Anda di halaman 1dari 43

PENGGUNAAN METODE QOWA’ID WA TARJAMAH DALAM

PEMBELAJARAN MAHARAH QIRA’AH BAHASA ARAB


SANTRI DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL FALAH
TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2019

Proposal Skripsi

Diajukan Kepada

Universitas Jambi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Skripsi

Oleh

Nailal Muna

I1A215002

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN 2019

1
DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar 1
Belakang .................................................................................
1.2. Rumusan 3
Masalah ............................................................................
1.3. Batasan 4
Masalah ...............................................................................
1.4. Tujuan 4
Penelitian ..............................................................................
1.5. Manfaat 4
Penelitian.............................................................................
1.6. Batasan Definisi 5
Istilah ....................................................................
1.7. Telaah 6
Pustaka .................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................... 10
2.1. Pembelajaran Bahasa Arab................................................................
2.2. Keterampilan Berbahasa...................................................................
2.3. Maharah Qira’ah...............................................................................
2.4. Metode Qowa’id Wa Tarjamah ........................................................ 10
2.2. Bahasa Arab...................................................................................... 22
2.3. Maharah Qira’ah .............................................................................. 24
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 28
3.1. Pendekatan dan jenis penelitian ....................................................... 28
3.2. Kehadiran Peneliti............................................................................. 28
3.3. Lokasi Penelitian............................................................................... 29
3.4. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................ 29
3.5.Jenis Data dan Sumber Data............................................................... 29
3.6. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 31

2
3.7. Teknik Analisis Data......................................................................... 33
3.8. Keabsahan Data................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bahasa Arab adalah bahasa Al-qu’an dalam agama islam dan menjadi
salah satu alat komunikasi internasional(Sukamto dan Munawari, 2007: v).
Sebagai bahasa Agama Islam, bahasa Arab sangat penting dipelajari,
khususnya oleh umat Islam.Akan tetapi bahasa arab banyak dianggap sulit
untuk dipelajari. Bahasa arab di anggap sulit oleh beberapa orang karena
merupakan bukan bahasa ibu(bahasa asli di negara Indonesia), dan di anggap
bahasa asing yang sulit untuk dibaca. Maka dalam mempelajarinya diperlukan
suatu metode yang tepat sesuai objeknya.
Dalam pembelajaran bahasa arab dikenal empat maharah atau
kemampuan, yaitu keterampilan mendengarkan(maharah istima’),
keterampilan berbicara(maharah kalam),keterampian membaca (maharah
qira’ah), dan keterampilan menulis(maharah kitabah)(Alwasilah, 2013 :129).
Masing-masing dari metode tersebut berguna untuk memudahkan
pembelajaran bahasa arab.
Berbagai metode untuk memudahkan pembelajaran bahasa arab pun
muncul. Dalam bahasa arab dikenal dua metode yang sangat sering digunakan
untuk memahami bahasa arab, yaitu metode tradisional(qowa’id) dan metode

3
modern(metode langsung). Metode-merode lain pun bermunculan juga demi
memudahkan memahami bahasa arab. Namun sering kali metode yang
diterapkan tidak sesuai dengan pembelajaran bahasa arab. Maka para pendidik
pun harus memilih dengan tepat metode apa yang harus digunakan dalam
mengajarkan bahasa arab. Hal ini disebabkan karena bahasa arab adalah
bahasa asing dan bersifat politis. Maka dalam mempelajari dan memahaminya
diperlukan metode yang tepat.
Bahasa arab merupakan bahasa yang digunakan dalam penulisan sumber-
sumber hukum islam yaitu Al-Qu’an, Hadits dan Ijma’ para ulama atau
disebut dengan kitab kuning. Kitab kuning sudah ada sejak lama di Indonesia
dan biasanya dikaji di lingkungan Pesantren. Kajian kitab kuning sudah
menjadi tradisi sejak lama di Pesantren. Bahkan menjadi kurikulum wajib
untuk dipelajari.
Sebagaiman yang kita ketahui bahwa kitab kuning yang dikaji di Pesantren
tidak memakai syakal/harokat. Orang jawa biasa menyebutnya dengan kitab
gundul. Dan ini menjadi kendala bagi para santri yang mempelajari kitab
kuning. Karena tidak semua santri bisa membaca kitab kuning yang tanpa
memakai syakal dengan tepat dan benar. Karena tidak mengetahui syakalnya
maka santri pun tidak mengetahui bagaimana cara membaca dan terjemahan
atau arti dari kalimat tersebut. Maka untuk bisa membaca dan memahaminya
diperlukan metode yang tepat agar santri tidak kesulitan dalam membaca dan
memahaminya.
Guru sebagai pengajar para santri pun harus mempunyai metode yang
tepat untuk mengajarkan bahasa arab(berupa teks-teks) kepada muridanya.
Guru dituntut untuk bisa mengajar bahasa arab dengan metode yang tepat dan
efektif dengan tujuan santri bisa mengerti dan paham dengan materi yang
disampaikan serta dapat membaca teks-teks arab lainnya dengan lancar seperti
kitab kuning. Maka diperlukan metode yang cocok untuk Guru, santri dan
pembelajaran bahasa arab.
Sementara kecocokan sebuah pengajarab bahasa arab tergantung pada:
a. Adaptasi yang diperlukan dalam menerapkan metode tertentu
sesuai dengan situasi rill di kelas;

4
b. Persiapkan yang diperlukan untuk menerapkan metode tertentu;
c. Bantuan dan bimbingan yang dituntut oleh metode tertentu dari
seorang guru bahasa arab(Syamsuddin dalam Asla Maria,Skripsi,
2013:2-3).
Bahasa arab mencakup 2 ruang lingkup yaitu unsur-unsur kebahasaan dan
keterampilan berbahasa arab. Unsur-unsur kebahasaan sendiri mencakup tata
bahasa(qowa’id), kosa kata(mufrhodat), pelafalan dan ejaan. Qowa’id(Nahwu
dan Sharaf) adalah ilmu dasar untuk mempelajari bahasa arab khususnya
kitab kuning.
Pondok Pesantren Hidayatul Falah adalah suatu pesantren salafi. Pesantren
salafi adalah pesantren yang masih mengandung unsur ketradisionalan dalam
sistem pembelajarannya. Dimana pesantren ini masih mengkaji kitab-kitab
klasik atau kitab kuning. Dan dalam mengkaji kitab ini diperlukan metode
yang tepat. Pesantren ini pun menerapkan metode qowa,id wa tarjamah
dalam pembelajaran maharah qira’ah bahasa arab terutama dalam membaca
kitab kuning . Dimana bahasanya memakai bahasa arab.
Metode qowa’id wa tarjamah adalah gabungan dua metode yaitu metode
qowa’id dan metode tarjamah. Dalam bahasa indonesia disebut metode tata
bahasa-terjemah. Metode qowa’id adalah suatu metode yang menitikberatkan
pada aturan tata bahasa atau gramatika dalam suatu kata-kata tertentu. Kata-
kata tersebut disusun menurut tata bahasa yang tepat menjadi suatu kalimat
yang lengkap. Sedangkan metode tarjamah adalah suatu metode yang
menitikberatkan pada penerjemahan suatu bacaan yang terdiri dari kalimat
dan tersusun dari banyak kata mula-mula dari bahasa asing ke dalam bahasa
ibu atau sebaliknya.
Untuk mengetahui bagaimana penerapan metode qowa’id wa tarjamah
dan hasilnya dalam pembelajaran maharah qira’ah di Pondok Pesantren
Hidayatul Falah Tanjung Jabung Timur , maka diperlukan penelitian. Hal
inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang Penggunaan
Metode Qowa’id Wa Tarjamah Dalam Pembelajaran Maharah Qira’ah
Bahasa Arab Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Falah Tanjung Jabung
Timur Tahun 2019.

5
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses penggunaan Metode Qowa’id Wa tarjamah
dalam pembelajaran maharah qira’ah bahasa Arab santri di Pondok
Pesantren Hidayatul Falah Tanjung Jabung Timur Tahun 2019?
2. Bagaimana kendala-kendala guru dalam menerapkan metode
qowa’id wa tarjamah dalam pembelajaran maharah qira’ah bahasa
Arab santri di Pondok Pesantren Hidayatul Falah Tanjung Jabung
Timur Tahun 2019?

