan
terhadap diri Penggugat ;

12. Bahwa dengan memperhatikan ketentuan Pasal


87 ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan
pasal 250 huruf b Peraturan Pemerintah nomor 11
tahun 2017, dapat dipahami ketentuan Pasal 87
ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014, tentang Aparatur Sipil Negara dan pasal
250 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 11
tahun 2017, adalah hanya berlaku terhadap
seorang PNS yang dijatuhi vonis karena
melakukan tindak pidana kejahatan jabatan
atau tindak pidana kejahatan
yang ada
hubungannya dengan jabatan ;
13. Bahwa oleh karena yang menjadi landasan
diterbitkannya objek sangketa a quo yakni Pasal
87 ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan
Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun 2017 pasal
250 huruf b jika dihubungkan dengan Putusan
Pengadilan Negeri Kelas 1A Surabaya Nomor :
694/Pid.B/2008/PN.SBY tanggal 3 Juli 2008,
Juncto Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya
Nomor : 196/PID/2008/PT.SBY Tanggal 15
Desember 2008, Juncto Putusan Mahkamah
Agung RI Nomor : 610 K/Pid.Sus/2009, Tanggal
14 Desember 2010, tidak memiliki alasan hukum
yang cukup untuk menerbitkan objek sangketa a
quo serta bertentangan Pasal 87 ayat (4) huruf b
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, tentang
Aparatur Sipil Negara dan Peraturan Pemerintah
nomor 11 tahun 2017, pasal 250 huruf b karena
untuk dapat dijatuhi pemberhentian tidak dengan
hormat adalah dapat dikenakan terhadap karena
melakukan tindak pidana kejahatan jabatan
atau tindak pidana kejahatan yang ada
hubungannya dengan jabatan ;
14. Bahwa dalam ketentuan Pasal 87 ayat (4) huruf b
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, tentang
Aparatur Sipil Negara dan pasal 250 huruf b
Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun 2017, sama
sekali tidak disebutkan berapa lama vonis sebagai
syarat dapat diberhentikan seseorang sebagai PNS
akan tetapi ketentuan vonis ditegaskan dalam
Pasal 87 ayat (4) huruf d Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014, tentang Aparatur Sipil Negara dan
pasal 250 huruf d Peraturan Pemerintah nomor 11
tahun 2017 :
“dipidana
dengan pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana
dengan hukuman pidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang
dilakukan dengan berencana”;
15. Bahwa dengan memperhatikan ketentuan Pasal
87 ayat (4) huruf d Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan
pasal 250 huruf d Peraturan Pemerintah nomor 11
tahun 2017, dapat dipahami ketentuan Pasal 87
ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014, tentang Aparatur Sipil Negara dan pasal
250 huruf b Peraturan Pemerintah nomor 11
tahun 2017, adalah hanya berlaku terhadap
seorang PNS yang dijatuhi vonis minimal 2
tahun penjara dan pidana yang dilakukan dengan
berencana;
16. Bahwa oleh karena yang menjadi landasan
diterbitkannya objek sangketa a quo yakni Pasal
87 ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014, tentang Aparatur Sipil Negara dan
Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun 2017, pasal
250 huruf b jika dihubungkan dengan Putusan
Pengadilan Negeri Kelas 1A Surabaya Nomor :
694/Pid.B/2008/PN. SBY tanggal 3 Juli 2008,
Juncto Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya
Nomor : 196/PID/2008/PT.SBY Tanggal 15
Desember 2008, Juncto Putusan Mahkamah
Agung RI Nomor :610 K/Pid.Sus/2009 Tanggal
14 Desember 2010, Penggugat dijatuhi pidana
selama 1 (satu) tahun dan denda sebesar Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sudsider 1
(satu) bulan kurungan maka Tergugat tidak
memiliki alasan hukum yang cukup untuk
menerbitkan objek sangketa a quo sebab
bertentangan dengan Pasal 87 ayat (4) huruf d
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014, tentang
Aparatur Sipil Negara dan Peraturan Pemerintah
nomor 11 tahun 2017 pasal 250 huruf d karena
untuk dapat dijatuhi pemberhentian tidak dengan
hormat adalah dapat dikenakan terhadap
hukuman penjara selama dua (2) tahun dan
pidana yang dilakukan dengan berencana ;
17. Bahwa kemudian dalam pasal 252 Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017, tentang
Manajemen PNS mengatur bahwa :
“Pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 250 huruf b dan huruf d dan pasal 251
ditetapkan terhitung mulai akhir bulan sejak
putusan pengadilan atas perkaranya yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap” ;
18. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut diatas,
KTUN objek sengketa a quo diterbitkan pada
tanggal 31 Desember 2018, dan berlaku sejak
ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
diadakan pembetulan kembali
sebagaimana mestinya ;
19. Bahwa berdasarkan fakta hukum di atas
dihubungkan dengan ketentuan pasal 252
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017,
tentang Manajemen PNS maka penerbitan objek
sengketa yang ditetapkan tanggal 27 Desember
2018, senyatanya KTUN objek sengketa telah
bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yaitu pasal 252 Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017, tentang Manajemen PNS
yang mengatur bahwa pemberhentian PNS yang
terlibat korupsi haruslah ditetapkan terhitung
mulai akhir bulan sejak putusan pengadilan
atas perkaranya yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap ;
20. Bahwa dengan ditetapkannya objek sengketa
pada tanggal 28 Desember 2018, sedangkan
putusan pidana korupsi yang bersangkutan telah
berkekuatan hukum tetap pada tanggal 30 April
2016, maka KTUN objek sengketa aquo telah
bertentangan dengan Peraturan Perundang-
undangan yaitu pasal 252 Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017, tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil ;
21. Bahwa jika Tergugat taat aturan, seharusnya
Tergugat menetapkan keputusan pada akhir bulan
sejak putusan pidana aquo telah berkekuatan
hukum tetap (10 Desember 2008) dan bukan
tanggal 27 Desember 2018, sehingga hal tersebut
jelas bertentangan dengan pasal 252 PP No.11
Tahun 2017 tentang Manajemen PNS;
22. Bahwa memperhatikan konsideran menimbang
huruf a objek sengketa dapat diketahui bahwa
penerbitan objek sengketa disandarkan kepada
Putusan Mahkamah Agung RI Nomor :610
K/Pid.Sus/2009, Tanggal 14 Desember 2010, dan
jika dihubungkan dengan konsideran huruf b
bahwa objek sengketa merujuk pada ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2017,
yang mulai berlaku pada tanggal 30 Maret 2017,
memperhatikan kedua fakta tersebut diatas dapat
dipahami senyatanya bahwa terhadap diri
Penggugat tidak dapat diterapkan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 tahun 2017, yang mulai
berlaku pada tanggal 30 Maret 2017 sebab tindak
pidana yang terjadi vide Putusan Mahkamah
Agung RI Nomor : 610 K/Pid.Sus/2009 Tanggal
14 Desember 2010, terjadi jauh sebelum
diterbitkan Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun
2017, semestinya terhadap diri Penggugat
diterapkan perundang-undangan yang berlaku
saat terjadinya tindak pidana atau sejak putusan
memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht) yakni
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979,
tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1979 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3149), sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2013,
tentang Perubahan Keempat atas Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979, tentang
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
51) ;
23. Bahwa berdasarkan uraian di atas, terlihat adanya
cacat formal dan substansial dalam Keputusan
OBJEK SENGKETA;
24. Bahwa karena adanya cacat formal dan
substansial dalam KEPUTUSAN GUBERNUR
JAWA TIMUR Nomor: 1360/Kep.GUB/BKD-
4.2/2018 TENTANG PEMBERHENTIAN
KARENA MELAKUKAN TINDAK PIDANA
KEJAHATAN JABATAN ATAU TINDAK
PIDANA KEJAHATAN YANG ADA
HUBUNGANNYA DENGAN JABATAN
Tanggal 27 Desember 2018, atas nama DRS. ALI
ZAENAL ABIDIN (in casu OBJEK
SENGKETA) itu (in casu OBJEK SENGKETA)
haruslah dibatalkan atau dinyatakan tidak sah ;
25. Bahwa adapun alasan dari tuntutan pembatalan
OBJEK SENGKETA tersebut adalah sebagai
berikut :
25.1. Keputusan Tergugat Bertentangan
Dengan Peraturan Perundang-
Undangan Yang Berlaku sebagaimana
dimaksud ketentuan pasal 53 ayat (2)
huruf a Undang- Undang Nomor 9 Tahun
2004, tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986, tentang
Peradilan Tata Usaha Negara :
Bahwa dasar pertimbangan Surat
Keputusan Tergugat a quo secara yuridis
formal mengandung cacat hukum karena
bertentangan dengan;
a. Pasal 87 ayat (4) huruf d Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014, tentang
Aparatur Sipil Negara dan Peraturan
Pemerintah nomor 11 tahun 2017, pasal
250 huruf d tentang Manajemen PNS ;
b. pasal 252 Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017, tentang Manajemen PNS ;
c. konsideran menimbang berdasarkan
kepada ketentuan perundang-undangan
yang belum terbit serta belu berlaku ;

