Anda di halaman 1dari 10

PARTNER & PARTNERS

Advocats dan Attorneys at Law

EKSEPSI DAN JAWABAN

PERKARA PERDATA

PERBUATAN MELAWAN HUKUM

Nomor : 18/Pdt.G/2023/PN.Mks

PENGADILAN NEGERI MAKASSAR KELAS 1 A KHUSUS

Antara
PT. KAWASAN INDUSTRI MAKASSAR (PT. KIMA) Sebagai TERGUGAT
Dan
PT. INDO CHERRY sebagai TURUT TERGUGAT
Melawan
PT. ALCOM Yang Diwakili Oleh IMELDA CH sebagai PENGGUGAT

Kepada Yth,
KETUA PENGADILAN NEGERI MAKASSAR
Cq. Majelis Hakim Perkara Perdata No. 18/Pdt.G/202/PN.Mks,
Di -
Jalan RADEN AJENG KARTINI Nomor 18/23, Ujung Pandang,
Kota Makassar, Kode Pos 90111.

Perihal : EKSEPSI DAN JAWABAN TERGUGAT

Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini MUHAMAD ISKANDAR, SH., BASRI, SH.,
JUNNAHBAR, SH., KAMARUDDIN, SH., MH., dan AIDIN MUSAWWIR BANGSU, SH.,
para Advokat/Pengacara dan Konsultan Hukum pada Kantor Hukum Partner and
Partners yang beralamat kantor di Kompleks Perum Banteng Blok C Nomor 9,
Kalibaru Distrik Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat, dalam hal ini memilih Domisili
Hukum di Kantor Pemberi Kuasa. E-mail : muhamadiskandar1960@gmail.com.

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama mewakili kepentingan hukum Pemberi
Kuasa selaku TERGUGAT berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor :
KIMA.B-074/DIU/I/2023 tertanggal 20 Januari 2022.

Komplek Perum Benteng Blok C Nomor 9


Kalibaru, Distrik Cilodong, Kota Depok, Jawa Barat, 16414
Handphone : 081-314-044-999, E-mail : muhamadiskandar1960@gmail.com.
Page | 2
PARTNER & PARTNER’S

Dengan ini perkenankanlah kami selaku Kuasa Hukum dari TERGUGAT mengajukan
Eksepsi dan Jawaban atas Gugatan PENGGUGAT dalam Perkara No.
18/Pdt.G/2023/PN.Mks, sebagai berikut :

I. DALAM EKSEPSI

1. Eksepsi Tentang Kompetensi Absolut


Bahwa setelah membaca dan mencermati gugatan Penggugat yang telah diajukan
pada Pengadilan Negeri Makassar berkenaan dengan gugatan Perbuatan Melawan
Hukum (Onrechtmatige Overheidsdaad) tentang tidak dikeluarkannya Surat
Rekomendasi dan Persetujuan Peralihan Hak atas tanah kavling di Kawasan
Industri Makassar dengan Kode Kavling EE-4a seluas ± 10.000 M 2 (sepuluh ribu
meter persegi) yang terletak di Jalan Kima 19 oleh TERGUGAT kepada PENGGUGAT
berdasarkan Surat Nomor : KIMA.4085/DU/XI/2022 yang dikeluarkan PT.
KAWASAN INDUSTRI MAKASSAR (PT. KIMA) selaku TERGUGAT kepada PT. ALCOM
selaku PENGGUGAT;

Bahwa PT. KAWASAN INDUSTRI MAKASSAR (PT.KIMA) yang ditarik sebagai pihak
TERGUGAT adalah merupakan suatu perusahaan Perseroan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 4
Tahun 1986 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Untuk Pendirian
Perusahaan Perseroan (Persero) Dalam Bidang Kawasan Industri Ujung Pandang.
Sehingga dengan demikian tindakan TERGUGAT dengan tidak memberikan
Rekomendasi dan Persetujuan Peralihak Hak atas tanah Kavling di Kawasan
Industri Makassar dengan Kode Kavling EE-4a seluas ± 10.000 M 2 (sepuluh ribu
meter persegi) yang terletak di Jalan Kima 19 oleh TERGUGAT kepada PENGGUGAT
berdasarkan Surat Nomor : KIMA.4085/DU/XI/2022 kepada PT. ALCOM selaku
PENGGUGAT adalah merupakan Tindakan Administrasi atau Tindakan Faktual
(Feitelijk Handelingen).