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian dilakukan lebih terfokus dan terarah maka perlu adanya
batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Metode yang diterapkan adalah metode qowa’id wa tarjamah

2. Subjek dalam penelitian adalah santri Pondok Pesantren Hidayatul


Falah Tanjung Jabung Timur

3. Sumber bahan ajar berupa kitab, buku tulis, dan beberapa sumber lain
yang relevan
1.4. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:
1. Ingin mengetahui bagaimana proses penggunaan metode qowa’id wa
tarjamah dalam pembelajaran maharah qira’ah bahasa Arab santri di
Pondok Pesantren Hidayatul Falah Tanjung Jabung Timur Tahun
2019.
2. Ingin mengetahui kendala-kendala guru dalam menerapkan metode
qowa’id wa tarjamah dalam pembelajaran maharah qira’ah bahasa
Arab santri di Pondok Pesantren Hidayatul Falah Tanjung Jabung
Timur Tahun 2019.
1.5. Manfaat Penelitian

6
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Manfaat dalam penelitian ini secara teoritis adalah dapat
memberikan informasi tentang penggunaan metode qowa’id wa
tarjamah dalam pembelajaran maharah qira’ah santri di Pondok
Pesantren Hidayatul Falah Tanjung Jabung Timur Tahun 2019.
2. Secara Praktis
a. Manfaat Bagi Peserta Didik atau Santri
Diharapkan melalui penggunaan metode qowa’id wa
tarjamah dalam pembelajaran maharah qira’ah dapat membuat
siswa lebih semangat dan mengerti dalam pembelajaran bahasa
arabnya.
b. Manfaat Bagi Guru
Dapat memberi masukan dan gambaran bagaimana
penggunaan metode qowa’id wa tarjamah tersebut. Sebagai
motivasi untuk lebih profesional dalam mengajar para
santrinya dengan menggunakan metode yang menyenangkan
tetapi tetap membuat santrinya mengerti dan paham akan
materi yang disampaikan serta meningkatkan sistem
pembelajaran dan memperbaiki permasalahan dalam
pembelajaran.
c. Manfaat Bagi Peneliti
Menambah pengalaman-pengalaman dalam dalam
pembelajaran bahasa arab serta menambah pengetahuan dan
bekal pengalaman sebagai calon guru.
d. Manfaat Bagi Pondok
Sebagai bahan ajuan dalam mengambil suatu kebijakan
tentang penggunaan metode qowa’id wa tarjamah dalam
pembelajaran maharah qira’ah bahasa Arab.
1.6. Batasan Definisi Istilah
Batasan definisi istilah dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman
atau terjadi salah penafsiran istilah terhadap judul “Penggunaan Metode

7
Qowa’id Wa Tarjamah Dalam Pembelajaran Maharah Qira’ah Bahasa Arab
Santri di Pondok Pesantren Hidayatul Falah Tanjung Jabung Timur Tahun
2019”. Yaitu sebagai berikut.
1.Metode adalah cara tertentu yang digunakan yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Contoh metode
pembelajaran antara lain;(1) metode ceramah, (2) demontrasi, (3) diskusi,
(4) simulasi, (5) laboratorium, (6) pengalaman lapangan, (7)
brainstorming, (8) debat, (9) simposium dan sebagainya(Komalasari,
dalam Ekawarna,2013:34). Sedangkan metode pengajaran bahasa Arab
dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu: metode tradisional (qowa’id
dan tarjamah) dan metode modern (langsung)(Nur ,Jurnal, 6 , Mei
2013:53).
2. Qowa’id merupakan jama’ dari kata qaaidah yang berarti aturan,
undang-undang. Qowa’id adalah aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang
terdapat dalam menyusun kalimat bahasa arab, dimana cabang dari ilmu
Qowa’id ini sangat banyak diantaranya adalah ilmu nahwu dan
sharaf(Edi,Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam,4, Desember
2015:83). Metode terjemah adalah metode yang menitikberatkan pada
kegiatan-kegiatan menerjemahkan bacaan-bacaan mula-mula dari bahasa
asing ke dalam bahasa sendiri (bahasa ibu), kemudian sebaliknya. Dengan
demikian diharapkan peserta didik dapat membaca tulisan bahasa arab
dengan baik melalui metode Qowa’id wa Tarjamah.
3. Metode tarjamah adalah cara atau jalan dalam menerjemah teks bahasa
Arab ke dalam bahasa Indonesia(Setyawan,jurnal Arabia , 8, 2016:93)
4. Maharah dalam bahasa Arab berasal dari kata dasar ‫ مهر‬berubah menjadi
bentuk mashdar ‫ارة‬LLLLLLLLL‫ مه‬yang berarti kemahiran atau
keterampilan(Kuraedah,, Jurnal At-Ta’dib,8, Juli- Desember 2015:85).
5. Qira’ah (Membaca) adalah materi memahami bacaan atau disebut juga
sebagai fahm al-maqru. Kegiatan membaca pada hakikatnya adalah
kegiatan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-

8
lambang tertulis) dengan melafalkan ataumencernanya di dalam
hati(Alwasilah,2013:116).
6. Bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur’an dan menjadi salah satu alat
komunikasi internasional. Oleh karena itu mempelajari bahasa Arab
menjadi kebutuhan setiap orang khususnya umat Islam(Sukamto dan
Munawar,2007:V).
1.7. Telaah Pustaka
Adapun beberapa penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
akan penulis kemukakan sebagai tinjauan kepustakaan yaitu sebagai berikut:
1. Safiuni Hati(2017)
Dengan skripsinya yang berjudul “ Penggunaan Metode
Qowa’id Wa Tarjamah Dalam Pembelajaran Meterjemah Bahasa
Arab Siswa Kelas XI MA Al-Hikmah Pemenang Lombok Utara
Tahun Pelajaran 2016/2017”. Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian deskriftif kualitatif. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Berdasarkan pengamatan peneliti, hasil penelitian
dalam skripsi ini menunjukkan bahwa dalam penggunaan metode
qowa’id wa tarjamah peserta didik diperlakukan sebagai subjek
pembelajar yang secara aktif melakukan praktek-praktek
menterjemah. Untuk kemampuan siswa dalam menterjemah bahasa
Arab setelah penggunaan metode qowa’id wa tarjamah sudah
mulai meningkat.
2. Abd.Rauf(2018)

Dengan skripsinya yang berjudul “ Penerapan Metode


Qowa’id Wa Al-Tarjamah Dalam Kitab Amtsilati Untuk
Meningkatkan Kemampuan Santri Memahami Kitab Kuning Di
Pondok Pesantren Nuhiyah Pambusuang Kabupaten Plewali
Mandar”. Desain penelitian yang digunakan yaitu Pree
Experimental Desain. Sedangkan model penelitian yang digunakan
yaitu One grup Pretest Podttest Design. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh santri kelas XI Agama 1 MA Nuhiyah

9
Pambusuang Kabupaten Polewali Mandar yang berjumlah 24
orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pedoman observasi dan tes. Teknik analisis yang digunakan adalah
analisis statistik deskriptif dan analisis inferensial.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode
Qawa’id Wa al Tarjamah efektif dalam meningkatkan kemampuan
santri memahami kitab kuning. Berdasarkan hasil analisis data
menggunakan statistik deskriftif sebelum diberi perlakuan
diperoleh rata-rata 63,8333 dengan persentase 45.8% berada pada
kategori sedang. Dan setelah diberi perlakuan diperoleh rata-rata
85.5833 dengan persentase 54.2% berada pada kategori Sangat
tinggi. Adapun analisis inferensial diperoleh thitung sama
dengan12,81 dan ttabel sama dengan 2,042. Dalam hal ini (12,81>
2,042) maka H0 ditolak. Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan
metode Qawa’id Wa al Tarjamah dapat meningkatkan kemampuan
santri memahami kitab kuning di Pondok pesantren Nuhiyah
Pambusuang Kabupaten Polewali Mandar.
3. Deka Lailatul Rohmah(2017)
Dengan skripsinya yang berjudul “Penerapan Metode
Pembelajaran Qawaid wa Tarjamah Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Bahasa Arab Peserta Didik Kelas V-A SDI Al-Hakim
Boyolangu Tulungagung”. Penelitian ini menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas ( Classroom Action Research) sebanyak 2 siklus.
Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah
peserta didik kelas V-A SDI Al-Hakim Boyolangu Tulungagung.
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah
wawancara, observasi, dokumentasi, tes, dan catatan lapangan.
Analisis data yang digunakan mencakup reduksi data, penyajian
data,verifikasi data dan penarikan kesimpulan. Indikator
keberhasilan dalam penelitian ini apabila penguasaan materi

10
peserta didik mencapai 75 % dari tujuan yang seharusnya dicapai,
dengan nilai KKM 70.
Hasil penelitian menunjukkan Penerapan metode
pembelajaran qawaid wa tarjamah pada mata pelajaran Bahasa
Arab mengalami peningkatan hasil belajar pada peserta didik kelas
V-A SDI Al-Hakim Boyolangu Tulungagung. Hal ini dapat dilihat
dari proses belajar mengajar dan nilai tes akhir pada proses belajar
mengajar siklus 1 dan 2. Pada siklus 1 nilai rata-rata kelas 79,9.
Peserta didik yang mendapat >70 sebanyak 11 peserta didik (73%)
dan <70 sebanyak 4 peserta didik (27%). Sedangkan pada siklus II
nilai rata-rata 90,44, peserta didik yang mendapat >70 sebanyak 16
peserta didik (89,1%). Peserta didik yang mendapat >70 sebanyak
15 peserta didik atau keseluruhan (100%) dan <70 sebanyak 0
peserta didik atau tidak ada (0%). Dengan demikian, membuktikan
bahwa penerapan metode pembelajaran qawaid wa tarjamah dapat
meningkatkan hafalan dan hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa
Arab peserta didik kelas V-A SDI Al-Hakim Boyolangu
Tulungagung.
Dari ketiga telaah pustaka diatas terdapat persamaan serta perbedaan
dengan penelitian yang penulis lakukan. Persamaan yang terdapat pada ketiga
skripsi tersebut dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu sama – sama
meneliti tentang metode qowa’id wa tarjamah. Dan dalam skripsi yang
pertama sama-sama mendeskripsikan tentang penggunaan metode qowa’id
wa tarjamah dengan penelitian kualitatif. Adapun perbedaan dari ketiga
skripsi tersebut dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu skripsi yang
pertama meneliti penerapan metode qowa’id wa tarjamah dalam bidang
terjemah bahasa arab, skripsi yang kedua meneliti penerapan metode qowa’id
wa tarjamah dalam pemahaman kitab kuning dengan kitab amtsilati dengan
model penelitian eksperimen. Kemudian skripsi yang ketiga meneliti
penerapan metode qowa’id wa tarjamah dalam bidang belajar bahasa arab
dengan model penelitian PTK(Penelitian Tindakan Kelas). Sedangkan
perbedaannya dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu penulis meneliti

11
tentang Penggunaan metode qowa’id wa tarjamah dalam bidang maharah
qira’ah dengan model penelitian kualitatif deskriftif.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Salah satu pengertian pembelajararan dikemukakan oleh Gagne (1977)
yaitu pembelajaran adalah seperangkat peristiwa -peristiwa eksternal yang
dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal.
Lebih lanjut, Gagne (1985) mengemukakan teorinya lebih lengkap dengan
mengatakan bahwa pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar,
situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan,
mendukung, dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap
peristiwa belajar(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran, diakses pada
27 februari 2019)
Jadi dapat disimpulkan pembelajaran adalah suatu proses pendidikan
yang melibatkan pendidik dan peserta didik dalam prosesnya dengan tujuan
menyalurkan atau memberi pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik.
Peserta didik diberikan pelajaran yang membuat mereka menjadi manusia
yang lebih baik.