25.2. Keputusan Tergugat Bertentangan Dengan


Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik
(Algemene Beginselen Van Behoorlijk Bestuur)
;
a. Bertentangan Dengan Asas Kepastian Hukum;
Bahwa yang dimaksud dengan "Asas Kepastian
Hukum" adalah asas dalam negara hukum yang
mengutamakan landasan peraturan perundang-
undangan, kepatutan, keajegan dan keadilan
dalam setiap kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan (vide Penjelasan Pasal 10 ayat [1]
huruf a Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014,
tentang Administrasi Pemerintahan);
Bahwa KTUN Objek Sengketa bertentangan
dengan asas kepastian hukum karena
diterbitkannya dengan menabrak kaidah hukum
dan tidak mengikuti aturan serta ketentuan
Undang-undang Administrasi Pemerintahan dan
Peraturan Pemerintah tentang Manajemen PNS
sehingga dengan demikian mengakibatkan tidak
adanya kepastian hukum terhadap keabsahan dan
keberlakuan dari KTUN yang menjadi Obyek
Sengketa a quo ;
Bahwa Surat Keputusan Tergugat a quo yang
memberhentikan tidak dengan hormat Penggugat
dari status- nya sebagai Pegawai Negeri Sipil,
secara nyata tidaklah mengutamakan landasan
perundang-undangan, kepatutan dan keadilan.
Surat Keputusan Tergugat mana senyatanya
bertentangan dengan Pasal 87 ayat (4) huruf b
dan huruf d Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014, tentang Aparatur Sipil Negara dan
Peraturan Pemerintah nomor 11 tahun 2017 pasal
250 huruf b dan huruf d serta pasal 252 Peraturan

Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017, tentang


Manajemen PNS yang menjadi dasar
penerbitannya ;

b. Asas Kecermatan dan kehati-hatian ;


Asas Kecermatan, yakni asas yang mengandung
arti bahwa suatu Keputusan dan/atau Tindakan
harus didasarkan pada informasi dan dokumen
yang lengkap untuk mendukung legalitas
penetapan dan/atau pelaksanaan Keputusan
dan/atau Tindakan sehingga Keputusan dan/atau
Tindakan yang bersangkutan dipersiapkan
dengan cermat sebelum Keputusan dan/atau
Tindakan tersebut ditetapkan dan/atau dilakukan
(Penjelasan Pasal 10 ayat 1 huruf d undang-
undang nomor 30 tahun 2014, tentang
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN ) ;
Bahwa KTUN Objek Sengketa bertentangan
dengan asas kepastian hukum karena
diterbitkannya dengan menabrak kaidah hukum
dan tidak mengikuti aturan serta ketentuan
Undang-undang Administrasi Pemerintahan dan
Peraturan Pemerintah tentang Manajemen PNS
juga disandarkan kepada ketentuan perundang-
undangan yang belum terbit/belum berlaku
sehingga dengan demikian mengakibatkan tidak
adanya kepastian hukum terhadap keabsahan dan
keberlakuan dari KTUN yang menjadi Obyek
Sengketa a quo ;
Bahwa karena Objek sengketa diterbitkan dengan
melanggar peraturan perundang-undangan dan
asas asas umum pemerintahan yang baik serta
disandarkan kepada ketentuan perundang-
undangan yang telah dicabut dan tidak berlaku
lagi maka sepatutnya patut diduga keputusan
tersebut diambil secara tidak cermat dan tidak
memperhatikan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan untuk

mendukung keabsahan Keputusan tersebut dan


juga tidak dipersiapkan dengan cermat sebelum
Keputusan tersebut diterbitkan;

c. Asas kepatutan dan keadilan ;


Tergugat secara nyata telah mengabaikan asas
kepatutan dan keadilan, sebelum mengeluarkan
Keputusan a quo, Tergugat semestinya
mempertimbangkan apakah tindak pidana yang
dilakukan berhubungan dengan jabatan atau
tidak, faktor-faktor yang mendorong Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan melakukan
tindak pidana itu, serta berat ringannya keputusan
pengadilan yang dijatuhkan, sebagaimana
terkandung sebagai kaedah hukum dalam
Putusan Mahkamah Agung RI Nomor
01K/TUN/2012 tertanggal 22 Maret 2012, yang
kami kutipkan di atas lagi pula sebagai seorang
guru yang mengabdi mendidik selama 33 tahun
palling tidak ada pertimbangan rasa keadilan agar
dapat menikmati masa tua dengan menerima hak
pensiun ;

26. Bahwa akibat Keputusan Tata Usaha Negara


Objek sengketa yang bertentangan dengan
Peraturan Perundang-undangan dan Asas-Asas
Umum Pemerintahan yang Baik sebagaimana
diatur dalam pasal 53 ayat (2) huruf a dan huruf b
Undang Undang Pengadilan Tata Usaha Negara,
maka sudah sepantasnya Penggugat memohon
pada Yang Mulia Majelis Hakim Pengadilan Tata
Usaha Negara Surabaya agar dapat membatalkan
Keputusan Tata Usaha Negara Objek sengketa a
quo dan mewajibkan Tergugat untuk mencabut
Keputuaan Tata Usaha Negara objek sengketa a
quo dan mengembalikan kedudukan Penggugat
sebagai Pegawai Negeri Sipil untuk memperoleh
pensiun atas nama DRS. ALI ZAENAL
ABIDIN ;

27.Bahwa oleh karena Surat Keputusan Tergugat a


quo yang memberhentikan tidak dengan hormat
Penggugat dari status-nya sebagai Pegawai
Negeri Sipil telah bertentangan dengan Peraturan
Perundang Undangan yang berlaku serta
bertentangan pula dengan Asas-Asas Umum
Pemerintahan Yang Baik, maka patut dan
beralasan kiranya apabila KEPUTUSAN
GUBERNUR JAWA TIMUR Nomor :
1360/Kep.GUB/BKD-4.2/2018, TENTANG
PEMBERHENTIAN KARENA MELAKUKAN
TINDAK PIDANA KEJAHATAN JABATAN
ATAU TINDAK PIDANA KEJAHATAN
YANG ADA HUBUNGANNYA DENGAN
JABATAN Tanggal 27 Desember 2018, atas
nama DRS.ALI ZAENAL ABIDIN dinyatakan
batal atau tidak sah ;
28. Pada awal Oktober 2017, Penggugat melakukan
pengurusan berkas pensiun menghadap Pak Deni
BKD kemudian disarankan untuk menghadap
Ketua BKD dan disarankan untuk mengajukan
pensiun, pada bulan Januari 2019, Penggugat
akan menyerahkan berkas pensiun tetapi
dinyatakan terlambat karena Surat Edaran
Menpan dan Mendagri;
29. Bahwa oleh karena Keputusan Tergugat a quo
telah dinyatakan batal atau tidak sah, maka patut
dan beralasan kiranya menurut hukum apabila
Tergugat diperintahkan untuk mencabut atau
membatalkan KEPUTUSAN GUBERNUR
JAWA TIMUR Nomor : 1360/Kep.GUB/BKD-
4.2/2018, TENTANG PEMBERHENTIAN
KARENA MELAKUKAN TINDAK PIDANA
KEJAHATAN JABATAN ATAU TINDAK
PIDANA KEJAHATAN YANG ADA
HUBUNGANNYA DENGAN JABATAN
Tanggal 27 Desember 2018, atas nama DRS. ALI
ZAENAL ABIDIN ;
30. Bahwa Penggugat berdasarkan ketentuan yang
berlaku akan memasuki masa pensiun pada
tanggal 25 Maret 2019, sedangkan objek sengketa
diterbitkan pada Tanggal 31 Desember 2018,
artinya Penggugat diberhentikan tidak dengan
hormat 3 (tiga) bulan menjelang masuk masa
pensiun ;

