Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“EKUIVALENSI DALAM PRESPEKTIF


EUGENE ALBERT NIDA”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Tarjamah II
Dosen Pembimbing:
Syahabuddin Nur, M.Pd.I

Oleh kelompok 9:
Saudah 21.88204.02072
Siti Mahfuzah 21.88204.02079
Zahratunnisa HM 21.88204.02096

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QURAN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik dan hidayah
dan inayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan, sholawat dan salam
semoga tercurah selalu keharibaan junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,
beserta keluarga, kerabat, dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan segala rahmat, petunjuk dan kasih sayang, serta
karuniaNya sehingga makalah yang berjudul “Ekuivalensi Dalam Prespektif
Eugene Albert Nida” sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Tarjamah II
program studi Pendidikan Bahasa Arab Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ)
Amuntai dapat diselesaikan dengan tepat waktu, sesuai dengan ketentuan dan
waktu yang telah ditentukan.
Kami sangat menyadari, bahwa penulisan makalah ini tidak akan bisa
diselesaikan tanpa adanya bantuan dari banyak pihak yang telah turut serta
membantu. Oleh karena itu, Kami mengucapkan terima kasih serta penghargaan
setinggi-tingginya, kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan terlibat
dalam penulisan makalah ini, terutama kepada Mu’allim Syahabuddin Nur,
M.Pd.I yang telah memberikan banyak bimbingan dan petunjuk dalam penulisan
makalah ini, serta semua pihak yang telah memberi bantuan, fasilitas, informasi,
dan literatur-literatur yang diperlukan, sehingga makalah ini bisa diselasaikan.
Atas segala bantuan, dukungan serta dorongan yang begitu berarti dalam
penulisan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
serta penghargaan yang setinggi-tingginya, semoga Allah SWT memberikan
ganjaran kebaikan yang banyak dan berlipat ganda.
Akhirnya kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan
mendapat taufik serta inayah dari Allah swt, serta mendapat ridho-Nya.

Amuntai, 5 November 2023

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1


Latar Belakang .......................................................................................1

Rumusan Masalah ..................................................................................2

Tujuan Penulisan ....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................ 3


Pengertian Ekuivalensi ...........................................................................3

Ekuivalensi Ekuivalensi Menurut Prespektif Eugene A. Nida .................3

Tahap Pencarian Ekuivalensi Menurut Prespektif Eugene A. Nida .........5

BAB III PENUTUP ........................................................................ 9


Kesimpulan ............................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penerjemahan adalah kegiatan memahami teks dalam suatu bahasa, yang
di sebut sebagai bahasa sumber (BSu) dan menungkapkan pemahaman tentang
bacaan tersebyt ke dalam bahasa lain yang di sebut sebagai (BSa).Hasil dari
penerjemahan tersebut di sebut (TSa) yang sepadan dengan teks sumber
(TSu).
Nida dan Taber (1982: 12) menjelaskan bahwa proses dalam
menerjemahkan merupakan proses reproduksi ulang suatu bahasa sasaran
yang di mungkinkan senatural sama dengan bahasa sumber, baik dalam
halmakna maupun gaya bahasa.
Dalam hal penerjemahan juga tidak hanya mengalihkan atau mereproduksi
ulang suatu teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, melainkan juga
memperhatikan factor lain di luar bahasa. Hal ini di perlukan seorang
penerjemah yang kompeten di bidang terjemahan untuk melakukan proses
penerjemahan dan menghasilkan terjemahan yang baik dan di terima oleh
pembaca bahasa sasaran.
Salah satu aspek yang juga tentunya harus di perhatikan oleh seorang
penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang baik dan di terima adalah
aspek bentuk ekuivalensi dari BSu ke BSa. Ekuivalensi dalam sebuah
penerjemahan merupakan bentuk padanan atau kesetaraan dalam makna yang
terjadi dalam proses penerjemahan. Sangat banyak para ahli menjelaskan
mengenai ekuivalensi ini, namun pada kesempatan kali ini kami pemakalah
akan menguraikan bagaimana ekuivalensi dalam perspektif Eugene Abert
Nida.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Ekuivalensi ?
2. Bagaimana Ekuivalensi Menurut Prespektif Eugene Albert Nida ?
3. Bagaimana Tahapan Pencarian Ekuivalensi Menurut Prespektif Eugene
Albert Nida ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pengertian Ekuivalensi
2. Mengetahui Ekuivalensi Menurut Prespektif Eugene Albert Nida
3. Mengetahui Dan Memahami Tentang Tahapan Pencarian Ekuivalensi
Menurut Eugene Albert Nida