12
Menurut ‘Abd al-Majid (dalam Alwasilah,2013:9) Bahasa adalah
kumpulan isyarat yang digunakan oleh orang-orang untuk mengungkapkan
pikiran, perasaan, emosi, dan keinginan. Dengan definisi. Dengan definisi
lain, bahasa adalah alat yang digunakan untuk mendeskripsikan ide, pikiran,
atau tujuan melalui struktur kalimat yang dapat dipahami oleh orang
lain(Alwasilah,2013:9).
Jadi bisa dikatakan bahasa adalah suatu alat untuk berkomunikasi antara
seseorang dengan orang lain ataupun dengan beberapa orang. Manusia hidup
tidak bisa tanpa adanya bahasa. Karena bahasalah yang membuat manusia
saling mengenal satu sama lain. Manusia adalah makhluk sosial yang
membutuhkan satu sama lain. Tanpa adanya bahasa maka manusia akan sulit
untuk saling mengenal.
Pengertian “Arab” secara bahasa adalah gurun sahara, atau tanah tandus
yang di dalamnya tidak ada air dan pohon yang tumbuh di atasnya. sedangkan
“bahasa” adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk saling
berinteraksi dan berhubungan dengan berbagai motivasi dan keperluan yang
mereka miliki. Bahasa Arab merupakan bahasa peribadatan dalam agama
Islam karena merupakan bahasa yang dipakai oleh al-Qur’an yakni
“sesungguhnya kami telah menjadikan al-Qur’an dalam bahasa arab, supaya
kalian bisa memahaminya” (QS. Az Zukhruf:3)(Andriani,Jurnal T a’allum, 3,
Juni 2015:40-41).
Dalam mempelajari bahasa Arab, tentunya ada berbagai macam cara
agar siswa dapat dengan mudah menerima pembelajaran bahasa tersebut.
Yang paling utama dalam mengenalkan siswa terhadap bahasa Arab yaitu
terlebih dulu pada lingkungan yang terdekat dari siswa itu sendiri. Dapat
dimulai dari pengenalan terhadap dirinya sendiri, keluarganya, lalu ke
lingkungan sekolah. Hal ini bertujuan agar siswa dapat menjalin komunikasi
sesuai dengan tema materi pembelajaran bahasa Arab yang ada. Kemudian
pembelajaran diberikan dengan menggunakan pendekatan yang lebih efektif
agar mudah diserap dan dipahami oleh siswa tersebut.
Dengan demikian pembelajaran bahasa Arab dapat didefinisikan suatu upaya
membelajarkan siswa untuk belajar bahasa Arab dengan guru sebagai

13
fasilitator dengan mengorganisasikan berbagai unsur untuk memperoleh
tujuan yang ingin dicapai. Belajarbahasa Arab (asing) berbeda dengan belajar
bahasa ibu, oleh karena itu prinsip dasar pengajarannya harus berbeda, baik
menyangkut metode (model pengajaran), materi maupun proses pelaksanaan
pengajarannya.
2.2. Keterampilan Berbahasa
Dalam pembelajaran bahasa apapun di dunia ini tanpa terkecuali
pembelajaran bahasa Arab, senantiasa melalui tahapan-tahapan keterampilan
berbahasa yang sudah masyhur di kalangan ahli bahasa, di antaranya
keterampilan mendengarkan (maharat al-istima’), berbicara (maharat al-
kalam), membaca (maharat al-qiro’at) dan menulis (maharat al-kitabah).
Walaupun keempat keterampilan tersebut harus ada dalam pembelajaran
bahasa Arab, akan tetapi tidak dapat di pungkiri bahwa dari keempat
keterampilan terseb ut teradapat dua keterampilan yang merupakan dasar dari
pembelajaran bahasa Arab yaitu keterampilan mendengarkan (maharat al-
istima’) dan keterampilan berbicara (maharat al-kalam).
Hal tersebut dikuatkan oleh pendapat Kamal Ibrahim Badry dan Mamduh
Nur al-Din dalam kitabnya Mudhakiroh Asas Ta’lim al-Lughoh al-Arobiyah
bahwa ada hal-hal yang perlu di utamakan dalam pembelajaran bahasa karena
hal tersebut merupakan bagian dari pembelajaran bahasa yang paling cepat
diaplikasikan yang dalam bahasa Arab disebut ‘Ulumiyat al-Taqdim,
diantaranya adalah :
1. Mendahulukan pembelajaran mendengarkan dan berbicara sebelum
membaca dan menulis
2. Mengajarkan susunan kalimat sebelum susunan kata
3. Mengajarkan kosa kata sehari-hari yang diperlukan sebelum lainnya
4. Mengajarkan pola pelajaran yang cepat seperti biasanya orang Arab
berbicara dan bukannya bahasa yang diperlambat-lambatkan (Taufik,
2013:41-43).
Dengan didahulukannya dua keterampilan berbahasa, bukan berarti dua
keterampilan lainnya yaitu keterampilan membaca dan menulis tidak penting.
Alasan didahulukannya dua keterampilan mendengarkan dan berbicara

14
didahulukan adalah karena dua keterampilan itu dianggap lebih mudah
pengaplikasiannya dibanding keterampilan berbahasa lainnya. Keterampilan
membaca dan menulis dianggap sulit dan memerlukan waktu yang lama.
Walaupun begitu dua keterampilan itu tidak dipelajari. Semua keterampilan
wajib dipelajari karena sangat penting dalam berbahasa terutama bahasa
Arab.
Jadi bisa dikatakan keterampilan berbahasa adalah suatu keterampilan
yang harus dimiliki oleh manusia. Keterampilan dalam bahasa lain disebut
juga dengan kemahiran atau kemampuan berbahasa. Sedangkan dalam bahasa
arab disebut dengan maharah. Keterampilan berbahasa harus dimiliki oleh
manusia karena merupakan kebutuhan hidup manusia, baik dalam belajar
maupun kehidupan sosial.
Berikut macam-macam keterampilan berbahasa beserta penjelasannya,
yaitu sebagai berikut:
1. Keterampilan /Kemahiran Qira’ah(Membaca)
Kemahiran membaca adalah kemampuan mengenali dan
memahami isi sesuatu yang tertulis(lambang-lambang tertulis) dengan
melafalkan atau mencernanya di dalam hati(Alwasilah,2013:143)
Kemampuan membaca juga dapat diwujudkan dalam bentuk
membaca k eras maupu n membaca dalam hati. Hanya saja, membaca
keras tidak hanya sekedar menunjukkan pemahaman terhadap apa
yang dibaca, tetapi juga menunjukkan kebenaran cara membacanya. Di
samping itu kemampuan membaca dengan keras lebih mudah diukur
dibanding membaca dalam hati(Khalilullah,Jurnal Sosial Budaya,8,
Januari-Juni 2011:158).

2.Keterampilan/Kemahiran Kitabah(Menulis)

Kemahiran menulis adalah kemampuan dalam mendeskripsikan


atau mengungkapkan isi pikiran, mulai daei aspek yang sederhana
seperti menulis kata-kata sampai kepada aspek yang kompleks yaitu
mengarang(Alwasilah,2013:151).

15
Pada dasarnya keterampilan menulis ini akan sangat dipengaruhi
oleh keterampilan membaca, pada saat itu pula dia akan melihat dan
mengingat bentuk tulisannya. Dengan demikian, jika seseorang belajar
menulis dahulu sebelum dapat membaca, tentu akan mengalami banyak
kesulitan. Sebaliknya, belajar menulis yang dilakukan setelah terampil
membaca, akan mempermudah dan mempercepat proses
belajarnya(Khalilullah,Jurnal Sosial Budaya, 8, Januari-Juni 2011:163).

3.Keterampilan/Kemahiran Istima’(Menyimak)
Kemahiran menyimak adalah kemampuan seseorang dalam
mencerna atau memahami kata atau kalimat yang diujarkan oleh mitra
bicara atau media tertentu. Kemampuan ini dapat dicapai dengan latihan
yang terus-menerus untuk mendengarkan perbedaan-perbedaan bunyi
unsur-unsur kata(fonem) dengan unsur-unsur lainnya menurut makhraj
huruf yang betul baik langsung dari penutur aslinya (al-nathiq al-ashli)
maupun rekaman(Alwasilah,2013:130).
4.Keterampilan/Kemahiran Kalam(Berbicara)
Kemahiran berbicara adalah kemampuan mengungkapkan bunyi-
bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran berupa
ide, pendapat, keinginan atau perasaan kepada mitra bicara. Dalam
makna yang lebih luas, berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda
yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan sejumlah otot dan
jaringan otot manusia untuk menyampaikan pikiran dalam langkah
memenuhi kebutuhannya (Moch.Solichin,
http://solikin11.blogspot.com/2013/05/maharah-kalam-kemampuan-
berbicara.html,akses 9 Februari 2019).