31. Bahwa oleh karena Tergugat telah diperintahkan


untuk mencabut atau membatalkan Keputusan
Tergugat a quo, maka patut dan beralasan kiranya
menurut hukum apabila "Tergugat diperintahkan
untuk merehabilitasi kedudukan, harkat dan
martabat Penggugat pada kedudukan atau jabatan
semula sebagai Pegawai Negeri Sipil" ;

PETITUM:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menyatakan batal atau tidak sah KEPUTUSAN
GUBERNUR JAWA TIMUR Nomor :
1360/Kep.GUB/BKD-4.2/2018, TENTANG
PEMBERHENTIAN KARENA MELAKUKAN
TINDAK PIDANA KEJAHATAN JABATAN
ATAU TINDAK PIDANA KEJAHATAN YANG
ADA HUBUNGANNYA DENGAN JABATAN
Tanggal 27 Desember 2018 atas nama DRS. ALI
ZAENAL ABIDIN;
3. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR Nomor
: 1360/Kep.GUB/BKD-4.2/2018, TENTANG
PEMBERHENTIAN KARENA MELAKUKAN
TINDAK PIDANA KEJAHATAN JABATAN
ATAU TINDAK PIDANA KEJAHATAN YANG
ADA HUBUNGANNYA DENGAN JABATAN
Tanggal 27 Desember 2018, atas nama DRS.. ALI
ZAENAL ABIDIN;
4. Mewajibkan Tergugat untuk menerbitkan SK
Keputusan Pensiun atas nama Drs. ALI ZAENAL
ABIDIN berdasarkan Peraturan Perundang
Undangan yang berlaku;
5. Mewajibkan Tergugat untuk merehabilitasi atau
mengembalikan harkat, martabat dan kedudukan
Penggugat sebagai Pensiunan Pegawai Negeri Sipil
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang
Undangan yang berlaku;
6. Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya
yang timbul dalam perkara ini ;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat


tersebut, Tergugat telah mengajukan Jawabannya
tertanggal 13 Juni 2019, yang pada pokoknya
mengemukakan hal-hal sebagai berikut;

1. Bahwa terhadap dalil gugatan Penggugat angka


Romawi I sampai dengan angka Romawi V tidak
perlu Tergugat tanggapi secara khusus dalam
jawaban ini;
2. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas seluruh dalil-
dalil gugatan Penggugat khususnya terhadap dasar
dan alasan gugatan Penggugat (pokok gugatan),
kecuali diakui kebenarannya oleh Tergugat dalam
jawaban ini;
3. Bahwa dalil Penggugat angka I sampai dengan angka
10 yang terurai pada alasan gugatan Pada Dasar dan
alasan gugatan Penggugat (pokok gugatan) adalah
benar dan tidak perlu Tergugat tanggapi dalam
jawaban ini;
4. Bahwa dalil Penggugat pada angka 11 dan seterusnya
yang menyatakan “perkara pidana pekerjaan jalan
lingkungan dan jalan setapak yang dikerjakan
Penggugat dalam kapasitas sebagai seorang pribadi
warga masyarakat, bukan sebagai seorang guru yang
berstatus PNS, sekali sedikitpun tidak ada
relevansinya status sebagai PNS, sama sekali
sedikitpun tidak ada relevansinya status PNS dengan
pribadi masyarakat sehingga ketentuan dalam pasal
87 ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014, tentang Aparatur Sipil Negara dan Pasal 250
huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017,
tidak beralasan menurut hukum diterapkan terhadap
diri Penggugat;
5. Bahwa terhadap dalil Penggugat tersebut adalah tidak
benar, karena di dalam melakukan tindak pidana
korupsi, Penggugat menduduki jabatan sebagai Ketua
RT 11. Kelurahan Semolowaru, Kecamatan Sukolilo,
Kota Surabaya dan juga menjabat sebagai kordinator
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) pada
Kelurahan Semolowaru, Kecamatan Sukolilo, Kota
Surabaya;
6. Bahwa terhadap perbuatan tindak pidana korupsi
yang telah dilakukan Penggugat yang menjabat
sebagai Ketua RT.II. Kelurahan Semolowaru,
Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya dan sebagai
Kordinator Badan Keswadayaan (BKM) Kelurahan
Semolowaru, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya,
yang telah diputus oleh Pengadilan dan telah
mempunyai kekuatan hukum tetap tersebut, dimana
Penggugat berkedudukan sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS) aktif, maka menurut Tergugat sangat
relevan apabila Penggugat dikenakan sanksi
pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH)
sebagai Pegawai Negeri Sipil, karena Penggugat
telah melanggar Peraturan Perundang-Undangan dan
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Pegawai Negeri
Sipil, karena tidak setia dan telah melakukan
penyelewengan terhadap pancasila dan Undang
Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, tidak mematuhi dan melanggar
Peraturan Perundang Undangan yang berlaku, dan
telah tidak mendukungprogram pemerintah dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi;
7. Bahwa frasa “karena melakukan tindak pidana
kejahatan atau tindak pidana kejahatan yang ada
hubungan dengan jabatan” menurut Pasal 87 ayat (4)
huruf b Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014,
tentang Aparatur Sipil Negara, menurut Tergugat
adalah berlaku secara umum bagi Pegawai Negeri
Sipil, dan tidak terbatas kepada jabatannya pada
instansi dimana dia berada, akan tetapi jabatan diluar
instansi dimana dia berada dalam kedudukannya
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) seperti
Penggugat yaitu menjabat sebagai Ketua RT.11.
Kelurahan Semolowaru, Kecamatan Sukolilo, Kota
Surabaya dan sebagai Koordinator BKM Kelurahan
Semolowaru yang telah melakukan tindak pidana
korupsi dan telah dihukum berdasarkan Putusan
Pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap,
sangat relevan dan sangat beralasan menurut hukum
apabila Penggugat diberhentikan tidak dengan hormat
(PTDH) sebagai Pegawai Negeri Sipil, karena telah
melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau
tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya
dengan jabatan, dimana Penggugat berkedudukan
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tetap
melekat pada diri Penggugat yang berkewajiban
mematuhi Peraturan Perundang-Undangan yang
berlaku dimanapun berada dan dalam kedudukan atau
jabatan apapun baik didalam instansi pemerintah
maupun diluar instansi pemerintah;
8. Bahwa penerbitan objek sengketa a quo bukanlah
kehendak Tergugat semata mata, akan tetapi objek
sengeketa a quo merupakan kehendak dan perintah
Undang-Undang yang didasari ketentuan yang
termuat di dalam Pasal 87 ayat (4) huruf b Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014, tentang Aparatur Sipil
Negara jo Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun
2017. Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, jo
Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor : 182/6597/SJ. Nomor 15 Tahun 2018 dan
Nomor : 153/KEP/2018 Tanggal 13 September 2018,
tentang penegakan hukum terhadap Pegawai Negeri
Sipil yang telah dijatuhi hukuman berdasarkan
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan
atau tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya
dengan jabatan jo Surat Kepala Kantor Regional II
BKN Kepala Bidang Pengembangan dan Supervisi
Kepegawaian Badan Kepegawaian Negara Republik
Indonesia (BKN RI) Surabaya Nomor :
434/KR.VII/BKN.E/X/2018 Tanggal 19 Nopember
2018 Perihal Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
melakukan tindak pidana korupsi di Wilayah Provinsi
Jawa Timur jo Surat Menteri Pendayagunaan
Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor : B/50/M.SM.00.00/2019 Tanggal 28
Februari 2019 Perihal Petunjuk Pelaksanaan
Penjatuhan PTDH oleh PPK terhadap PNS yang telah
dijatuhi hukuman berdasarkan Putusan Pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap;
9. Bahwa berdasarkan uraian diatas, sangat beralasan
menurut hukum penerbitan objek sengketa a quo
telah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan
yang berlaku;

