Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerja sama merupakan salah satu fitrah manusia sebagai mahluk sosial.
Kerja samamemiliki dimensi yang sangat luas dalam kehidupan manusia, baik
terkait tujuan positif maupun negatif. Dalam hal apa, bagaima- na, kapan dan di
mana seseorang harus bekerjasama dengan orang lain tergantung pada kompleksitas
dan tingkat kemajuan peradaban orang terse- but. Semakin modern seseorang, maka
ia akan semakin banyak bekerja sama dengan orang lain, bahkan seakan tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu tentunya dengan bantuan perangkat teknologi yang
modern pula.
Bentuk kerjasama dapat dijumpai pada semua kelompok orang dan usia.
Sejak masa kanak-kanak, kebiasaan bekerjasama sudah diajarkan di dalam
kehidupan keluarga. Setelah dewasa, kerjasama akan semakin berkembang dengan
banyak orang untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya. Pada taraf ini,
kerjasama tidak hanya didasarkan hubungan kekeluargaan, tetapi semakin
kompleks. Dasar utama dalam kerja sama ini adalah keahlian, di mana masing-
masing orang yang memiliki keahlian berbeda, bekerja bersama menjadi satu
kelompok/tim dalam menyeleseaikan sebuah pekerjaan. Kerja sama tersebut
adakalanya harus dilakukan dengan orang yang sama sekali belum dikenal, dan
begitu berjumpa langsung harus bekerja bersama dalam sebuah kolempok. Oleh
karena itu selain keahlian juga dibutuhkan kemampuan penyesuaian diri dalam setiap
lingkungan atau bersama segala mitra yang dijumpai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang diamksud dengan kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan?
2. Bagaimana bentuk kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan?
3. Bagaimana cara mewujudkan kerja sama didalam berbagai lingkungan
kehidupan?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan?
2. Untuk mengetahui bentuk kerjasama dalam berbagai bidang kehidupan?
3. Untuk mengetahui cara mewujudkan kerja sama didalam berbagai Lingkungan
kehidupan?

1|Kerja s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kerja Sama
Dari sudut pandang sosiologis, pelaksanaan kerjasama antar kelompok
masyarakat ada tiga bentuk (Soekanto, 1986: 60-63) yaitu: (a) bargaining yaitu
kerjasama antara orang per orang dan atau antarkelompok untuk mencapai tujuan
tertentu dengan suatu perjanjian saling menukar barang, jasa, kekuasaan, atau jabatan
tertentu, (b) cooptation yaitu kerjasama dengan cara rela menerima unsur-unsur baru
dari pihak lain dalam organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya
keguncangan stabilitas organisasi, dan (c) coalition yaitu kerjasama antara dua
organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Di antara oganisasi yang
berkoalisi memiliki batas-batas tertentu dalam kerjasama sehingga jati diri dari
masing-masing organisasi yang berkoalisi masih ada. Bentuk-bentuk kerjasama di
atas biasanya terjadai dalam dunia politik.
Dalam bersosialisasi dan berorganisasi, bekerjasama memiliki kedu- dukan
yang sentral karena esensi dari kehidupan sosial dan berorganisasi adalah
kesepakatan bekerjasama. Tidak ada organisasi tanpa kerjasama. Bahkan dalam
pemberdayaan organisasi, kerjasama adalah tujuan akhir dari setiap program
pemberdayaan. Manajer akan ditakar keberhasilannya dari seberapa mampu ia
menciptakan kerjasama di dalam organisasi (intern), dan menjalin kerja sama dengan
pihak-pihak di luar organisasi (ekstern).
Prinsip-prinsip berorganisasi termasuk bernegara pada hakikatnya
merupakan perwujudan bentuk kerja sama yang dilembagakan, di mana setiap orang
dalam organisasi atau negara tersebut mengakui dan tunduk terhadap
organisasi/negara. Prinsip-prinsip tersebut tentunya merupakan hasil penelaahan
yang lama dan mendalam tentang interaksi manusia dalam organisasi, sehingga
dinyatakan sebagai sesuatu yang hampir niscaya keberadaannya, yaitu:
1. Adanya pembagian kerja (division of work). Pembagian kerja atau penempatan
karyawan, secara normatif harus menggunakan prinsip the right man on the right
place . Paling tidak ada dua dasar berpikir mengenai hal ini, yaitu (a) pekerjaan
dalam organisasi volume dan/atau ragamnya cukup banyak sehingga tidak bisa

