Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KURIKULUM PBA

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah pengembangan Kurikulum

Yang di ampu oleh Dosen Dani Firdaus,M.Pd

Oleh :

Babur Rohmah

NIM :2019.09.602.105

PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QODIRI

MARET 2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu .sholawat serta salam semoga selalu
tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW ysng selalu menjadi
inspirasi dan tauladan bagi kami semua

Besar harapan kami semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca khususnya
teman teman yang sedang mencari informasi terkait micro teaching.

penulis
Daftar isi

1. Cover……………………………………………………………………………… i

2. Kata pengantar……………………………………………………………………. ii

3. Daftar isi………………………………………………………………………….. iii

4. Pendahuluan……………………………………………………………………… 4

a. Latar belakang …………………………………………………………….4

b. Rumusan masalah ….…………………………………………………………4

c. Tujuan pembelajaran………………………………………………………….4

5. Pembahasan……………………………………………………………………….6

a. Macam macam kurikulum……………………………………………………7

b. Fungsi media kurikulum ……………………………………………………..10

c. Manfaat media kurikulum…………………………………………………….12

6. Penutup ………………………………………………………………………....... 13

7. Daftar pustaka…………………………………………………………………… 14

BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar belakang masalah

Pelajaran bahasa Arab, merupakan mata pelajaran yang ditujukan untuk mendorong,
membimbing, mengembangkan, dan membina kemampuan serta menumbuhkan sikap positif
terhadap bahasa Arab, baik reseptif maupun produktif. Kemampuan reseptif merupakan
kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan memahami bacaan. Sedangkan
kemampuan produktif, merupakan kemampuan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.
Kemampuan dan sikap positif terhadap bahasa Arab tersebut sangatlah penting dalam membantu
memahami sumber-sumber ajaran Islam seperti al-Qur’an dan al-Hadist, serta kitab-kitab
berbahasa Arab yang berkenaan dengan Islam. Pelajaran Bahasa Arab di madarasah memiliki
tujuan; Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Arab, baik lisan maupun tulis,
yang mencakup empat keterampilan berbahasa, menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca
(qira’ah), dan menulis (kitabah). Disamping itu menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya
bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam
mengkaji sumber-sumber ajaran Islam, dan mengembangkan pemahaman tentang saling
keterkaitan antara bahasa dan budaya. Oleh karena itu, bahasa Arab di madrasah dipersiapkan
untuk pencapaian kompetensi dasar berbahasa, yang mencakup empat keterampilan berbahasa
yang diajarkan secara integral, (Istima’, Kalam, Qiro’ah, dan Kitabah). Namun demikian, pada
tingkat pendidikan dasar (Ibtida’) dititikberatkan pada kecakapan menyimak dan berbicara
sebagai landasan berbahasa. Pada tingkat pendidikan menengah (Mutawassid), keempat
keterampilan berbahasa diajarkan secara seimbang.

Adapun pada tingkat pendidikan lanjut (mutaqoddim) difokuskan pada keterampilan


membaca dan menulis, sehingga peserta didik diharapkan mampu mengakses berbagai referensi
berbahasa Arab1 . Demikian cita-cita ideal kurikulum bahasa Arab, akan tetapi bagaimana
kenyataan dalam implementasinya di madrasah? Apakah sudah terlaksana dengan baik sesuai
dengan harapan tersebut? Adakah kendala dalam mencapai harapan  Makalah disampaikan pada
pendampingan guru bahasa Arab Madrasah Ibtidaiyah Se-Kota Malang di Aula Fakultas
Humaniora dan budaya UIN Maliki Malang, Tanggal, 7 November 2012. 1 . Lampiran 3 : Standar
Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah,
Permenag No: 2 Tahun 2008. Hal: 16. kurikulum tersebut, baik dari sisi kebijakan instansi, SDM
guru, sarana prasarana dan lain-lain
2. Rumusan masalah

1. apa itu macam macam kurikulum PBA ?