2.3. Maharah Qira’ah


2.3.1. Pengertian Maharah Qira’ah
Pembelajaran qira’ah (membaca) seringkali disebut dengan
pelajaran muthala’ah (menela’ah). Keduanya memang sama-sama belajar

16
yang berbasis bacaan. Namun demikian, kedua istilah tersebut memiliki
perbedaan. Qira’ah dapat diartikan sebagai pelajaran membaca, sedangkan
muthala’ah lebih menekankan pada aspek analisis dan pemahaman
terhadap apa yang dibaca. Karena keduanya memiliki perbedaan
penekanan, maka dalam pemilihan metode atau strategi pembelajarannya
pun tentu akan terdapat perbedaan. Kedua istilah tersebut juga dapat
dipahami sebagai proses, artinya bahwa keterampilan membaca itu
meliputi latihan membaca dengan benar sampai dengan taraf kemampuan
memahami dan menganalisis isi bacaan(Khalilullah,Jurnal Sosial Budaya,
8, Januari-Juni 2011:159-160).
Membaca tidak hanya terpaku kepada kegiatan melafalkan dan
memahami bacaan yang sedang dibaca saja, tetapi harus menjiwai isi dari
bacaan tersebut. Pembaca yang baik adalah pembaca yang dapat
merasakan secara penjiwaan tentang apa saja yang dibacanya. Bisa
gembira, kagum, marah, dan sebagainya sesuai isi bacaan.
Adapun contoh pembelajaran maharah qira'ah yaitu :
1) Guru menyiapkan bahan bacaan yang menarik bagi siswa, yang
sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Seperti teks berikut ini:
ِ ‫ ابلِم يفخد ةاةّ ف الصاغث اث‬،‫أريد أن ْأذب إىل ابلِم اجلديد‬
‫الٌث‬
‫ويدخو اجالس اىل صاىثَابلِم ف صاىث ابلِم شتاةم نثيه للشخػاٌل ت‬
‫ جييس ف‬،‫ػلت األ ِحبيث‬
ٍ ‫وليشياكت ولي‬
‫ٔمظ ابلِم خيف الشتاك‬
ٍ ‫ك الٌيو ٌع اىٍٔظف ةػض اى‬
‫ػلء‬ ً .‫ويلف الٌيو ٌأام الشتاك‬
ً ‫ث يخ‬
‫أمال‬
ٔ ‫يريدون رصف الشياكت وبػضًٓ يريدون حتٔيو‬.
2) Lalu guru memberi contoh cara membaca yang baik sesuai dengan
intonasi yang tepat.
3) Siswa diminta untuk membaca nyaring secara bersama-sama teks
bacaan tersebut.
4) Siswa diminta untuk membaca dalam hati secara individu dengan waktu
yang dibatasi.
5) Guru menanyakan pada siswa arti kata demi kata yang ada dalam teks
bacaan, lalu menanyakan jika kata telah disambung menjadi kalimat.

17
6) Siswa diminta untuk mendemonstrasikan bacaan secara
berpasangpasangan, satu siswa diminta untuk membaca teks Arab dan yang satu
diminta untuk menerjemahkan, begitu seterusnya secara bergantian(Unsi, Jurnal
Penelitian dan Kajian Keislaman, 4, Juni 2016:67-68).
2.3.2. Tujuan Pembelajaran Kemahiran Qira’ah (‫)القراءة ة مھارة‬
a. Mampu untuk mengerti arti yang ditulis dengan cepat.
b. Mampu menyeimbangkan dengan cepat apa yang harus dibaca
dengan tujua membacanya.
c. Mampu menggunakan teknik-teknik membaca yang mendasar.
d. Mampu menyebutkan apa yang telah dibaca dan
menghubungkannya dengan yang berikutnya serta dapat menarik
pokok pikiran dan tujuan pokok yang diinginkan penulisnya.
e. Mampu membedakan antara materi bahasa yang perlu dibaca
dan dianalisis dengan seksama dan tidak banyak memperhatikan
yang tidak perlu(Khalilullah,Jurnal Sosial Budaya, 8, Januari-Juni
2011).
2.3.3. Jenis-jenis Maharah Qira’ah
Dilihat dari segi penyampainnya, membaca terbagi menjadi
dua, yaitu:
1. Membaca Diam
Membaca diam atau disebut membaca dalam hati
lazim dikenal dengan membaca pemahaman, yaitu
membaca dengan tidak melafalkan simbol-simbol
tertulis berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca,
melainkan hanya mengandalkan kecermatan eksplorasi
visual(Alwasilah,2013:148).
Membaca diam bisa diartikan juga dengan membaca
tanpa mengeluarkan suara. Model membaca ini sering
ditemui peneliti dalam kehidupan sehari-hari termasuk
peneliti sendiri. Membaca diam dirasa sangat efektif
untuk diterapkan karena lebih membuat konsentrasi terj
aga . Orang yang membaca diam tidak akan merasa

18
capek dalam membaca karena tanpa mengeluarkan
tenaga dalam hal suara.
2. Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah membaca dengan
melafalkan atau menyuarakan simbol-simbol tertulis
berupa kata-kata atau kalimat yang dibaca. Latihan
membaca ini lebih cocok diberikan kepada pelajar
tingkat pemula. Membca nyaring bertujuan untuk
menambah kepercayaan diri pelajar, memperbaiki
kesalahan-kesalahan dalam membaca dan memperkuat
disiplin kelas karena serentak dalam
membaca(Alwasilah,2013:144-145).
Jadi membaca nyaring adalah suatu kegiatan
membaca dengan mengikutsertakan organ tubuh bagian
mulut sebagai medianya. Menurut peneliti membaca
nyaring mempunyai kelebihan dan juga kekurangan.
Salah satu kelebihannya adalah dengan membaca
nyaring akan diketahui kesalahan membacanya dimana,
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membaca
selanjutnya. Sedangkan kekurangannya adalah
membuat energi lebih cepat habis. Karena
menggunakan media mulut maka semakin kita lama
membaca maka semakin lelah mulut untuk
mengeluarkan suara.
2.4. Metode Qowa’id Wa Tarjamah
2.4.1.1. Pengertian Metode Qowa’id Wa Tarjamah

Metode berarti jalan, manhaj berarti sistem dan al-


wasilah berarti perantara atau mediator(Abuddin dalam
Mulu Jurnal Al-Izzah, 8, 2 Desember 2013:41). Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa metode
adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksana kegiatan guna mencapai tu juan yang telah

19
ditentukan( Rauf,Skripsi,2018:10).Secara terminology
metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai
tujuan yang ditentukan(Ali dalam Mulu, Jurnal Al-Izzah, 8,
2 Desember 2013:41).
Metode juga berarti rencana menyeluruh yang
berhubungan dengan penyajian materi pelajaran secara
teratur dan tidak saling bertentangan dan didasarkan atas
suatu approach(Akrom dalam Mulu, Jurnal Al-Izzah, 8, 2
Desember 2013:41). Metode diartikan juga sebagai cara
untuk mempermudah pemberian pemahaman kepada anak
didik mengenai bahan atau materi yang
diajarkan(Azzuhri,Jurnal Tarbiyah STAIN Purwokerto, 14 ,
Sep-Des 2009:3)
Jadi metode adalah suatu cara yang digunakan oleh
seorang guru dalam suatu pembelajaran dengan tujuan
untuk mencapai target pembelajaran yang telah
direncanakan dengan tepat serta mempermudah siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Perbedaan makna dari “metode” dapat dirujuk dari
nama beberapa metode. Kata “metode” dalam Metode
Langsung mengacu kepada suatu aspek dari pengajaran
bahasa: yaitu penyajian materi. Kata “metode” dalam
Metode Membaca mengacu pada penekanan dari suatu
ketrampilan berbahasa: yaitu keterampilan membaca,
sementara dalam Metode Tatabahasa Terjemah, kata
“metode” menekankan pada aspek materi pengajaran, yaitu
tatabahasa dan terjemah(Nurbayan,2008:20).
Sedangkan Qawa’id itu sendiri merupakan jama’
dari kata qaaidah yang berarti aturan, undang-undang
(Munawwir dalam dalam Setyawan,Jurnal Komunikasi dan
Pendidikan Islam, 4, 2 Desember 2015:83) . Sebagaimana

20
disebutkan dalam bukunya Muhib Abdul Wahab bahwa
yang diamksud qawa’id yaitu aturan dasar yang mengkaji
tentang penggunaan suatu bahasa berupa struktur bahasa
yang terpusat pada kajian nahwu dan saraf(Wahab dalam
Amrullah,Jurnal Pendidikan Islam, 6 , Mei 2015:59). Jadi
Qawa’id adalah aturan-aturan atau kaidah-kaidah yang
terdapat dalam menyusun kalimat bahasa Arab, di mana
cabang dari ilmu Qawa’id ini sangat banyak diantaranya
adalah ilmu nahwu dan sharaf.
Dengan demikian, pembelajaran Qawa’id adalah
suatu sistem pembelajaran yang terjadi antara murid dan
materi pembelajaran yaitu materi qawa’id sehingga murid
memahami , mengerti serta menguasai materi tersebut . Dan
yang paling penting mampu berkomunikasi dengan baik dan
benar menggunakan bahasa Arab. Qowa’id sendiri
merupakan gabungan antara dua ilmu yaitu ilmu nahwu
dan shorof/sharaf.
a. Ilmu Nahwu
Nahwu menurut bahasa adalah ‫الجھة و الطریق‬
(jalan dan arah)(Abâdî dalam Sehri,Jurnal Hunafa, 7,
April 2010:48 ). Menurut Al-Râzî (dalam Sehri, Jurnal
Hunafa, 7, April 2010:48), nahwu adalah ‫ القصد الطریق‬.
Akan teapi, nahwu menurut istilah ulama klasik adalah
terbatas pada pembahasan masalah ‫اء‬LL‫( اإلعراب و البن‬i’râb
dan binâ’), yaitu penentuan baris ujung sebuah kata
sesuai dengan posisinya dalam kalimat ( ‫ ) الجملة‬yang
mereka definisikan seperti berikut ini:
‫النحو قواع یعرف بھا أحوال الكلمات العربیة إعرابا و بناء‬
Nahwu adalah aturan-aturan yang dapat mengenal hal
ihwal kata-kata bahasa Arab, baik dari segi i’rab maupun
bina’ (Biek,dkk dalam Sehri, Jurnal Hunafa, 7 ,April
2010:48).