2|Kerja s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
ditangani oleh satu atau dua orang saja, dan (b) setiap orang memiliki minat,
kecakapan, keahlian atau spesialisasi tertentu.
2. Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab (authority and
responsibility). Dalam tugas pekerjaannya, setiap staf dilengkapi oleh
wewenang dalam melakukan pekerjaan tertentu dan setiap wewenang itu
melekat suatu pertanggungjawaban. Agar staf dapat menjalankan kewenangan
dan memenuhi tanggungjawabnya, perlu diberi peluang untuk saling
bekerjasama antar sesama staf dan antara dirinya dengan manajer terkait.
3. Adanya kesatuan perintah (unity of command) dan pengarahan (unity of
direction). Dalam melakasanakan pekerjaan, karya- wan yang baik akan
memperhatikan prinsip kesatuan perintah pada bidangnya sehingga pelaksanaan
kerja dapat dijalankan dengan baik. Karyawan juga harus tahu kepada siapa ia
harus bertanggung jawab. Perintah yang datang dari manajer bagian yang lain
kepada seorang karyawan kadankala bisa mengacaukan kejelasan wewenang,
tanggung jawab, dan pembagian kerja. Untuk memastikan adanya kesatuan
perintah, perlu dijalin komunikasi dan kerjasama. Dalam pelaksanaan kerja, bisa
saja terjadi adanya dua perintah yang bertentangan. Untuk keserasian perintah,
sekali lagi diperlukan komunikasi, konsensus, dan kerjasama.
4. Adanya ketertiban (order) organisasi. Ketertiban dalam organisasi dapat
terlaksana dengan aturan yang ketat atau dapat pula karena telah tercip- tanya
budaya kerja yang sangat kuat. Ketertiban dalam suatu pekerjaan dapat terwujud
apabila seluruh karyawan, baik atasan maupun bawahan mempunyai disiplin
yang tinggi dari masing-masing anggota organisasi.
5. Adanya semangat kesatuan (semangat korp). Setiap staf harus memiliki rasa
kesatuan, atau senasib sepenanggungan sehingga menimbulkan semangat
kerjasama yang baik. Semangat kesatuan akan lahir apabila setiap karyawan
mempunyai kesadaran bahwa setiap karyawan sangat berarti bagi karyawan lain.
Setiap bagian dibutuhkan oleh bagian lainnya. Manajer yang memiliki
kepemimpinan akan mampu melahirkan semangat kesatuan (esprit de corp),
sedangkan manajer yang suka memaksakan kehendak dengan cara-cara yang
kasar akan melahirkan friction de corp (perpecahan dalam korp).
Kelima prinsip di atas merupakan perwujudan kerja sama antarindividu,
yang telah dibingkai dalam organisasi/negara. Chester I. Barnard mengemukakan
bahwa organisasi adalah sistem kerjasama antara dua orang atau lebih (Djatmiko,

3|Kerja s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
2002; 1). James D. Mooney juga berpendapat bahwa organisasi adalah setiap
bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama.
B. Bentuk-Bentuk Kerjasama Dalam Berbagai Bidang kehidupan
1. Kerjasama Antar umat Beragama
Kerjasama antarumat beragama di Indonesia dilandasi Pancasila
terutama sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan pasal 29 ayat (1) dan (2). Undang-
Undang Dasar 1945. Pasal 29 Ayat (1) menyatakan: “Negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ayat ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia
berdasar atas kepercayaan dan keyakinan terhadap Tuhan. Sedangkan pada Pasal
29 Ayat (2) menyatakan: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaan itu”. Dalam ayat ini, negara memberi kebebasan
kepada setiap warga negara Indonesia untuk memeluk salah satu agama dan
menjalankan ibadah menurut kepercayaan serta keyakinannya tersebut. Agama
merupakan salah satu hak yang paling asasi diantara hak-hak asasi manusia,
karena kebebasan beragama itu langsung bersumber kepada mertabat manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Hak kebebasan beragama itu bukan pemberian
negara dan bukan pemberian golongan. Oleh kerenanya, agama tidak dapat
dipaksakan atau dalam menganut suatu agama tertentu itu tidak dapat dipaksakan
kepada dan oleh seseorang. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa itu berdasarkan atas keyakinan, karena menyangkut hubungan pribadi
manusia dengan Tuhan yang dipercayai dan diyakininya.
Kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
semakin berkembang sehingga terbina hidup rukun dan kerjasama di antara
sesama umat beragama dan penganut aliran kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Kerjasama ini akan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan
negara. Di dalam hubungan kerjasama sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang
tersurat dan tersirat di dalam Pancasila, khususnya sila Ketuhanan Yang Maha
Esa, yaitu kerjasama yang didasari:
a. Toleransi hidup beragama, kepercayaan dan keyakinannya masing-masing.
b. Menghormati orang yang sedang melaksanakan ibadah.
c. Bekerja sama dan tolong menolong tanpa membeda-bedakan agama.
d. Tidak memaksakan agama dan kepercayaannya kepada orang lain.

4|Kerja s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial antar
manusia yang tidak dilarang dalam semua ajaran agama. Hubungan dan kerja
sama dalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang,
bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan. Dari sudut
pandang itulah kita sebagai umat manusia yang menganut agama yang berbeda
dapat membentuk suatu kerjasama yang baik untuk masyakarat, bangsa dan
negara.
Kerjasama di antara umat beragama merupakan bagian yang sangat penting
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan kerjasama
yang erat di antara mereka, kehidupan dalam masyarakat akan menjadi aman,
tenteram, tertib, dan damai. Bentuk kerjasama antar umat beragama di antaranya
sebagai berikut:
a. Adanya dialog antar pemimpin agama
b. Adanya kesepakatan di antara pemimpin agama untuk membina agamanya
masing-masing.
c. Saling memberikan bantuan bila terkena musibah bencana alam.