10. Bahwa oleh karena objek sengketa a quo telah sesuai


dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku,
maka secara mutatis mutandis penerbitan objek
sengketa oleh Tergugat tidak bertentangan dengan
Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik
(AAUPB);
Bahwa berdasarkan dalil-dalil jawaban yang telah
Tergugat sampaikan diatas, maka mohon kepada
Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara
ini untuk dapat mengambil suatu putusan sebagi
berikut;
1. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya yang
timbul dalam perkara ini;
Menimbang, bahwa terhadap Jawaban
Tergugat tersebut Pihak Penggugat telah mengajukan
Replik secara tertulis pada persidangan tanggal 20 Juni
2019, yang pada pokoknya menyatakan tetap pada
gugatan semula, dan terhadap Replik tersebut, pihak
Tergugat menyampaikan Duplik secara tertulis pada
persidangan tanggal 27 Juni 2019 yang pada pokoknya
menyatakan tetap pada jawaban semula;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil
gugatannya, Pihak Penggugat telah menyerahkan bukti-
bukti tertulis berupa fotokopi surat yang telah dibebani
materai cukup, yang telah diperiksa oleh Majelis Hakim
di persidangan dan diberi tanda P.1 sampai P.3 yaitu
sebagai berikut ;
1. Bukti P.1 : Keputusan Gubernur Jawa Timur
Nomor : 1360/KPTS/21/2018
Tentang Pemberhentian Karena
Melakukan Tindak Pidana Kejahatan
Jabatan Tindak Pidana Kejahatan
Atau Yang Ada Hubungannya
Dengan Jabatan Tertanggal 27
Desember 2018;
2. Bukti P.2 : Surat Keputusan Kepala Kantor
Regionyaial II BKN
SurabayaA.2.31/O/1986 Nomor :
53890/ tertanggal 17 Juli 1986;
3. Bukti P.3 : Surat Keputusan Kecamatan Sukolilo
Kota Surabaya Nomor :
148/04/SS/2009 Tentang
Pengangkatan Pengurus Rukun
Tetangga 11 Kelurahan Semolowaru
Kecamatan Sukolilo tanggal 04 Juni
2009

Menimbang, bahwa dalam persidangan Penggugat


telah menghadirkan 1 (satu) orang saksi untuk didengar
keterangannya dibawah sumpah yaitu sebagai berikut :
1. SAKSI SIFANNY NURHALIZA, M.Pd.
Yang pada pokoknya memberikan keterangan
sebagai berikut :
− Bahwa saksi merupakan Kepala Sekolah di
SMKN 1 Kota Surabaya;
− Bahwa saksi membenarkan bahwa Pengugat
merupakan salah satu guru pengajar di
SMKN ! Kota Surabaya di tempat saksi
menjabat sebagai Kepala Sekolah;
− Bahwa saksi sebagai Kepala SMK Negeri 1
Kota Surabaya menunjuk Penggugat sebagai
Wakil Kepala SMK Negeri 1 Kota Surabaya
tanggal 28 Juli 2016;
− Bahwa Penggugat ditunjuk oleh saksi
sebagai Wakil Kepala Bidang Sarana dan
Prasarana;
− Bahwa saksi mengetahui bahwa selain
menjabat sebagai Guru di SMKN 1 Kota
Surabaya Penggugat juga menjabat sebagai
Ketua RT 11 Kelurahan Semolowaru
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya serta
Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
Semolowaru;
− Bahwa menurut saksi selama Penggugat
telah menjalankan tugasnya dengan baik
selama menjabat sebagai guru di di SMKN 1
Kota Surabaya telah menjalankan tugasnya
dengan baik;
− Bahwa menurut saksi Penggugat tidak
pernah dijatuhi hukuman disiplin baik yang
bersifat ringan, sedang maupun berat;
− Bahwa menurut saksi selama penggugat
menjabat sebagai guru di di SMKN 1 Kota
Surabaya tidak pernah terlibat kasus yang
berhubungan dengan tindak pidana;
− Bahwa saksi tidak mengetahui tentang tugas
dan wewenang penggugat selama menjabat
sebagai Ketua RT 11 Kelurahan
Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota
Surabaya serta Ketua Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Semolowaru;
− Bahwa saksi mengetahui tentang alasan
Penggugat diberhentikan;
− Bahwa saksi yang menerima Objek Sengketa
terima pada tanggal 14 Februari 2019
sebelum diserahkan kepada Penggugat;
− Bahwa saksi tidak mengetahui tentang
TINDAK PIDANA KEJAHATAN
JABATAN ATAU TINDAK PIDANA
KEJAHATAN YANG ADA
HUBUNGANNYA DENGAN JABATAN
yang melibatkan Penggugat;
Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-
dalil Jawabannya, Pihak Tergugat telah menyerahkan
bukti tertulis berupa fotokopi surat yang telah dibebani
materai cukup, yang telah diperiksa oleh Majelis Hakim
di persidangan yaitu sebagai berikut :
Berita Acara Pelaksanaan Putusan Pengadilan.
Tertanggal 2 September 2014. (Fotokopi dari fotokopi);
Menimbang, bahwa dalam persidangan
Tergugat telah menghadirkan 1 (satu) orang saksi untuk
didengar keterangannya dibawah sumpah yaitu sebagai
berikut :
1. ANNISA ROHMAWATI, S.H., M.H.
Yang pada pokoknya memberikan keterangan
sebagai berikut :
− Bahwa saksi meruapakan Dosen Fakultas
Hukum Universitas Airlangga Surabaya
− Bahwa saksi tidak mengenal secara pribadi
Penggugat maupun Tergugat;
− Bahwa saksi menjelaskan ia hadir sebagai
saksi dengan dasar untuk menjelaskan
pandangan hukum terhadap Objek sengketa
yang diterbitkan oleh Tergugat;
− Bahwa saksi telah menimbang dan
mempelajari objek sengketa berdasarkan
aspek hukum yang diketahui oleh saksi;
− Bahwa menurut saksi Objek sengeketa yang
diterbitkan oleh Tergugat telah sesuai
dengan keputusan Bersama Menteri Dalam
Negeri, Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Dan Reformasi Birokrasi Dan
Kepala Badan Kepegawaian Nomor :
182/6597/SJ Nomor : 15 Tahun 2018
Nomor : 153/KEP/2018 Tentang
Penegakan Hukum Terhadap Pegawai
Negeri Sipil Yang Telah Dijatuhi Hukuman
Berdasarkan Putusan Pengadilan Yang
Berkekuatan Hukum Tetap Karena
Melakukan Tindak Pidana Kejahatan
Jabatan Atau Tindak Pidana Kejahatan Yang
Ada Hubungannya Dengan Jabatan, karena
dalam melakukan tindak pidana tersebu
Penggugat menjabat sebagai Ketua RT.11.
Kelurahan Semolowaru, Kecamatan
Sukolilo, Kota Surabaya dan sebagai
Koordinator BKM Kelurahan Semolowaru
dan berkedudukan sebagai Pegawai Negeri
Sipil (PNS);
− Bahwa menurut saksi Surat Objek sengketa
yang diterbitkan tergugat telah sesuai
dengan Surat Edaran Menteri   Dalam
Negeri Republik Indonesia Nomor :
880/3712/SJ Tentang Penegasan
Pelaksanaan Penjatuhan Sanksi
Pemberhentian Tidak Dengan Hormat
Terhadap Pegawai Negeri Sipil Yang Telah
Dijatuhi Hukuman Berdasarkan Putusan
Pengadilan Yang Berkekuatan Hukum Tetap
dimana dalam hal ini Penggugat telah
dijatuhi Putusan Pengadilan yang
berkekuatan hokum tetap atas tindak pidana
yang ia lakukan;
− Bahwa menurut saksi Objek sengketa yang
diterbitkan tergugat telah sesuai dengan
Surat Edaran Menteri   Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor : 880/3712/SJ
Tentang Penegasan Pelaksanaan Penjatuhan
Sanksi Pemberhentian Tidak Dengan
Hormat Terhadap Pegawai Negeri Sipil
Yang Telah Dijatuhi Hukuman Berdasarkan
Putusan Pengadilan Yang Berkekuatan
Hukum Tetap Karena Melakukan Tindak
Pidana Kejahatan Jabatan Atau Tindak
Pidana Kejahatan Yang Ada Hubungannya
Dengan Jabatan;
− Bahwa menurut saksi pemberian sanksi
Pemberhentian Tidak Dengan Hormat oleh
Tergugat kepada Penggugat merupakan hal
sudah seharusnya lakukan dengan dasar
tindak pidana yang melibatkan Penggugat;
Menimbang, bahwa Penggugat dan Tergugat
mengajukan kesimpulan pada persidangan tanggal 1
Agustus 2019 ;
Menimbang, bahwa segala sesuatu yang belum
tercantum dalam Putusan ini, tercantum dalam Berita
Acara Sidang, yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Putusan ini ;
Menimbang, bahwa Para Pihak tidak
mengajukan apa-apa lagi dan selanjutnya mohon
Putusan ;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan


Penggugat adalah sebagaimana telah terurai dalam
duduk sengketa di atas ;
Menimbang, bahwa Keputusan Tata Usaha Negara
yang digugat oleh Penggugat agar dinyatakan batal atau
tidak sah dalam perkara ini adalah Keputusan Gubernur
Jawa Timur Nomor : 1360/KPTS/21/2018 Tentang
Pemberhentian Karena Melakukan Tindak Pidana
Kejahatan Jabatan atau Tindak Pidana Kejahatan Yang
Ada Hubungannya Dengan Jabatan Tanggal 27
Desember 2018 atas nama DRS. ALI ZAENAL
ABIDIN, untuk selanjutnya dalam Pertimbangan
Hukum Putusan ini disebut Objek Sengketa (Bukti
P.1);
Menimbang, bahwa Penggugat merasa keberatan
dengan dikeluarkannya objek sengketa a quo yang
dikeluarkan oleh Tergugat dengan alasan bahwa
Tergugat dalam menerbitkan objek sengketa telah

bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan


dan Azas-azas Umum Pemerintahan yang Baik;
Menimbang, bahwa Tergugat telah membantah
dalil-dalil gugatan Penggugat a quo yang tertuang
dalam Jawabannya tertanggal 13 Juni 2019 yang pada
pokoknya menyatakan bahwa objek sengketa a quo
telah sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan
yang berlaku dan Asas-Asas Umum Pemerintahan
yang Baik;
Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan
mengenai Pokok Perkara, maka Majelis Hakim
memandang perlu untuk mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut;
1) Bahwa objek sengketa tidak bertentangan dengan
ketentuan Pasal 50 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
jo Pasal 1 angka 9 dan angka 10 Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dimana
untuk proses pembatalannya menurut Majelis
Hakim merupakan suatu proses administrasi dalam
wilayah tata usaha negara, sehingga Pengadilan
Tata Usaha Negara Surabaya berwenang untuk
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa
a quo;
2) Bahwa Keputusan objek sengketa yang diterbitkan
Tergugat yaitu Keputusan Gubernur Jawa Timur
Nomor : 1360/KPTS/21/2018Tentang
Pemberhentian Karena Melakukan Tindak Pidana
Kejahatan Jabatan Atau Tindak Pidana Kejahatan
Yang Ada Hubungannya Dengan Jabatan Tanggal
27 Desember 2018 Atas Nama Drs.RAMLAN.KS
(vide bukti P.1), diklasifikasikan sebagai
Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana
dimaksud Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor
51 Tahun 2009 telah terpenuhi dan objek sengketa
tersebut tidaktermasuk dalam pengertian
Keputusan Tata Usaha Negara sebagaimana
dimaksud Pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara;
3) Bahwa Penggugat mempunyai kepentingan yang
dirugikan akibat diterbitkan objek sengketa (bukti
P.1) berupa Keputusan Gubernur Jawa Timur
Nomor : 1360/KPTS/21/2018 Tentang
Pemberhentian Karena Melakukan Tindak Pidana
Kejahatan Jabatan Atau Tindak Pidana Kejahatan
Yang Ada Hubungannya Dengan Jabatan Tanggal
27 Desember 2018 Atas Nama Drs.ALI ZAENAL
ABIDIN, dimana dengan dikeluarkannya objek
sengketa a quo Penggugat dberhentikan tidak
dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil,
sehingga dengan demikian muncullah unsur
kepentingan yang dirugikan terhadap Penggugat
dalam sengketa a quo;
4) Bahwa Penggugat telah mengajukan upaya
administrasi berupa keberatan atas terbitnya objek
sengketa kepada Tergugat pada tanggal 22
Februari 2019, terhadap hal tersebut Tergugat
tidak memberikan jawaban, kemudian pada
tanggal 2 April 2019 Penggugat telah mengajukan
upaya administrasi berupa Banding Administrasi
ke Badan Pertimbangan Kepegawaian (BAPEK) di
Jakarta, akan tetapi BAPEK tidak memberikan
jawaban. Terhadap hal tersebut Majelis Hakim
menilai oleh karena ketentuan Upaya Administratif
yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara ternyata
belum diterbitkan peraturan pemerintah sebagai
aturan pelaksanaannya sehingga menjadi tidak
jelas siapa atasan Gubernur serta bagaimana tata
cara pengajuannya dan berapa lama batas waktu
pelaksanaan upaya administrasi, dengan mengacu
upaya administratif yang diatur dalam Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014 maka Majelis
Hakim menilai Penggugat telah menempuh upaya
administrasi oleh karenanya telah memenuhi
ketentuan Pasal 2 Peraturan Mahkamah Agung
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyelesaian Sengketa Administrasi Pemerintahan
Setelah Menempuh Upaya Administratif, maka
Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya
berwenang untuk memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan sengketa a quo;
5) Bahwa objek sengketa diterbitkan Tergugat pada
tanggal 27 Desember 2018 dan Penggugat
mengetahui objek sengketa dari Tergugat pada
tanggal 14 Februari 2019, berdasarkan Pasal 2
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2018
tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa
Administrasi Pemerintahan Setelah Menempuh
Upaya Adminstratif disebutkan bahwa Pengadilan
berwenang menerima, memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan sengketa administrasi pemerintahan
setelah menempuh upaya administratif. Keberatan
atas terbitnya objek sengketa disampaikan
Penggugat kepada Tergugat pada tanggal 14
Februari 2019, selanjutnya Penggugat mengajukan
Upaya Banding Administratif kepada BAPEK
pada tanggal 2 April 2019, dikarenakan BPASN
belum terbentuk maka Majelis Hakim menghitung
tenggang waktu pengajuan gugatan setelah
Penggugat menempuh upaya keberatan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintahan pasal 77
Gubernur Jawa Timur mempunyai waktu selama
10 hari kerja, untuk menyelesaikan keberatan yang
diajukan oleh Penggugat tersebut, namun hal itu
tidak dilakukan oleh Gubernur Jawa Timur. Dalam
sengketa a quo, Penggugat mendaftarkan
Gugatannya di Kepaniteraan Pengadilan Tata
Usaha Negara Surabaya pada tanggal 22 April
2019, maka apabila dihubungkan dengan ketentuan
Pasal 5 PERMA No. 6 Tahun 2018, Majelis Hakim
berpendapat bahwa pengajuan gugatan oleh
Penggugat masih dalam tenggang waktu 90
(sembilan puluh) hari;
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian di atas
maka telah terpenuhi syarat-syarat formil dalam
mengajukan Gugatan dan selanjutnya Majelis Hakim
akan mempertimbangkan mengenai pokok sengketa
sebagai berikut:
Menimbang, bahwa selanjutnya dari gugatan
Penggugat, Jawaban Tergugat, Replik, Duplik maupun
Kesimpulan dari Tergugat, menurut hemat Majelis
Hakim hal-hal yang relevan dan merupakan inti pokok
persengketaan, sehingga perlu diuji dalam sengketa ini
di Pengadilan Tata Usaha Negara adalah mengenai:
1. Apakah benar tindakan hukum Tergugat
menerbitkan Objek Sengketa a quo bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku?
2. Apakah benar tindakan hukum Tergugat tersebut
juga bertentangan dengan Asas-Asas Umum
Pemerintahan yang Baik?
Menimbang, bahwa terhadap inti pokok persengketaan
tersebut, Majelis Hakim akan mempertimbangkannya
sebagai berikut :
Menimbang, bahwa suatu keputusan tata usaha
negara dinilai bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku apabila keputusan
yang bersangkutan dikeluarkan oleh pejabat yang tidak
berwenang atau bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan yang bersifat prosedural dan atau substansial;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim
akan mempertimbangkan terlebih dahulu mengenai
kewenangan Tergugat dalam menerbitkan objek
sengketa a quo sebagai berikut;
Menimbang, bahwa dari segi kompetensi suatu
jabatan, hal tidak berwenangnya Badan/Pejabat Tata
Usaha Negara meliputi 3 (tiga) kemungkinan, yaitu :
Tidak berwenang dari segi materi, tidak berwenang dari
segi tempat dan tidak berwenang dari segi waktu. Tidak
berwenang dari segi materi terjadi apabila pejabat tata
usaha negara melakukan tindakan yang secara materi
tidak termasuk wewenangnya. Tidak berwenang dari
segi tempat terjadi apabila pejabat tata usaha negara
melakukan tindakan

