Anda di halaman 1dari 8

1

Bandar Lampung, 15 Januari 2019

Kepada Yth,
Majelis Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Bandar Lampung
Nomor. 25/G/2018/PTUN-BL
Di_
Bandar Lampung

Perihal : REPLIK PENGGUGAT

Dengan hormat,
Perkenankan kami :

1. Nama : SUKARMIN,S.H.,M.H.
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Advokat / Pengacara

2. Nama : ICEN AMSTERLY,S.H.,M.H.


Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Advokat / Pengacara

3. Nama : EBRICK,S.H.,M.H.
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Advokat / Pengacara

4. Nama : DEDDY SETIAWAN,S.H.,M.H.


Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Advokat / Pengacara

5. Nama : BERILIAN ARISTA, S.H.


Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Advokat / Pengacara

6. Nama : DWI PUTRA RIDZI YANTO,S.H.I


Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Advokat / Pengacara
2

7. Nama : ROBY OCTORA,S.H.


Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Advokat / Pengacara

berdasarkan Surat Kuasa Khusus nomor. 23/SP/XI/2018, tanggal 16 November 2018.


bertindak untuk dan atas nama Penggugat.

Dengan ini hendak mengajukan Replik atas Eksepsi dan Jawaban Tergugat yang telah
disampaikan pada agenda persidangan tanggal 09 Januari 2019, adapun Replik Penggugat
adalah sebagai berikut :

Bahwa Penggugat tetap pada dalil-dalil sebagaimana telah dikemukakan dalam Gugatan
dan menolak / membantah seluruh dalil-dalil Tergugat dalam Jawabannya, kecuali yang
secara tegas diakui kebenarannya oleh Penggugat, Replik ini merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan pokok perkara.

I. DALAM EKSEPSI

 MENGENAI EKSEPSI GUGATAN PREMATUR

1. Bahwa mengenai eksepsi Tergugat, adalah tidak mendasar karena dalam hal ini
Penggugat telah berupaya mengajukan keberatan atau upaya administratif secara
lisan kepada Tergugat, akan tetapi selalu di tolak dan tidak di hiraukan,

2. Bahwa karena ketidak tahuan serta tidak pahamnya Penggugat terkait upaya
administratif, sehingga Penggugat setelah menerima obyek sengketa, Penggugat
hanya berupaya menemui dan atau berupaya secara lisan untuk tidak dikenakan
obyek sengketa, akan tetapi upaya tersebut tidak di hiraukan bahkan terkesan
menghindar, sehingga atas hal tersebut Penggugat mengajukan Sengketa kepada
Pengadilan Tata Usaha Negara.

3. Bahwa dalam hal pengajuan perkara pada Pengadilan Tata Usaha Negera, hal ini
sesuai dengan Pasal 53 Ayat (1) Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, menentukan sebagai berikut:
“Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh
suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada
pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha
Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa
disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi”;
3

4. Bahwa selain itu Pasal 53 ayat (2) UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara juga menyebutkan:
Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah:
a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan asas-
asas umum pemerintahan yang baik.

Bahwa atas penjelasan dan dasar hukum tersebut di atas, maka sangat beralasan
dan tepat apabila Penggugat mengajukan gugatan pada Pengadilan Tata Usaha
Negara dan terkait dengan Eksepsi Prematur yang diajukan oleh Tergugat patut
untuk ditolak.

II. DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa apa yang kami kemukakan dalam eksepsi tersebut diatas adalah merupakan
satu-kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dalam pokok perkara aquo.

2. Bahwa Penggugat menolak dengan tegas hal-hal dan atau dalil-dalil yang
dikemukakan oleh Tergugat.

3. Bahwa Penggugat tetap pada dalil-dalil yang telah dikemukakan dalam gugatan
terdahulu, namu demikian dalam Replik ini Penggugat perlu menanggapi jawaban
Tergugat serta apa yang perlu di uraikan kembali dalam gugatan terdahulu.