Setiap umat beragama diharapkan selalu membina kerjasama dan


kerukunan antar umat beragama. Dialog antar-umat beragama merupakan salah
satu cara untuk memperkuat kerukunan beragama dan menjadikan agama sebagai
faktor pemersatu dalam kehidupan berbangsa. Para tokoh dan umat beragama
dapat memberikan kontribusi dengan berdialog secara jujur, berkolaborasi dan
bersinergi untuk menggalang kekuatan bersama guna mengatasi berbagai masalah
sosial termasuk kemiskinan dan kebodohan. Jika agama dapat dikembangkan
sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan sumbangan bagi stabilitas
dan kemajuan suatu negara,

Setiap orang yang menjadi warga Negara Indonesia hendaknya


menerapkan budaya saling bekerjasama antar satu sama lain walaupun berbeda
agama. Dalam hubungan sosial, perbedaan agama bukanlah sebuah alasan untuk
kita menghindari kerjasama dengan orang lain. Salah satu cara untuk
mempertahankan keberadaan negara Indonesia memiliki beragam suku, ras dan
agama adalah dengan membangun kerjasama, saling menghargai, menghormati
dan saling tengang rasa terhadap agama dan kepercayaan yang berbeda.

5|Kerja s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
Dengan demikian kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari
hubungan sosial antar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran agama.
Hubungan dan kerja sama dalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya
tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup
kebaikan. Melalui kerja sama antar umat beragama akan timbul proses asimilasi
yaitu suatu proses yang ditandai dengan adanya usaha mengurangi perbedaan
yang terdapat pada perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan
juga berusaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses mental
dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan bersama. Sehingga
adanya kerjasama antar umat beragama kita dapat menghindari berbagai konflik
yang bisa saja terjadi di antara kita dan menghindari sikap ketidak adilan terhadap
mereka yang lain agamanya.

2. Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Sosial Politik


Kerjasama dalam kehidupan sosial politik dapat kita lihat dari nilai-nilai
gotong royong yang sudah menjadi salah satu ciri kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia sejak dulu dalam kehidupan sosialnya
sudah terbiasa hidup dalam suasana gotong royong. Masyarakat akan saling bantu
dan hampir semua kepentingan masyarakat di desa dibangun oleh masyarakat itu
sendiri secara bergotong royong.

Dalam bidang sosial kerjasama dalam bentuk gotong-royong ini hampir


ditemui di kelompok-kelompok masyarakat Indonesia atau suku-suku bangsa
Indonesia. Misalnya hasil penelitian Koentjaraningrat (dalam Budimansyah, 2000)
di wilayah Bagelen Jawa Tengah kegiatan gotong royong itu terlihat dalam
kegiatan-kegiatan sebagaiberikut:
1. Waktu ada peristiwa kematian atau kecelakaan, dimana orang dating untuk
memberi pertolongan ataupun layadan.
2. Waktu seluruh penduduk desa turun untuk mengerjakan pekerjaan yang
sifatnya untuk kepentingan umum (desa) yang lajim disebut gugurgunung,
seperti memperbaiki jalandesa,lumbungdesa dan lain-lain.
3. Waktu seorang warga desa mengadakan pesta dan tetangga berdatangan untuk
membantu. Kegiatan ini dinamakan sambatan atau njurungan

6|Kerja s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
4. Waktu-waktu tertentu dimana makam nenek moyang desa perlu dibersihkan,
kegiatan ini dinamakanrerukun alur waris.
5. Waktu seorang penduduk perlu mengerjakan sesuatu untuk tempat tinggal
(membongkar atap, mendirikan rumah baru) dan tetangga berdatangan
membantu. Kegiatan ini dinamakan sambatan.
6. Waktu kegiatan yang berhubungan dengan pertanian, baik membetulkan
saluran air maupun panenan. Kegiatan ini dinamakan kerubutan tau grojogan
7. Waktu ada keperluan desa yang sifatnya tidak langsung berhubungan dengan
kepentingan umum, misalnya pekerjaan yang menjadi tugas kepala desa
namun penduduk turun membantunya. Kegiatan ini disebut keregan
Dalam bidang politik, kerjasama juga dapat ditemui di kelompok-kelompok
masyarakat Indonesia seperti tingginya partisipasi masyarakat dalam pemilihan
kepala desa, pemilihan DPR, pemilihan presiden dan kepala daerah. Partisipasi
dalam pemilihan tersebut tidak hanya sebatas memberikan suara, tetapi tak sedikit
anggota masyarakat yang bergotong royong mendirikan tempat pengumutan suara,
membantu mengamankan jalannya pengumutan suara, dan lainnya
Perlu dipahami bahwa dasar kerjasama dalam kehidupan sosial politik adalah
sila keempat Pancasila menempatkan begitu pentingnya nilai kerjasama/gotong
royong dijadikan landasan kehidupan politik. Pancasila sila keempat yang berbunyi
“Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan”. Perilaku politik harus didasari nilai hikmat,
kebijaksanaan, permusyawaratan dan perwakilan. Nilai-nilai tersebut merupakan
inti dari Kerjasama dalam kehidupan sosial politik.
Sila keempat Pancasila pada prinsipnya menegaskan bahwa bangsa Indonesia
akan terus memelihara dan mengembangkan semangat bermusyawarah dalam
perwakilan. Konsep musyawarah dan perwakilan mengandung makna perlunya
kerjasama. Lihat bagaimana pembentukan sebuah Undang-Undang? Tanpa
kerjasama dan musyawarah pembentuk Undang-undang yang dibutuhkan
masyarakat sulit diwujudkan.
Permusyawaratan memancarkan kehendak untuk menghadirkan negara
persatuan yang dapat mengatasi paham perseorangan dan golongan, sebagai
pantulan dari semangat kekeluargaan dari pluralitas kebangsaan Indonesia dengan
mengakui adanya “kesederajatan/persamaan dalam perbedaan”. Permusyawaratan
adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan/atau

