Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bulan Oktober telah kita kenal sebagai bulan bahasa. Bulan Oktober bagi
bangsa Indonesoa memiliki arti histories tersendiri. Hal ini dikarenakan bahwa pada
tanggal 28 Oktober 1928, pemuda Indonesia mengangkat sumpah, antara lain:
1. Menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Sebagai penersus kita hendaknya tetap menggalang persatuan, sebagaimana
yang dicita-citakan oleh pemuda puluhan tahun silam. Secara khusus kita hendaknya
terus membina bahasa yang telah diikrarkan sebagai bahasa persatuan, yaitu bahasa
Indonesia.
Membina bahasa Indonesia bukan hanya menjadi tanggung jawab para pakar
bahasa yang berkecimpung dalam dalam bahasa dan sastra Indonesia, tetapi juga
menjadi tanggung jawab semua putra dan putri Indonesia yang cinta tanah air,
bangsa dan bahasa. Dengan perkataan lain, membina bahasa Indonesia itu menjadi
kewajiban kita semua, bangsa Indonesia.
2. Membina bahasa Indonesia bisa dimulai dari keluarga.
Keluarga, terutama para kaum ibu, sangat mungkin untuk memberikan
bimbingan berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Anjuran untuk menggunakan
bahasa Indonesia secara baik dan benar sudah sering kita dengar, tetapi belum tentu
pemahaman dan penafsiran kita sama tentang makna ungkapan itu.
Seperti yang pernah disampaikan oleh Dr. Durdje Durasid (1990), bahwa
berbahasa yang baik adalah berbahasa yang mengandung nilai rasa yang tepat dan
sesuai dengan situasi pemakaiannya; sedangkan berbahasa yang benar adalah
berbahasa yang secara cermat mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang berlaku.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakag diatas maka yang menjadi rumusan masalah dari penulisan
ini yaitu” Bagaimna Peranan Keluarga dalam Penggunaan Bahasa Indonesia”?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui peranan keluarga dalam penggunaan Bahasa Indonesia
BAB II
PEMBHASAN
A. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan
seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh
karena itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu
bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode
Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah
mulai saat anak mengucapkan kata-kata yang pertama. Yang merupakan saat paling
menakjubkan bagi orang tua. Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1. Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran
yang kompleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa
perbedaan yang jelas. Pada umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak
adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2. Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak
sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat
tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang
pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata,
munculah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada
periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan untuk
dirinya sendiri. Mulailah mengadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar.
Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana.anak pun
mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
3. fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah
sampai lima tahun. Ketrampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan
berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang
mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai
dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja.
B. Peran Keluarga Dalam Penggunaan Bahasa Indonesia
Sejak lahir manusia telah memiliki potensi bawaan untuk mampu berbahasa.
Potensi bawaan itu sering dikenal dengan Language Acquisition Device (LAD) atau
Alat Pemerolehan Bahasa. LAD dapat berfungsi bila sejak dilahirkan manusia itu
berada di lingkungan manusia, lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang terkecil
adalah keluarganya. Oleh karena itu, keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam
proses belajar seseorang (anak). Di antara anggota-anggota keluarga itu, orang yang
paling berperan adalah kaum ibu (wanita).
Wanita yang secara tradisional diakui memegang peranan penting dalam
menentukan kedudukan sosial anak-anaknyaa, sudah menjadi pengakuan umum.
Wanita memantau dan membimbing anak-anak menjadi peka terhadap norma-norma
yang berlaku. Wanita selalu mengajarkan perilaku, termasuk perilaku berbahasa,
kepada anak-anaknya. Wanita selalu mencegah anak-anak yang berbahasa tidak baik
(mengucapkan kata-kata jorok atau tabu). Hal-hal itu semacam itu dilakukan wanita
karena ia sangat dekat dengan anak-anaknya. Jadi, yang tahu segala gerak gerik anak-
anak itu adalah wanitaa (ibu). Maka, wajarlah bila wanita diakui sebagai pemegang
peranan sangat penting dalam membina anak-anaknya, termasuk membina bahasanya.