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ekuivalensi

Pada hakikatnya penerjemahan merupakan bagian yang penting dalam


mengetahui makna dari suatu TSu yang akan diterjemahkan ke dalam TSa.
Namun, dalam melakukan proses penerjemahan kita harus melihatnya dari
berbagai aspek. Salah satu aspek yang sangat berpengaruh dalam proses
penerjemahan ialah bentuk ekuivalensi dari BSu ke BSa. Ekuivalensi dalam
penerjemahan merupakan bentuk padanan atau kesetaraan dalam makna yang
terjadi dalam proses penerjemahan. Menurut Larson (1984), bentuk
kesepadanan dalam TSu yang akan diterjemahkan ke dalam TSa harus
mempunyai makna yang tepat dan sesuai dengan tetap memerhatikan
aspekaspek yang berkaitan (Kuswarini, 2016: 40).

Menurut Baker dalam proses penerjemahan, pemahaman terhadap aspek-


aspek yang berkaitan sangatlah penting. Karena dalam prosesnya, penerjemah
harus peka terhadap elemen-elemen yang tergabung dalam satuan lingual
terjemahan untuk membuat kesepadanan/kesetaraan makna dengan BSa.
Metode Baker terkait ekuivalensi dalam penerjemahan lebih detail sehingga
metode ini dapat digunakan untuk proses penerjemahan (Syafaat, 2019: 4).1

B. Ekuivalensi Menurut Prespektif Eugene Albert Nida


Membandingkan teks dalam bahasa yang berbeda pasti melibatkan teori
ekuivalensi. Tidaklah mungkin seorang penerjemah dapat berhasil
memproduksi hasil karya terjemah yang baik apabila ia tidak melibatkan teori
ekuivalensi. Berikut akan diuraikan teori ekuivalensi yang diusung oleh
Eugene A. Nida terdapat dua jenis ekuivalensi atau kesepadanan dalam sebuah
penerjemahan, yaitu formal equivalence dan dynamic equivalence.
1. Ekuivalensi Formal

1
Andi Nur Aulia Edy, “Ekuivalensi Dalam Penerjemahan Komik Tintin Au Congo dan
Tintin Amerique” (Universitas Hasanuddin Makassar, 2022), Hlm 13.

3
Penerjemahan yang mengikuti konsep ekuivalensi formal akan
berupaya menghasilkan beberapa unsur formal [bentuk/form] yang
mencakup tiga hal berikut:
a. Unit-unit sintaksis yaitu :
1) Menerjemahkan isim dengan isim, fi'il dengan fi'il, dst.
2) Menjaga ketepatan ungkapan dan kalimat [maksudnya, tidak
membagi-bagi unit-unit sintaksis dan tidak pula menyusunnya
kembali sesuai bahasa sasaran]
3) Menjaga semua tanda baca yang ada di bahasa sumber.
b. Menjaga penggunaaan kata
c. Makna yang berkaitan dengan konteks BSu.2
Nida juga mengungkapkan bahwa konsep kesepadanan atau
ekuivalensi formal dalam proses penerjemahannya, TSa akan diterjemahkan
sedekat mungkin sesuai dengan struktur kata dari TSu. Dapat disimpulkan
bahwa ekuivalensi formal akan dibuat semirip mungkin sesuai dengan TSu
dan dapat dikatakan terjemahan ini lebih memerhartikan kata demi kata
sehingga bentuk dan makna yang tersampaikan akan tetap sama (Shakernia,
2013: 2).3
2. Ekunvalensi Dinamis
Nida menambahkan istilah dinamis di belakang kata ekuivalensi
sehingga menjadi ekuivalensi dinamis. Hal ini berarti bahwa satu kata dalam
bahasa sumber dapat diungkapkan dalam bahasa sasaran dengan padanan
yang beragam, yang penting ia selaras dengan tuntutan konteksnya.
Padanan itu tidak statis, yaitu satu kata atau frase dalam bahasa
sumber harus berpadanan dengan satu kata atau frase di dalam bahasa
penerima. Kata al-din dalam bahasa Arab, misalnya, dapat saja diartikan
agama, syari'at, hari akhir, dan ketaatan. Kata al-din tidak harus berarti