4. Bahwa terkait dengan jawaban Tergugat pada halam 3 dan 5, point 4, 5 dan point 6
adalah kurang berdasar serta dalam mencantumkan isi dari Undang-undang tidak
lengkap karena dalam hal ini apabila merujuk pada Pasal 248 ayat (2) dan Pasal 249
PP Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara yang
berbunyi:
Pasal 248 ayat (2):
“PNS yang dipidana dengan pidana penjara kurang dari 2 (dua) tahun
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana tidak dengan berencana, tidak diberhentikan sebagai PNS
apabila tersedia lowongan jabatan.”
Pasal 249:
4

(1) PNS yang tidak diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 248, selama
yang bersangkutan menjalani pidana penjara maka tetap berstatus sebagai PNS
dan tidak menerima hak kepegawaian sampai diaktifkan kembali sebagai PNS
(2) PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaktifkan kembali sebagai PNS
apabila tersedia lowongan jabatan
(3) Dalam hal tidak tersedia lowongan jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dalam jangka waktu paling dalam 2 (dua) tahun, PNS yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat.

5. Bahwa terkait pasal 87 ayat (4) UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil
Negara yang menyebutkan : “PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena a.
melakukan penyelewengan terhadap Pancasila Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, b. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan
putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang ada
hubungannya dengan jabatan dan atau pidana umum, c. menjadi anggota dan/atau
pengurus partai politik, d. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan
pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan berencana;

Bahwa apabila merujuk dengan hal tersebut di atas, maka obyek sengketa terkait
diri Penggugat adalah tidak benar dan telah melanggar peraturan tersebut di atas,
yang mana seherusnya apabila ingin menjatuhkan sanksi berat kepada Penggugat
yaitu Pemberhetian tidak dengan hormat haruslah di pidana minimal 2 tahun, akan
tetapi dalam hal ini Penggugat hanya terkena pidana penjara 1 (satu) tahun 6 (enam)
bulan, serta Penggugat juga telah mengembalikan kerugian yang timbul kepada
Negara, dan atas hal tersebut tidak sesuai dengan peraturan tersebut di atas, maka
obyek sengketa yaitu Keputusan Tergugat tentang Pemberhetian tidak dengan
Hormat haruslah di batalkan.

6. Bahwa pada point 8 halaman 4 terkiat dengan “apabila di kemudian hari terdapat
kekeliruan atas keputusan ini, akan di adakan perbaikan dan di perhitungkan
kembali”, menurut hemat Penggugat haruslah di perbaiki, karena apabila merujuk
pada peraturan yang telah di jelaskan tersebut di atas, maka keputusan Tergugat
mengenai obyek sengketa telah keliru dan kurang cermat.

7. Bahwa terkait point 3,4,5,6,7,8, dan 9 pada halam 5, 6 dan 7, menurut hemat
Penggugat atas terbitnya obyek sengketa adalah suatu yang berlebihan dan telah
melanggar Pasal 247, 248, 249. 250 dan pasal 251 PP Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara dan melanggar pasal 87 ayat (4) UU
5

Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, serta telah pula melanggar
Pasal 10 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
terkait Asas-Asas Umum Pemerintah yang Baik (AAUPB) meliputi asas:
a. Kepastian hukum
b. Kemanfaatan
c. Ketidakberpihakan
d. Kecermatan
e. Tidak menyalahgunakan kewenangan
f. Keterbukaan
g. Kepentingan umum,dan
h. Pelayanan yang baik

Berdasarkan peraturan tersebut di atas, seharusnya Tergugat dalam memberikan


sanksi terkait obyek sengketa di cermati dan di tinjau kembali, karena dalam hal ini,
apa yang di sampaikan oleh Tergugat terkait mekanisme terbitnya obyek sengketa
adalah tidak benar dan mengada-ada, karena sepengetahuan Penggugat tidak ada hal-
hal seperti yang di sampaikan dalam jawaban Tergugat tersebut, Penggugat hanya di
panggil dan kemudian di berikan keputusan dalam obyek sengketa, bahkan setelah
menerima keputusan dalam obyek sengketa, Penggugat tidak di beri waktu untuk
menjawab atau membela diri terkait obyek sengketa, bahkan untuk menemui
Tergugat untuk mengajukan keberatan atau pembelaan tidak di hiraukan atau di
abaikan, sehingga hal tersebut jelas melanggar peraturan yang ada.