melampaui batas wilayah kekuasaannya. Sedangkan


tidak berwenang dari segi waktu terjadi apabila
wewenang yang digunakan oleh pejabat tata usaha
negara telah melampaui jangka waktu yang telah
ditetapkan untuk wewenang tersebut;
Menimbang, bahwa objek sengketa dalam perkara
ini adalah Surat Keputusan Gubernur Jawa Timur
berkaitan dengan Pemberhentian Tidak Dengan Hormat
Pegawai Negeri Sipil atas nama DRS. ALI ZAENAL
ABIDIN ( vide bukti surat P.1);
Menimbang, bahwa dari segi kewenangan
berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 13, Pasal 1 angka
14 dan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara menyebutkan sebagai
berikut:
Pasal 1 angka 13 berbunyi:

“Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang


mempunyai kewenangan melaksanakan proses
pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”;
Pasal 1 angka 14 berbunyi :

“Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang


mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan
pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan”;
Pasal 53 berbunyi :

Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi


pembinaan ASN dapat mendelegasikan kewenangan
menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan
pemberhentian pejabat selain pejabat pimpinan tinggi
utama dan madya, dan pejabat fungsional keahlian
utama kepada:
a. menteri di kementerian;
b. pimpinan lembaga di lembaga pemerintah
nonkementerian;
c. sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara
dan lembaga nonstruktural;
d. gubernur di provinsi; dan
e. bupati/wali kota di kabupaten/kota;
Menimbang, bahwa dari segi kewenangan
berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 16, Pasal 1 angka
17 dan Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil menyebutkan sebagai berikut:

Pasal 1 angka 16 berbunyi:


“Pejabat yang Berwenang yang selanjutnya disingkat
PyB adalah pejabat yang mempunyai kewenangan
melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan,
dan pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan
ketentuan
peraturan perundang-undangan”;
Pasal 1 angka 17 berbunyi :
“Pejabat Pembina Kepegawaian yang selanjutnya
disingkat PPK adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan,
dan pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan
manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”;
Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) berbunyi:
1. Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi
pembina PNS berwenang menetapkan
pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
PNS;
2. Presiden dapat mendelegasikan kewenangan
menetapkan

pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNS


kepada:
a. menteri di kementerian;
b. pimpinan lembaga di lembaga pemerintah
nonkementerian;
c. sekretaris jenderal di sekretariat lembaga
negara dan lembaga nonstruktural;
d. gubernur di provinsi; dan
e. bupati/walikota di kabupaten/kota;

Menimbang, bahwa sebagaimana ketentuan


tersebut di atas, maka Gubernur Jawa Timur adalah
Pejabat Tata Usaha Negara yang diberikan kewenangan
secara atributif oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku dalam hal menerbitkan keputusan
pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;
Menimbang, bahwa Penggugat adalah Pegawai
Negeri Sipil di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur
dengan jabatan Guru dengan pangkat Pembina dan
golongan ruang IV/a;
Menimbang, bahwa Gubernur Jawa Timur
menerbitkan Keputusan Pemberhentian Tidak dengan
Hormat Pegawai Negeri Sipil atas nama
Drs.Ramlan,KS (vide bukti surat P.1 );
Menimbang, bahwa mencermati bukti surat P.1
(objek sengketa a quo) dihubungkan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di atas, maka Majelis
Hakim berpendapat bahwa Tergugat (in casu Gubernur
Surabaya) secara yuridis memiliki kewenangan untuk
menerbitkan objek sengketa a quo;
Menimbang, bahwa oleh karena objek sengketa a
quo yang diterbitkan oleh Tergugat telah sesuai dengan
kewenangannya sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku, maka selanjutnya
Majelis Hakim akan mempertimbangkan mengenai
apakah penerbitan objek sengketa a quo telah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan/atau asas-asas umum pemerintahan yang baik atau
tidak, sebagai berikut;
Menimbang, bahwa dalam persidangan Majelis
Hakim mendapati fakta hukum sebagai berikut:
1. Bahwa Penggugat diangkat menjadi Pegawai
Negeri Sipil berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Kantor Regional II BKN Surabaya Nomor :
53890/A.2.31/O/1986, tanggal 17 Juli 1986;

2. Bahwa Penggugat ditunjuk sebagai Koordinator


Pelaksanaan Proyek NUSSP Kelurahan
Semolowaru Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
Tahun 2006;
3. Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Kecamatan
Sukolilo Kota Surabaya Nomor : 148/04/SS/2009
Tentang Pengangkatan Pengurus Rukun Tetangga
11 Kelurahan Semolowaru Kecamatan Sukolilo
tanggal 04 Juni 2009, Penggugat ditunjuk sebagai
Ketua RT 11 Kelurahan Semolowaru Kecamatan
Sukolilo
4. Bahwa Penggugat ditunjuk oleh Kepala SMK
Negeri 1 Kota Surabaya sebagai Wakil Kepala
SMK Negeri 1 Kota Surabaya tanggal 28 Juli
2016, Penggugat ditunjuk sebagai Waka Bid.
Sarpras;
5. Bahwa Penggugat pernah diperiksa di Pengadilan
Negeri Surabaya berkaitan dengan jabatan
Penggugat sebagai Koordinator Badan
Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan Penggugat
dijatuhi pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan
denda sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut
tidak dibayar, maka diganti dengan pidana
kurungan selama 1 (satu) bulan;
6. Bahwa putusan Pengadilan Tinggi Surabaya
Nomor : 196/PID/2008/PT.SBY dalam salah satu
amarnya berbunyi menguatkan putusan Pengadilan
Negeri Surabaya tanggal 3 Juli 2008 Nomor :
694/Pid.B/2007/PN.SBY yang dimintakan
banding;
7. Bahwa pada tanggal 14 Februari 2019 penggugat
menerima objek sengketa berupa Keputusan
Gubernur Jawa Timur Nomor :
1360/KPTS/21/2018 Tentang Pemberhentian
Karena Melakukan Tindak Pidana Kejahatan
Jabatan atau Tindak Pidana Kejahatan Yang Ada
Hubungannya Dengan Jabatan Tanggal 27
Desember 2018 atas nama DRS. ALI ZAENAL
ABIDIN
Menimbang, bahwa selanjutnya dalam ketentuan
pasal 87 ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, menyatakan
bahwa:
PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena:
b. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap karena melakukan tindak pidana
kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan
yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau
pidana umum;
Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan pasal
250 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun
2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil,
menyatakan bahwa:
b. Dipidana dengan pidana penjara atau kurungan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan
dan/atau pidana umum;
Menimbang, bahwa atas dasar peraturan
perundang-undangan tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa apabila seorang Pegawai Negeri Sipil melakukan
tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana
kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan maka
yang bersangkutan dapatlah dijatuhi hukuman berupa
pemberhentian tidak dengan hormat;