21
Jadi Ilmu Nahwu adalah kaidah-kaidah untuk
mengenal bentuk kata-kata dalam bahasa Arab serta
kaidah-kaidahnya di kala berupa kata lepas dan di kala
tersusun dalam kalimat(Hifni.dkk,2010:13).
Beberapa tujuan mengajarkan ilmu nahwu adalah:
1. Menjaga dan menghindarkan lisan serta tulisan dari
kesalahan berbahasa, disamping menciptakan kebiasaan
berbahasa yang fasih. Itulah sebabnya, ulama Arab dan
Islam zaman dahulu berupaya untuk merumuskan ilmu
nahwu di samping untuk menjaga bahasa Alquran dan
Hadis Nabi Muhammad saw;·
2. Membiasakan para pelajar bahasa Arab untuk selalu
melakukan pengamatan, berpikir logis dan teratur serta
kegunaan lain yang dapat membantu mereka untuk
melakukan pengkajian terhadap tata bahasa Arab secara
kritis;
3. Membantu para pelajar untuk memahami ungkapan
ungkapan bahasa Arab sehingga mempercepat
pemahaman terhadap maksudpembicaraan dalam
bahasa Arab (Shahât}ah dalam Mulu, Jurnal Al-Izzah,
8 , Juni 2013:50);
4.Mengasah otak, mencerahkan perasaan serta
mengembangkan khazanah kebahasaan para pelajar;
5.Memberikan kemampuan pada pelajar untuk
menggunakan kaidah bahasa Arab dalam berbagai
suasana kebahasaan. Oleh karena itu, hasil yang sangat
diharapkan dari pengajaran ilmu nahwu adalah
kecakapan para pelajar dalam menerapkan kaidah
tersebut dalam gaya-gaya ekspresi bahasa Arab yang
digunakan oleh para pelajar bahasa Arab dalam
kehidupnya, di samping bermanfaat untuk memahami

22
bahasa klasik yang diwarisi oleh para ulama dari zaman
dahulu;
6. Qawa’id dapat memberikan control yang cermat
kepada pelajar saat mengarang sebuah karangan
(Ahmad dalam Mulu, Jurnal Al-Izzah, 8, Juni 2013:50-
51).
b.Ilmu Sharaf
Ilmu Sharaf adalah salah satu cabang dalam
ilmu bahasa atau linguistik yang sering disebut dengan
Morfologi(Hilmi,2012:1). Shorof menurut lughah yaitu
setiap mengubah sesuatu dari bentuk asalnya, seperti
mengubah bentuk rumah atau pakaian dan sebagainya,
itu adalah shorof menurut lughah. Sedangkan shorof
menurut istilah ialah mengubah dari bentuk asal pokok
pertama kepada bentuk yang lain. Ada yang
mengartikan lain, yakni shorof adalah mengubah dari
fi’il madhi kepada fi’il mudhari’ , masdhar, isim fa’il,
isim maf’ul , fi’il nahi, isim makan, dan isim
alat(Dodi,Jurnal Tafaqquh, 1, Mei 2013:112).
Struktur kata yang dibentuk dari sebuah kata
yang dirubah menurut kegunaan kata benda, kata kerja,
kata perintah, kata ganti dan lain sebagainya yang
bersangkut paut dengan perubahan struktur dalam
sebuah kata itu sendiri. Definisi itulah yang disebut
dengan Sharaf(Hilmi,2012:1).
Adapun faedah perubahan itu adalah agar
mendapatkan arti yang berbeda seperti halnya sebagai
berikut(Moch Anwar dalam Dodi,Jurnal Tafaqquh, 1,
Mei 2013:112):
1. ‫= نصر‬fi’il madhi, artinya sudah menolong.
2. ‫ = ينصر‬fi’il mudhari’, artinya sedang/akan
menolong.

23
3. ‫ = نصرا‬masdar, artinya pertologan (kata benda).
4. ‫ = ناصر‬isim fa’il, artinya yang menolong
(subyek).
5. ‫ =منصر‬isim maf’ul, artinya yang ditolong
(obyek).
6. ‫ =انصر‬fi’il amar, artinya kamu tolonglah!
(menunjukkan kata perintah)‫ز‬
7. ‫ = التنصر‬fi’il nahi, artinya kamu jangan
menolong! (menunjukkan larangan).
8. ‫ =منصر‬isim makan, artinya tempat menolong.
9. ‫ = منصر‬isim zaman, artinya waktu menolong
(keterangan waktu).
10. ‫ = منصر‬isim al at artinya alat penolong.
Jadi Qowa’id (Ilmu Nahwu dan Sharaf)
adalah ilmu dasar yang bersifat stategis. Dikatakan
stategis, oleh karena dengan menguasai ilmu ini,
baik teori maupun praktek, maka kita dengan
sendiri-sendirinya akan mampu membaca-dengan
benar-dan memahami-dengan
tepat-kitab-kitab/buku-buku yang berbahasa Arab
(kitab-kitab kuning/gundul), terutama al-Qur’an dan
kitab-kitab Hadits, sekalipun kita belum pernah
mempelajari dri guru, ustadz dan kyai
kita(Fahmi,2002:x).
Metode qowa’id adalah cara menyajikan bahan pelajaran
dengan jalan menghafal aturan-aturan atau kaidah-kaidah tata
bahasa Arab yang mencakup Nahwu Sharaf.Metode ini
mempunyai beberapa nama. Sebagian orang menyebutnya metode
klasik. Dan sebagian la in menyebutnya metode Taqlidiyyah.
Sedangkan metode tarjamah adalah cara atau jalan dalam
menerjemah teks bahasa Arab ke dalam bahasa
Indonesia(Setyawan,jurnal Arabia, 8, Januari-Juni 2016:93).

24
Metode ini lebih menitikberatkan kepada proses penerjemahan
suatu kata atau kalimat dari suatu bahasa asing ke dalam bahasa
ibu.
Metode tarjamah dibagi menjadi dua yaitu tarjamah
harfiyyah(literer) dan tarjamah bi tasharruf(bebas). Tarjamah
harfiyyah mencakup ketaataan pada penerjemahan dalam aspek
tata bahasa seperti dalam urutan-urutan bahasa, bentuk kalimat ,
frase dan lain sebagainya. Sedangkan tarjamah bi tasharruf ini
lebih kepada penerjemahan bebas atau tanpa melihat bentuk
aslinya. Keduanya dipakai untuk menerjemahkan suatu kata atau
kalimat.
Jadi Metode Qowa’id wa Tarjamah (metode tradisional)
adalah metode pengajaran bahasa Arab yang terfokus pada “bahasa
sebagai budaya ilmu” sehingga belajar bahasa Arab berarti belajar
secara mendalam tentang seluk beluk ilmu bahasa Arab, baik aspek
gramatika/sintaksis (qawaid nahwu), morfem/morfologi (qawaid
sharaf) ataupun sastra (adab). Metode yang berkembang dan
masyhur digunakan untuk tujuan tersebut adalah metode qawaid
wa tarjamah . Metode tersebut mampu bertahan beberapa abad,
bahkan sampai sekarang pesantren-pesantren di Indonesia,
khususnya pesantren salafiah masih menerapkan metode tersebut.
Metode tradisional dipertahankan karena: tujuan pengajaran bahasa
Arab tampaknya pada aspek budaya/ilmu, terutama nahwu dan
ilmu sharaf; kemampuan ilmu nahwu dianggap sebagai syarat
mutlak sebagai alat untuk memahami teks/kata bahasa Arab klasik
yang tidak memakai harakat dan tanda baca lainnya; dan bidang
tersebut merupakan tradisi turun temurun sehingga kemampuan di
bidang itu memberikan rasa percaya diri (gengsi) tersendiri di
kalangan mereka(Nur,jurnal, 6, 2013:53).
Gambaran-gambaran penting menegenai metode ini adalah
sbb :