2
Mohammad Kholison, Panduan Praktis menerjemahkan teks Arab - Indonesia Berbasis
Ekuivalensi (Malang Jawa Timur: Lisan Arabi, 2020), Hlm 35.
3
Edy, “Ekuivalensi Dalam Penerjemahan Komik Tintin Au Congo dan Tintin
Amerique,” Hlm 14.

4
agama saja. Keragaman makna seperti itulah yang dimaksud dengan istilah
dinamis.

C. Tahapan Pencarian Ekuivalensi Menurut Eugene A. Nida


Tidak seperti penelitian atau studi terjemahan sebelumnya, Nida
menawarkan prosedur praktis dan ilmiah yang dapat dijadikan pedoman oleh
para penerjemah. Meskipun demikian, Nida tidak memaksa penerjemah untuk
mengikuti setiap tahapannya, ia menyebutkan dalam bukunya yang terbit pada
1964 dan 1969 bahwa konstruk teoretisnya dimaksudkan untuk berfungsi
sebagai "buku pegangan" praktis yang dapat dijadikan panduan oleh para
penerjemah, dan dapat diterapkan untuk menerjemahkan teks-teks secara
umum. Dengan kata lain, prosedur ini dapat berfungsi sebagai alat untuk
mempelajari terjemahan atau sebagai buku pendamping proses penerjemahan.
Nida memodelkan "back-transforms" tata bahasa generatif
transformasional Chomsky untuk menyajikan model terjemahan melalui tiga
fase utama. Berikut akan diuraikan rangkaian prosedur dalam proses
penerjemahan. Menurutnya, proses pencarian padanan dalam terjemahan
terdiri atas tiga fase berikut:
1. Tahap Analisis
Tahapan ini adalah sebagai proses awal dalam menganalisis teks-
teks BSu dengan bentuk yang paling sederhana; dimana penerjemah akan
menganalisis beberapa hal berikut:
a. Analisis hubungan-hubungan sintaksis antar unit teks
b. Analisis makna referensial pada unit semantis
c. Analisis struktur sintaksis dan unit semantisnya
Ketiga tahapan tersebut menggambarkan kerja penerjemah pada
tataran morfogis, sintaksis, dan semantis bahasa sumber. Pada tahapan ini,
kalimat-kalimat BSu dipecah-pecah sedemikian rupa sehingga menjadi
satuan-satuan gramatikal berstruktur kalimat-kalimat dasar, kata-kata, dan
frase-frase untuk menangkapkan makna-makna yang ada melalui analisis
komponensial. Analisis kebahasaan perspektif Nida di atas menyentuh

5
berbagai tataran bahasa, seperti frasa, klausa, tataran kalimat dan kata.
Analisis pada tataran tataran itu dianggap perlu karena pada
hakekatnya setiap teks dibentuk dari tataran tataran tersebut." Jadi untuk
mendapatkan hasil terjemahan yang baik semua aspek kebahasaannya harus
dianalisis, mulai dari kata, frase, klausa, kalimat, makna semantik, makna
pragmatik dan lain sebagainya.
Selanjutnya yang juga perlu diperhatikan adalah konteks kalimat,
karena bisa saja kata yang sama berbeda artinya bila muncul dalam konteks
yang berbeda.
2. Tahap Transfer
Setelah melakukan analisis pada teks Bsu dan memahami makna
yang terdapat di dalamnya, maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan
penerjermah adalah mengalihkan pesan atau makna yang terdapat dalam
teks BSu ke dalam dengan padanan yang tepat. Tahap transfer adalah proses
pengalihan materi-materi yang sudah Dianalisis dari bahasa sumber ke
dalam bahasa sasaran. Pada tahap ini penerjemah fokus kepada transfer
konten analisis (analisis isi) pada tingkat semi kalimat (quast phrastique)
dimana letak perbedaan atau inhiraf (kesenjangan) antara ke dua bahasa
pada tingkat struktur luar (surface structure).
Biasanya dalam proses pengalihan pesan ini terdapat beberapa
persoalan mendasar yang kiranya perlu diperhatikan oleh penerjemah,
terutama bagi para penerjemah pemula. Diantara persoalan-persoalan
mendasar tersebut adalah sebagai berikut:
a. Too much knowledge of the subject matter (terlalu banyak pengetahuan
tentang topik yang akan dia terjemahkan)
b. Taking translationese for granted (mengambil translationese dengan
begitu saja).
c. Insecurity about one's own language (kerawanan terjebak pada salah satu
bahasa).
d. A desire to preserve the mystery of language (Sebuah keinginan untuk
melestarikan misteri bahasa)

