Anda di halaman 1dari 12

MENJELASKAN KONSEP KOHESI

DAN

MENGANALISIS PENGGUNAAN PERAN KOHESI

Disusun oleh

Kelompok 7

1. Septiani Gulo (192124065)


2. Aktif Foeraera Waruwu (192124055)

Dosen Pengampu : Trisman Harefa, M.Pd


Semester/kelas : III/B
Mata kuliah : Wacana Bahasa Indonesia

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN(IKIP) GUNUNGSITOLI


FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI (FPBS)
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kami dengan judul
“Menjelaskan konsep kohesi dan menganalisis penggunaan peran kohesi” sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen mata kuliah Belajar dan
Pengajaran yang telah mengarahkan dan membimbing kami dalam proses pembuatan makalah
ini sehingga dapat menambah pengetahuan kami serta pembaca.

Kami menyadari dalam makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Gunungsitoli, Oktober 2020

Penulis

Kelompok 7
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................2

A. Menjelaskan Konsep Kohesi........................................................................................2


B. Menganalisis Penggunaan Peran Kohesi......................................................................4

BAB III PENUTUP................................................................................................................8

A. Kesimpulan...................................................................................................................8
B. Saran.............................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Betapa banyak manusia berinteraksi dalam bermasyarakat. Kadang-kadang mereka
berupaya untuk memilih pilihan kata yag mudah di pahami san sesuai kebiasaan lawan
bicara. Tentu saja, itu bukan berarti salahdan tidak tepat melainkan ada kemungkinan terjadi
kekeliruaan yang menyebabkan tidak ada keterkaitan antara satu bagian dengan bagian yang
lainnya.
Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat
hubungannya dengan penggunaan sumber bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami
maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik
apa yang dikatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya
komunikasi berjalan lancar.
Sementara itu, ketika sesorang berinteraksi maka bahasa menjadi media atau
instrument yang digunakan. Berbahasa artinya menyampaikan gagasan kepada orang lain.
Gagasan tersebut diwujudkan dalam bentuk kalimat. Sehingga, keterkaitan antara kalimat
yang satu dengan lainnya, ataupun paragraph satu dengan paragraph yang lain sangat
penting. Akan tetapi dalam penyusunan kalimat ataupun paragraph terkadang hal tersebut
tidak terlalu diperhatikan. Sehingga dalam penyusunan makah ini akan di paparkan tentang
konsep dan penggunaan peran kohesi dalam bahasa indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan konsep kohesi?
2. Bagaimana cara menganalisis penggunaan peranti kohesi?