25
1. Metode ini sangat memperhatikan keterampilan
membaca, menulis, dan terjemah. Sedangkan kemampuan
berbicara kurang diperhatikan.
2. Metode ini menggunakan bahasa ibu sebagai media
utama dalam pengajaran bahasa yang dimaksud. Dengan perkataan
lain bahwa metode ini menggunakan terjemah sebagai cara utama
dalam pengajarannya.
3. Metode ini sangat memperhatikan aturan-aturan ilmu
Nahwu sebagai media untuk mengajarkan bahasa asing. Sehingga
ketepatan bacaan sangat diperhatikan.
4. Kebanyakan guru yang menggunakan metode ini
terjebak pada analisis sintaksis untuk setiap kalimat bahasa asing
yang diajarkannya.
5. Dan biasanya para guru juga meminta para pembelajar
untuk mengikuti hal tersebut ( no.4 )(Nurbayan,2008: ).
2.4.2. Desain Metode Qowa’id Wa Tarjamah
A. Tujuan [Umum dan Khusus]
Menurut para guru yang menggunakan metode ini, tujuan
pokok pengajaran suatu bahasa asing adalah untuk
mengembangkan kemampuan membaca literatur yang ditulis
dalam bahasa sasaran (misalnya kitab-kitab kuning berbahasa
Arab). Untuk mampu melakukan hal itu, para siswa perlu
mempelajari aturan tatabahasa dan kosa kata dari bahasa
sasaran. Metode ini meyakini benar bahwa mempelajari suatu
bahasa asing memberikan kepada para siswa sebuah latihan
mental yang baik yang mampu membantu mereka
mengembangkan kemampuan berpikir(Fakhrurrozi dan
Mahyudin,2012:59).
Jadi metode ini lebih menekankan pemahaman peserta
didik akan materi yang disampaikan oleh guru. Metode ini
bertujuan mengajarkan murid untuk menganalisa kaidah yang
terdapat dalam tata bahasa dan menerjemahkan kalimat tersebut

26
kedalam bahasa ibu. Metode ini tidak bertujuan untuk melatih
peserta didik agar pintar dalam hal berbicara dan
mendengarkan, tetapi lebih kepada membaca dan menulis.
B. Model silabus
Metode Qowa’id sangat menekankan kosa kata dan
tatabahasa. Keterampilan membaca dan menulis adalah
ketrampilan yang diutamakan dalam pembelajaran. Hanya ada
sedikit perhatian yang sangat kecil diberikan kepada
keterampilan berbicara dan mendengarkan. Kalau pun ada,
latihan pengucapan kata-kata sedikit sekali diberikan. Bahasa
tulisan lebih diutamakan daripada bahas lisan karena itulah
kemudian para siswa mempelajarinya. Kultur dipandang
sebagai bagian dari literatur dan seni. Bahan pelajaran bahasa
disusun berdasarkan urutan tatabahasa bahasa target (bahasa
Arab). Biasanya, urutan dari bahan pengajaran disusun
berdasarkan tingkat kemudahan tata bahasa. Silabus
gramatikalnya diurutkan dari tatabahasa yang paling gampang
sampai yang paling sulit(Fakhrurrozi dan Mahyudin,2012:59).
Jadi model ini sama-sama menekankan pada maharah
qira’ah(membaca) dan maharah kitabah(menulis). Karena yang
di kaji adalah tata bahasanya maka maharah
istima’(mendengarkan) dan muhadatsah(percakapan) dirasa
kurang cocok dengan metode ini.
2.4.3. Tujuan dan Manfaat Metode Qowa’id Wa Tarjamah
Setiap metode yang ada pasti mempunyai tujuan dan
manfaat. Begitu pula dengan metode qowa’id wa tarjamah.
Sedari awal objek dari metode ini adalah kaidah tata bahasa,
maka dapat dipastikan metode ini memberi manfaat yang besar
dalam kaidah tata bahasa terutama bahasa Arab.
Ada beberapa tujuan dan faedah dari metode Qawa’id
Wa Tarjamah , diantaranya sebagai berikut(Ahmad,) :

27
a. Mencegah ucapan dari kesalahan, menjaga tulisan dari
kekeliruan, membiasakan berbahasa dengan benar, ini semua
adalah tujuan utama dari tujuan pembelajaran ilmu nahwu.
b. Membiasakan siswa memiliki kekuasaan dalam memperhatikan,
cara berfikir yang logis dan teratur melatih para pejabat dalam
mengambil istimbat, hukum dan penjelasan yang logis. Di mana
para siswa dapat membiasakan terhadap hal-hal diatas karena
mereka telah mengikuti metode isti’raiy dalam pembelajar nahwu.
c. Membantu memahami perkataan secara benar denganmengerti
maknadengan tepat dan cepat.
d. Menajamkan akal, mengasah perasaan, menambah
perbendaharaan kosakata bagi para siswa.
e. Agar siswa memperoleh kemampuan memperagakan kaidah-
kaidah nahwu di dalam menggunakan kalimat yang berbeda-beda.
Maka hasil yang dapat diperoleh dari pembelajaran nahwu adalah
siswa semakin mantap dalam mempraktekan kaidah-kaidah nahwu
dalam struktur kalimat yang dipergunakan dalam kehidupan serta
bermanfaat untuk memahami kesusasteraan.
f. Kaidah nahwu itu membuat aturan dasar yang detail dalam
penulisan cerita, sehingga tidak memungkinkan bergantinya tema
terkecuali sudah selesai hikayat tersebut sesuai dengan tata cara
yang bersandar pada aturan-aturan dasar yang
mengikatnya(Setyawan,Jurnal Komunikasi dan Pendidikan islam,
4, 2 Desember 2015:83-84).
2.4.4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Qowa’id Wa Tarjamah
Setiap metode pembelajaran yang ada pasti mempunyai
suatu kelebihan dan juga kekurangan. Oleh karena itu para
pengajar selalu berinovasi untuk menciptakan metode guna
meminimalisir atau mengurangi kekurangan dari suatu metode
pembelajaran. Begitu pula dengan metode qowa’id wa tarjamah
yang tak lepas dari kelebihan dan kekurangan.
a. Kelebihan.

28
1) Pelajar menguasai banyak kaidah-kaidah tatabahasa bahasa
asing yang dipelajari.

2) Pelajar memahami isi detail bahan bacaan yang dipelajarinya


dan mampu menerjemahkannya.

3) Pelajar memahami karakteristik bahasa yang dipelajarinya dan


banyak hal lainnya yang bersifat teoritis, dan mampu
membandingkannya dengan karakteristik bahasa ibu.

4) Metode ini memperkuat kemampuan pelajar dalam mengingat


dan menghafal.

5) Bisa dilaksanakan dalam kelas besar dan tidak menuntut


kemampuan guru yang ideal, guru yang tidak fasih pun dapat
menggunakan metode ini. Kelas juga mudah diatur dan suara
gaduh dapat diminimalisir.

6) Cocok bagi semua tingkat bahasa para siswa (pemula,


menengah, lanjutan, atas); para siswa dapat memperoleh aspek-
aspek bahasa yang signifikan dengan bantuan buku saja tanpa
pertolongan guru.

7) Mudah untuk mengevaluasi proses pembelajaran karena ujian


terdiri dari materi tatabahasa, yang dapat dinilai dengan jawaban
“benar” atau “salah”. Hasil pembelajaran bisa juga dinilai melalui
terjemahan.

8) Metode ini tidak memerlukan media untuk menjelaskan kosa


kata(Fakhrurrozi,A dan Mahyudin,E,2012:86-87).

b. Kekurangan
1) Metode ini lebih banyak mengajarkan “tentang bahasa” daripada
mengajarkan “kemahiran berbahasa”.
2) Metode ini hanya menekankan kemahiran membaca, sedangkan
tiga kemahiran yang lain (menyimak, berbicara, menulis) tidak
mendapat perhatian yang memadai.

29
3) Terjemahan harfiah sering mengacaukan makna kalimat dalam
konteks yang luas, dan hasil terjemahannya sering terasa tidak
lazim menurut citarasa bahasa asli siswa.
4) Pelajar hanya mempelajari satu ragam bahasa, yaitu ragam
bahasa tulis klasik, Sedangkan bahasa tulis modem dan bahasa
percakapan tidak dipelajari.
5) Kosa kata, struktur, dan ungkapan yang dipelajari oleh siswa
mungkin sudah tidak dipakai lagi atau dipakai dalam arti yang
berbeda dalam bahasa modern.
6) Karena otak siswa dipenuhi oleh masalah-masalah tatabahasa
maka tidak tersisa lagi tempat untuk ekspresi dan kreasi berbahasa.
7) Tidak sesuai bagi siswa yang belum bisa membaca, misalnya
anak kecil yang baru belajar bahasa asing.
8) Sedikit sekali mengajarkan bahasa yang digunakan bagi
komunikasi antar-pribadi; kesempatan untuk mengemukaan
ucapaan atau ujaran spontan sangat terbatas(Fakhrurrozi,A dan
Mahyudin,E,2012:64).
2.5. Implementasi Penggunaan Metode Qowa’id Wa Tarjamah Dalam
Pembelajaran Maharah Qira’ah Bahasa Arab
Untuk mengaplikasikan atau mengimplementasikan suatu metode
maka harus memikirkan objek yang menjadi tujuan dari metode itu
dilaksanakan. Begitu pula dengan metode qowa’id wa tarjamah dalam
pengajaran bahasa arab, harus sesuai dengan objek pembelajaran yang
dituju agar tidak keluar dari karakteristik metode ini.
Metode qawaid wa tarjamah dapat diaplikasikan dalam proses
pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Guru memperdengarkan sederetan kalimat yang panjang yang
telah dibebankan kepada peserta didik untuk menghafalkan pada
kesempatan sebelumnya dan telah dijelaskan juga tentang
makna dari kalimat-kalimat itu.
b) Guru memberikan kosa kata baru dan menjelaskan maknanya ke
dalam bahasa ibu sebagai persiapan materi pengajaran baru.