7|Kerja s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat, hingga tercapai keputusan
yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem
dalam arti tata cara (prosedur) mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil
bagian dalam kehidupan bernegara, antara lain dilakukan dengan melalui badan-
badan perwakilan.
Hikmat kebijaksanaan merefleksikan tujuan sebagaimana dikehendaki oleh
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat itu hendaknya
didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, perikemanusiaan, persatuan,
permusyawaratan, dan keadilan.
Dalam demokrasi permusyawaratan, suatu keputusan politik dikatakan benar
jika memenuhi setidaknya empat prasyarat. Pertama, harus didasarkan pada asas
rasionalisme dan keadilan bukan hanya berdasarkan subjektivitas dan kepentingan.
Kedua, didedikasikan bagi kepentingan banyak orang, bukan demi kepentingan
perseorangan dan golongan. Ketiga, berorientasi jauh ke depan, bukan demi
kepentingan jangka pendek melalui akomodasi transaksional yang bersifat
destruktif (toleransi negatif). Keempat, bersifat imparsial, dengan melibatkan dan
mempertimbangkan pendapat semua pihak.
Sila Keempat ini juga merupakan suatu asas, bahwa tata pemerintahan
Republik Indonesia didasarkan atas kedaulatan rakyat, sebagaimana ditegaskan
dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Atas dasar tersebut, disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia, yang berkedaulatan rakyat

3. Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Ekonomi


Landasan kehidupan ekonomi bangsa Indonesia adalah Pasal 33 ayat 1 UUD
Negara Republik Indonesa tahun 1945 menyatakan “Perekonomian disusun
sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan”. Hal ini berarti dalam
kegiatan usaha ekonomi digunakan prinsip kerjasama, saling membantu dalam
suasana demokrasi ekonomi untuk mencapai kesejahteraan bersama secara adil.
Pasal 33 ayat (2) dan (3) menyatakan : (2) Cabang-cabang produksi yang penting
bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dan Pasal

8|Kerja s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
33 ayat (2) dan (3) diatas menegaskan bahwa perekonomian di Indonesia sebesar-
besarnya ditujukan untuk kemakmuran rakyat.
Mari kita cermati isi pasal 33 ayat 1 UUD 1945 di atas! Berdasarkan pasal
tersebut sesungguhnya perekonomian Indonesia harus disusun berdasarkan asas
kekeluargaan. Salah satu wujud nyata asas kekeluargaan adalah adanya kerjasama
atau gotong royong dalam membangun perekonomian bangsa.
Mengapa manusia perlu bekerjama di bidang ekonomi? Untuk memahaminya
marilah kita cermati pendapat Charles H. Cooley yang menyatakan bahwa
timbulnya kerjasama apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-
kepentingan tersebut melalui kerjasama. Pada masyarakat Indonesia terdapat
bentuk kerjasama yang disebut gotong-royong.
Koentjaraningrat membedakan antara gotong-royong tolong-menolong dan
gotong-royong kerja bakti. Aktivitas tolong-menolong juga tampak pada aktivitas
kehidupan masyarakat yang lain, yaitu:
a. Aktivitas tolong-menolong antara tetangga yang tinggal berdekatan untuk
pekerjaan-pekerjaan kecil sekitar rumah dan pekarangan, seperti menggali
sumur, mengganti dinding bilik rumah, membersihkan rumah dan atap rumah
dari hama tikus, dan sebagainya.
b. Aktivitas tolong-menolong antara kaum kerabat (dan kadang-kadang beberapa
tetangga yang paling dekat) untuk menyelenggarakan pesta sunat, perkawinan
atau upacara adat lain sekitar titik-titik peralihan pada lingkaran hidup individu
(hamil, tujuh bulan, kelahiran, melepas tali pusat, kontak pertama dari bayi
dengan tanah, pemberian nama, pemotongan rambut untuk pertama kali,
pengasahan gigi, dan sebagainya).
c. Aktivitas spontan tanpa permintaan dan tanpa pamrih untuk membantu secara
spontan pada waktu seseorang penduduk desa mengalami kematian atau
bencana. Menurut Koentjaraningrat,gotong-royong kerja bakti sebaiknya
dibedakan antara gotong-royong kerja bakti untuk proyek-proyek yang timbul
dari inisiatif atau swadaya warga sendiri dan gotong-royong kerja bakti untuk
proyek-proyek yang dipaksakan dari atas. Gotong-royong kerjabakti yang
pertama, sebagai kerja bakti yang berasal dari masyarakat, misalnya hasil
keputusan rapat desa yang benar-benar sesuai dan dibutuhkan oleh masyarakat