Menimbang, bahwa dasar pemberhentian


Penggugat oleh Tergugat adalah ketentuan yang
terdapat dalam Pasal 87 ayat (4) huruf b Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara dan Pasal 250 huruf b Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim
akan mempertimbangkan apakah tepat atau tidak
pemberhentian Penggugat dari jabatannya jika
dihubungkan dengan Pasal 87 ayat (4) huruf b Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara dan Pasal 250 huruf b Peraturan Pemerintah
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil, sebagai berikut;
Menimbang, bahwa selain sebagai Aparatur Sipil
Negara (ASN), Penggugat juga dipercaya sebagai Ketua
Rukun Tetangga (RT) 11 Kelurahan Semolowaru
Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya dan juga menjabat
sebagai Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat
pada Kelurahan Semolowaru, Kecamatan Sukolilo,
Kota Surabaya (vide bukti P.3);
Menimbang, bahwa berdasarkan Berita Acara
Pelaksanaan Putusan Pengadilan Negeri Surabaya
Nomor : 694/Pid.B/2008/PN.SBY yang dimintakan
banding dengan Nomor : 196/PID/2008/PT.SBY dalam
pertimbangan hukumnya disebutkan bahwa korupsi
yang dilakukan oleh Penggugat adalah ketika
Penggugat menjabat sebagai Koordinator Badan
Keswadayaan Masyarakat pada Kelurahan
Semolowaru, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya;
Menimbang, bahwa setelah mencermati ketentuan
Pasal 87 ayat (4) huruf b Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan pasal
250 huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun
2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Majelis
Hakim berkesimpulan bahwa jabatan yang dimaksud
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
tersebut tidak hanya terbatas pada jabatan sebagai
Pegawai Negeri Sipil akan tetapi seorang yang masih
aktif sebagai Pegawai Negeri Sipil yang memiliki
jabatan di luar pekerjaannya sebagai Pegawai Negeri
Sipil pun dapat dijatuhi pemberhentian tidak dengan
hormat apabila terbukti bersalah melakukan tindak
pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan
yang ada hubungannya dengan jabatan;
Menimbang, bahwa meskipun tindakan korupsi
yang dilakukan oleh Penggugat diluar status sebagai
PNS yaitu sebagai Koordinator Badan Keswadayaan
Masyarakat pada Kelurahan Semolowaru, Kecamatan
Sukolilo, Kota Surabaya, akan tetapi hal tersebut tidak
dapat menghapus perbuatan kejahatan pidananya dan
tetap melekat serta berdampak pada status PNS nya
karena Penggugat telah di jatuhi hukuman pidana
penjara oleh Pengadilan Negeri Surabaya yang
diperkuat oleh Pengadilan Tinggi Surabaya (vide bukti
P.9), selain itu Majelis Hakim berpendapat bahwa
tindakan Penggugat sebagai Koordinator Badan
Keswadayaan Masyarakat pada Kelurahan
Semolowaru, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya yang
menerima dana dari Departemen Pekerjaan Umum
Pusat untuk pelaksanaan Kegiatan NUSSP TA 2006 di
Kota Surabaya dan sebagai dana pendamping Pemkot
Surabaya telah mengalokasikan dana APBD sudah
seharusnya dana tersebut tidak disalahgunakan sehingga
tidak terjadi kerugian keuangan Negara.
Menimbang, bahwa ketika Penggugat dijatuhi
hukuman pidana karena melakukan tindak pidana
korupsi, Penggugat masih aktif bekerja sebagai
Pegawai Negeri Sipil dan tentunya akan berdampak
pada status kepegawaian Penggugat sebagai Pegawai
Negeri Sipil yang akan berbeda kondisinya jika
Penggugat sudah tidak aktif lagi sebagai Pegawai
Negeri Sipil;
Menimbang, bahwa dengan adanya putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap terhadap Penggugat, maka tindakan Tergugat
dalam menerbitkan objek sengketa mengenai
Pemberhentian Tidak Dengan Hormat sebagai Pegawai
Negeri Sipil kepada Penggugat telah sesuai dengan
ketentuan Pasal 87 ayat (4) huruf b Undang-Undang
Nomor: 5 Tahun 2014 dan ketentuan Pasal 250 huruf b
Peraturan Pemerintah Nomor: 11 Tahun 2017, sehingga
dengan demikian Majelis Hakim berpendapat bahwa
penerbitan objek sengketa a quo oleh Tergugat tidak
mengandung cacat yuridis dan tindakan tersebut sudah
tepat dan benar;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim
akan mempertimbangkan mengenai apakah
memberlakukan surut pemberhentian tidak dengan
hormat sebagai pegawai negeri sipil atas nama
Penggugat akhir bulan sejak putusan pengadilan atas
perkaranya yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku sebagai berikut:
Menimbang, bahwa sebagai tafsir otentik dari
sebuah peraturan perundang-undangan, maka dalam
Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2014 tentang Administrasi Pemerintahan diuraikan
yang pada pokoknya bahwa eksistensi Undang-Undang
Administrasi Pemerintahan merupakan dasar dan
payung hukum penyelenggaraan pemerintahan bagi
badan dan/atau pejabat pemerintahan di pusat dan di
daerah serta pengaturan bagi badan dan/atau pejabat
pemerintahan dalam menerbitkan keputusan dan/atau
melakukan tindakan;
Menimbang, bahwa penerbitan objek sengketa a
quo secara yuridis merupakan bagian dari
penyelenggaraan pemerintahan, yaitu penyelenggaraan
pemerintahan di bidang kepegawaian sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara, sehingga sudah
sepatutnya norma dalam peraturan pelaksana Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, termasuk dan tidak terbatas pada Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil, serta tindakan Tergugat dalam
menerbitkan objek sengketa a quo, seharusnya mengacu
dan berpedoman atau setidak-tidaknya menyelaraskan
dengan norma-norma yang terkandung dalam Undang-
Undang Administrasi Pemerintahan tersebut di atas;
Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 57 Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan berbunyi: “Keputusan berlaku pada
tanggal ditetapkan, kecuali ditentukan lain dalam
Keputusan atau ketentuan peraturan perudang-
undangan yang menjadi dasar keputusan”.
Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 58 ayat (6)
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan berbunyi: “Keputusan tidak
berlaku surut kecuali untuk menghindari kerugian yang
lebih besar dan/atau terabaikannya hak warga negara”
Menimbang, bahwa dengan menggunakan
penafsiran sistematik terhadap ketentuan Pasal 57 dan
Pasal 58 ayat (6) tersebut di atas, maka ketentuan Pasal
57 tersebut di atas harus dimaknai bahwa setiap
keputusan dan/atau tindakan yang ditetapkan dan/atau
dilakukan oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan
secara substantif tidak boleh berlaku surut;
Menimbang, bahwa ketentuan Pasal 252 Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil berbunyi: “Pemberhentian
sebagaimana di maksud dalam Pasal 250 huruf b dan
huruf d dan Pasal 251 ditetapkan terhitung mulai akhir
bulan sejak putusan pengadilan atas perkaranya yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap.”
Menimbang, bahwa setelah mencermati ketentuan
Pasal 252 tersebut di atas, maka tidak terdapat
kandungan norma yang mengatur bahwa pemberhentian
tidak dengan hormat sebagai PNS apabila dipidana atau
dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap,
karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau
tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan
jabatan, dapat diberlakukan mundur atau surut. Namun,
dalam praktiknya hal tersebut dapat saja terjadi, baik
oleh karena Badan dan/atau Pejabat Pemerintahahan
yang berwenang menerbitkan keputusan dan/atau
melakukan tindakan yang berisi penjatuhan hukuman,
tidak mengetahui atau setidak-tidaknya terlambat
memperoleh informasi mengenai proses dan peristiwa
pidana yang sedang dijalani oleh PNS yang
bersangkutan;
Menimbang, bahwa dalam hal Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan harus menerbitkan keputusan
dan/atau melakukan tindakan yang berisi penjatuhan
hukuman, sedangkan di sisi lain Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak mengetahui atau setidak-tidaknya
terlambat mengetahui informasi mengenai peristiwa
pidana yang sedang atau telah dijalani oleh setiap PNS
atau mungkin Badan dan/atau Pejabat pemerintahan
tidak mengetahui adanya peristiwa tindak pidana yang
dilakukan oleh PNS, yang telah terjadi pada waktu
lampau dan terhadap peristiwa pidana tersebut telah
memiliki putusan yang berkekuatan hukum tetap, maka
dengan menggunakan asas lex superior derogat legi
inferior (peraturan yang lebih tinggi mengesampingkan
peraturan yang lebih rendah), Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dalam menerbitkan keputusan dan/atau
melakukan tindakan yang berisi penjatuhan hukuman,
termasuk dan tidak terbatas hukuman pemberhentian
tidak dengan hormat sebagai PNS, khususnya berkaitan
dengan kapan mulai berlakunya pemberhentian
tersebut, seharusnya menggunakan norma pada
ketentuan Pasal 57 juncto Pasal 58 ayat (6) Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan dan mengesampingkan norma pada
ketentuan Pasal 252 Peraturan Pemerintah Nomor 11
Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
sebagai dasar menerbitkan keputusan dan/atau tindakan
administrasi, sebab jika tetap menggunakan ketentuan
Pasal 252 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
sebagai salah satu dasar penerbitan keputusan dan/atau
tindakan administrasi, maka hal tersebut berpotensi
melahirkan sebuah keputusan tata usaha negara yang
berlaku mundur atau berlaku surut;