2. apa itu fungsi media kurikulum PBA ?
3. apa manfaat media kurikulum PBA ?

3. Tujuan Pembahasan

1. Mengidentifikasi macam macam kurikulum PBA


2. Mengidentifikasi fungsi media kurikulum PBA
3. Mengidentifikasi manfaat media kurikulum PBA
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Macam-macam Kurikulum PBA

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan
kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan Penyusunan perangkat mata
pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu
kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang
dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah dan
tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.

Ditinjau dari konsep dan pelaksanaannya, kita mengenal beberapa istilah kurikulum


sebagai berikut:
–       Kurikulum ideal
yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang ideal, sesuatu yang dicita-citakan sebagaimana yang
tertuang di dalam dokumen kurikulum.

–       Kurikulum aktual
yaitu kurikulum yang dilaksanakan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Kenyataan pada
umumnya memang jauh berbeda dengan harapan. Namun demikian, kurikulum aktual seharusnya
mendekati dengan kurikulum ideal. Kurikulum dan pengajaran merupakan dua istilah yang tidak
dapat dipisahkan. Kurikulum merujuk kepada bahan ajar yang telah direncanakan yang akan
dilaksanakan dalam jangka panjang. Sedang pengajaran merujuk kepada pelaksanaan kurikulum
tersebut secara bertahap dalam belajar mengajar.

–       Kurikulum tersembunyi (hidden curriculum)


yaitu segala sesuatu yang terjadi pada saat pelaksanaan kurikulum ideal menjadi kurikulum
faktual. Segala sesuatu itu bisa berupa pengaruh guru, kepala sekolah, tenaga administrasi, atau
bahkan dari peserta didik itu sendiri. Kebiasaan guru datang tepat waktu ketika mengajar di kelas,
sebagai contoh, akan menjadi kurikulum tersembunyi yang akan berpengaruh kepada
pembentukan kepribadian peserta didik.

 
 
Berdasarkan struktur dan materi mata pelajaran yang diajarkan, kita dapat
membedakan:
 
–       Kurikulum terpisah-pisah (separated curriculum)
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran yang
terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata pelajaran satu dengan
yang lain, juga antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. Beberapa hal positif dari separated
curriculum ini adalah : Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis dapat dilaksanakan
untuk mewariskan nilai-nilai budaya terdahulu
Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan. Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk,
didesain bahkan mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan dengan
waktu yang ada.Sedangkan beberapa kritik terhadap kurikulum ini antara lain: Mata pelajaran
terlepas-lepas satu sama lain. Tidak atau kurang memperhatikan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Dari sudut psikologis, kurikulum demikian mengandung kelemahan:
banyak terjadi verbalitas dan menghafal serta makna tujuan pelajaran kurang dihayati oleh anak
didik. Kurikulum ini cenderung statis dan ketinggalan dari perkembangan zaman

–       Kurikulum terpadu (integrated curriculum)


Dalam kurikulum terpadu atau terintergrasi, batas-batas diantara mata pelajaran sudah tidak
terlihat sama sekali, karena semua mata pelajaran sudah dirumuskan dalam bentuk masalah atau
unit. Ciri-ciri kurikulum terintegrasi ini antara lain : Berdasarkan filsafat pendidikan demokrasi,
berdasarkan psikologi belajar gestalt dan organismik, berdasarkan landasan sosiologis dan
sosiokultural, berdasarkan kebutuhan, minat dan tingkat perkembangan atau pertumbuhan siswa.

Bentuk kurikulum ini tidak hanya ditunjang oleh semua mata pelajaran atau bidang studi
yang ada, tetapi lebih luas. Bahkan mata pelajaran baru dapat saja muncul dan dimanfaatkan guna
pemecahan masalah
Sistem penyampaian menggunakan sistem pengajaran unit, baik pengalaman (experience) atau
pelajaran (subject matter unit). Peran guru sama aktifnya dengan peran murid. Guru selaku
pembimbing.