9|Kerja s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
yang bersangkutan. Sedangkan gotong-royong kerja bakti yang kedua
seringkali tidak dipahami manfaatnya oleh warga desa dan dirasakan lebih
sebagai sebuah kewajiban daripada sebagai sebuah kesadaran.
Menurut Soekanto (1978 ) gotong-royong diartikan sebagai bentuk kerjasama
yang spontan yang sudah terlembagakan yang mengandung unsur timbal-balik
yang sukarela antara warga desa dengan warga desa lainnya dan dengan Kepala
Desa serta musyawarah desa untuk memenuhi kebutuhan desa, baik yang
insindental maupun yang rutin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan bersama.
Menurut Ter Haar dari sudut hukum adat, gotong-royong dibedakan antara
ordeling hulpbetoon dengan wederkering hulpbetoon. Yang dimaksud dengan
ordeling hulpbetoon wajib dilakukan dan secara langsung didasarkan pada aturan
hukum adat dan tidak didasarkan pada prestasi di masa kini atau mendatang.
Sedangkan wederkering hulpbetoon ada misalnya apabila terjadi tolong-menolong
kalau orang membuka tanah milik yang sebelumnya telah dipilih. Didalam bahasa
Jawa kegiatan yang pertama disebut dengan istilah gugur gunung, sedangkan yang
kedua disebut sambat-sinambat
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini wujud kerjasama
atau gotong royong dalam membangun perekonomian Indonesia yang sesuai pasal
33 UUD 1945 adalah koperasi. Namun karena kurangnya masyarakat memahami
dan ikut serta secara aktif membentuk dan mengelola koperasi, keberadaan
koperasi belum mampu bersaing dengan lembaga perekonomian yang lain baik
perusahaan swasta maupun BUMN.
Pahamilah bahwa sesungguh koperasi merupakan soko guru perekonomian
Indonesia. Mengapa? karena koperasi merupakan suatu badan usaha yang
melaksanakan usahanya didasarkan atas azas kekeluargaan. Mari kita cermati
keunggulan koperasi dibandingkan dengan badan usaha lainnya adalah
a. Dasar persamaan artinya setiap anggota dalam koperasi mempunyai hak suara
yang sama;
b. Persatuan, artinya dalam koperasi setiap orang dapat diterima menjadi anggota,
tanpa membedakan, agama, suku bangsa dan jenis kelamin;
c. Pendidikan, artinya koperasi mendidik anggotanya untuk hidup sederhana,
tidak boros dan suka menabung;
d. Demokrasi ekonomi, artinya imbalan jasa yang disesuaikan dengan jasa
masing-masing anggota berdasarkan keuntungan yang diperoleh; dan

10 | K e r j a s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
e. Demokrasi kooperatif artinya koperasi dibentuk oleh para anggota dijalankan
oleh anggota dan hasilnya untuk kepentingan anggota.
Berdasarkan keunggulan ini koperasi sangat baik dikembangkan dengan sungguh-
sungguh, jujur, dan baik, sebagai wahana yang ampuh untuk mencapai suatu
masyarakat yang adil dan makmur.
4. Kerjasama dalam Bidang Kehidupan Pertahanan dan Keamanan Negara
Pertahanan dan Keamanan Negara erat kaitannya dengan bela Negara. Dilihat
dari perundang-undangan, kewajiban membela negara dapat ditelusuri dari
ketentuan dalam UUD l945 dan undang-undang nomor 3 tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara. Dalam UUD 1945 Pasal 30 ayat (1) ditegaskan bahwa “ tiap-
tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara”. Sedangkan dalam Pasal 30 ayat (2) disebutkan bahwa “usaha
pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta oleh TNI dan POLRI sebagai kekuatan utama, dan rakyat
sebagai kekuatan pendukung”.
Berdasarkan UUD 1945 Pasal 30 ayat (1) dan (2) tersebut, ada beberapa hal
yang mesti kita pahami yaitu 1) keikutsertaan warga negara dalam pertahanan dan
keamanan negara merupakan hak dan kewajiban; 2) pertahanan dan keamanan
negara menggunakan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta; 3) kekuatan
utama dalam sistem pertahanan adalah TNI, sedangkan dalam sistem keamanan
adalah POLRI; 4) kedudukan rakyat dalam pertahanan dan keamanan sebagai
kekuatan pendukung. Ketentuan hak dan kewajiban warga negara dalam usaha
pembelaan negara dan sebagai kekuatan pendukung.
Konsep yang diatur dalam Pasal 30 tersebut adalah konsep pertahanan dan
kemanan negara. Sedangkan konsep bela negara diatur dalam UUD 1945 Pasal 27
ayat (3) bahwa “ Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara”. Ikut serta pembelaan negara tersebut diwujudkan dalam
kegiatan penyelenggaraan pertahanan negara, sebagaimana ditegaskan dalam
UURI Nomor 3 tahun 2002 , Pasal 9 ayat (1) bahwa “ Setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam
penyelenggaraan pertahanan negara”. Kemudian dalam UU RI Nomor 3
tahun 2002bagian menimbang huruf (c) ditegaskan antara lain ”dalam
penyelenggaraan pertahanan negara setiap warga negara mempunyai hak dan
kewajiban untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara...”.