8. Bahwa selain hal tersebut, Tergugat juga dalam menerbitkan obyek sengketa tidak
berpedoman kepada Pasal 10 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan terkait Asas-Asas Umum Pemerintah yang Baik
(AAUPB), yang mana seharusnya apabila Tergugat merujuk pada peraturan tersebut,
Tergugat tidak dengan mudah menerbitkan keputusan dalam obyek sengketa, karena
dalam menerbitkan obyek sengketa haruslah memikirkan asas-asas umum
pemerintahan yang baik karena dalam menjatuhi hukuman tidak ada pihak yang di
rugikan bahkan terambil haknya di kemudian hari.

9. Bahwa Tergugat jelas–jelas melanggar Asas-Asas Umum Pemerintah yang Baik


(AAUPB),karena selama ini Penggugat telah mengabdikan diri sebagai ASN, akan
tetapi kerja keras serta pengabdian Penggugat selama ini tidak di hargai serta tidak di
perhitungkan, maka patutlah keputusan Tergugat dalam obyek sengketa di batlakan.
6

10. Bahwa pada point 10 halaman 7 terkait dengan Keputusan besama Menteri Dalam
Negeri, Menteri Pemberdaya Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan Kepala
Badan Kepegawaian Negara, hal tersebut sedang di uji materil pada Mahkama Agung
Republik Indonesia, dan saat ini belum memiliki kekuatan hukum tetap (incraht),
sehingga atas hal tersebut tidak bisa di jadikan dasar dalam merbitkan obyek
sengketa, sehingga atas keputusan Tergugat terkait obyek sengketa haruslah di
batalkan.

11. Bahwa selain hal tersebut pejabat sementara Guberbur atau PJS dalam menantangani
keputusan Tergugat dalam obyek sengketa bertetangan dengan surat Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor: K.26-30/V.100-2/99 tanggal 19 Oktober 2015 tentang
Penjelasan Atas Kewenangan Pejabat Kepala Daerah di Bidang Kepegawaian yaitu
antara lain :

a. Pejabat kepala daerah tidak memiliki kewenangan mengambil atau menetapkan


keputusan yang memiliki akibat hukum (Civil Efet) pada aspek kepegawaian
untuk melakukan mutasi pegawai yang berupa pengangkataan, pemindahan, dan
pemberhentian dari jabatan ASN serta menetapkan keputusan hukum disiplin
yang berupa pembebasan dari jabatan atau pemberhentian dengan hormat tidak
atas permintaan sendiri sebagai PNS kecuali dapat persetujuan tertulis dari
Menteri Dalam Negeri.

b. Pejabat daerah mengajukan permohonan kepada Menteri Dalam Negeri untuk


mendapat persetujuan tertulis dengan melampirkan data dan penjelasan
pegawai.

Apabila melihat peraturan tersebut diatas, seharusnya PJS Gubernur tidak memiliki
wewenang untuk membubuhkan tandatangan dalam obyek sengketa, karena yang
berwenang adalah Guberbur (TERGUGAT) selaku Kepala Negara, akan tetapi
apabila Guberbur (TERGUGAT), tidak bisa atau memiliki kesibukan lain, maka
dalam penerbitan keputusan dalam obyek sengketa PJS Gubernur mengirimkan
surat permohonan kepada Menteri Dalam Negeri untuk mendapat persetujuan
tertulis terkait pemberhentian secara tidak hormat sebagai PNS, akan tetapi
Tergugat tidak menjalankan peraturan sebagaimana mestinya, dan hal ini tentu
TERGUGAT telah berlaku semena-mena.