Beberpa manfaat kurikulum terpadu ini antara lain:

a)Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan fakta yang
terlepas satu sama lain.

b)Kurikulum ini sesuai dengan pendapat-pendapat modern tentang belajar, murid   dihadapkan
kepada masalah yang berarti dalam kehidupan mereka.

c)Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.

d) Aktifi tas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berpikir sendiri dan berkerja sendiri,
atau kerjasama dengan kelompok.

e) Kurikulum ini mudah disesuaikan dengan minat, kesanggupan dan kematangan murid.
Keberatan-keberatan yang dilontarkan pada pelaksanaan kurikulum terpadu ini
adalah:

a)      Guru belum siap untuk melaksanakan kurikulum ini

b)      Kurikulum ini tidak mempunyai organisasi yang sitematis

c)      Kurikulum ini memberatkan guru

d)     Kurikulum ini tidak memungkinkan ujian umum, sebab tidak ada unformitas di sekolah- 
sekolah satu sama lain

e)      Anak-anak diragukan untuk bisa diajak menentukan kurikulum

f)       Pada umumnya kondisi sekolah masih kekurangan alat-alat untuk melaksanakan kurikulum
ini.

–       Kurikulum terkorelasi (corelated curriculum)


Yaitu kurikulum yang menekankan perlunya hubungan diantara dua atau lebih mata
pelajaran tanpa menghilangkan batas-batas setiap mata pelajaran. Misalnya Sejarah dan Ilmu
Bumi dapat diajarkan untuk saling memperkuat.Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung
dari jenis mata pelajaran. Korelasi faktual, misalnya sejarah dan kesusastraan. Fakta-fakta sejarah
disajikan melalui penulisan karangan sehingga menambah kemungkinan menikmati bacaannya
oleh siswa. Korelasi deskriptif, korelasi ini dapat dilihat pada penggunaan generalisasi yang
berlaku untuk dua atau lebih mata pelajaran. Misal psikologi dapat berkorelasi dengan sejarah
atau Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip yang ada dalam psikologi
untuk menerangkan kejadian-kejadian sosial. Korelasi normatif, hampir sama denagan korelasi
deskriptif, perbedaannya terletak pada prinsipnya yang bersifat moral sosial. Sejarah dan
kesusastraan dapat dikorelasikan berdasarkan prinsip-prinsip moral sosial dan etika.

Beberapa kelebihan kurikulum ini adalah: Dengan korelasi, pengetahuan murid lebih
integral, tidak terlepas-lepas (berpadu). Dengan melihat hubungan erat antara mata pelajaran satu
dengan yang lain, minat murid bertambah. Korelasi memberikan pengertian yang lebih luas dan
mendalam karena memandang dari berbagai sudut. Dengan korelasi maka yang diutamakan
adalah pengertaian dan prinsip-prinsip bukan pengetahuan akan fakta, dengan begitu lebih
memungkinkan penggunaan pengetahuan secara fungsional bagi murid-murid.
Berikut beberapa kelemahan dari kurikukum mata pelajaran gabungan ini adalah : Sulit untuk
menghubungkan dengan masalah-masalah yang hangat dalam kehidupan sehari-hari, sebab
dasarnya subject centered. Brood fields tidak memberikan pengetahuan yang sistematis dan
mendalam untuk sesuatu mata pelajaran sehingga hal ini dipandang kurang cukup untuk bekal
mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.
Berdasarkan pengembang dan penggunaannya, kurikulum dapat dibedakan
menjadi:

–       Kurikulum nasional (national curriculum)


yakni kurikulum yang disusun oleh tim pengembang tingkat nasional dan digunakan secara
nasional.

–       Kurikulum negara bagian (state curriculum[)


yakni kurikulum yang disusun oleh masing-masing negara bagian, misalnya di masing-masing
negara bagian di Amerika Serikat.