11 | K e r j a s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
Pertahanan negara adalah segala usaha untuk memepertahankan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan
segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara
(Pasal 1 ayat (1) UU Nomor 3 tahun 2002). Dengan demikian, jelaslah bahwa
keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara diwujudkan dalam
keikutsertaannya pada segala usaha untuk memepertahankan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap
bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.
Kata “wajib” yang diatur dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (3) dan UURI
Nomor 3 tahun 2002 Pasal 9 ayat (1) mengandung makna, bahwa setiap warga
negara, dalam keadaan tertentu dapat dipaksakan oleh negara untuk ikut serta dalam
pembelaan negara. Namun demikian, di negara kita sampai saat ini belum ada
keharusan untuk mengikuti wajib militer (secara masal) bagi segenap warga negara
Indonesia seperti diberlakukan di beberapa negara lain. Sekalipun demikian,
adakalanya orang-orang yang memiliki keahlian tertentu (biasanya sarjana) yang
dibutuhkan negara dapat diminta oleh negara untuk mengikuti tes seleksi
penerimaan anggota TNI sekalipun orang tersebut tidak pernah mendaftarkan diri.
Secara spesifik Pertahanan dan Keamanan Negara dapat dilihat dalam UU RI
Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Istilah yang digunakan dalam
undang-undang tersebut bukan ”usaha pembelaan negara” tetapi digunakan istilah
lain yang mempunyai makna sama yaitu ”upaya bela negara”. Dalam penjelasan
tersebut ditegaskan, bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga
negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Berdasarkan pengertian upaya bela negara, apakah kalian pernah ikut serta
dalam usaha pembelaan negara? Apabila kalian pernah ikut serta menjaga wilayah
negara termasuk wilayah lingkungan sekitar dari gangguan atau ancaman yang
membahayakan kesela-matan bangsa dan negara berarti kalian sudah
berpartisipasi dalam usaha pembelaan negara. Sikap hormat terhadap bendera,
lagu kebangsaan, dan menolak campur tangan pihak asing terhadap kedaulatan
NKRI juga menunjukkan suatu sikap dalam usaha pembelaan negara.

12 | K e r j a s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
Dengan demikian pengertian usaha pembelaan negara tidak terbatas
memanggul senjata, tetapi meliputi berbagai sikap dan tindakan untuk
meningkatkan kesejahteraan warga negara. Untuk meningkatkan kesejahteraan
warga negara, misalnya dengan usaha untuk mewujudkan keamanan lingkungan,
keamanan pangan, keamanan energi, keamanan ekonomi.
UURI Nomor 3 Tahun 2002 menegaskan, bahwa pertahanan negara
berfungsi untuk mewujudkan dan mempertahankan seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu kesatuan (Pasal 5) Sedangkan yang
dimaksud dengan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
satu kesatuan pertahanan, bahwa ancaman terhadap sebagian wilayah merupakan
ancaman terhadap seluruh wilayah
dan menjadi tanggung jawab segenap bangsa.

Atas dasar tersebut, maka kerjasama segenap warga negara dalam upaya
pembelaan negara bukan hanya dalam lingkup nasional, tetapi juga dalam
lingkungan terdekat di mana kita berdomisili. Artinya menjaga keutuhan wilayah
lingkungan kita tidak dapat dipisahkan dari keutuhan wilayah negara secara
keseluruhan. (ingat konsep/prinsip Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional).
Setiap orang mempunyai kewajiban untuk bekerjama menjaga keutuhan dan
keamanan serta ketertiban wilayah sekitarnya mulai dari lingkungan rumah
sendiri, lingkungan masyarakat sekitar, sampai lingkungan wilayah yang lebih
luas. Adapun bentuk kerjasama warga masyarakat dalam menjaga lingkungannya
antara lain melalui kegiatan sistem keamanan lingkungan (Siskamling), ikut serta
menanggulangi akibat bencana alam, ikut serta mengatasi kerusuhan masal, dan
konflik komunal. Bencana alam terutama banjir tampak telah menjadi bencana
nasional, karena hampir seluruh wilayah nusantara terkena bencana tersebut. Oleh
karena itu, perlu ada gerakan bersama untuk menguranginya. Misalnya dengan
gerakan membuat serapan air sebanyak mungkin di lingkungan kita masing –
masing. Membuat serapan air dengan teknologi sederhana biopori ternyata mudah,
murah dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Lokasi untuk membuat serapan juga
tidak membutuhkan tanah yang luas

Kerjasama dalam penyelenggaraan pertahanan negara dapat diwujudkan


dalam tindakan upaya bela negara. Salah satu sasaran yang mesti dibela oleh setiap