Bahwa oleh karena TERGUGAT sebagai suatu Perseroan Badan Usaha Nilik Negara,
maka berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Menyatakan bahwa;
“penyelenggara negara adalah pejabat negara yang menjalankan fungsi
eksekutif, legislatif. atau yudikatif dan Pejabat lain yang fungsi dan tugas
pokoknya berkaitan dengan Penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku’’
Lebih lanjut dijelaskan dalam penjelasan Pasal 2 angka 7 Undang-Undang Nomor
28 Tahun 1999 “yang dimaksud dengan “pejabat lain yang memiliki fungsi
memiliki fungsi atrategis” adalah pejabat yang tugas dan wewenangnya didalam
Page | 3
PARTNER & PARTNER’S

melakukan penyelenggaraan negara rawan terhadap praktek korupsi, kolusi,


nepotisme, yang meliputi;
1. Direksi, Komisaris, dan Pejabat struktural lainnya pada Badan Usaha Milik
Neegara dan Badan Usaha Milik Daerah;
2. Pimpinan Bank Indonesia dan Pimpinan Badan Penyehatan Perbankan
Nasional;
3. Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri;
4. Pejabat Eselon I dan pejabat lain yang disamakan dilingkungan Sipil, Militer
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia;
5. Jaksa;
6. Penyidik;
7. Panitera Pengadilan;
8. Pemimpin dan Bendaharawan proyek
Bahwa, Kemudian berdasarkan Pasal 87 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan menegaskan bahwa;
“Dengan berlakunya Undang-Undang ini, Keputusan Tata Usaha Negara
sebagaimana dimaksud dalam Ungdang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 51 Tanhun 2009 harus dimaknai
sebagai;
a. Penetapan tertulis yang juga mencakup tindakan faktual;
b. Keputusan Badan dan/atau Pejabat Tata Usaha Negara dilingkungan
Eksekutif, Legislatif, Yudikatif dan Penyelenggara Negara lainnya;
c. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan dan AUPB;
d. Bersifat final dalam arti lebih luas;
e. Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat hukum; dan/atau
f. Keputusan yang berlaku bagi masyarakat”.
Bahwa berdasarkan Pasal 2 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
2 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa Tindakan Pemerintahan
dan kewenangan Mengadili Perbuatan Melanggar Hukum oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan (Onrechtmatige Overheisdaad) menegaskan bahwa;
1. Perkara perbuatan melanggar hukum oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan (Onrechtmatige Overheisdaad) merupakan kewenangan
peradilan tata usaha negara;
2. Peradilan tata usaha negara berwenang mengadili Sengketa Tindakan
Pemerintahan setelah menempuh upaya admninistrasi sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan dan Peraturan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelesaian Sengketa
Administrasi Pemerintahan Setelah menempuh Upaya Administrasi;
Page | 4
PARTNER & PARTNER’S