–       Kurikulum sekolah (school curriculum)


yakni kurikulum yang disusun oleh satuan pendidikan sekolah. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah lahir dari keinginan untuk
melakukan diferensiasi dalam kurikulum.
2. Fungsi Media kurikulum PBA

Ada beberapa pendapat tentang fungsi media pembelajaran. Peranan media dalam kegiatan
pembelajaran merupakan bagian yang sangat menentukan tujuan pembelajaran. McKown dalam
bukunya “Audio Visual Aids To Instruction” mengemukakan empat fungsi media. Keempat
fungsi tersebut adalah sebagai berikut. mengubah titik berat pendidikan formal, yang artinya
dengan media pembelajaran yang tadinya abstrak menjadi kongkret, pembelajaran yang tadi- nya
teoritis menjadi fungsional praktis. Kedua, membangkitkan motivasi belajar, dalam hal ini media
menjadi motivasi ekstrinsik bagi pebelajar, sebab penggunaan media pembelajaran menjadi lebih
menarik dan memusat- kan perhatian pebelajar. Ketiga, memberikan kejelasan, agar pengetahuan
dan pengalaman pebelajar dapat lebih jelas dan mudah dimengerti maka media dapat
memperjelas hal itu. Terakhir, keempat, yaitu memberikan stimulasi belajar, terutama rasa ingin
tahu pebelajar.

Daya ingin tahu perlu dirangsang agar selalu timbul rasa keingintahuan yang harus penuhi
melalui penyediaan media. Rowntree dalam mengemukakan enam fungsi media, yaitu:

1) membangkitkan motivasi belajar,


2) mengulang apa yang telah dipelajari,

3) menyediakan stimulus belajar,

4) memberikan umpan balik dengan segera,

6) menggalakkan latihan yang serasi.

Media juga berfungsi secara efektif dalam konteks pembelajaran yang berlangsung tanpa
menuntut kehadiran guru. Media untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam hal situasi seperti
ini, tujuan telah ditetapkan, petunjuk atau pedoman kerja untuk mencapai tujuan telah diberikan,
bahan-bahan atau material telah disusun dengan rapih, dan alat ukur atau evaluasi juga disertakan.

Media pembelajaran yang mempersyaratkan situasi seperti di atas dapat berwujud modul,
paket belajar, kaset dan perangkat lunak komputer yang dipakai oleh peserta didik (pebelajar) atau
peserta pelatihan. Dalam kondisi ini, guru atau instruktur berfungsi sebagai fasilitator
pembelajaran.

3. Manfaat Media Kurikulum PBA

Pada saat mengajar, para guru sering dihadapkan pada persoalan - persoalan yang berkaitan
dengan bagaimana cara mempermudah belajar peserta didik (pembelajar). Guru atau instruktur
perlu memberi kemudahan atau fasilitasi dalam menyampaikan informasi. Sebaliknya, peserta
didik (pebelajar) yang memperoleh kemudahan dalam menerima informasi akan belajar lebih
bergairah dan termotivasi. Dalam usaha membantu peserta didik (pebelajar) untuk memperoleh
kemudahan belajarnya, ada banyak unsur atau elemen yang harus diperhatikan. Unsur-unsur itu
adalah tujuan yang ingin dicapai, karakteristik peserta didik (pebelajar), isi bahan yang dipelajari,
cara atau metode atau strategi yang digunakan, alat ukur atau evaluasi, serta balikan. Walaupun,
semua unsur telah diseleksi pada dasarnya kita kembali pada apa tujuan yang ingin dicapai. Dan,
tujuan itu sendirilah yang akhirnya menjadi tumpuan akhir aktivitas pembelajaran. Sebagaiman
dikemukakan di atas bahwa banyak unsur yang berpengaruh untuk mempermudah peserta didik
(pebelajar)pebelajar dalam memperoleh pengetahuan atau informasi.