Bila anak-anak sudah memiliki kemampuan berbahasa yang cukup baik, dalam arti
mereka sudah menguasai kaidah-kaidah bahasa dan menggunakannya untuk
berinteraksi sosial, maka keluarga, terutama ibu, secara sedikit demi sedikit
mengarahkan cara-cara berbahasa yang baik. Bagaimana mereka harus berbahasa
dengan orang yang lebih tua, bagaimana mereka harus berbahasa dalam situasi tertentu,
dan sebagainya dapat diarahkan oleh keluarga.
C. Pembinaan Bahasa Indonesia dalam Keluarga
Pembinaan Bahasa Indonesia dalam Keluarga sangatlah penting Umumnya,
anak-anak Indonesia mempelajari bahasa daerah pada usia prasekolah dan mereka
mempelajari bahasa Indonesia di sekolah.
Pada saat si anak memperoleh pengajaran bahasa Indonesia di sekolah, keluarga
dapat memantau anak-anak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Di
samping tetap membina bahasa daerah , keluarga harus mulai membina bahasa
Indonesia anak-anaknya, dengan memberikan perhatian yang wajar terhadap bahasa
Indonesia.
Karena kebanyakan anak-anak Indonesia itu sebelum mempelajari bahasa
Indonesia, telah menguasai bahasa daerah mereka masing-masing, maka metode
komparatif dapat dipakai untuk mengajarkan bahasa Indonesia, yakni dengan
membandingkan antara bahasa daerah dengan bahasa Indonesi. Melalui bahasa daerah
dapat diajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bahasa Indonesia sejak sumpah pemuda itu terus mengalami perkembangan dan
kini semakin mantap. Kemakinmantapan bahasa Indonesia itu tidak lain karena para
pakar bahasa kita berupaya terus menerus untuk menyempurnakan bahasa kita, bahasa
Indonesia. Maka dari itu, agar bahasa kita, bahasa Indonesia, tetap terbina maka selain
para guru, khususnya guru bahasa, dan para pakar bahasa, keluargapun harus juga
memikul tanggung jawab untuk membina bahasa Indonesia.
Keluarga juga harus mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada
anak-anaknya. Membina bahasa Indonesia baku di lingkungan keluarga sebagai
langkah awal, dapat mempercepat laju perkembangan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Dikatakan demikian, karena proses pemerolehan bahasa pada anak banyak
tergantung pada atau dipengaruhi oleh keluarga. Sehingga, pendidikan dan pembinaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat dimulai di lingkungan keluarga, sehingga
diharapkan beberapa tahun mendatang generasi penerus mampu bernalar dengan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sekarang kita mengenal istilah prokem. Prokem adalah semacam bahasa
identitas remaja sekarang. Bahasa ini mampu mengungkapkan rahasia di antara
mereka. Orang luar sering tidak bisa memahami istilah-istilah yang diungkapkan
mereka. Kata-kata bapak diganti dengan bokap, ibu diganti dengan nyokap, orang tua
diganti dengan ortu. Masih banyak lagi istilah-istilah jorok yang disingkat agar tidak
terdengar tabu oleh mereka. Hal semacam ini menunjukkan pula, bahwa pembinaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar perlu dilakukan di lingkungan keluarga, agar
nantinya remaja kita bisa menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keluarga juga harus mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar kepada
anak-anaknya. Membina bahasa Indonesia baku di lingkungan keluarga sebagai
langkah awal, dapat mempercepat laju perkembangan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Dikatakan demikian, karena proses pemerolehan bahasa pada anak banyak
tergantung pada atau dipengaruhi oleh keluarga. Sehingga, pendidikan dan pembinaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat dimulai di lingkungan keluarga, sehingga
diharapkan beberapa tahun mendatang generasi penerus mampu bernalar dengan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
B. Saran
Kita sebagai generasi muda seharusnya mampu berbahasa Indonesia dengan
baik dan benar sebab negara kita terdiri dari berbagai macam suku dengan Bahasa
daerah yang berbeda-beda, dengan adanya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar, berarti kita dapat berkomunikasi dengan baik dengan siapapun karena Bahasa
Indonesia adalah Bahasa pemersatu bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
https://fatchulfkip.wordpress.com/2008/10/08/pembinaan-bahasa-dalam-keluarga/

Anda mungkin juga menyukai