6
e. Ignorance of the nature of translation (Ketidaktahuan sifat terjemahan)
3. Tahap Restrukturasi
Pada tahap ini penerjemah merekonstruksi bentuk dan mengkreasi
teks sedemikian rupa, yang disesuaikan dengan mayoritas pembaca hasil
terjemahan. Penerjemah menyusun teks secara keseluruhan hingga pesan
teks tersebut berterima bagi reseptor. Artinya, Tahap ini harus dilakukan
dengan cara menyusun materi-materi yang telah dialihkan oleh penerjemah,
yang bertujuan untuk menjadikan pesan bahasa sumber bisa diterima secara
keseluruhan oleh masyarakat bahasa sasaran (pembaca hasil terjemahan).
Secara garis besar, proses dan tahapan penerjemahan menurut
pandangan Albert A. Nida bisa diringkas dalam gambar berikut:

A. (Bsu) B. (Bsa)

(Analisis) (Restrukturisasi)

X (Transfer) Y

Pada tahap pertama, dibutuhkan analisis gramatikal dan semantik


untuk mendapatkan hasil analisis. Analisis gramatikal dilakukan dengan
cara membaca keseluruhan BSu dan memahami isi pesan teks tersebut
secara umum. Pada tahap kedua, penerjemah menangkap pesan dari teks
secara detil dan rinci dengan melepaskan diri dari struktur BSu. Dalam
tahap ini, penerjemah kembali membutuhkan penyesuaian semantik,
misalnya idiom, untuk mengalihkan TSu ke BSa. Terakhir, penerjemah
harus meninjau ulang serta memastikan penggunaan bahasa yang tepat
dalam BSa, misalnya penyesuaian penggunaan bahasa dengan kisaran usia

7
pembaca, gaya bahasa lisan dan tertulis, dialek dan sebagainya. Dalam tahap
ini penerjemah menghasilkan struktur bahasa baru yakni Bsa.4

4
Kholison, Panduan Praktis menerjemahkan teks Arab - Indonesia Berbasis Ekuivalensi,
Hlm 35-40.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Nida dan Taber (1982: 12) menjelaskan bahwa proses dalam


menerjemahkan merupakan proses reproduksi ulang suatu bahasa sasaran
yang di mungkinkan senatural sama dengan bahasa sumber, baik dalam
halmakna maupun gaya bahasa. Salah satu aspek yang juga tentunya harus di
perhatikan oleh seorang penerjemah untuk menghasilkan terjemahan yang
baik dan di terima adalah aspek bentuk ekuivalensi dari BSu ke BSa.
Ekuivalensi dalam sebuah penerjemahan merupakan bentuk padanan atau
kesetaraan dalam makna yang terjadi dalam proses penerjemahan.
ekuivalensi yang diusung oleh Eugene A. Nida terdapat dua jenis
ekuivalensi atau kesepadanan dalam sebuah penerjemahan, yaitu formal
equivalence dan dynamic equivalence.
Menurutnya, proses pencarian padanan dalam terjemahan terdiri atas tiga
fase berikut: Tahap Analisis, Tahap Transfer, Tahap Restrukturasi.

9
DAFTAR PUSTAKA
Edy, Andi Nur Aulia. “Ekuivalensi Dalam Penerjemahan Komik Tintin Au Congo
dan Tintin Amerique.” Universitas Hasanuddin Makassar, 2022.
Kholison, Mohammad. Panduan Praktis menerjemahkan teks Arab - Indonesia
Berbasis Ekuivalensi. Malang Jawa Timur: Lisan Arabi, 2020.

10

Anda mungkin juga menyukai