30
c) Selanjutnya guru meminta salah satu peserta didik untuk
membaca buku bacaan dengan suara yang nyaring (qira’ah
jahriah) terutama menyangkut hal-hal yang biasanya peserta
didik mengalami kesalahan dan kesulitan dan tugas guru
kemudian adalah membenarkan.
d) Kegiatan membaca teks ini diteruskan hingga seluruh peserta
didik mendapat giliran(Nur,Jurnal, 6, Mei 2013:53).
Selain itu metode ini dapat di implementasikan mula-mula pengajar
mengajarkan dahulu materi yang diajarkan saat itu( contohnya mengenai
mubtada’ dan khabar). Kemudian memberi sebuah contoh kalimat kepada
muridnya dan guru membacanya disertai penjelasan diantara kalimat
tersebut manakah mubtada dan khabarnya. Selanjutnya menerjemahkan
arti dari kalimat tersebut. Barulah murid membaca kembali apa yang telah
dijelaskan oleh guru.
Adapun contoh pembelajaran bahasa Arab yang menggunakan metode
ini adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan; guru mengucapkan beberapa kosa kata bahasa arab;
2. Setelah mendengarkan kosakata yang diucapkan guru, murid
wajib menghafalkan kosa kata tersebut;
3. Guru menjelaskan makna dari kata tersebut dan
menerjemahkannya kedalam bahasa Indonesia;
4. Murid wajib mencacat kosa kata yang telah diberikan berserta
makna dan terjemahannya;
5. Guru memberi perintah kepada beberapa murid untuk
membacakan kembali kosa kata yang telah diberikannya dengan
suara yang jelas;
6. Bila ada kesalahan dalam membaca maka guru pun
memperbaiki bacaannya;
7. Murid melanjutkan membaca kosa katanya;
8. Guru memerintahkan para murid lain untuk membaca secara
bergantian;

31
9. Setelah semuanya selesai membaca, guru memberikan contoh
kalimat lengkap yang berkaitan materi pembelajaran disertai
makna, kaidah tata bahasanya dan terjemahannya
10. Adanya interaksi antara guru dan murid baik dalam bahasa
Indonesia maupun bahasa Arab;
11. Guru membuat kesimpulan dari materi yang telah
diajarkan;
12. Sebelum pulang, murid diberikan tugas/pekerjaan rumah
agar murid tidak mudah lupa dengan materi yang telah
diajarkan.
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam upaya mencari dan mengumpulkan data yang akurat, maka
penelitian yang penulis lakukan merupakan penelitian yang menggunakan
penelitian kualitatif, dengan pendekatan deskriptif. Menurut Denzin dan
Lincoln(Nusa,2013:62) penelitian kualitatif merupakan fokus perhatian
dengan beragam metode yang mencakup pendekatan interpretif dan
naturalistik terhadap subjek kajiannya. Hal ini berarti bahwa para peneliti
kualitatif mempelajari benda-benda di dalam konteks alaminya yang
berupaya untuk memahami atau menafsirkan fenomena dilihat dari sisi makna
yang dilekatkan manusia(peneliti) kepadanya.
Pendekatan deskriptif adalah pendekatan yang berusaha untuk
menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data,
jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi(Narbuko dan
Achmadi,2007:44).
Jadi dapat disimpulkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang
dilakukan oleh seorang peneliti secara langsung untuk mendapatkan data-data
yang berkaitan dengan penelitian. Selain mencari data yang berkaitan dengan
penelitian, peneliti juga menganalisa secara bersamaan. Oleh karena itu
peneliti menggunakan pendekatan deskriftif. Dimana peneliti akan
mendeskripsikan data-data penelitian yang berkaitan dengan penggunaan

32
Metode Qowa’id Wa tarjamah dalam pembelajaran maharah qira’ah bahasa
Arab santri di Pondok Pesantren Hidayatul Falah Tanjung Jabung Timur
Tahun 2019.
1.2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran seorang peneliti dalam lokasi penelitian sangatlah penting.
Peneliti bertugas sebagai instrumen yang mengumpulkan data-data yang
berkaitan dengan judul penelitian . Dalam mengumpulkan data-data, peneliti
sudah menyiapkan berbagai pertanyaan yang akan diajukan kepada pihak
yang bersangkutan dengan penelitian ini.

Seorang peneliti dalam kehadirannya sebagai seorang peneliti harus


memahami, menilai, menelaah dan tanggap dengan situasi yang ada
dilapangan. Dengan begitu peneliti bisa membedakan berbagai data yang
telah diambil dengan menggunakan metode observasi, wawancara maupun
dokumentasi. Semuanya dikumpulkan menjadi satu menjadi data yang
lengkap demi tercapainya tujuan hadirnya peneliti di lapangan.

Kehadiran seorang peneliti di lapangan sangatlah penting. Karena data


yang didapat haruslah dari peneliti itu sendiri. Jika data yang telah
dikumpulkan ternyata tidak sesuai dengan keadaan dilapangan, maka dapat
dipastikan peneliti tidak hadir di lapangan. Kevalidan suatu data tergantung
dari hadirnya peneliti di lapangan.

1.3. Lokasi Penelitian


Peneliti melakukan penelitian di Pondok Pesantren Hidayatul Falah
Desa Bandar Jaya Kel.Bandar Jaya Kec.Rantau Rasau Kab.Tanjung Jabung
Timur Prov.Jambi.
1.4. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peneliti sendiri . Sedangkan objek dari
penelitian ini adalah pimpinan pondok pesantren,wakil pimpinan, guru dan
santri di pondok pesantren Hidayatul Falah.
1.5. Jenis Data dan Sumber Data
3.3.1. Jenis data

33
Untuk memudahkan pengumpulan data yang penulis lakukan
dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan jenis data:
1) Data Primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau
pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun
dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau
dalam istilah teknisnya responden, yitu orang yang kita jadikan objek
penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan
informasi ataupun data.
Orang yang peneliti jadikan data primer adalah Pemimpin Pondok
Pesantren, Wakil Pimpinan Pondok Pesantren, Guru dan Murid.
Dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan data yang
berkenaan dan langsung berkaitan dengan pokok permasalahan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana proses penggunaan Metode Qowa’id Wa tarjamah
dalam pembelajaran maharah qira’ah bahasa Arab santri di
Pondok Pesantren Hidayatul Falah Tanjung Jabung Timur Tahun
2019?
2. Bagaimana kendala-kendala guru dalam menerapkan metode
qowa’id wa tarjamah dalam pembelajaran maharah qira’ah
bahasa Arab santri di Pondok Pesantren Hidayatul Falah Tanjung
Jabung Timur Tahun 2019?
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita
tinggal mencari dan mengumpulkan . Data sekunder biasanya
digunakan sebagai pendukung untuk memahami masalah yang akan
diteliti. Data sekunder bermanfaat sekali untuk memperjelas masalah
dan menjadi lebih operasional dalam penelitian karena didasarkan
pada data sekunder yang tersedia, kita dapat mengetahui komponen-
komponen situasi lingkungan yang mengelilinginya
(Sarwono,2006:123-125).

34
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi , sejarah Pondok
Pesantren, letak pondok pesantren, keadaan di Pesantren, Struktur
organisasi,sarana dan prasarana, serta data-data yang berkaitan
dengan penelitian ini.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data adalah semua informasi yang merupakan benda nyata,


sesuatu yang abstrak, peristiwa/gejala baik secara kuantitatif ataupun
kualitatif. Sumber data yang bersifat kualitatif didalam penelitian diusahakan
tidak bersifat subjektif, oleh karena itu perlu diberi peringkat
bobot(Sukandarrumidi,2012:44).

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Pimpinan Pondok Pesantren


Adapun data yang akan diperoleh dari sumber data ini
adalah data yang menyangkut latar belakang berdirinya
Pondok Pesantren Hidayatul Falah Tanjung Jabung Timur.
b. Guru Bahasa Arab
Adapun persoalan yang menyangkut sumber data ini adalah
data yang berkaitan dengan penggunaan metode qawa’id wa
tarjamah dalam pembelajaran maharah qira’ah bahasa Arab
dan untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru dalam
mempermudah pemahaman siswanya.
c. Dokumen-Dokumen
Dalam persoalan ini yang menyangkut sumber data adalah
hal-hal yang berkaitan dengan :
1) Data keadaan dan jumlah santri Pondok Pesantren
Hidayatul Falah Tanjung Jabung Timur.
2) Data keadaan guru Pondok Pesantren Hidayatul Falah
Tanjung Jabung Timur.
3) Gambar struktur Organisasi Pondok Pesantren Hidayatul

35
Falah Tanjung Jabung Timur dan data-data lainnya yang
berkaitan dengan dokumen sebagai sumber data
1.6. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa macam teknik
pengumpulan data yaitu:
1.6.1. Metode Observasi
Menurut Sutrisno Hadi(dalam Sugiyono, 2015:145)
mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu prose yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis
dan psikologis. Sedangkan menurut Semiawan,C,R(2010: 112)
observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi
berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan.
Pada observasi ini , peneliti melihat dan mengamati
langsung bagaiman penggunaan metode qowa’id wa tarjamah
dalam pembelajaran maharah qira’ah di pondok pesantren
Hidayatul Falah.
1.6.2. Metode Wawancara
Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian
yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih
bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi
atau keterangan-keterangan(Narbuko,C dan Achmadi,A.2007:83).
Menurut Semiawan,C,R (2010:116) wawancara dilakukan
untuk mendapatkan informasi, yang tidak dapat diperoleh melalui
observasi atau kuesioner. Tidak semua data dapat diperoleh
dengan observasi. Oleh karena itu peneliti harus mengajukan
pertanyaan kepada partisipan. Pertanyaan sangat penting untuk
menangkap persepsi, pikiran, pendapat, perasaan orang tentang
suatu gejala, peristiwa, fakta atau realita.
Jadi dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah proses
tanya jawab antara dua orang secara lisan dimana keduanya saling
berhadapan secara langsung untuk mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan tema pembicaraan.