Menimbang, bahwa memberlakukan surut sebuah


keputusan tata usaha negara bukanlah tanpa risiko
hukum di bidang administrasi negara. Risiko hukum
yang dapat timbul di bidang administrasi, yang
seyogyanya di perhitungkan oleh setiap Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan pada saat atau ketika akan
memberlakukan surut substansi sebuah keputusan,
khususnya pemberhentian tidak dengan hormat sebagai
PNS adalah, bagaimana dengan tindakan, perbuatan,
dan/atau ketetapan-ketetapan yang telah dibuat dan/atau
dilakukan oleh PNS yang diberhentikan tersebut?
Apalagi, jika dalam rentang waktu diberlakukan
surutnya pemberhentian tersebut, PNS yang
bersangkutan diberikan amanah untuk menduduki
sebuah jabatan dengan kewenangan tertentu, maka
tindakan, perbuatan, dan/atau ketetapan-ketetapan yang
telah dibuat dan/atau dilakukan oleh PNS tersebut dapat
menimbulkan masalah hukum, khsusunya di bidang
administrasi pemerintahan;
Menimbang, bahwa setelah mencermati Bukti P.1
maka diperoleh fakta hukum yang menunjukkan, bahwa
objek sengketa a quo ditetapkan pada tanggal 27
Desember 2018, namun pemberhentian tidak dengan
hormat sebagai PNS atas nama Penggugat mulai
berlaku akhir bulan sejak putusan pengadilan atas
perkaranya yang telah memiliki kekuatan hukum tetap,
yaitu tanggal 31 Desember 2010;
Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum
tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Tergugat memberlakukan mundur atau memberlakukan
surut pemberhentian tidak dengan hormat atas nama
Penggugat sebagaimana tersebut dalam objek sengketa
a quo;
Menimbang, bahwa konsekuensi dari peranan
hakim aktif (dominus litis) pada Peradilan Tata Usaha
Negara dan dalam rangka menemukan kebenaran
materiil serta tuntasnya penyelesaian sengketa dalam
perkara ini, maka sudah seharusnya pemberhentian
tidak dengan hormat sebagai PNS atas nama
Penggugat diberlakukan sejak tanggal
ditetapkannya dan tidak diberlakukan mundur atau
berlaku surut;
Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh
pertimbangan di atas, dengan membaca dan mencermati
fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan,
Majelis Hakim berkesimpulan bahwa penerbitan objek
sengketa a quo oleh Tergugat tidak mengandung cacat
yuridis, yang berarti tindakan Tergugat dalam
menerbitkan objek sengketa a quo tidaklah
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, khususnya ketentuan Pasal 87
ayat (4) Undang-Undang Nomor : 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara dan Pasal 250 huruf b
Peraturan Pemerintah Nomor :
11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri
Sipil dan juga telah sesuai dengan asas-asas umum
pemerintahan yang baik, khususnya asas kepastian
hukum dan asas kecermatan sebagaimana ketentuan
Pasal 53 ayat (2) Undang-Undang Peradilan Tata Usaha
Negara dam ketentuan Pasal 52 Undang-Undang
Administrasi Pemerintahan;
Menimbang, bahwa oleh karena penerbitan objek
sengketa a quo oleh Tergugat tidak bertentangan
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang
berlaku dan telah sesuai juga dengan asas-asas umum
pemerintahan yang baik, maka Majelis Hakim
berkeyakinan bahwa gugatan Penggugat tidaklah
beralasan hukum dan terhadapnya haruslah ditolak
seluruhnya;
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan
Penggugat ditolak seluruhnya, maka sesuai dengan
ketentuan Pasal 110 Undang-Undang Peradilan Tata
Usaha Negara, maka Penggugat dihukum untuk
membayar biaya perkara yang besarnya akan
disebutkan dalam amar putusan;
Menimbang, bahwa dengan memperhatikan segala
sesuatu yang terjadi dalam pemeriksaan persidangan,
maka sesuai dengan ketentuan Pasal 107 Undang-
Undang Nomor : 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, Majelis Hakim menentukan apa yang
harus dibuktikan, membagi beban pembuktian beserta
penilaian pembuktian. Atas dasar itu Majelis Hakim
telah mempertimbangkan seluruh alat bukti yang
diajukan oleh para pihak, namun untuk mengadili dan
memutus sengketanya hanya dipakai alat- alat bukti
yang relevan, sedangkan terhadap alat bukti selebihnya
tetap dilampirkan dan menjadi satu kesatuan dalam
berkas perkara ini;
Mengingat, ketentuan Pasal 53 ayat (2) Undang-
Undang Nomor : 5 Tahun 1986 juncto Undang-Undang
Nomor : 9 Tahun 2004 juncto Undang- Undang
Nomor : 51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara serta peraturan perundang-undangan lain yang
berkaitan;

MENGADILI:
1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya
perkara sejumlah Rp.284.500,- (Dua Ratus Delapan
Puluh Empat Ribu Lima Ratus Rupiah);

Demikian diputuskan dalam rapat permusyawaratan


Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya
pada hari Kamis, tanggal 8 Agustus 2019 oleh NADEA
AULIA PUTRI,S.H., M.H., selaku Hakim Ketua
Majelis, FIKRI ALWAN,S.H., M.H.. dan DIANDRA
ALYA ATHAAYA, S.H., M.H. masing-masing selaku
Hakim Anggota. Putusan tersebut diucapkan dalam
sidang yang terbuka untuk umum pada hari Kamis,
tanggal 15 Agustus 2019 oleh Majelis Hakim tersebut,
dengan dibantu oleh Alifiya Nur Arifah, S.H., M.H.,
Panitera Pengganti Pengadilan Tata Usaha Negara
Surabaya, dengan dihadiri oleh Penggugat Principal dan
Kuasa Hukum Tergugat.
Hakim Anggota Hakim Ketua Majelis

Fikri Alwan, S.H., M.H. Nadea Aulia Putri, S.H.,M.H.

Diandra Alya Athaaya, S.H., M.H.

Panitera Pengganti

Alifiya Nur Arifah, S.H.,M.H.


Rincian Biaya Proses Penyelesaian Perkara Nomor
11/G/2019/PTUN.SBY

1. Pendaftaran Gugatan R 30.000


p ,-
: .

2. Panggilan R 118.50
p 0,-
: .

3. Redaksi R 10.000
p ,-
: .

4. Meterai R 6.000,-
p
: .

5. ATK Perkara R 100.00


p 0,-
: .

6. Biaya HHK panggilan R 20.000


Pertama : p ,-
.

TOTAL R 284.50
: p 0,-
.

Anda mungkin juga menyukai