12. Bahwa pada point 10 halaman 8, Tergugat membenarkan bahwa dalam PP Nomor
11 tahun 2017 tidak secara detail mengatur prosedure mekanisme pemberhetian
tidak dengan hormat terhadap Pegawai Negeri Sipil, akan tetapi dalam hal ini
Tergugat sendiri yang membentuk tim evaluasi, tentu hal ini sangat merugikan diri
7

Penggugat yang mana Tergugat patut di duga berlaku arogan atau semena-mena
dalam melakukan tindakan evaluasi Tergugat, karena tim yang di bentuk adalah
pilihan Tergugat, bukan di pilih dari intansi lain, dan jelas hal ini pula telah
melanggar Asas-Asas Umum Pemerintah yang Baik (AAUPB), khususnya asas
Ketidakberpihakan,asas Kecermatan, asas Tidak menyalahgunakan kewenangan,
dan asas Keterbukaan. Sehingga karena tidak sesuai dengan paraturan tersebut
maka keputusan Tergugat dalam obyek sengketa haruslah di batalkan.

13. Bahwa dalam penerbitan Keputusan Gubernur Lampung Nomor :


888/354/VI.04/2018 tanggal 7 Juni 2018 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan
Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil atas nama saudara Drs. Gatot Suparno, S.H.,
M.H. tidak sesuai dengan paraturan peraturan tersebut di atas yaitu PP Nomor 11
Tahun 2017 Tentang Manajemen Aparatur Sipil Negara dan melanggar pasal 87
ayat (4) UU Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, serta telah pula
melanggar Pasal 10 ayat (1) UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan terkait Asas-Asas Umum Pemerintah yang Baik (AAUPB), sehingga
dengan demikian maka keputusan Tergugat terkait obyek sengketa haruslah
di batalkan.

Bahwa berdasarkan uraian yang kami paparkan di atas, maka Penggugat memohon kepada
majelis Hakim yang memeriksa dan mengadilan perkara ini untuk menjatuhkan putusan
dengan amar sebagai berikut:

I. DALAM EKSEPSi
1. Menyatakan gugatan Penggugat dapat diterima;
2. Menolak Eksepsi yang diajukan oleh Tergugat;

II. DALAM POKOPK PERKARA

1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

2. Menyatakan batal atau tidak sah Keputusan Gubernur Lampung Nomor :


888/354/VI.04/2018 tanggal 7 Juni 2018 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan
Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil atas nama saudara Drs. Gatot Suparno, S.H.,
M.H.

3. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut Keputusan Gubernur Lampung Nomor :


888/354/VI.04/2018, tanggal 7 Juni 2018 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan
Hormat Sebagai Pegawai Negeri Sipil atas nama saudara Drs. Gatot Suparno, S.H.,
M.H.
8

4. Mewajibkan Tergugat untuk merehabilitasi kedudukan, harkat dan martabat


Penggugat seperti semula dan atau sejajar seperti jabatan terakhir yaitu Pembina
Utama Madya Golongan IV C Provinsi Lampung.

5. Menghukum Tergugat membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini;

Demikianlah Replik ini kami sampaikan, kiranya dapat dijadikan pertimbangan oleh Yang
Terhormat Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara ini .

Hormat Kami
Kuasa Penggugat

SUKARMIN,S.H.,M.H EBRICK,S.H.,M.H

ICEN AMSTERLY,S.H.,M.H. DEDDY SETIAWAN,S.H.,M.H.

DWI PUTRA RIDZI YANTO,S.H.I BERILIAN ARISTA, S.H.

ROBY OCTORA,S.H.

Anda mungkin juga menyukai