36
Teknik wawancara difokuskan peneliti untuk menggali dan
memperoleh data-data primer yang dibutuhkan dalam penelitian
ini. Wawancara dilakukan dengan pimpinan pondok pesantren, dan
juga guru-guru bidang studi Bahasa Arab, dan beberapa orang
santri yang memungkinkan dapat memberikan informasi yang
valid terkait penggunaan metode qowa’id wa tarjamah dalam
pembelajaran maharah qira’ah di pondok pesantren Hidayatul
Falah.

1.6.3. Metode Dokumentasi


Metode dokumentasi merupakan sarana pembantu peneliti
dalam mengumpulkan data atau informasi dengan cara membaca
surat-surat, pengumuman, iktisar rapat, pernyataan tertulis
kebijakan tertentu dan bahan-bahan tulisan
lainnya(Sarwono,J.2006:225). Dokumen yang didapat bisa berupa
tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang. Metode ini
peneliti gunakan untuk mencari data yang berkenaan dengan profil
Pondok Pesantren Hidayatul Falah dan juga data-data seperti
catatan-catatan penting yang berkaitan dengan penggunaan metode
qowa’id wa tarjamah dalam pembelajaran maharah qira’ah di
pondok pesantren Hidayatul Falah.
1.7. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan kepada orang lain(Sugiyono,2015:244).
Hal yang harus kita lakukan ketika menganalisis menurut
pengertian ini adalah data diurutkan, dikelompokkan sesuai dengan pola,
kategori, dan satuannya. Dengan aktivitas analisis, diharapkan dapat
menemukan kaidah-kaidah atau aturan-aturan(Muhammad,2011:221).

37
Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif.
Analisis data secara induktif ini digunakan karena bebrapa alasan
diantaranya proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan
jamak sebagai yang terdapat dalam data(Moleong,L,J,2014:10).
Dengan demikian, maka dalam penelitian peneliti menggunakan
analisa data induktif dengan mengolah data yang ada kaitannya dengan
penggunaan metode qowa’id wa tarjamah dalam pembelajaran maharah
qira’ah di pondok pesantren Hidayatul Falah.

1.8. Keabsahan Data


Setelah peneliti melakukan analisis terhadap data terkumpul, maka
langkah selanjutnya adalah menguji kredibilitas data yang tujuannya
adalah untuk mengetahui apakah data yang diperoleh itu sesuai dengan
keadaan lapangan ( lokasi penelitian ).
Menurut Moleong(2014:320-321)) yang dimaksud dengan
keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi:
1) Mendemonstrasikan nilai yang benar,
2) Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan,
3) Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang
konsistensi dari prosudernya dan kenetralan dari temuan dan
keputusan-keputusannya.

Adapun langkah-langkah yang akan dilalui dalam pengecakan data


adalah sebagai berikut :

1.8.1. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan
melalui sumber lainnya(Moleong,L,J,2014:330)

38
Menurut Susan Staiback(dalam Sugiyono,2015:241) tujuan
dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa
fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti
terhadap apa yang telah ditemukan.
Menurut Patton yang dikutip dari Moelong(2014:330-331)
triangulasi berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
berbeda dalam penelitian kualitatif, hal itu dapat dicapai dengan:
a. Membandingkan hasil pengamatan dengan data
hasil wawancara
b. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang
di depan umum dengan apa yang dikatakannya
secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang
tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakannya sepanjang waktu
d. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.

Berdasarkan teknik diatas, maka dimaksudkan untuk


mengecek kebenaran dan keabsahan data yang diperoleh
dilapangan yaitu tentang analisa data induktif dengan mengolah
data yang ada kaitannya dengan penggunaan metode qowa’id wa
tarjamah dalam pembelajaran maharah qira’ah di pondok
pesantren Hidayatul Falah. Dari sumber hasil observasi,
wawancara, dan melalui dokumentasi sehingga dapat
dipertanggungjawabkan keseluruhan data yang diperoleh
dilapangan dalam penelitian tersebut.

1.8.2. Pemeriksaan Kawan Sejawat

39
Pemeriksaan kawan sejawat ini dilakukan dengan jalan
berdiskusi dengan teman-teman yang sedang melakukan kegiatan
serupa yaitu sama-sama sedang melakukan penyusunan skripsi
untuk menilai, memberikan komentar dan memberikan masukan,
kritik dan saran terhadap kekurangan yang terdapat dalam
penelitian ini, dan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang
terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alwasilah,Chaedar.2013. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab.
Bandung:PT.Remaja Rosdakarya

Ekawarna. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Selatan: Referensi

Fakhrurrozi,A dan Mahyudin,E.2012. Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta Pusat:


Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI

Hifni,dkk. 2010. Kaidah Tata Bahasa Arab. Jakarta: Darul Ulum Press

Moleong,L,J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja


Rosdakarya

Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Narbuko,C dan Achmadi,A. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta:Bumi Aksara

Nurbayan,Yayan. 2008. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:Zein


Al-Bayan

40
Nusa,Putra. 2013. Penelitian Kualitatif IPS. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya

Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.


Yogyakarta:Graha Ilmu

Semiawan,C,R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:PT.Gramedia


Widiasama Indonesia

Sugiyono.2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Sukamto,I dan Munawari,a.2007. Tata Bahasa Arab Sistematis.


Yogyakarta:Nurma Media Idea

Sukandarrumidi.2012. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti


Pemula. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Taufik.2013. Pembelajaran Bahasa Arab MI. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press,
Anggota IKAPI
Jurnal
Amirullah,A,M.2015. Analisis Kesalahan Penerapan Qawa’id Pada Buku Ajar
Bahasa Arab. Jurnal Pendidikan Islam Vol.6, Mei 2015

Andriani, Asna. 2015. Urgensi Pembelajaran Bahasa Arab dalam Pendidikan


Islam. Jurnal Ta’allum Vol.3 No.1, Juni 2015

Azzuhri,Muhandis.2009. Metode dan Media Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis


Internet di Era Teknologi Informasi. Jurnal Tarbiyyah STAIN Purwokerto Vol.14
No.3, Sep-Des 2009

41
Dodi,Limas. 2013. Metode Pengajaran Nahwu Shorof (Berkaca dari Pengalaman
Pesantren). Jurnal Tafaqquh Vol.1 No.1, Mei 2013

Edi,Cahya. 2015. Pembelajaran Qowaid Bahasa Arab Menggunakan Metode


Induktif Berbasis Istilah-istilah Linguistik. Jurnal Komunikasi dan Pendidikan
Islam Vol.4 No.2, Desember 2015

Fahmi,A,Ah. 2002. Ilmu Nahwu dan Sharaf (Tata Bahasa Arab) Praktis dan
Aplikatif. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

Khalilullah,M. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif(Kemahiran


Qira’ah dan Kitabah). Jurnal Sosial Budaya Vol.8 No.1, januari-Juni 2011

Kuraedah, Sitti. 2015. Aplikasi Maharah Kitabah Dalam Pembelajaran Bahasa


Arab. Jurnal Al-Ta’dib Vol.8 No 2, Juli-Desember 2015

Mulu,Beti. 2013. Penerapan Thariqah Al-Qawaid Wa Al-Tarjamah Dalam


Pembelajaran Bahasa Arab Di Pondok Pesantren Al-Munawwarah Wawulemo
Sulawesi Tenggara. Jurnal Al-izzah Vol. 8 No.1 Juni 2013

Nur, Jabal. 2013. Prinsip Dasar Metode Pembelajaran Bahasa Arab.Jurnal Vol.6
No.1,Mei 2013

Sehri,Ahmad. 2010. Metode Pengajaran Nahwu Dalam Pengajaran Bahasa Arab.


Jurnal Hunafa Vol.7 No.1, April 2010

Setyawan,Agung. 2016. Problematika Penggunaan Kamus Arab-Indonesia


Dalam Pembelajaran Tarjamah Di Pusat Pengembangan Bahasa UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Junal Arobia Vol.8 No.1 , Januari-Juni 2016

42
Setyawan,E,C. 2015. Pembelajaran Qowa’id Bahasa Arab Menggunakan Metode
Induktif Berbasis Istilah-istilah Linguistik. Jurnal Komunikasi dan Pendidikan
Islam Vol.4 No.2, Desember 2015

Riyadi,Muhsin. 2013. Pembelajaran Bahasa Arab Aplikatif Berbasis Praktikum


dan IT. Jurnal El-Ibtikar, Vol.02 No.02, Desember 2013

Unsi,B,T. 2016. Pembelajaran Bahasa Arab Melalui Pendekatan Komunikatif


(Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al-Munawaroh Ngemplak Ngudirejo Diwek
Jombang. Jurnal Penelitian dan Kajian Keislaman Vol.4 No.7, Juni 2016
Skripsi
Abd.Rauf.2018. Penerapan Metode Qawaid Wa Al Tarjamah Dalam Kitab
Amtsilati Untuk Meningkatkan Kemampuan Santri memahami Kitab Kuning Di
Pondok Pesantren Nuhiyah Pambusuang Kabupaten Polewali Mandar{Skripsi}.
Makassar( ):UIN Alauddin Makassar

Asla Maria. 2013. Implementasi Metode Gramatika-Tarjamah Dalam


Pembelajaran Maharah Al-Qira’ah Siswi Kelas Ula Madrasah Aliyah Putrii
Wahid Hasyim Yogyakarta{Skripsi}. Yoyakarta( ):UIN Sunan Kalijaga

43

Anda mungkin juga menyukai