C. TUJUAN
1. Untuk menjelaskan konsep kohesi
2. Untuk menganalisis penggunaan peran kohesi
BAB II
PEMBAHASAN
A. MENJELASKAN KONSEP KOHESI
Secara umum kohesi dapat di artikan sebagai keserasian hubungan antar unsur yang
satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Kohesi merupakan aspek formal bahasa dalam
wacana (hubungan yang tampak pada bentuk). Kohesi merupakan organisasi sintaktik, yang
merupakan wadah-wadah kalimat disusun secara padu dan padat untuk menghasilkan
tuturan. Kohesi adalah hubungan antar kalimat di dalam sebuah wacana baik dalam skala
gramatikal maupun dalam skala leksikal tertentu.
Kohesi adalah kesatuan semantis antara satu ujaran dengan ujaran lainnya dalam
suatu wacana. Kohesi adalah hubungan antarkalimat di dalam sebuah wacana baik dalam
skala gramatikal maupun skala leksikal tertentu. Konsep kohesi mengacu pada hubungan
bentuk antar unsur-unsur wacana sehingga memiliki keterkaitan secara padu. Dengan
adanya hubungan kohesif itu, suatu unsur dalam wacana dapat diinterprestasikan sesuai
dengan keterkaitannya dengan unsur-unsur yang lain.
Kohesi merupakan aspek formal bahasa yang berkaitan erat secara langsung
(implisit) antar kata, frase, klausa, dan kalimat yang saling berhubungan satu sama lainnya
untuk membentuk teks. Kohesi merupakan unsur yang menyebabkan sekelompok kalimat
membentuk kesatuan makna. Kohesi merujuk pada keterkaitan antara proposisi yang secara
eksplisit diungkapkan oleh kalimat-kalimat yang digunakan (Alwi dkk., 1988:41). Kohesi
merupakan keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam
wacana. Kohesi lebih cenderung pada pada aspek bentuk atau dari dalam (internal).
Kohesi dalam wacana diartikan sebagai kepaduan bentuk yang secara struktural
membentuk ikatan sintaktikal. Wacana yang baik dan utuh mensyaratkan kalimat-kalimat
yang kohesif. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada hubungan bentuk. Artinya,
unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan untuk menyusun suatu wacana
memiliki keterkaitan secara padu dan utuh.
Pengertian Kohesi adalah Keterpaduan Bentuk. Contohnya, Pada tahun 1997,
produksi padi turun 3,85 persen. Impor beras meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun
1998. Swasembada pangan tercapai pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor
sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan 530,7 ribu ton pada tahun 1993. pada tahun 1994,
neraca perdagangan beras kita tekor 400 ribu ton. Impor beras meningkat dan pada tahun
1997 mencapai 2,5 juta ton.
Paragraf di atas mengemukakan satu gagasan utama, yaitu mengenai masalah naik
turunnya produksi beras Indonesia. Dengan demikian koherensi kalimat tersebut sudah
terpenuhi, namun paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki kohesivitas yang baik sehingga
gagasan tersebut sulit dipahami. Paragraf tersebut perlu diperbaiki, misalnya dengan
memberikan kata perangkai seperti berikut ini.
Pada tahun 1997, produksi padi turun 3,85 persen. Akibatnya, impor beras
meningkat, diperkirakan menjadi 3,1 ton tahun 1998. Sesudah swasembada pangan tercapai
pada tahun 1984, pada tahun 1985, kita mengekspor sebesar 371,3 ribu ton beras, bahkan
530,7 ribu ton pada tahun 1993. Akan tetapi, pada tahun 1994, neraca perdagangan beras
kita tekor 400 ribu ton. Sejak itu, impor beras meningkat dan pada tahun 1997 mencapai 2,5
juta ton.

1. Pengertian Kohesi Menurut Para Ahli


1.1 Menurut Tarigan (1987: 96), kohesi adalah kepaduan wacana yang merupakan aspek
formal bahasa dalam wacana. Dengan kata lain, bahwa kepaduan wacana merupakan
organisasi sintaktik, wadah kalimat-kalimat disusun secara padu dan padat untuk
menghasilkan tuturan.
1.2 Menurut Gutwinsky dalam Tarigan (1987:97) kohesi atau kepaduan wacana ialah
hubungan antar kalimat di dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal
maupun dalam strata leksikal tertentu.
1.3 Menurut Mulyana (2005: 26), kohesi adalah hubungan antarbagian dalam teks yang
ditandai penggunaan unsur bahasa. Konsep kohesi pada dasarnya mengacu kepada
hubungan bentuk, artinya unsur-unsur wacana (kata atau kalimat) yang digunakan
untuk menyusun suatu wacana memiliki keterkaitan secara padu dan utuh. Kohesi
adalah keserasian hubungan antar unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam
wacana. Kohesi mengacu pada aspek bentuk atau aspek formal bahasa, dan wacana
itu terdiri dari kalimat-kalimat.
1.4 Dalam hal ini berarti pula bahwa kohesi adalah hubungan antarkalimat di dalam
sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam strata leksikal tertentu
(Gutwinsky dalam Tarigan 1987:96).
1.5 Haliday dan Hassan dalam Bambang Hartono (2000:145) mengungkapkan bahwa
kohesi merupakan konsep makna yang mengacu pada hubungan makna di dalam
suatu wacana.
1.6 Dengan kata lain, kohesi termasuk dalam aspek internal struktur wacana. Sehubungan
dengan hal tersebut, menurut Tarigan (dalam Gufron, 2010:28) mengemukakan
bahwa penelitian terhadap unsur kohesi menjadi bagian dari kajian aspek formal
bahasa.
Contoh kohesi adalah sebagai berikut. Listrik mempunyai banyak kegunaan.
Orang tuaku berlangganan listrik dari PLN. Baru-baru ini tarif pemakaian listrik naik
25%, sehingga banyak masyarakat yang mengeluh. Akibatnya, banyak pelanggan
listrik yang melakukan penghematan. Jumlah peralatan yang menggunakan listrik
sekarang meningkat. Alat yang banyak menyedot listrik adalah AC atau alat penyejuk
udara. Di kantor-kantor sekarang penggunaan alat penyejuk udara itu sudah biasa
saja, bukan barang mewah. Contoh wacana di atas dikatakan kohesif, karena
menggunakan alat kohesi pengulangan, misalnya listrik yang diulang beberapa kali.
Namun, paragraf tersebut tidak padu karena bagian-bagian paragraf itu tidak
mempunyai kepaduan secara maknawi.
Dalam Ilmu bahasa (linguistik), kohesi memiliki definisi keterikatan antarunsur
dalam struktur sintaksis atau struktur wacana yang ditandai antara lain konjungsi,
pengulangan, penyulihan, dan pelesapan, seperti dia tetap belajar meskipun sudah
mengantuk.