13 | K e r j a s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
warga negara adalah wilayah negara. Wilayah negara (teritorial) merupakan
wadah, alat, dan kondisi juang bagi berlangsungnya penyelenggaraan upaya bela
negara. Setiap warga negara mempunyai kewajiban untuk bekerja sama menjaga
keutuhan wilayah negara sesuai dengan posisi dan kemampuannya masing-
masing. Kalian sebagai siswa SMP berkewajiban untuk bekerjamsa menjaga
keamanan lingkungan tempat tinggal dan sekolahnya masing-masing dari berbagai
ancaman dan gangguan yang dihadapi.
C. Arti Penting Kerjasama dalam Berbagai Bidang Kehidupan
Kerjasama (cooperation) dimaksudkan sebagai usaha bersama antara orang
perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan
bersama. Bentuk dan pola-pola kerjasama dapat dijumpai pada semua kelompok
manusia. Kebiasaan-kebiasaan dan sikap-sikap demikian dimulai sejak masa
kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga atau kelompok-kelompok kekerabatan.
Atas dasar itu anak tersebut akan menggambarkan bermacam-macam pola
kerjasama setelah dia menjadi dewasa. Bentuk kerjasama tersebut berkembang
apabila orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama dan harus
ada kesadaran bahwa tujuan tersebut dikemudian hari mempunyai manfaat bagi
semua.
Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai
cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama
dan adanya organisasi merupakan faktor-faktor yang penting dalam kerjasama yang
berguna. (Soekanto, 2002 : 73).
Seperti diketahui masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang
majemuk baik dilihat dari aspek bahasa, budaya, agama, maupun kelompok-
kelompok sosial. Dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia, Kerjasama ini
bukan saja sebagai sebuah kewajiban, tetapi lebih sebuah kebutuhan bagi
seseorang. Untuk dapat bekerjasama setiap orang sebagai anggota masyarakat
harus mengembangkan sikap-sikap yang mendukung terjadinya kerjasama dalam
masyarakat.
Arti penting kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara akan memperkokoh persatuan dan kesatuan
bangsa. Oleh karena itu, kita harus menyadari adanya keberagaman dalam

14 | K e r j a s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
kehidupan di masyarakat. Adanya keberagaman itu, justru mendorong setiap warga
negara mengembangkan persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, dalam
pergaulan di masyarakat, setiap warga negara harus menjauhkan diri dari perilaku
eksklusivisme. Sikap eksklusivisme dapat memecah belah
persatuan dan kesatuan bangsa karena membuat kelompok sendiri tanpa
mau melakukan kerja sama dengan warga negara lainnya dalam berbagai
bidang kehidupan untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia.
Lalu apa manfaat kerjasama untuk kepentingan pribadi manusia itu sendiri?
Kusnadi (2003) mengatakan bahwa berdasarkan penelitian kerjasama mempunyai
beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut:
a. Kerja sama mendorong persaingan di dalam pencapaian tujuan dan
peningkatan produktivitas.
b. Kerja sama mendorong berbagai upaya individu agar dapat bekerja lebih
produktif, efektif, dan efisien.
c. Kerja sama mendorong terciptanya sinergi sehingga biaya operasionalisasi
akan menjadi semakin rendah yang menyebabkan kemampuan bersaing
meningkat.
d. Kerja sama mendorong terciptanya hubungan yang harmonis antarpihak terkait
serta meningkatkan rasa kesetiakawanan.
e. Kerja sama menciptakan praktek yang sehat serta meningkatkan semangat
kelompok.
f. Kerja sama mendorong ikut serta memiliki situasi dan keadaan yang terjadi
dilingkungannya, sehingga secara otomatis akan ikut menjaga dan
melestarikan situasi dan kondisi yang telah baik.

D. Mewujudkan Kerjasama dalam Berbagai Lingkungan Kehidupan


Sikap positif Mewujudkan Kerjasama dalam Berbagai Lingkungan Kehidupan dapat
dilihat sebagai berikut.
1. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan lingkungan yang paling
efektif untuk menaaamkan nilai-nilai, baik nilai agama, sopan santun, disiplin,
termasuk nilai-nilai Pancasila. Dalam keluarga, setiap orang mempunyai
kedudukan dan peran masing-masing. Misalnya, Ayah adalah kepala keluarga, ia
bertugas mencari nafkah. Selain itu, Ayah juga adalah pemimpin keluarga yang

15 | K e r j a s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
bertugas mengarahkan semua anggota keluarga agar menjadi baik. Dalam
menjalankan tugasnya, Ayah di bantu oleh Ibu. Ibu bertugas mengatur rumah dan
menjaga serta mendidik anak-anak. Dalam mengatur rumah, tentu ibu tidak
bekerja sendirian, melainkan di bantu oleh anakanak. Anak-anak harus membantu
ibu mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menyapu, menyiram tanaman dan
sebagainya. Dengan demikian, perwujudan kerjasama dalam kehidupan sehari-
hari dapat dilakukan dengan cara bersama-sama membersihkan rumah tempat
tinggal, bekerja sama antaranggota keluarga, kedisiplinan dalam berbagai hal,
musyawarah dalam menyelesaikan masalah keluarga, tolong-menolong, kasih
sayang dengan anggota keluarga, dan berbagai sikap serta perilaku positif lainnya
2. Lingkungan Sekolah
Kehidupan di sekolah merupakan bentuk miniatur dalam kehidupan
bermasyarakat, oleh sebab itu nilai-nilai yang berkembang di sekolah pun banyak
yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila. Kerjasama di sekolah tentu sangat
diperlukan karena kegiatan di sekolah tidak akan berjalan jika komponen-
komponen yang berada di sekolah tidak bekerjasama antara satu dan yang lainnya.
Misalnya, kepala sekolah bertugas memimpin sekolah dan membuat program-
program sekolah. Guru bertugas mendidik anak-anak dan menjalankan program-
program yang telah ditetapkan. Penjaga sekolah bertanggung jawab menjaga
kebersihan dan bersama-sama satpam menjaga keamanan sekolah. Adapaun para
siswa selain berkewajiban belajar dengan sungguh-sungguh, juga harus ikut serta
memelihara lingkungan sekolah dan mentaati peraturan dan tata tertib yang
berlaku di sekolah. Contoh lain kerjasama siswa di sekolah diwujudkan melalui
partisipasi katif dalam pembentukan pengurus kelas yang terdiri dari ketua kelas,
wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksinya.