3. Dalam hal peraturan perundang-undangan mengatur secara khusus upaya


administrasi maka yang berwenang mengadili Sengketa Tindakan
Pemerintahan adalah Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sebagai
Pengadilan Tingkat Pertama.
Bahwa berdasarkan uraian alasan dan dasar hukum tersebut diatas, dan oleh
karena gugatan Penggugat merupakan gugatan Perbuatan Melawan Hukum
(Onrechtmatige Overheisdaad) akibat dari tindakan faktual ( Feitelijk Handelinge)
TERGUGAT dengan tidak memberikan Rekomendasi dan Persetujuan Peralihan Hak
atas tanah kavling di Kawasan Industri Makassar dengan Kode Kavling EE-4a
seluas ± 10.000 M2 (sepuluh ribu meter persegi) yang terletak di Jalan Kima 19
berdasarkan Surat Nomor : KIMA.4085/DU/XI/2022 tertanggal 9 November 2022
kepada PENGGUGAT, maka dengan demikian perkara a quo merupakan perkara
Sengketa Tata Usaha negara sehingga kewenangan pengadilan mengadili perkara
a quo adalah PENGADILAN TATA USAHA NEGARA MAKASSAR.
2. Eksepsi Gugatan Kabur (Obscuur Libel)
a. Bahwa berdasarkan Surat Gugatan, Penggugat melancarkan gugatan untuk
dan atas nama serta kepentingan hokum PT. Alcom yang diwakili oleh
Imelda CH, sementara dasar gugatannya adalah Addendum Peralihan Hak
Atas Tanah Kavling Industri Nomor : Kima.14a /PltDU/Addendum/IX/2014
tanggal 15 September 2014 antara PT. Kawasan Industri Makassar selaku
Pihak Pertama (Tergugat) dengan PT. Kopi Jaya Cocoa selaku Pihak Kedua,
serta dengan Nyonya Imelda sebagai pribadi selaku Pihak Ketiga;
Bahwa PT. Alcom dalam kaitannya dengan Addendum Peralihan Hak Atas
Tanah Kavling Industri Nomor: Kima.14a /PltDU/Addendum /IX/2014
tanggal 15 September 2014 tidak memiliki “hubungan hokum” sama sekali
dengan Tergugat (PT. Kawasan Industri Makassar), sehingga dasar legal
standing Surat Gugatan ini tidak jelas, apakah hubungan hukumnya antara
PT Alcom dengan PT. Kawasan Industri Makassar ataukah antara Imelda CH
dengan PT. Kawasan Industri Makassar;
b. Bahwa mencermati gugatan Penggugat telah dapat disimpulkan bahwa
antara Penggugat dengan Tergugat telah pernah terjadi kesepahaman
(perjanjian) berupa Addendum Peralihan Hak Atas Tanah Kavling Industri
Nomor : Kima.14a /PltDU/Addendum/IX/2014 ;
Bahwa dalam Kesepahaman di atas, Penggugat menguraikan dalam
gugatannya hanya menguraikan hal-hal janji-janji secara global janji-janji
Para Pihak di dalamnya, khususnya Pihak Tergugat, TANPA mengemukakan
ketentuan hokum apa yang telah dilanggar oleh Tergugat sehingga untuk
mana Penggugat melancarkan gugatan dengan dasar Perbuatan Melawan
Hukum ;
Page | 5
PARTNER & PARTNER’S

Bahwa dalil posita yang dikemukakan oleh Penggugat dalam halaman 4


(empat) paragraph terakhir sampai kepada halaman 8 (delapan) sebelum
“objek dalam perkara” Surat Gugatan, tidak ada satupun dalil yang
dikemukakan tentang ketentuan hokum apa yang dilanggar oleh Tergugat,
sebaliknya dapat disimpulkan adanya uraian bila gugatan Penggugat ini
berisi dan bermakna Gugatan Wanprestasi;
Bahwa dalam Surat Gugatan Penggugat halaman 7 (tujuh) point 3 (tiga)
menyebutkan :
“3). Bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas dan setelah
dilakukan penelitian secara seksama, maka kami Pihak Kesatu dalam hal ini
tidak keberatan memberikan persetujuan peralihan hak atas tanah kavling
industry di atas…..dan seterusnya”, ;
Bahwa dengan uraian di atas maka dapat disimpulkan bila persoalan hukum
antara Penggugat dengan Tergugat adalah tuntutan prestasi yang
berkelanjutan yang tidak dilaksanakan ;
3. Eksepsi Kurang Pihak (plurium litis consortium)
- Bahwa sebagaimana yang diutarakan oleh Penggugat, bahwa pada tanggal
15 September 2014 telah dilaksanakan Kesepakatan Tiga Pihak, antara
Tergugat selaku Pihak Pertama, dengan PT. Kopi Jaya Cocoa selaku Pihak
Kedua, serta Nyonya Imelda CH, sebagai pribadi selaku Pihak Ketiga;
- Bahwa yang menjadi landasan utama adanya gugatan ini adalah berkaitan
dengan Addendum Peralihan Hak Atas Tanah Kavling Industri dari PT. Kopi
Jaya Cocoa kepada Nyonya Imelda CH selaku pribadi dalam Kawasan
Industri Makassar yang dimiliki oleh Tergugat;
- Bahwa oleh karena didasarkan oleh dan berkaitan dengan Addendum
Peralihan Hak Atas Tanah Kavling Industri dari PT. Kopi Jaya Cocoa kepada
Nyonya Imelda CH, maka guna sempurnanya pemeriksaan perkara ini
adalah sangat perlu untuk Penggugat menarik Pihak PT. Kopi Jaya Cocoa
selaku Pihak Tergugat dalam perkara ini;
II. DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa apa yang telah diuraikan dalam eksepsi diatas, patut dan berdasar
hukum dianggap terurai secara keseluruhan dalam pokok perkara
sepanjang hal tersebut masih mempunyai keterkaitan dengan jawaban
dalam pokok perkara ini, dengan demikian merupakan bagian tidak
terpisahkan satu sama lain;
2. Bahwa pada Tergugat menyatakan menolak dengan tegas seluruh dalil-dalil
yang diajukan oleh Penggugat dalam a quo selain yang diakui Tergugat
dan sepanjang hal tersebut merugikan kepentingan Hukum Tergugat;
Page | 6
PARTNER & PARTNER’S

3. Bahwa tanah sebagaimana yang dimaksud dalam point 3 (tiga) halaman 8-


9 dalam posita Penggugat merupakan Tanah Hak Pengelolaan (HPL)
dengan Sertifikat Hak Pengelolaan Nomor 00029 kelurahan Bira (dahulu
Nomor 20011) sesuai Surat Keputusan Badan Pertanahan Kota Makassar
Nomor: 03/HPL/BPN/2005 tanggal 12 Januari 2005 tentang Pemberian Hak
Pengelolaan atas nama PT (Persero) Kawasn Industri Makassar.
4. Bahwa Hak Atas Tanah sebagaimana yang dimaksud dalam point 3 (tiga)
halaman 8-9 dalam posita Penggugat merupakan Tanah di atas Hak
Pengelolaan milik Tergugat, oleh karenanya sesuai dengan ketentuan Pasal
13 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak
Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun, Dan Pendaftaran
Tanah Jo. Pasal 3 ayat 4 Perjanjian Penggunaan Tanah Industri Nomor:
10/DU/KIMA/XI/2006 tertanggal 21 November 2006 (selanjutnya disebut
“Perjanjian Pokok”) yang berbunyi “Peralihan usaha industri oleh Pihak
kedua dalam bentuk apapun termasuk didalamnya peralihan penggunaan
tanah dan pihak kedua kepada pihak lain, seperti juga halnya penyewaan
dan pengontrakan seluruh atau sebagian tanah dan atau bangunan tidak
diperkenankan tanpa sebelumnya memperoleh persertujuan dari PIHAK
kesatu”.
5. Bahwa sesuai ketentuan pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 142 tahun
2015 tentang Kawasan Industri disebutkan “Perusahaan kawasan industri
wajib memiliki Tata Tertib Kawasan Industri”, dalam hal ini Tergugat telah
menuangkan hal-hal yang bersifat khusus dalam pengelolaan Kawasan
Industri termasuk Tata Tertib Kawasan Industri Makassar (Estate
regulation), oleh karenanya Penggugat juga wajib untuk mematuhi segala
ketentuan yang telah di atur didalam tata Tertib Kawasan Industri yang
dikelola Tergugat selaku Perusahaan Pengelola Kawasa Industri hal tersebut
sejalan dengan ketentuan Psal 39 ayat (1) huruf b Peraturan Pemerintah
Nomor 142 tahun 2015 tentang Kawasan Industri disebutkan yang berbunyi
“Setiap Perusahaan Industri di dalam Kawasan Industri wajib memenuhi
ketentuan tata Tertib Perusahaan Kawasan Industri yang berlaku”
6. Bahwa didalam Addendum Peralihan Hak Atas Tanah Kaveling Industri
Nomor: KIMA.14a/PltDU/Addendum/IX/2014 tanggal 15 september 2014
pada point 3 (tiga) huruf a, telah disebutkan bahwa Penggugat
berkewajiban untuk mentaati peraturan-peraturan umum dan peraturan-
peraturan khusus yang berlaku di Kawasan industri Makassar dan terikat
pada Perjanjian Pokok.
7. Bahwa berdasarkan hal tersebut pada point 3, 4, dan 6 yang telah kami
uraikan maka peralihan hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam
point 3 (tiga) halaman 8 dalam posita Penggugat bukan merupakan
Page | 7
PARTNER & PARTNER’S