B. MENGANALISIS PENGGUNAAN PERAN KOHESI

1. Pengertian peranti kohesi


Menurut Sukino (2004:83) menyatakan bahwa peranti kohesi merupakan
pemarkah kebahasaan yang difungsikan untuk menciptakan ikatan antara klausa dengan
klausa, kalimat dengan kalimat, maupun paragraph dengan paragraph. Menurut Setiawan
(2001:36) peranti kohesi merupakan penanda formal yang digunakan sebagai sarana
penghubung dalam sebuah teks.
Dari beberapa pendapat para ahli tentang peranti kohesi tersebut dapat di ambil
kesimpulan bahwa peranti kohesi merupakan penanda kebahaaaan yang digunakan untuk
membentuk keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam
wacana sehingga terbentuklah wacana yang padu dan utuh.

2. Contoh penggunaan peranti kohesi


Salah satu contoh yang digunakan dalan penggunaan peranti kohesi yaitu dalam
wacana “Rubrik Politik” dan “Hukum Surat Kabar Kompas”. Adapun peranti kohesi
yang terdapat didalamnya meliputi; pronomina atau kata ganti, subtitusi, elpisis atau
pelepasan, konjungsi, dan kohesi leksikal.
a. Pronomina atau kata ganti
Pada surat kabar kompas ditemukan adanya penggunaan peranti kohesi yaitu
pronominal yang terdiri dari kata ganti diri, kata ganti penunjuk, kata ganti empunya,
kata ganti penanya, dan kata ganti tak tentu.
1) Penggunaan kata ganti diri yang ditemukan yaitu kata ganti orang pertama tunggal
yaitu saya dan aku. Kata ganti orang kedua tunggal yaitu anda, kau dan engkau. Kata
ganti orang ketiga tunggal yaitu dia, ia dan beliau. Dan kata ganti orang ketiga jamak
yaitu mereka.
2) Penggunaan kata ganti penunjuk yaitu ini, itu dan tersebut.
3) Penggunaan kata ganti empunya yaitu ku, mu, dan nya.
4) Penggunaan kata ganti penanya yaitu siapa, apa, bagaimana, dan dimana.
5) Penggunaan kata ganti tak tentu yaitu para, masing-masing, seseorang dan sesuatu.
Penggunaan kata ganti digunakan untuk menegaskan bahwa topik yang sedang
dibahas masih sama. Pronomina atau kata ganti digunakan untuk meletakkan tingkat
fokus yang lebih tinggi pada topik yang dimaksud. Apabila topik yang dibicarakan orang
maka yang digunakan yaitu pronomina atau kata ganti orang, dan apabila topiknya bukan
orang maka pronominalisasi dapat diwujudkan dengan kata ganti penunjuk. Sedangkan,
jika topiknya membicarakan kepemilikan maka pronominalisasi diwujudkan dengan kata
ganti empunya. Ditemukan sebanyak 366 kali penggunaan pronomina. Contoh dapat
dilihat berikut ini:
(1) Ma’ruf memberikan keterangan selama tujuh jam. (2) Ia diminta menjelaskan
seputar mekanisme terbitnya pendapat dan sikap keagamaan dari lembaga yang
dipimpinnya. (3) Perbedaan fatwa dan pendapat keagamaan juga disinggung dalam
agenda pemeriksaan saksi kali ini. Pada wacana di atas dapat dilihat adanya penggunaan
kata ganti orang yaitu ia, kata ganti empunya yaitu nya dan kata ganti penunjuk yaitu ini.
Kata ganti ia digunakan untuk menggantikan Ma’ruf yang telah disebutkan pada kalimat
tersebut.
Selain itu penggunaan kata ganti nya pada wacana di atas mengacu pada lembaga
yang dipimpin oleh Ma’ruf, jadi penggunaan kata ganti tersebut menunjukkan
kepemilikan. Penggunaan kata ganti penunjuk ini juga diterdapat pada wacana di atas.
Kata ganti ini menunjuk pada pemeriksaan Ma’ruf sebagai saksi yang dimintai