3. Lingkungan Masyarakat, Bangsa, dan Negara


Dalam lingkungan masyarakat banyak sekali kegiatan yang memerlukan
kerjasama agar kegiatan itu dapat berjalan lancar, terasa lebih mudah serta
berhasil. Kerjasama di lingkungan kelurahan misalnya, dapat berupa kerja bakti
membersihkan selokan dan lingkungan sekitarnya. Contoh lainnya yaitu bersama
membangun jembatan, membersihkan lingkungan, dan sebagainya.

16 | K e r j a s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
Dalam masalah penyimpangan sosial, seperti mengganggu ketertiban, masyarakat
dapat bekerja sama untuk mencari penyelesaian secara mandiri. Begitu pula, jika
terjadi masalah, seperti bencana alam atau minimnya sarana sosial (dalam bidang
pendidikan, perhubungan, ekonomi, dan sebagainya) masyarakat dapat bekerja
sama mengupayakan berbagai bantuan. Berbagai persoalan tersebut dapat
diupayakan penyelesaiannya melalui bentuk- bentuk kerja sama yang menjadi
tradisi dalam masyarakat kita, seperti musyawarah atau gotong royong.
Masyarakat yang demikian merupakan cermin masyarakat madani. Mereka tidak
hanya mandiri dalam mengupayakan kemajuan bersama, tetapi juga turut terlibat
secara aktif untuk menyelesaikan berbagai masalah sosial.

17 | K e r j a s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kesimpulan sama halnya dengan gotong royong atau bekerja secara
bersama-sama untuk mencapai satu tujuan
2. Kerja sama dalam berbagai bidang yaitu kerjasama antar umat
Bergama, sosail politik dan ekonomi
3. Dalam mewujudkan bentuk kerja sama yaitu di lingkungan kehidupan
sehari-hari kita seperti rumah, sekolah dan lingkungan masyarkat
B. Saran

Saran dari penulis kepada para pembaca agar kiranya dapat memberikan
saran dan kritiknya kepada penulis jika terdapat kesalahan atau tidak sesuai
dan atau melenceng dari pembahasan ataupun aturan dalam penulisan sebab
penulis hanya merupakan manusia biasa yang pastinya tak luput dari
kesalahan.

18 | K e r j a s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
DAFTAR PUSTAKA

http://google.com.

http://ilmuef.blogspot.com/2018/03/kerjasama-dalam-berbagai-bidang.html

http://academia.edu-kerja-sama.

19 | K e r j a s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
KATA PENGANTAR

‫الر ِحي ِْم‬


‫حمن ه‬
ِ ‫الر‬ ِ ‫بِس ِْم ه‬
‫َّللا ه‬
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. tuhan semesta Alam, Karena atas
limpahan rahmat dan karunianya, Maakalah ini dapat kami selesaikan dengan baik tanpa
halangan yang berarti.

Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi besar Muhammad
Saw. Yang telah membawa kita semua dari jaman jahiliyah menuju zaman yang terang
benderang dan penuh dengan ilmu ini. Semoga beliau selalu menjadi suri tauladan dan
uswatun hasanah untuk umat hingga akhir zaman nanti.

Pada kesempatan ini ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya tak lupa kami
sampaikan kepada Ibu guru mata pelajaran yang tak bosan-bosannya memberikan arahan
dan bimbingan kepada kami dalam berbagai hal yang terkait dengan Penyusunan makalah
ini..

Akhir kata Kami ucapkan terimakasih, Kami menyadari bahwa penulisan ini masih
jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat Kami butuhkan
demi penyempurnaan Penulisan-penulisan kedepannya.

Penulis

i
20 | K e r j a s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1

C. Tujuan Penulisan............................................................................................. 1

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Kerjasama ..................................................................................... 2

B. Bentuk-Bentuk Kerjasama Dalam Berbagai Bidang kehidupan ..................... 4

C. Arti Kerjasama Dalam Berbagai Bidang kehidupan .................................... 14

D. Mewujudkan Kerjasama Dalam Berbagai Bidang kehidupan ..................... 15

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................... 18

B. Saran ............................................................................................................ 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
21 | K e r j a s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
MAKALAH

KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK II

SELVA SARI WALEURU


JUMIDA WAILISSA
ISTIGAMA KOLALINA
BAHRUDIN LOHI
MOH. ROPIK LESSY
RADIT A. WAILISSA
SUTRISNO SELANO
SAHRUL PAWAE

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


NEGARA REPUBLIK INDONESIA
SMA NEGERI 2 AMAHAI
2019

22 | K e r j a s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n
23 | K e r j a s a m a d a l a m b e r b a g a i b i d a n g k e h i d u p a n

Anda mungkin juga menyukai