kehendak sepenuhnya dari Penggugat, melainkan wajib memerlukan


Persetujuan dari Tergugat selaku Perusahaan yang bertanggungjawab
dalam Pengelolaan Kawasan Industri.
8. Bahwa apa yang didalilkan dalam point (4) halaman 9 dalam posita
Penggugat merupakan hal yang tidak berdasar, oleh karena selama ini
Penggugat dalam suratnya kepada Tergugat tidak pernah melampirkan
bukti kesepakatan antara Penggugat dengan PT Malindo Feemil, Tbk selaku
calon pembeli.
9. Bahwa dalil dalam gugatan Penggugat pada poin 5 tersebut, Tergugat perlu
untuk menanggapinya.
10.Bahwa apa yang didalilkan oleh Penggugat dalam gugatannya pada poin 6
hal 9-10 yang menyebutkan bahwa telah mengikuti dan mentaati segala
ketentuan, aturan dan prosedur yang berlaku hanya dengan informasi dari
Badan Pertanahan Kota Makassar tentang legalitas tanah tersebut adalah
hal yang sangat keliru, hal tersebut kami dasarkan bahwa:
a. Proses peralihan harus dengan Persetujuan Tergugat;
b. Melakukan pelunasan terhadap segala bentuk kewajiban pembayaran
yang tertunggak;
c. Terlebih dahulu harus dipastikan bahwa usaha yang akan dibuat (oleh
calon pembeli) dilokasi tersebut dapat disesuaikan dengan lingkungan
sekitar sehingga tidak menimbulkan gangguan bagi perusahaan lainnya.
d. Dst.
11.Bahwa apa yang didalilkan oleh Penggugat dalam positanya point 6 hal 9-
10 terkait proses pengurusan legalitas tanah, merupakan salah satu hal
tekhnis yang bersifat administrasi yang harus di penuhi dan dipastikan
kepada setiap calon pembeli untuk sebelum beralihnya Hak Atas Tanah di
atas Hak Pengelolaan milik Tergugat. Bersama dengan itu Tergugat juga
telah menginformasikan kepada PT Malindo Feedmil, Tbk melalui surat
nomor: KIMA.0540/DU/II/2022 tanggal 04 Februari 2022 dalam point 3
bahwa “Perihal persetujuan pengalihan tanah, terlebih dahulu harus
dipastikan bahwa usaha yang akan dibuat di lokasi tersebut dapat
disesuaikan dengan lingkungan sekitar sehingga tidak menimbulkan
gangguan bagi perusahaan lainnya”.
12.Bahwa dalil dalam gugatan Penggugat pada poin 7 tersebut, Tergugat
kembali tegaskan bahwa Tergugat tidak memberikan surat rekomendasi
dan persetujuan kepada Penggugat tentu melalui suatu pertimbangan
kelansungan usaha disekitar tanah yang dimohonkan, dan salah satunya
mempertimbangkan kelansungan usaha/bisnis Tergugat dalam hal ini
Page | 8
PARTNER & PARTNER’S

PT Indo Cherry yang berpotensi terganggu akan rencana jenis usaha yang
akan dibangun oleh calon pembeli Penggugat. Hal tersebut Turut Tergugat
juga telah sampaikan dalam surat keberatannya Nomor: 0112/ALC/XI/2022
tertanggal 02 November 2022 terkait rencana peralihan kepada PT Malindo
Feedmil Tbk yang akan melakukan pembangunan Dryer dan Silo,
mengingat Turut Tergugat merupakan perusahaan industri yang bergerak
dibidang Usaha Makanan (Roti), sehingga akan sangat menimbulkan
gangguan bagi kelansungan usahanya.
13.Bahwa dalil dalam gugatan Penggugat pada poin 8 halaman 11 pada posita
Penggugat mendalilkan bahwa sesuai dengan suratnya Nomor:
0112/ALC/XI/2022 tertanggal 02 November 2022, Penggugat menyatakan
bahwa mampu untuk meyakinkan Turut Tergugat terkait kekhawatiran
pembangunan Dryer dan silo oleh PT Malindo Feedmil, Tbk. sebagaimana
yang kami jelaskan pada point 12, namun hingga Jawaban ini dibuat
Penggugat belum mampu meyakinkan Turut Tergugat.
14.Bahwa dalam point 9 halaman 11 pada posita Penggugat mendalilkan
bahwa usaha yang selama ini dilakukan namun tidak ada hasil merupakan
kekeliruan atau kesalahan Penggugat sendiri, karena dalam hal ini
Penggugat hanya terkesan memaksakan proses peralihan terjadi hanya
kepada PT Malindo Feedmil Tbk, yang pada Prinsipnya dapat mengganggu
Industri disekitarnya.
15.Bahwa alasan yang kami tuangkan kedalam Surat Nomor:
KIMA.4085/DU/XI/2022 telah sejalan dengan maksud dan tujuan dibuat
Tata Tertib Kawasan Industri Tergugat, hal tersebut kami dasarkan pada:
a. Tergugat memiliki tujuan untuk menciptakan Kawasan Industri yang
berwawasan lingkungan bagi para tenant/investor, perusahaan industri
sehingga dapat melakukan aktivitas usaha secara optimal dan efektif.
b. Upaya untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman baik di
dalam maupun diluar KIMA
c. Dst.
16.Bahwa apa yang didalilkan oleh Penggugat dalam posita point 10 dan Point
11 halaman 11-12 yang mengatakan bahwa Tergugat tidak dapat
mengeluarkan Surat Rekomendasi dan Persetujuan peralihan dengan dalil
ingin seolah-olah ingin melindungi Turut Tergugat, adalah hal yang tidak
berdasar dan mengada-ngada, karena alasan-alasan tersebut secara
tegas dan jelas telah kami uraikan pada point 10 s/d 15 di atas.
Page | 9
PARTNER & PARTNER’S

17.Bahwa terkait dalil dalam gugatan Penggugat pada poin 12 adalah suatu
dalil yang tidak berdasar dan terkesan hanya mengada-ada sehingga
dengan demikian Tergugat tidak perlu menanggapinya.
18.Bahwa Bahwa apa yang didalilkan oleh Penggugat dalam posita point 10
dan Point 13 halaman 13-14 adalah hal yang keliru, karena Tergugat
selaku Perusahaan Pengelola Kawasan Industri memiliki hak untuk
menyetujui setiap perusahaan industri yang akan melakukan tindakan
hukum terhadap tanah di atas Hak Pengelolaan, hal tersebut sejalan
dengan ketentuan pasal 41 Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021
tentang tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun,
Dan Pendaftaran Tanah yang berbunyi: “Pemegang Hak Guna Bangunan
berkewajiban melaksanakan pembangunan dan/ atau mengusahakan
tanahnya sesuai dengan tujuan peruntukan dan persyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya paling lama 2 (dua) tahun
sejak hak diberikan” termasuk rencana pembangunan yang akan dilakukan
oleh setiap Perusahaan yang ingin mengambil alih hak atas tanah di atas
Hak Pengelolaan;
19.bahwa kebijakan CODE OF CORPORATE GOVERNANCE Pada Bab IV
tentang Pengelolaan Hubungan dengan Stakeholder lainnya sebagaimana
pada Point A angka 4 adalah sebagai wujud tindakan dalam
memperlakukan Pembeli/Investor secara Fair (adil) demi tercapainya
kemamfaatan dan keseimbangan dalam memberikan kebijakan,
rekomendasi, persetujuan dan hal-hal lainnya yang dengan demikian tentu
akan mempertimbangkan segala aspek untuk menghindari hal-hal yang
dapat menimbulkan dampak yang merugikan investor lainnya pada
umumnya dan PT KIMA pada khususnya, baik dari segi hukum, sosial,
budaya dan lingkungan, dll.
20.Bahwa dalil gugatan Penggugat pada poin 16 yang menyatakan bahwa
Penggugat merasa dihalang-halangi oleh Tergugat dan Turut Tergugat
untuk melakukan peralihan hak kepada calon pembeli, adalah suatu dalil
yang tidak benar dan yang terkesan mengada-ada. Oleh karena Tergugat
selaku pemegang hak pengelolaan tanah kawasan industri Makassar harus
dengan penuh kehati-hatian dalam memberikan kebijakan kepada setiap
investor demi menjaga iklim persaingan bisnis yang sehat dan humanis.
21.Bahwa dalil gugatan Penggugat pada Poin 17 yang pada pokoknya
Penggugat menyatakan menderita kerugian akibat tidak terlaksannya
proses peralihan hak kepada calon pembeli adalah suatu dalil yang terkesan
mengada-ada. Tergugat perlu kembali tegaskan bahwa Peruntukan Tanah
Industri didalam Kawasan Industri Makassar adalah untuk membangun dan
mengembangkan bisnis usaha demi untuk meningkatkan pertumbuhan
Page | 10
PARTNER & PARTNER’S

perekonomian bukan peruntukan untuk melakukan transaksi jual beli tanah


kawasan industry makassar dalam mencari keuntungan, tetapi walaupun
demikian ketika investor berencana akan mengalihkan tanah kawasan
industri makassar ke pihak lain maka Tergugat tentu akan melakukan
berbagai pertimbangan-pertimbangan dari segala aspek demi menjaga
persaingan bisnis/usaha agar tetap sehat dan humanis sebelum
mengeluarkan kebijakan memberikan izin peralihan.

Berdasarkan uraian jawaban dan eksepsi di atas, mohon agar kiranya Yang Mulia
Majelis Hakim berkenan menjadikan dasar pertimbangan sekaligus menjatuhkan
putusannya dengan amar sebagai berikut :

MENGADILI :
DALAM EKSEPSI :
1. Meengabulkan Eksepsi Tergugat seluruhnya;
2. Menyatakan Pengadilan Negeri Makassar Kelas 1A Khusus tidak berwenang
mengadili perkara a quo;
DALAM POKOK PERKARA :
1. Menolak Gugatan Penggugat seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan
gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk Verklaard);
2. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul dalam
perkara ini;

Demikianlah Eksepsi/Jawaban Tergugat ini kami ajukan, atas segala perhatian dan
perkenannya kami haturkan terima kasih.
Makassar, 21 Februari 2023
Hormat Kami,
Kuasa Hukum Tergugat

Adv. MUHAMAD ISKANDAR, SH. Adv. BASRI, SH.

Adv. KAMARUDDIN, SH., MH. Adv. AIDIN MUSAWWIR BANGSU, SH.

Anda mungkin juga menyukai