keterangan terkait dengan terbitnya pendapat dan sikap keagamaan dari lembaga yang
dipimpinnya.
b. Subtitusi atau penggantian
Pada surat kabar kompas ditemukan adanya penggunaan peranti kohesi yaitu
subtitusi atau penggantian. Penggantian yang ditemukan dalam wacana rubrik politik dan
hukum yaitu berupa penggunaan kata begitu, dengan demikian, hal senada, hal
tersebut, hal ini, kendati demikian, demikian, demikian rupa, pada saat yang sama,
di lokasi yang sama. Penggantian tersebut digunakan untuk menggantikan satuan lingual
tertentu (yang telah disebut) dengan satuan lingual lain dalam sebuah wacana guna
memperoleh pembeda. Misalnya penggunaan kata begitu yang menggantikan satuan
lingual tertentu yang berupa klausa atau kalimat, begitu pula seperti penggunaan kata
dengan demikian, hal senada, hal tersebut, hal ini, kendati demikian, demikian, demikian
rupa.
Contoh dapat dilihat berikut ini. (1) Ma’ruf menjelaskan, pendapat keagamaan tidak
memiliki kekuatan mengikat kepada penegak hukum kecuali dilanjutkan menjadi
undang-undang. (2) Hal ini pernah terjadi saat diterbitkannya UU Pornografi. (3)
Regulasi itudi bahas dan disahkan setelah adanya fatwa dan pendapat keagamaan dari
MUI.
Pada wacana di atas terdapat adanya penggantian dengan satuan lingual yaitu hal ini.
Hal ini pada kalimat (2) menggantikan “pendapat keagamaan tidak memiliki kekuatan
mengikat kepada penegak hukum kecuali dilanjutkan menjadi undang-undang” yang
terdapat pada kalimat (1). Penggantian tersebut dimaksudkan agar tidak terjadi
pengulangan yang akan membingungkan pembaca, dan juga untuk memperoleh
pembeda.
c. Elpisis atau pelesapan
Penggunaan peranti kohesi yaitu elipsis atau pelesapan merupakan penghilangan
satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Pelesapan yang ditemukan
dalam wacana rubrik politik dan hukum surat kabar Kompas yaitu pelesapan nomina.
Elipsis nomina yaitu penghilangan atau pelesapan pada unsur nomina atau frasa nominal
kata benda.
Contoh dapat dilihat berikut ini. Segera setelah terpilih dan Undang-Undang tentang
Penyelenggaran Pemilu yang baru disahkan, mereka harus langsung bekerja dan tidak
memiliki waktu untuk beradaptasi atau belajar lagi. Pada kalimat di atas, terdapat
penghilangan atau pelesapan nomina yaitu mereka. Pelesapannya hanya terjadi satu kali
yaitu pada klausa terakhir. Kata ganti mereka pada klausa tersebut berkedudukan sebagai
subjek.
d. Konjungsi
1) Penggunaan konjungsi adversatif yang meliputi kata tetapi, namun.
2) Konjungsi kausal yaitu sebab, karena.
3) Konjungsi koordinatif yaitu dan, atau;
4) Konjungsi korelatif yaitu baik/maupun;
5) Konjungsi subordinatif yaitu meskipun, meski, meski demikian,kalau, bahwa;
6) Konjungsi temporal yaitu sebelum.
Penggunaan konjungsi dimaksudkan untuk menghubungkan unsur yang satu dengan
unsur yang lain dalam wacana yang dapat berupa frasa, klausa, kalimat, maupun
paragraf. Misalnya kata hubung tetapi atau namun digunakan untuk menghubungkan dua
unsur atau lebih yang berisi hal yang bertentangan. Kemudian kata sebab atau karena
digunakan untuk menghubungkan dua unsur atau lebih yang menunjukkan sebab –
akibat. Sedangkan penggunaan kata hubung dan dan atau digunakan untuk
menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang
sama. Kata hubung baik/maupun digunakan untuk menghubungkan dua kata, frasa atau
klausa yang memiliki status sintaksis yang sama, konjungsi korelatif terdiri atas dua
bagian yang dipisahkan oleh satu kata.
Contoh dapat dilihat berikut ini. (1) “Posisi PPP saat ini adalah sistem proporsional
terbuka. (2) Namun, kalau ada pergeseran konstelasi sikap mayoritas di pansus, tentu
PPP juga harus menyesuaikan. (3) Oleh karenaitu, dari sekarang kami mengkaji, kalau
tertutup dampaknya ke PPP kira-kira seperti apa,” ujarnya. Pada wacana di atas terdapat
salah satu contoh penggunaan konjungsi adversatif yaitu namun.
e. Kohesi leksikal
Penggunaan kohesi leksikal yaitu repetisi. Repetisi merupakan pengulangan
satuan lingual (bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk
memberikan penekanan. Misalnya pengulangan pada kata KPK pada wacana berikut ini.
(1) Dihubungi terpisah, Kepala Biro Hubungan Masyarakat KPK Febri Diansyah
berharap tidak ada lagi korupsi di MK, terutama terkait sengketa hasil pilkada. (2) KPK
akan membantu mengawal danmenjaga kredibilitas lembaga tersebut. (3) KPK juga
mengimbau agar pihak-pihak yang bersengketa berperkara secara profesional dengan
tidak memberi apapun kepada hakim atau pegawai MK.
Pengulangan kata KPK pada kalimat (2) dan (3) di atas termasuk pada ke dalam
pengulangan penuh/utuh. Pengulangan tersebut dimaksudkan untuk menekankan pada
topik pembicaraan yaitu mengenai tindakan yang diambil KPK dalam menyikapi kasus
korupsi di Mahkamah Konstitusi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kohesi merupakan unsur yang menyebabkan sekelompok kalimat membentuk
kesatuan makna. Kohesi merujuk pada keterkaitan antara proposisi yang secara eksplisit
diungkapkan oleh kalimat-kalimat yang digunakan (Alwi dkk., 1988:41). Kohesi merupakan
keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana. Secara
umum kohesi dapat di artikan sebagai keserasian hubungan antar unsur yang satu dengan
unsur yang lain dalam wacana.
Peranti kohesi merupakan penanda kebahaaaan yang digunakan untuk membentuk
keserasian hubungan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana sehingga
terbentuklah wacana yang padu dan utuh. Adapun peranti kohesi yang terdapat didalamnya
meliputi; pronomina atau kata ganti, subtitusi, elpisis atau pelepasan, konjungsi, dan kohesi
leksikal.

B. SARAN
Sebagai seorang calon guru kedepannya, kita di ajak untuk bisa lebih memahami
konsep kohesi juga penggunaan peranti kohesi dan dapat mengapilasikanya kepada siswa
kita kedepannya, Kami dari penyusun makalah ini mengakui masih ada kekurangan dalam
pembuatan nya. Oleh karena itu, kritik dan saran bagi pembaca sangat kami butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Rani, Dkk. 2004. Analisis wacana. Malang: Bayumodia Publishing


Mulyana. 2005. Kajian Wacana.Yogyakarta: Tiara Wacana
Sukino. 2004. Memahami wacana bahasa indonesia. Bengkulu: Perpustakaan UNIB
Setiawan, Teguh. 2011. Wacana Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka
Tarigan, Handry Guntur. 1987. Pengajaran wacana. Bandung: Angksa
Hartono, Bambang. 2000. Kajian wacana bahasa indonesia. Semarang: Universitas Negeri
Semarang

Anda mungkin juga menyukai