Salah satu unsur itu adalah media pembelajaran. Pentingnya kehadiran media pembelajaran
tentunya sangat tergantung pada tujuan dan isi atau substansi pembelajaran itu sendiri. Kehadiran
media dalam pembelajaran juga ditentukan oleh cara pandang atau paradigma kita terhadap sistem
pembelajaran. Media memiliki berbagai peran dalam aktivitas pembelajaran. Selama ini,
pembelajaran mungkin lebih banyak tergantung pada keberadaan guru. Dalam situasi demikian,
media mungkin tidak banyak digunakan oleh guru. Atau, apabila digunakan media hanya sebatas
sebagai “alat bantu” pembelajaran. Pandangan demikian ini mengisyaratkan tidak adanya upaya
pemberdayaan media dalam proses pembelajaran. Sebaliknya,pembelajaran mungkin juga tidak
memerlukan kehadiran guru. Pembelajaran yang tidak tergantung pada guru, instructor
independent instruction, atau disebut juga sebagai “self-instruction,“ bahkan kerapkali diarahkan
oleh siapa yang merancang media tersebut. Dalam situasi pembelajaran yang berbasis pada guru,
instructor-based instruction, penggunaan media pembelajaran secara umum adalah untuk
memberikan dukungan suplementer secara langsung kepada guru. Media pembelajaran yang
dirancang secara memadai dapat meningkatkan dan memajukan belajar dan memberikan
dukungan pada pembelajaran yang berbasis guru dan tingkat keefektifan media pembelajaran
tergantung pada guru itu sendiri. Apabila kita melihat pembelajaran sebagai sebuah sistem, maka
unsur-unsur atau komponen-komponen yang terlibat dalam sistem itu tidak dapat dipisahkan satu
sama lainnya. Artinya ketiadaan suatu unsur akan berpengaruh terhadap jalannya sistem secara
keseluruhan.

Pendek kata, dapat kita simpulkan bahwa media pembelajaran merupakan bagian integral
dalam pembelajaran. Pandangan ini selanjutnya akan mengarahkan pada cara pandang kita
tentang media tersebut. Media harus hadir dalam setiap aktivitas pembelajaran yang kita lakukan
di kelas. Lagipula, kita harus memiliki komitmen terhadap keberadaan media pembelajaran, di
mana pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa dan didasarkan pada apa yang ingin di
lakukan oleh peserta didik (pebelajar), atau apa yang ingin dihasilkan oleh peserta didik
(pebelajar), atau peserta didik (pebelajar) ingin menjadi apa. Jika media digunakan untuk mem-
fasilitasi pembelajaran (proses belajar dan mengajar), maka media itu harus dipilih dan digunakan
karena media ini memiliki potensi untuk mempermudah belajar. Kehadiran teknologi dan media
pembelajaran tidak bisa lepas dari sejarah perkembangannya.

Sejarah perkembangan ini dibangun sejak awal abad 20-an, yang ditandai munculnya teori
pendidikan atau belajar. Setidak-tidak tiga pakar pendidikan seperti Dewey, Carter, dan Kilpatrick
merupakan peletak dasar tentang konsep teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan ini pertama
kali dilihat sebagai suatu teknologi alat.
BAB 3
PENUTUP

1. Kesimpulan

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu
lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta
pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan
keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan
lapangan kerja. Lama waktu dalam satu kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem
pendidikan yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan menuju arah
dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara menyeluruh.
Daftar Pustaka

1.  Syaodih., Sukmadinata, Nana (2000). Pengembangan kurikulum : teori dan praktik. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya. ISBN 9795146017. OCLC 1027855577.
2. ^ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.2012.Dokumen Kurikulum 2013. Jakarta: Kemendikbud
3. ^ Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Lampiran IV Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang: Implementasi
Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia
4. ^ Subandiyah.1993. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Grafindo Persada
5. ^ Soemanto,Wasty dan Soetopo, Hendyat. 1982. Kepemimpinan dalam Pendidikan.Surabaya : Usaha
Nasional.
6. ^ Nasution.(1998). Asas-asas Kurikulum. Bandung: CV. Jemmass.
7. ^ Fuaduddin, & Karya, H.S. 1992, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Dirjen Bimbaga
Islam dan Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai