Anda di halaman 1dari 69

ANALISIS BENTUK-BENTUK KESALAHAN DALAM TA’BIR MUSHAWWAR

MAHASISWA SEMESTER III PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


BAHASA ARAB FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN
KEGURUAN IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

PENELITIAN KELOMPOK

TIM PENELITI
Zohra Yasin, S.Ag, M.HI
Damhuri, M.Ag
Abdullah, M.Pd

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)


SULTAN AMAI GORONTALO
2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, adalah kata paling tepat peneliti haturkan, karena atas rahmat
karunia dan taufiq Allah swt., sehingga laporan penelitian ini dapat peneliti
selesaikan. Shalawat dan salam peneliti haturkan kepada Nabi Muhammad saw.
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya sampai akhir zaman, amin.
Laporan penelitian ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan terhadap
mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo, diharapkan dapat menambah
referensi sekaligus sebagai alat evaluasi kemampuan mahasiswa dalam mengarang
dalam bahasa Arab dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran bahasa Arab di
IAIN Sultan Amai Gorontalo.
Analisis terhadap kompetensi mahasiswa dipandang perlu untuk dilakukan
secara berkala, untuk menjadi informasi dan masukan bagi program studi pendidikan
Bahasa Arab khususnya dan IAIN Sultan Amai umumnya dalam upaya peningkatan
mutu lulusan, khususnya pada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab.
Akhirnya, peneliti terbuka menerima saran dan kritikan dari semua pihak
demi penyempurnaan penelitian ini dan penelitian yang memiliki topik yang serupa
pada masa akan datang. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Lembaga
Penelitian atas kesempatan yang diberikan untuk melaksanakan penelitian ini.
Demikian pula ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang turut
memberikan sumbangsing pemikiran demi penyelesaian penelitian dan laporan ini.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya
di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan dan di lingkungan IAIN Sultan
Amai Gorontalo secara umum.
Gorontalo, September 2015
Tim Peneliti

ii
ABSTRAK

Zohra Yasin, S.Ag., M.HI, Damhuri, M.Ag, dan Abdullah, M.Pd: Analisis
Bentuk-bentuk Kesalahan dalam Ta’bir Mushawwar Mahasiswa Semester III
Program Studi Pendididikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Sultan Amai Gorontalo. Laporan Penelitian. Gorontalo: Lembaga Penelitian
IAIN Sultan Amai Gorontalo, 2015.

Kata Kunci: Bentuk-bentuk kesalahan, Ta’bir Mushawwar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan data empirik tentang
bentuk-bentuk kesalahan mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Bahasa Arab
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo tahun 2015.
Peneltian ini menggunakan metode studi dokumen dengan pendekatan kualitatif
dengan karakteristik deskriptif dan alamiah, karena data yang dianalisis dan diolah apa
adanya tanpa memberikan perlakuan. Jenis data dalam penelitian ini adalah dokumen hasil
pekerjaan mahasiswa dalam mengarang dalam bahasa Arab.Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah dengan membaca berulang-ulang hasil pekerjaan mengarang mahasiswa
semester III Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Tahun 2015.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan dalam hasil pekerjaan mengarang
mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo, mencakup semua tataran kebahasaan, meliputi:
kesalahan dalam tataran kata, frasa, kalusa, dan kalimat. Bentuk kesalahan dalam tataran
kosa kata adalah terjadinya pengguguran sebuah huruf atau lebih, penambahan huruf,
pertukaran huruf dengan huruf yang memiliki bunyi yang mirip dan makhraj yang
berdekatan. Sementara itu, kesalahan dalam tataran frasa dan klausa meliputi kesalahan
dalam merangkai frasa washfi dan frasa idhafi. Adapun kesalahan pada tataran kalimat
adalah adanya kalimat yang tidak gramatikal, terjadinya interferensi yang sangat kuat
terhadap bahasa daerah dan bahasa Indonesia, serta adanya ketidakterbacaan dalam kalimat.

iv
DAFTAR ISI

Hal

Halaman Judul …………………………………………………………………… i


Kata Pengantar …………………………………………………………………… ii
Lembar Identitas dan Pengesahan ……………………………………………….. iii
Abstrak …….…………………………………………………………………….. iv
Daftar Isi ………………………….……………………………………………... v

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………... 1
B. Permasalahan Penelitian …………………………………………... 6
C. Fokus Penelitian ….………………………………………....……… 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………………... 7

BAB II LANDASAN TEORI


A. Analisis Kesalahan Berbahasa ……………………………………... 8
1. Tujuan Kajian Kesalahan dalam Pembelajaran Bahasa ………… 10
2. Kesalahan Berbahasa Pembelajar Bahasa dan Langkah Peme-
cahannya ………………………………………………………… 14
B. Ta’bir Mushawwar …………………………………………………... 21
1. Pengertian Ta’bir Mushawwar …………………………………... 21
2. Klasifikasi Ta’bir………………………... ……………………… 22

BAB III METODE PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian ……………………………………...………… 24
B. Jenis Data ………… …………………………………………………. 24
C. Objek dan Instrumen Analisis ………………………………………. 25

v
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Singkat Program Studi Pendidikan Bahasa Arab………… 28
B. Hasil Penelitian ………………………………………………….…… 29
C. Pembahasan Hasil Penelitian ……………………………………….… 38

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 59
B. Implikasi Penelitian ……………………………………………. …… 60
DAFTAR PUSTAKA …………………………………….………………………. 62

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Bahasa Arab memiliki keistimewaan tersendiri, sebab di samping fungsinya
sebagai bahasa komunikasi antar penuturnya, juga sebagai bahasa kitab suci umat
Islam. Oleh sebab itu, bahasa Arab tidak hanya berfungsi sebagai sarana komunikasi
manusia dengan sesamanya, tetapi juga merupakan sarana komunikasi umat Islam
dengan pencipta-Nya dalam berbagai ritual keagamaan.
Boolfield, seorang pendukung linguistik aliran struktural, sebagaimana
dikutip oleh Ulin Niha menegaskan bahwa bahasa manusia yang paling utama adalah
bahasa lisan, sedangkan bahasa tulis pada hakikatnya merupakan turunan dari bahasa
lisan. Hal ini dapat dilihat pada realita bahwa seseorang yang mampu berkomunikasi
secara lisan belum tentu bisa menulis.1 Oleh sebab itu, bahasa tulis merupakan
sarana untuk merekam bahasa lisan. Hal ini dipertegas oleh Allah swt dalam firman-
Nya dalam Qs. Ibra>him (14): 4:

*+, ‫و‬ ‫א‬ !"# $% !&!' ( ) ‫ن‬ ٍ‫ل‬ ْ ‫و‬


K $!."/‫א‬0 01'‫ א‬2‫و‬
“Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa
kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.
Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk
kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan, Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi
Maha Bijaksana”. (QS. Ibrahim :14:4 )2

1
Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, (Cet. I; Jogjakarta: DIVA
Press, 2012), h. 44.
2
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahan, (Bandung: Syamil al-Qur’an, 2007), h.
255.

1
2

Dalam dunia pembelajaran bahasa, kemampuan menggunakan bahasa


disebut “kemahiran berbahasa” (al-maha>rah al-lugawiyah). Aspek-aspek berbahasa
sebagaimana disepakati oleh para pakar pembelajaran bahasa terbagi empat, yaitu:
kemahiran menyimak (maha>rat al-istima’), kemahiran berbicara (maha>rat al-kala>m),
kemahiran membaca (maha>rat al-qira>’ah’) kemahiran menulis (maha>rat al-kita>bah).3
Keempat jenis kemahiran berbahasa tersebut saling berkaitan antara satu dengan
yang lainnya. Dengan demikian, seorang dipandang sebagai mahir berbahasa jika
menguasai dengan baik keempat keterampilan tersebut pada waktu bersamaan.
Keterampilan menulis (maha>rat al-kita>bah) dalam bahasa Arab merupakan
keterampilan seseorang untuk menyampaikan hasrat dan pemikirannya kepada siapa
saja melalui bahasa tulis. Keterampilan menulis sangat sulit berkembang jika tidak
dilatih secara terus menerus, baik dilakukan dalam kelas pembelajaran maupun
dilakukan secara otodidak. Tujuannya untuk membiasakan diri dalam menerapkan
kaidah-kaidah kebahasan dalam bahasa tulis, baik yang terkait kaidah morfologi
maupun sintaksis.
Kemampuan menulis tidak hanya ditentukan oleh penguasaan seseorang
terhadap kaidah-kaidah morfologis dan sintaksis. Kemahiran menulis sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: pengusaan fonologi, kekayaan kosa
kata, kemampuan memilih diksi yang tepat, kemampuan analisis dan berimajinasi
dan sebagainya. Oleh sebab itu, peningkatan kemampuan menulis bagi mahasiswa
sangat terkait dengan sejumlah sub disiplin ilmu bahasa Arab, seperti: nahwu, sharf,
balagah, semantik, dan semacamnya.
Belajar merupakan proses ke arah suatu perubahan pada diri pembelajar
secara berencana, baik dari segi tingkat pengetahuan, keterampilan ataupun sikap.4

3
Ulin Nuha, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, h.83.
4
Azhar Arsyad, Media Pengajaran (Edisi I, Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persda, 1997), h. 1.
3

Hal tersebut berarti bahwa belajar adalah suatu usaha berdasarkan kesadaran untuk
melakukan perubahan pada diri pembelajar. Pada sisi lain, lahirnya kesadaran untuk
merubah diri dalam berbagai aspeknya, mengandung suatu indikasi bahwa orang
yang belajar tersebut, sadar tentang kekurangan-kekurangan yang dimilikinya. Oleh
sebab itu, terjadinya kesalahan-kesalahan dalam proses belajar merupakan hal yang
lumrah dan berada dalam koridor yang dapat ditolerir.
Hubungan antara pengajaran bahasa dengan kesalahan berbahasa, ibarat
hubungan antara air dan ikan. Sebagaimana halnya ikan yang hanya dapat hidup dan
ada di dalam air, maka demikian pula halnya kesalahan berbahasa sering terjadi dan
terdapat dalam pengajaran bahasa. Dalam hubungannya dengan hal tersebut, maka
dalam proses pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing, kesalahan-kesalahan
yang dibuat oleh pembelajar, bukanlah merupakan sebuah fenomena yang perlu
diherankan.
Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh peserta didik dalam berbahasa,
sangat terkait dengan beberapa faktor. Salah satu faktor yang sangat dominan adalah
karena bahasa yang dipelajarinya merupakan bahasa kedua setelah bahasa ibu atau
bahasa asing.5 Hal tersebut membawa pengertian bahwa orang yang belajar bahasa
Arab sebagai bahasa asing, pernah memiliki pengalaman bahasa lain seperti bahasa
ibu atau bahasa nasional. Pengalaman seseorang dalam hal pengalaman bahasa,
mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Seseorang yang hanya belajar satu bahasa

5
Bambang Yudi Cahyono membedakan antara bahasa kedua dan bahasa asing. Menurutnya,
bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari setelah bahasa ibu (bahasa pertama dikuasai), sedangkan
bahasa asing adalah bahasa yang dipelajari setelah bahasa kedua.Sebagai contoh, bahasa Inggris bagi
warga Malaysia, Filifina dan Singapura merupakan bahasa kedua, tetapi di Indonesia merupakan
bahasa asing, karena kebanyakan warga Indonesia terlebih dahulu belajar bahasa Indonesia setelah
bahasa ibu. Setelah itu baru belajar bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya. Lihat Bambang Yudi
Cahyono, Kristal-Kristal Ilmu Bahasa ( Cet. I ; Surabaya : Airlangga University Press, 1995), h. 308.
4

sejak kecil, tentu akan mempunyai kebiasaan berpikir yang terikat oleh kebiasaan
menggunakan bahasa yang diketahuinya.6
Meskipun demikian, para pakar linguistik dan guru bahasa sependapat bahwa
kesalahan berbahasa, sangat mengganggu pencapaian tujuan dari pengajaran bahasa.
Bahkan ada statemen yang bernada ekstrem mengatakan bahwa “kesalahan
berbahasa yang dibuat oleh siswa, menandakan bahwa pengajaran bahasa tersebut
tidak berhasil atau gagal”. Oleh sebab itu, kesalahan berbahasa yang sering dibuat
oleh siswa harus dikurangi, dan kalau perlu dihapuskan sama sekali.7
Untuk mencapai harapan tersebut di atas, maka seluk beluk kesalahan
berbahasa pembelajar, harus dikaji secara mendalam. Hasil dari pengkajian tersebut
sangat bermanfaat untuk evaluasi dan penyusunan materi serta strategi pengajaran
yang akan diterapkan dalam kelas.8
Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing, tidak sepi dari fenomena
tersebut di atas dan mempunyai kesamaan dengan pengajaran bahasa asing lainnya.
Keluhan-keluhan para guru pengajar bahasa Arab tentang kesalahan-kesalahan yang
sering dibuat oleh siswa, terdengar nyaring di amana-mana. Kesalahan-kesalahan
tersebut sering diatributkan sepenuhnya kepada si pembelajar. Oleh sebab itu,
fenomena-fenomena yang bersifat kasuistik tersebut, harus mendapat perhatian
serius para tenaga pengajar bahasa. Perhatian yang dimaksudkan ialah mengadakan
analisis terhadap aspek-aspek kesalahan, faktor-faktor yang mempengaruhinya serta
cara mengatasinya.

6
Departemen Agama R.I, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi
Agama/IAIN (Jakarta : Proyek Pengembangan Sistim Pendidikan Agama, 1975), h. 129.
7
Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa (Cet.
X ; Bandung : Penerbit Angkasa, 1988), h. 67.
8
Ibid., h. 69.
5

Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan


Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo merupakan Program Studi yang
mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi guru bahasa Arab di lembaga-lembaga
pendidikan, baik negeri maupun swasta, baik pada tingkat dasar maupun menengah.
Untuk mendukung pencapain Standar Kompetensi Lulusan (SKL) tersebut, Program
Studi Pendidikan Bahasa Arab menawarkan sejumlah mata kuliah, baik yang terkait
dengan kependidikan dan pembelajaran, maupun yang terkait dengan penguasaan
konten kebahasaan yang mendukung pencapaian keempat kompetensi kebahasaan
(mendengar, berbicara, membaca, dan menulis). Mata kuliah yang secara langsung
melatih mahasiswa untuk memiliki keterampilan menulis adalah mata kuliah
Ta’bir/Insya’.
Mengingat bahwa keterampilan menulis dan mengekspresikan pikiran
dalam bentuk bahasa tulis, terkait dengan sejumlah mata kuliah, maka pada
prinsipnya beban yang tercakup dalam mata kuliah Insya’/ta’bir cukup berat.
Sementara itu, alokasi waktu yang disiapkan untuk mata kuliah tersebut hanya dua
jpl (2x50 menit) setiap pertemuan. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan
instruksional dari mata kuliah tersebut, tidak cukup hanya dengan penguasaan
konten kebahasaan, tetapi terkait dengan berbagai aspek.
Acep Hermawan mengungkapkan berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Jamsuri Muhammad Syamsudin dan Mahdi Mas’ud terhadap 30
mahasiswa Ilmu Politik (Humaniora) pada International Islamic University Malaysia
mengenai kesulitan belajar bahasa Arab menunjukkan bahwa penyebab kesulitan
belajar bahasa Arab bukan hanya karena substansi materi bahasa Arab, melainkan
ketiadaan minat (100%), tidak memiliki basic belajar bahasa Arab (87%), kurikulum
perguruan tinggi (83%), kesulitan memahami materi (57%), lingkungan kelas yang
tidak kondusif (50%). Lebih dari itu, ditemukan bahwa 80% faktor penyebab
6

kesulitan belajar bahasa Arab adalah faktor psikologis yaitu minat, motivasi dan
tidak percaya diri.
Sehubungan dengan upaya perbaikan pembelajaran, khususnya yang
terkait dengan kemampuan mahasiswa dalam menulis dalam bahasa Arab, maka
terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap bentuk-bentuk kesalahan mahasiswa
dalam menulis, baik yang terkait dengan kesalahan penulisan, pemilihan kata,
perangkaian kalimat, maupun penerapan kaidah-kaidah kebahasaan dalam proses
menulis. Identifikasi masalah-masalah kesulitan mahasiswa dalam menulis tersebut
selanjutnya dapat dijadika rekomendasi dalam perbaikan pembelajaran pada Program
Studi Pendidikan Bahasa Arab, khususnya yang terkait dengan keterampilan
menulis.

B. Permasalahan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan permasalahan
penelitian adalah “bagaimana bentuk-bentuk kesalahan mahasiswa semester III
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Sultan Amai Gorontalo dalam ta’bir al-mushawwar, baik dalam tataran kata,frasa,
klausa, maupun dalam tataran kalimat?

C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah analisis bentuk-bentuk kesalahan mahasiswa
semester III Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo dalam Ta’bir Mushawwar. Analisis ini
dimaksudkan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kesalahan tersebut dalam
berbagai tataran kebahasaan dan mendeskripsikannya dalam bentuk laporan
penelitian.
7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Mengkaji bentuk kesalahan mahasiswa semester III Program Studi
Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan
Amai Gorontalo dalam Ta’bir Mushawwar pada tataran kata.
b. Mengkaji bentuk kesalahan mahasiswa semester III Program Studi
Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan
Amai Gorontalo dalam Ta’bir Mushawwar pada tataran frasa.
c. Mengkaji bentuk kesalahan mahasiswa semester III Program Studi
Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan
Amai Gorontalo dalam Ta’bir Mushawwar pada tataran klausa.
d. Mengkaji bentuk kesalahan mahasiswa semester III Program Studi
Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan
Amai Gorontalo dalam Ta’bir Mushawwar pada tataran kalimat.

2. Manfaat penelitian:
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat:
1. Untuk dijadikan sebagai dasar dalam upaya perbaikan pembelajaran bahasa
Arab pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.
2. Untuk memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi para dosen
pengajar bahasa Arab untuk senantiasa melakukan inovasi-inovasi
pembelajaran pada rumpun mata kuliah bahasa Arab.
3. Manfaat bagi lembaga, sebagai motivasi untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Analisis Kesalahan Berbahasa


1. Konsep Kesalahan Berbahasa
Ada dua pandangan yang bertolak belakang mengenai kesalahan berbahasa,
yaitu: pandangan dari sudut guru, dan pandangan dari sudut siswa. Dari sudut guru,
kesalahan itu adalah suatu aib atau cacat cela bagi pengajaran bahasa. Kesalahan
berbahasa yang dibuat oleh siswa itu menandakan bahwa pengajaran bahasa tidak
berhasil atau gagal. Karena itu, kesalahan berbahasa itu harus dihindari agar
pengajaran bahasa berhasil. Sementara dari sudut pandang siswa, kesalahan
berbahasa merupakan bagian integral dari proses belajar bahasa. Kesalahan itu
tentunya dapat diperkecil atau bahkan dihilangkan dengan menata lebih sempurna
komponen proses belajar-mengajar bahasa.
Lalu akan timbul perntanyaan, apa yang dimaksud kesalahan berbahasa?
Istilah “kesalahan” berakar dari kata “salah”, yang mengandung pengertian salah
atau khilaf.1 Untuk menjawab pertanyaan ini, menurut Djago Tarigan2 dapat dilihat
dengan berpedoman pada semboyan “Pakailah bahasa Indonesia yang baik dan
benar”. Dalam semboyan itu, ada dua ukuran yang dapat dijadikan dasar.
Ukuran pertama berkaitan dengan faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi.
Faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi itu ialah: siapa berbahasa dengan siapa,
untuk tujuan apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi II, Cet. III ;
Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 940.
2
Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, (Cet.
X ; Bandung : Penerbit Angkasa, 1988), h. 29.

8
9

lain, kebudayaan, dan suasana), dengan jalur mana (lisan atau tulisan), media apa
(tatap muka, telepon, surat, kawat, buku, koran, dan sebagainya), dan dalam
peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, lamaran kerja, pernyataan
cinta dan sebagainya). Sementara ukuran kedua berkaitan dengan aturan kebahasaan
yang dikenal dengan istilah tatabahasa.
Dengan demikian bahasa yang baik dan benar adalah bahasa yang sesuai
dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi dan benar dalam penerapan aturan
kebahasaannya. Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktror-faktor penentu
berkomunikasi bukanlah bahasa yang baik. Bahasa yang menyimpang dari kaidah
bahasa jelas pula bukan bahasa yang benar.
Kesimpulannya, kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa, secara lisan
maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor penentu berkomunikasi dan
kaidah bahasa. Kesalahan berbahasa itu dikaitkan dengan kaidah bahasa atau tata
bahasa saja. Karena itu kesalahan berbahasa didefinisikan berdasarkan
penyimpangan kaidah bahasa. Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang
menyimpang dari kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan
kaidah bahasa dapat disebabkan oleh kekeliruan dalam menerapkan kaidah bahasa.
Di samping itu, pakar linguistik membedakan antara kesalahan (error) dan
kekeliruan (mistake). Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh keterbatasan
dalam mengingat sesuatu atau kelupaan, sehingga menyebabkan kekeliruan dalam
melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat dan
sebagainya. Kekeliruan sifatnya berbentuk acak dalam pengertian, dapat terjadi pada
semua tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki sendiri oleh siswa
jika ia mawas dan memusatkan perhatian. Siswa sebenarnya sudah mengetahui
sistem linguistik yang dipelajarinya, akan tetapi karena suatu hal, sehingga ia lupa.3

3
Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, h.
75.
10

Dengan demikian, kekeliruan berbahasa terjadi bukan karena siswa belum


menguasai kaidah bahasa namun dalam menggunakan bahasa yang sedang dipelajari
mereka lupa atau keliru dalam menerapkan kaidah bahasa itu. Kekeliruan bersifat
acak dan individual. Kekeliruan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran
lingusitik, tidak sistematis, tidak ada pola yang sama dalam kekeliruan berbahasa
yang diperbuat. Kekeliruan bahasa tidak bersifat permanen. Artinya, bila siswa
sudah menyadari kekeliruannya , dia akan memperbaiki sendiri kekeliruan itu.
Kekeliruan berbahasa sering diabaikan dalam analisis kesalahan berbahasa karena
sifatnya individual, tidak sistematis dan bersifat sementara.
Adapun kesalahan, disebabkan karena faktor kompetensi, dalam pengertian
bahwa siswa memang belum mengetahui sistem linguistik bahasa yang
digunakannya Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten dan sistematis. Kesalahan
tersebut biasanya berlangsung lama bila tidak diperbaiki.4 Hal ini berlaku umum,
artinya terjadi pada beberapa siswa. Kesalahan berbahasa dapat diperbaiki oleh guru
melalui pengajaran remedial, latihan, dan praktik berbahasa.
Meskipun kedua istilah tersebut tampak berbeda dari segi pengertian, namun
indikasi dari kedua hal tersebut merujuk kepada terjadinya penyimpangan dalam
pemakaian bahasa. Namun, pengetahuan tentang tipologi tersebut, sangat membantu
guru bahasa dalam mengambil langkah-langkah perbaikan.

B. Tujuan Kajian Kesalahan dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Kesalahan dalam hubungannya dengan pembelajaran bahasa secara umum


dan bahasa Arab secara khusus, adalah terjadinya cacat pada ujaran atau tulisan
pembelajar. Kesalahan tersebut merupakan bentuk yang menyimpang dari norma

4
Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, h.
76.
11

baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa. Para guru dan orang
tua yang sekian lama bersabar terhadap kesalahan berbahasa murid dan anak-anak
mereka, pada akhirnya tiba pada suatu kesimpulan bahwa berbuat kesalahan
merupakan suatu bagian belajar yang tak terhindarkan. Seorang guru tidak perlu
merasa risih dan menghindar dari kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar dalam
proses pembelajaran, tetapi justru harus menghadapinya dengan besar hati dan
secara kreatif memperbaiki kesalahan mereka. Suatu hal yang harus disadari, bahwa
orang tidak dapat belajar berbahasa tanpa pertama kali berbuat kesalahan-kesalahan
secara sistematis.5
Kesadaran akan hal tersebut di atas, selanjutnya akan mengundang
pertanyaan, untuk apa mengadakan telaah atau analisis kesalahan berbahasa pada
pelajar, jika kenyataan seperti itu merupakan hal yang bersifat alamiah?. Bagi
seorang tenaga edukasi, jawaban dari pertanyaan tersebut mempunyai arti yang
sangat besar, karena jawaban tersebut akan dijadikan titik berangkat dalam
mengadakan perbaikan-perbaikan dan inovasi-inovasi pembelajaran secara
berencana.
Menurut Henry Guntur Tarigan dan Jago Tarigan, menelaah kesalahan
berbahasa para pelajar, mengandung dua maksud utama yaitu:
1. Untuk memperoleh data yang dapat dipergunakan dalam membuat atau
menarik kesimpulan-kesimpulan mengenai hakekat belajar mengajar.
2. Untuk memberikan indikasi atau petunjuk kepada para guru dan para
pengembang kurikulum, bagian mana dari bahasa sasaran yang sukar
diproduksi oleh para pembelajar secara baik dan benar, serta tipe kesalahan

5
Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, h.
141-142.
12

mana yang paling menyukarkan atau mengurangi kemampuan pembelajar


untuk berkomunikasi secara efektif.6
Bila ditinjau dari aspek operasional, maka pengetahuan tentang kesalahan
berbahasa pembelajar mengandung beberapa keuntungan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui penyebab dan latar belakang kesalahan pembelajar.
2. Untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh pembelajar.
3. Untuk mencegah atau menghindari kesalahan yang sejenis pada waktu yang
akan datang, agar para pembelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik
dan benar.7
Dalam mengadakan analisis kesalahan berbahasa, seorang tenaga pengajar
hendaknya mampu mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh
sang pembelajar. Data kesalahan berbahasa inilah yang perlu dianalisis. Dalam
analisis kesalahan ini, menurut Parera dapat dilakukan dengan analisis kontrastif
yang didasarkan pada tataran analisis bahasa. Kesalahan-kesalahan pembelajar
diklasifikasi berdasarkan tataran linguistik, seperti tataran fonologi, morfologi,
kelompk kata, frasa, klausa, kalinat, wacana dan semantik. Selanjutnya, dicari
penyebabnya dan ditetapkan cara memperbaikinya. 8
Menurut Tarigan, kesalahan berbahasa dianggap sebagai bagian dari proses
belajar mengajar. Langkah kerja analisis kesalahan berbahasa menurut Ellis dan
Sridhar sebagaimana dikutip oleh Tarigan, dapat dilakuan melalui lima langkah
sebagai berikut:

6
Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, h.
142.
7
Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, h.
142.
8
Jos Daniel Parera, Lingusitik Edukasional, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 143.
13

1. Mengumpulkan data
2. Mengidentifikasikan kesalahan
3. Mengklasifikasikan kesalahan
4. Menjelaskan frekuensi kesalahan
5. Mengoreksi kesalahan.
Sementara menurut Parera,9 analisis kesalahan dapat dilakukan dengan
langkah-langkah:
1. Pengumpulan data,
2. Identifikasi kesalahan, baik secara khusus maupun umum,
3. Klasifikasi atau pengelompokan kesalahan,
4. Pernyataan tentang frekuensi tipe kesalahan,
5. Identifikasi lingkup tipe kesalahan, dan
6. Usaha perbaikan.
Dari paparan di atas diartikan analisis kesalahan berbahasa adalah suatu
prosedur kerja yang biasa digunakan peneliti atau guru bahasa yang meliputi
kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang
terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasikan
kesalahan itu dan mengevaluasi taraf kesalahan, serta melakukan perbaikan.
Secara lebih detail, metode analisis kesalahan berbahasa itu dilakukan dengan
mengumpulkan sampel kesalahan yang diperbuat siswa baik dalam karangan atau
bentuk lainnya secara cermat dan detail. Kesalahan berbahasa yang sudah terkumpul
ini dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, mengklasifikasikan kesalahan berbahasa itu berdasarkan tataran
kebahasaan misalnya kesalahan bidang fonologi, morfologi, sintaksis, wacana atau
semantik.

9
Jos Daniel Parera, h. 145.
14

Kedua, mengurutkan kesalahan itu berdasarkan frekuensinya.


Ketiga, mengambarkan letak kesalahan dan memperkirakan penyebab kesalahan.
Keempat, memperkirakan atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang
rawan kesalahan.
Kelima, mengoreksi kesalahan atau memperbaiki kesalahan.

3. Kesalahan Berbahasa Pembelajar Bahasa Arab dan Langkah-langkah


Pemecahannya
a. Jenis-jenis Kesalahan Pembelajar Bahasa Arab
Sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, bahwa tujuan dari pada kajian
kesilapan dalam pengajaran bahasa adalah untuk mengetahui aspek-aspek kesalahan
berbahasa di satu sisi dan untuk tujuan perbaikan di sisi lain.
Analisis kesalahan berbahasa, merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses,
maka ada prosedur yang harus ditempuh selaku pedoman kerja. Dalam proses
pengajaran bahasa Arab sebagai bahasa Asing, suatu hal yang sangat penting dalam
melakukan analisis kesalahan adalah mengadakan klasifikasi kesalahan berbahasa
anak didik. Seorang pengajara harus mampu membedakan kelompok-kelompok jenis
kesalahan.
Secara garis besarnya, kesalahan-kesalahan tersebut harus mampu dibedakan
antara kesalahan di bidang fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik.10
Kemampuan untuk menangkap jenis-jenis kesalahan, akan membantu dalam
melakukan koreksi pada langkah selanjutnya.
Di samping itu, penemuan jenis-jenis kesalahan, belumlah cukup untuk
mengadakan koreksi berencana secara maksimal. Akan tetapi, di samping
mengetahui jenis-jenis kesalahan, seorang pengajar juga harus mampu

E. Zaenal Arifin dan Farid hadi, 1001 Kesalahan Berbahasa, (Edisi II, Cet. II ; Jakarta:
10

Akademika Pressindo, 1993), h. 15-183.


15

mendeskripsikan tentang latar belakang terjadinya kesalahan-kesalahan tersebut.


Pengetahuan akan hal tersebut, sangat membantu untuk merencanakan model
pengajaran pada tahap selanjutnya.
Sehubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kesalahan berbahasa,
Hendry Guntur Taringan merumuskan lima hal sebagai berikut: 11

1) Penyamarataan yang berlebihan


Penyamarataan yang dimaksud adalah bahwa pembelajar menyusun kalimat
dengan mengacu pada pengalaman-pengalaman bahasa yang dipelajarinya. Pada
umumnya, penyamarataan yang berlebihan (over geralisasition), melibatkan
penciptaan suatu struktur yang menyimpang. Hal ini terjadi khususnya bagi
pembelajar yang belum atau tidak mengetahui aspek-aspek tertentu yang
dikecualikan dalam kaidah yang bersifat umum. Dalam merangkai jumlah fi’liyah
(kalimat verbal) misalnya, kaidah umum mengatakan bahwa “dalam struktur jumlah
fi’liyah, harus ada keselarasan antara fi’il dan fa’il dari segi muzakkar dan muannats.
Jika fa’il (pelaku) adalah muzakkar, maka fi’ilnya pun harus muzakkar, dan demikian
pula sebaliknya”.12 Oleh sebab itu, jika kaidah seperti ini sudah melekat dalam benak
pembelajar, sementara belum pernah menemukan kaidah-kaidah pengecualian, maka
akan lahirlah bentuk kesalahan, seperti pada contoh berikut:
ْ
Kesalahan seperti itu akibat dari penyamaratan dari pengalaman yang
ditemukannya bahwa Ta Marbuta adalah tanda muannats. Sementara kata “ ْ ”
di lingkungan masyarakat Arab, adalah nama yang digunakan untuk jenis laki-laki,
meskipun melekat padanya ta marbuthah. Oleh sebab itu, para pakar Nahwu

11
Jos Daniel Parera, h. 86- 89.
12
Ibnu Rawandhy N. Hula dan Damhuri, Bahasa Arab Untuk Para Pemula, (Cet. II;
Gorontalo, 2010), h. 136.
16

memasukkannya dalam kelompok muannats ladzi,13 dalam pengertian bahwa


meskipun lafadznya mengindikasikan muannats, namun dalam kenyataannya harus
diperlakukan sebagaimana memperlakukan isim muzakkar.
2) Ketidaktahuan akan pembatasan kaidah
Faktor ini, erat kaitannya dengan penyamarataan atau generalisasi struktur-
struktur yang menyimpang yang diketengahkan di atas. Hal tersebut terkait dengan
kegagalan dalam mengamati pembatasan-pembatasan struktur-struktur yang ada,
yaitu penerapan kaidah pada konteks-konteks yang tidak menerima penerapan
tersebut.
Contoh :
‫א‬

Pada contoh di atas, tampak terjadi kesalahan karena adaya penambahan alif
lam ta’rif pada idhfah yang semestinya digugurkan. Memang betul bahwa maf’ul bih
boleh saja berbentu ma’rifah. Akan tetapi terdapat kaidah lain, bahwa isim yang
didhafahkan (disandarkan) kepada kata lain atau kata ganti, maka alif lam ta’rif
harus digugurkan. Namun dalam proses pembelajaran, kasus-kasus seperti di atas
tidak jarang dijumpai, khususnya bagi para pembelajar bahasa Arab tingkat pemula.

3) Penerapan kaidah yang tidak sempurna


Dalam kategori ini, pengajar menganalisa perkembangan kaidah-kaidah yang
diperlukan untuk menghasilkan ucapan yang berterima. Kesalahan dalam hal ini,
bisa saja karena pengalaman bahasa yang telah diterima siswa sebelumnya (bahasa
pertama), sehingga ia melakukan generalisasi yang menghasilkan penggunaan
struktur yang tidak sempurna.

13
Fuad Ni’mah, Mulakhkhash Qawaid al-Lugah al-Arabiyyah, Juz II, (Cet. IX; Beirut: Dar
al-Tsaqafah al-Islamiyah, t.th.), h. 16.
17

Sebagai contoh, seorang siswa yang mempunyai pengalaman bahasa


Indonesia misalnya mengatakan: !" dan yang dimaksudkan adalah
mobil mainan. Sebab dalam bahasa Indonesia, sesuatu yang sifatnya mainan (bukan
wujud sebenarnya), bisanya diungkapkan dalam bentuk kata majemuk. Sehingga
mobil mainan biasa diungkapkan dengan “mobil-mobilan”. Selanjutnya pembelajar
tanpa sadar langsung menerjemahkan pola bahasa tersebut ke dalam bahasa Arab,
tanpa memperhatikan adanya bentuk khusus yang digunakan dalam bahasa Arab
dalam mengungkapkan kalimat mejemuk semacam itu. Dalam kaidah bahasa Arab,
penyebutan ungkapan seperti itu, dilakukan dengan mempergunakan bentuk
tashghir, yaitu mengikuti wazan fu’ail. Hal tersebut dilatar belakangi oleh
pengalaman bahasa Indonesia yang menyebutkan mobil main-mainan sebagai mobil-
mobilan atau oto-oto. Sedang dalam bahasa Arab bentuk seperti itu mempergunakan
bentuk tashgir.

4) Salah menghipotesakan konsep


Bentuk kesalahan lain yang sering terjadi adalah kesalahan yang diturunkan
dari pemahaman yang salah terhadap pembedaan-pembedaan dalam bahasa target.
Hal ini, kadang berkaitan erat dengan pemilihan butir-butir pengajaran yang tidak
selaras. Sebagai contoh, kata ‫ ن‬$ dalam bahasa Arab, dapat diinterpretasikan
sebagai penanda atau ciri kala lalu. Sehingga ketika pembelajar diperintahkan untuk
menerjemahkan % & '‫ ن א‬$ maka ia memahaminya sebagai peristiwa
yang telah lampau.
Analisis mengenai tipe-tipe utama kesalahan berbahasa siswa, dapat
membimbing pengajar bahasa untuk menguji bahan-bahan pengajaran beserta
metode dan urut-urutan penyampaian materi pelajaran bahasa.
18

b. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Kesalahan Berbahasa dalam Proses


Belajar Mengajar
Secara garis besarnya, bahasa ditinjau dari aspek penggunaannya, dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan.
1) Bahasa lisan
Dalam telaah terhadap konsep-konsep yang ditawarkan oleh para pakar
metodologi pembelajaran dalam melakukan koreksi terhadap kesalahan berbahasa
lisan peserta didik, ditemukan adanya perbedaan-perbedaan konsep. Ada yang
beranggapan bahwa kesalahan yang dilakukan oleh pembelajar dalam berbahasa
lisan, hendaknya segera dikoreksi, agar tidak terbiasa bagi mereka melakukan
kesalahan yang serupa pada waktu yang lain. Sementara yang lain mengatakan
bahwa, berilah kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan konsep mereka
dalam bahasa sasaran (bahasa asing yang dipelajari), meskipun salah. Sebab
menurutnya, kesalahan-kesalahan tersebut pada akhirnya akan disadarinya sendiri
oleh pembelajar setelah pengetahuan mereka matang.
Tindakan korektif terhadap kesalahan berbahasa lisan, hendaknya dilakukan
secara bijaksana. Berdasarkan data temuan lapangan, bahwa koreksi secara langsung
terhadap kesalahan berbahasa pembelajar pada saat sedang berbicara, mempunyai
cacat yang sangat serius. Tindakan seperti itu akan berimplikasi terhadap hilangnya
keberanian dan menurunnya minat pembelajar dalam melakukan bahasa lisan.
Kekhawatiran akan mendapat teguran secara langsung membuat mereka memilih
sikap diam dan cenderung menghindar dari praktek langsung dan terbuka.
Sebaliknya, mengabaikan atau tidak mengindahkan kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh pembelajar tanpa ada koreksi dari guru, akan mengakibatkan sulitnya
diperbaiki di masa-masa yang akan datang.14

14
Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Thuruq Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah, (Cet. I; Mishr:
Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, 1979), h. 247.
19

Untuk menghindari akibat yang fatal sebagaimana disebutkan di atas,


kesalahan berbahasa lisan pembelajar sebaiknya dilakukan dalam langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Memperbaiki kesalahan setelah siswa menyelesaikan kalimat yang akan
dikatakannya.
2) Menghindari menegur siswa secara langsung jika melakukan kesalahan yang
tidak terlalu berarti, khusunya jika tidak mempengaruhi makna kalimat atau
merubah maksud dari ungkapan.
3) Teguran-teguran yang dilakukan hendaknya disesuaikan dengan tingkatan
materi pelajaran si pembelajar.
4) Perbaikan untuk tingkat advance dilakukan dengan memperhatikan semua
aspek yang membangun suatu ungkapan yang benar, agar pembelajar
terhindar dari bahasa yang tidak baku dan dialek lokal.
5) Jika pembelajar tampak kesulitan mengungkapkan sebuah ide yang hendak
diungkapkannya, hendaknya pengajar membantu mereka menyusun ide-ide
yang hendak diungkapkannya dengan bijaksana.15
Berdasarkan tawaran-tawaran di atas, tampak bahwa seorang guru bahasa
(khususnya bahasa Arab), hendaknya senantiasa memberikan kebebasan kepada
siswa untuk berbicara dengan struktur bahasa yang dimilikinya, dan di sisi lain,
memberikan teguran pada aspek-aspek yang dianggap sangat penting dengan
menuntun mereka mengungkapkannya.
b) Bahasa tulisan
Dalam kegiatan koreksi kesalahan bahasa tulis para pembelajar, guru dapat
menggunakan berbagai teknik. Teknik-teknik yang biasa dimanfaatkan antara lain
sebagai berikut:

15
H. Tayyar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab
(Edisi I, Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), h. 199-200.
20

1) Koreksi langsung (direct correction techniques)


2) Teknik koreksi tidak langsung (inderect corection techniques)
Dalam teknik koreksi langsung, guru memperbaiki kesalahan yang terdapat
pada karangan atau komposisi yang dibuat oleh para siswa, lalu menyuruh mereka
menulis kembali latihannya dengan memasukkan semua perbaikan tersebut. Dengan
kata lain, dalam teknik ini, lokasi kesalahan pembelajar ditunjukkan serta
ditambahkan pula petunjuk-petunjuk bagaimana cara memperbaikinya. Petunjuk
tersebut bisa beranjak dari yang kurang langsung hingga yang paling langsung.
Teknik-teknik koreksi mencakup:
(a) Penggarisbawahan kata serta memberikan suatu petunjuk
(b) Mengurung kata atau frasa yang salah tempat
(c) Memberi tanda silang pada kata yang terasa berlebihan
(d) Memberikan bentuk yang tepat atau struktur yang benar dalam
keseluruhannya.16
Teknik-teknik tersebut di atas sifatnya sangat relatif dan bersifat tawaran-
tawaran, sehingga dapat dikembangkan berdasarkan kondisi riil di lapangan.
Langkah-langkah korektif dari guru, efektifitasnya sangat tergantung dari
kemampuan seorang guru menangkap kebutuhan-kebutuhan pembelajar dan
mengetahui tingkat kemampuan pembelajar dalam aspek-aspek kebahasaan tertentu.
Oleh sebab itu, pemetaan permasalahan sebagaimana dikemukakan sebelumnya
merupakan sebuah keharusan, agar perbaikan-perbaikan pembelajaran yang
dilakukan dapat tepat guna dan berdayaguna.

16
Hendry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, op. cit., h. 188-189; Bandingkan dengan Fahmi
Ali Yunus et.al., Asasiyat Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah wa al-Tarbiyah al-Diniyah, (al-Qahirah: Dar
al-Tsaqafah, 1981),h. 264-265.
21

B. Ta’bir al-Mushawwar
1. Pengertian Ta’bir Mushawwar
Istilah ta’bir sering disamakan dengan Insya’. Istilah ta’bi>r didefinisikan
sebagai sarana komunikasi antara individu dan masyarakat dengan mengungkapkan
apa yang terdapat dalam pikiran dan perasaan.17 Ta’bir terbagi dua, yaitu: ta’bi>r
syafahi (ekspresi lisan) dan ta’bir kita<biy (ekspresi tulisan). Kedua jenis ta’bir
tersebut merupakan sarana untuk menyampaikan informasi, baik secara lisan
maupun tertulis. Istilah ta’bir sebagai sebuah mata kuliah diartikan sebagai sarana
untuk membiasakan mahasiswa mengungkapkan pikiran dengan bahasa yang baik
dan benar. Di samping tujuan itu, ta’bir juga bertujuan untuk meningkatkan
kuantitas kosa kata dan membiasakan mereka untuk merangkai pikiran.18 Sering
juga didefinisikan sebagai kegiatan pembelajaran yang terencana yang dilaksanakan
sesuai dengan langkah-langkah sistematis yang bertujuan untuk mengantar
mahasiswa mampu mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman sehari-hari,
baik secara lisan maupun secara tertulis dengan menggunakan bahasa yang benar
berdasarkan kerangkan berpikir tertentu.19
Sementara itu, Ra>tib Qasim ’A<syu>r dan Muhammad Fuad al-Hawa>midah
mengemukakan definisi sebagai kegiatan sastrawi dan sosial yang merupakan cara
pengungkapan pikiran, perasaan, dan keinginan seseorang dengan bahasa yang benar
dan deskripsi yang indah.20

17
Wazarat al-Tarbiyat wa al-Ta’li>m, al-Ta’bi>r al-Kita>bi>y Baina al-Nazhariyat wa al-Tathbi<q,
(al-Ida>rat al-Tarbawiyah: Isra>i>l, t.th.), h. 2.
Mu>sa Ibrahim al-Turbasi>y, Dira>sa>t fi> Asa>li>b Tadri>s al-Lugah al-‘Arabiyah, (al-Najf al-
18

Asyraf: Mathba’at al-A<da>b, 1971), h. 65.


19
Mu>sa Ibrahim al-Turbasi>y, h. 65.
Ra>tib Qa>sim ‘Asyu>r dan Muhammad Fu’a>d al-Hawa>midah, Asa>li<b Tadri>s al-Lugah al-
20

‘Arabiyah Baina al-Nazhariyat wa al-Tathbi>q, (t,tp: Da>r al-Masi>rah li al-Nasyri wa al-Tawzi>’ wa al-
Thiba’ah, 2003), h. 199.
22

Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, tampak bahwa pada


prinsipnya semua definisi tersebut bermuara pada satu kesepakatan bahwa ta’bir
adalah kegiatan mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman-pengalaman
dengan bahasa yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Jika hal ini
dikaitkan dengan istilah al-mushawwar, berarti kegiatan mengekspresikan pikiran,
perasaan, dan pengalaman-pengalaman dengan bahasa yang baik dan benar, baik
secara lisan maupun tulisan dengan menggunakan media gambar sebagai media
pembantu. Media gambar bertujuan untuk memberikan arah ekspresi yang akan
dihasilkan oleh peserta didik.

2. Klasifikasi Ta’bir
Ta’bir dari segi bentuknya dikelompokkan menjadi dua, yaitu: ta’bir syafahi>
(ekpresi lisan) dan ta’bir tahri>ri>y (ekspresi tertulis).21 Ta’bir syafahi> adalah bertujuan
agar mahasiswa mengungkapkan pikiran tanpa menulisnya. Keterampilan ini
dipandang sebagai bagian yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa dan
penggunaannya. Adapun ta’bir tahriri>y merupakan sarana komunikasi antara
individu dengan orang lain yang dipisahkan oleh jarak waktu dan tempat. Sarananya
adalah kalimat tertulis dengan gaya bahasa yang indah, serasi, teliti dalam memilih
diksi, merangkai kata-kata, dan menghubungkan satu sama lain.
Di antara bentuk ta’bir syafawi>y, adalah:
1. Ekspresi bebas
2. Mendeskripsikan gambar
3. Mengekspresikan alur pikiran yang telah dibaca.
4. Menggunakan kisah dalam mengungkapkan pikiran
5. Ekspresi mahasiswa tentang kehidupan mereka sehar-hari, baik di lingkungan
kampus maupun di luar kampus.

21
Mu>sa Ibrahim al-Turbasi>y, h. 67.
23

6. Deskripsi tentang fenomena kehidupan


7. Tema-tema sosial, ekonomi, dan sebagainya.
8. Pidato dan debat.22
Sementara itu, di antara bentuk-bentuk ta’bir tahriri> adalah:
1. Menulis berita
2. Mendeskripsikan gambar secara tertulis
3. Menjawab pertanyaan-pertanyaaan secara tertulis dari sebuah bacaan
4. Meringkas cerita atau tema-tema bacaan lainnya
5. Menyempurnakan kisah yang belum sempurna dan meringkas kisa panjang
6. Menyusun kisah untuk tujuan tertentu
7. Menulis laporan
8. Menulis surat dalam momentum tertentu
9. Menulis pidato23
Berdasarkan klasifikasi di atas, tampak bahwa pada prinsipnya tema-tema
ta’bir dengan kedua bentuknya memiliki kesamaan. Perbedaannya hanya terletak
pada cara pengungkapannya. Ta’bir syafawi diungkapkan dengan lisan, sementara
ta’bir tahri>ri> dituangkan dalam bentuk bahasa tertulis.

22
I<nas ‘Abd al-Maji>d Lathi>f dan Mi>sa>’ Muhammad Kari<m Ahmad, “Dha’fu Kita>bat al-Ta’bi>r
‘Inda Tha>liba>t Ma’a>hid I’da>d al-Mu’allima>t, http://www.iasj.net/iasj?func=fulltext&aId=55986,
diakses tanggal 10 September 2015.
23
Hana>n Shubhi ‘Azi<z, Atsar Ikma>l al-Qishshat fi< Tahshi>l al-Ta’bi<r al-Tahriri> fi al-Marhalat
al-Ibtidaiyyah, “Tesis”, Fakultas Tarbiyah Universitas Bagdad, tahun 1994, h. 19-23.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan merupakan cara mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan
suatu fenomena yang berhubungan erat dengan tujuan penelitian. Pendekatan yang digunakan
dalam analisis ini adalah pendekakatn kualitatif. Pendekatan kualitatif menyarankan bahwa
analisis yang dilakukan semata-mata hanya berdasarkan pada fakta yang ada. Dalam hal ini, fakta
yang dimaksudkan adalah hasil pekerjaan pada ta’bir mushawwar mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa Arab Semester III Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai
Gorontalo tahun 2015.

B. Jenis Data
Data yang merupakan hasil pekerjaan dari tugas mata kuliah ta’bir mushawwar
mahasiswa Program Studi {Pendidikan bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN
Sultan Amai Gorontalo semester III merupakan sebuah data yang berbentuk dokumen. Data
inilah yang akan ditelaah dan dikaji untuk menemukan bentuk-bentuk kesalahan dalam semua
tataran kebahasaan. Dengan demikian, analisis ini berjenis studi dokumen. Studi dokumen
digunakan untuk mengkaji bentuk-bentuk kesalahan mahasiswa dalam mengungkapkan ide
mereka yang dituangkan dalam bentuk teks tertulis berdasarkan gambar yang telah dipilih untuk
dideskripsikan. Pada penelitian ini, penulis memilih salah satu tema dari materi ta’bir
mushawwar, yakni terkait dengan hari raya Idul Adha.
Analisis ini mempunyai beberapa karakteristik. Pertama, bersifat deskriptif. Artinya,
analisis ini bermaksud mendeskripsikan bentuk kesalahan-kesalahan dalam karangan mahasiswa
dengan tanpa memberikan perlakuan dalam bentuk apa pun pada sumber data. Analisis ini
bersifat deskriptif, karena analisis terhadap kesalahan-kesalahan penyusunan kalimat pada

24
25

sumber data. Kedua, analisis ini bersifat alamiah. Maksudnya, analisis ini dilakuakan dalam
situasi yang alami dan wajar. Di sini penulis hanya mencatat data seperti apakah ada
bentuk kesalahan penyusunan kalimat dalam ta’bir mushawwar mahasiwa semester III Program
Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai
Gorontalo tahun 2015. Analisis ini bersifat induktif, artinya analisis ini tidak bermaksud
mengkaji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Namun, analisis ini dimaksudkan untuk
menarik keimpulan dengan berdasarkan data yang diambil dari hasil ta’bir mushawwar
mahasiwa semester III Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo tahun 2015.

C. Objek dan Instrumen Analisis


1. Objek Analisis
Objek analisis ini adalah hasil karangan pada ta’bir mushawwar mahasiwa semester III
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan
Amai Gorontalo tahun 2015. Ta’bi>r yang dijadikan objek analisis adalah karangan berdasarkan
gambar tentang hari raya Idul Adha yang dikembangkan berdasarkan pengalaman pribadi
masing-masing mahasiswa dalam memperingati hari raya Idul Adha.
2. Instrumen Analisis
Dalam analisis kualitatif, penulis bertindak sebagai instrumen utama sekaligus
pengumpul data. Di sini penulis harus membaca berulang-ulang kalimat yang ada dalam
karangan mahasiswa mahasiwa semester III Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo. Jika ditemukan kesalahan dalam
penyusunan kalimat, baik pada tataran kata, klausa, maupun kalimat dicatat atau disalin pada
kartu catatan yang telah disediakan.
26

3. Pengumpulan Data
a) Data dan Sumber Data Analisis
Data analisis ini adalah karangan mahasiwa semester III Program Studi Pendidikan
Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo tahun 2015.
Kesalahan dalam karangan tersebut adalah kesalahan pada tataran kata, frasa, klausa, dan
kalimat. Selanjutnya dalam analisis ini, sumber data berasal dari hasil karangan dan deskripsi
gambar dari mahasiwa semester III Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo. Data tersebut diambil dari hasil pekerjaan
dan penugasan mahasiswa dalam mengarang dengan mendeskripsikan gambar yang telah
diberikan.
b) Teknik Pengambilan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah
teknik membaca berulang-ulang dan pencatatan. Membaca berulang-ulang maksudnya
mengamati dan mencatat dengan sistematis fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini
kesalahan-kesalahan kata, frasa, klausa, dan kalimat pada hasil karangan mahasiwa semester III
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan
Amai Gorontalo tahun 2015.
c) Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumplan data dalam analisis ini dilakukan sepanjang analisis berlangsung
dan dilakukan secara terus-menerus atau sistematis dari awal sampai akhir analisis. Kegiatan
pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca berulang-ulang atau memperhatikan
kalimat-kalimat yang ada pada ta’bir hasil pekerjaan mahasiwa semester III Program Studi
Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo.
Jika terdapat kesalahan dalam penyusunan kalimat dalam karangan tersebut, dicatat atau disalin
pada kartu catatan.
27

d) Analisis Data
Data yang telah diambil kemudian dilakukan analisis secara sistematis. Data tersebut
dicatat atau disalin dalam hal kesalahan penyusunan dan penulisan, mulai dari tataran kata, frasa,
klausa, sampai kepada tataran kalimat. Data kesalahan kemudian ditulis kembali atau disalin
pada bagian pembahasan untuk dianalisis. Prosedur analisis tersebut berdasarkan pada rumusan
masalah dan tujuan yang telah ditetapkan dalam analisis ini, sebagaimana yang dikemukakan
pada bagian pendahuluan. Data-data tersebut akan dipaparkan dan dianalisis secara berurutan.
Analisis tersebut meliputi: kesalahan dalam tararan kata, frasa, klausa, dan kalimat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambara Singkat tentang Program Studi Pendidikan Bahasa Arab


Program studi pendidikan bahasa Arab pertama kali diselenggarakan pada
tahun akademik 2005/2006. Namun izin operasional baru terbit pada tanggal 20
April tahun 2007 dengan SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor: DJ.I/178/2007,
dengan. Kehadiran Program Studi Pendidikan Bahasa Arab merupakan wujud dari
keinginan kuat dari Rektor IAIN Sultan Amai ketika itu, Drs. H. Muhammad N.
Tuli, M.Ag, yang mendapat dukungan dari semua jajaran pimpinan, khususnya
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris, Drs. Yusuf Mopangga, M.Pd, dan dosen-dosen
bahasa Arab di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Tadris.
Secara operasional, penerimaan mahasiswa baru, dimulai sejak tahun 2005.
Ketika itu, Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo memutuskan bahwa pelaksanaan
perkuliahan untuk program studi Pendidikan Bahasa Arab dan program studi Tadris
Bahasa Inggris yang dibuka bersamaan dengan PBA, dilaksanakan di kampus 2. Pada
awal penyelenggaraannya, dosen tetap program studi Pendidikan Bahasa Arab baru
memiliki 4 (empat) dosen tetap, yaitu: H. Muh. Arif, M.Ag, Abdul Mutholib, M.Pd.,
Ibnu Rawandhi N. Hula, M.A, dan Yanti Palebo, S.S., M.Ag. dan ditambah beberapa
dosen tidak tetap prodi.
Pada awal penerimaan mahasiswa baru tahun 2005, program studi
Pendidikan Bahasa Arab menerima 15 orang mahasiswa. Namun dalam
perjalanannya, satu persatu mahasiswa keluar dan pindah jurusan, karena tidak
bersedia kuliah di kampus 2. Dari 15 mahasiswa baru angkatan pertama, hanya 4
(empat) orang di antaranya yang berhasil menyelesaikan studi.

28
29

Pada tahun 2009, Program Studi Pendidikan Bahasa Arab pertama kali
melaksanakan wisuda sarjana, dengan 3 (tiga) orang wisudawan, sementara satu
orang tidak berhasil menyelesaikan studi tepat waktu. Dalam perjalanannya,
mahasiswa baru Program Studi Pendidikan Bahasa Arab mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Sampai tahun 2015, Program Studi Pendidikan Bahasa Arab
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan telah meluluskan 101 mahasiswa.
Dalam menjalankan kegiatan akademik di Program Studi Pendidikan Bahasa
Arab, sejak berdirinya sampai sekarang telah dipimpin oleh 3 (tiga) orang ketua
Program Studi. Program Studi PBA pada awal berdirinya, dipimpin diketuai oleh
Ibnu Rawandhy N. Hula, M.A, dari tahun 2005 – 2008. Setelah itu, Program Studi
Pendidikan Bahasa Arab diketuai oleh Ibu Zohra Yasin, dari tahun 2008 – 2015.
Selanjutnya, pada tahun 2015, Program Studi PBA diketuai oleh Damhuri, M.Ag.

B. Hasil Penelitian
Penelitian tentang bentuk-bentuk kesalahan berbahasa dalam ta’bir
al-mushawwar pada mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Bahasa Arab
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo dilakukan
melalui studi dokumen hasil pekerjaan deskripsi gambar (ta’bir al-mushawwar).
Adapun materi yang dipilih sebagai data adalah tema tentang Idul Adha, yang
dideskripsikan oleh mahasiswa dalam bentuk karangan tentang Hari Raya Idul Adha.
Mahasiswa dalam hal ini diberikan kebebasan untuk mengembangkan ide tentang
konsep yang akan dituangkan dalam hubungannya dengan hari raya Idul Adha.
Adapun data tentang bentuk-bentuk kesalahan mahasiswa dalam karangan
tersebut, yang telah diklasifikasikan sebagai berikut:
30

1. Tataran Kosa Kata


a. Kesalahan penulisan
BENTUK KESALAHAN PENULISAN PENULISAN YANG BENAR
MAHASISWA
‫مא א‬ ْ‫م א‬

‫مא‬

‫مא‬ ‫مא‬

‫א‬ ‫א‬ ‫א א‬ ‫א‬

‫א‬ ‫א‬ ‫د‬ ‫א‬ ‫א‬

! ‫א‬

#$ ‫א‬

%$ ‫א‬ "#$ ْ‫א‬

"#& ‫א‬

! ‫ل‬

()$ ‫א‬

! *‫א‬ *‫א‬

+ ,‫א‬ ‫ ن‬,. ‫א‬

/01 /.2ْ31

45 6 457 6
31

86 896

): ‫ א‬4;< = ).: ‫ א‬4;<

!> 1 % =? 1

&@ ‫א‬ ‫א@ א‬

‫ אن‬A ‫ אن‬B

C 6

D D EF

GHI JH. ‫א‬

%K‫ א‬L M2‫ א‬L

N O PQ#

RR Q H‫א‬ RR ‫ م‬H
S ‫א‬

T?? FU T H? F U

/? ‫א‬ VْH ‫א‬

Q O‫א‬ ‫ م‬O‫א‬

/, /.2ْ3

B> ‫א‬ B‫= ? א‬W‫א‬

G)X GAR1
32

RY RI31

(&Z‫א م א‬ ($ Z‫א م א‬

[ C (V\ C (V\

]V< 4;\ ‫א‬

^_? Z‫א‬ (`_? Z‫א‬

a ‫د ذ‬3 ‫و‬ a‫ذ‬ ‫و‬

Gd I 8 e GH ‫ א‬8e

] 5E ]‫ ز‬E

E *‫ א‬g ‫د س‬F ‫ن‬F ‫ل‬ E *‫ א‬g ‫د س‬F ‫ن‬

Q B 1F N 5B 1F

‫ ن‬0 Z‫א‬ N0 Z‫א‬

/01 /231

i 1 i _1

j, &< j, <

(k l_‫א‬

(7 , < (7 K <F
33

b. Kesalahan pemilihan diksi


BENTUK KESALAHAN PENULISAN YANG
PENULISAN MAHASISWA BENAR
‫ אن‬O‫ א‬m, QV Z‫א‬ ‫ אن‬O‫ א‬% R QV Z‫א‬

6 (d F \ F 6 (d F l F

n ,Z‫א‬ %R‫ א‬V

^ $ o p G,d F ^ $ o p :?1F

] J ‫ א‬g "dF ] J ‫ א‬g ]V<‫و‬

&@ ‫ א‬/231 ‫ ول א @ א‬8?1

‫א‬ ‫א* א‬

(EF \1F (EF F

4;\ ‫ א‬R`88 4;\ ‫ א‬l‫د‬38

‫ م א‬g q, "#$ ‫א‬

2. Tataran Frasa
a. Idhafah
BENTUK KESALAHAN PENULISAN YANG
PENULISAN MAHASISWA BENAR
jJ‫א‬g j g
34

‫ دوא‬8Z‫ א‬NE ‫ دو‬8E NE

Q Z‫] א‬ Q E]

?1 @ ‫ א‬8 E ?1 r 8 E

"#$ ‫א‬ ‫مא‬ (#$ ‫א‬ ‫م‬

4;\ ‫א‬ ‫ א‬4;<

Ns ‫ ] א‬J ‫ א‬t Z‫א‬ Ns ‫] א‬ t E

b. Shifah Maushuf
BENTUK KESALAHAN PENULISAN YANG
PENULISAN MAHASISWA BENAR
] J ‫ א‬NE i KF t Z‫ א‬g ] J ‫ א‬NE G , ‫ א‬t Z‫ א‬g

_ B‫وא‬ ‫א‬ _ ‫ د‬O‫א‬ ‫א‬

_ u8v‫א‬ ‫א‬ _ 1 ‫א‬ ‫א‬

w ‫א‬ E ‫א‬ ‫א‬

‫ א ن‬E *‫א‬ 1 ‫ א‬E *‫א‬

‫س‬ ‫א‬ ‫א‬ ‫د‬ ‫א‬ ‫א‬

J ‫א‬ ‫א‬ ‫א‬ ‫א‬

d ‫א‬ ?‫א‬ ‫א‬

‫ א ن‬E *‫א‬ 1 ‫ א‬E *‫א‬


35

4‫א א د‬RA‫و‬ 4‫ א د‬xRA‫و‬

c. idhafah
BENTUK KESALAHAN PENULISAN YANG
PENULISAN MAHASISWA BENAR
M? J ‫ א‬g M? g

lS *‫] א‬ lS 6 ]

Ns ‫ ] א‬J ‫ א‬t Z‫ א‬g (V<F Ns ‫] א‬ t E g (V<F

‫א مא‬g ‫ مא‬g

M? J ‫ א‬yz M? yz

(, < ] J ‫ א‬yz (, < ] yz

/231 /2 ‫ א‬L /231 ‫ن‬F

‫ م‬8 ‫ א‬NE ‫ م‬KF ‫ م‬8 ‫ א‬NE ‫ م‬KF ‫ن‬F

t Z‫ א‬yz GA‫ذ‬F /JK t Z‫ א‬yz GA‫ذ‬F ‫ن‬F /JK

(V\1 /JK (V\1 ‫ن‬F /JK

a ‫ א م ذא‬g ‫ن‬ ‫א م‬a‫ذ‬g‫ن‬

3. Tataran Klausa
BENTUK KESALAHAN PENULISAN YANG
PENULISAN MAHASISWA BENAR
36

, ]6 , ‫ א‬yz ] 6

(V\1 ( (V\8

] J ‫ א‬yz ]V<‫و‬ ] J ‫ א‬g ] <‫و‬

] J ‫ ] א‬K U Qv ] J ‫ א‬yz ] 6 Qv

D T6 ]6

D /`?B‫א‬ ]V`?B‫א‬

"V T6 1 yz T6 1

j TE ]V K j ]V K

] #? ‫ א‬/JK SQ#? ‫ن א‬F /JK

] #? ‫א‬ ] #? ‫ن א‬F

(EF D (EF (1 EF

1‫ن‬ 1 81

0`1 S‫ن‬ 0`1 81

(V\1 4;\ ‫א‬

| 8A g lS r Qv | 8A lS @?1 Qv

4. Tataran Kalimat
BENTUK KESALAHAN PENULISAN YANG
PENULISAN MAHASISWA BENAR
37

TE "#$ ‫א‬ 1F ‫ مא‬g /`?BF 1F ‫( م= א‬L

(d F (d .F TE "#$ ‫א‬

4} 2 DU‫ א‬6‫ و‬D‫א‬ ‫ن‬ 4} 2 DU‫ א‬6‫ وא‬D‫א‬ ‫نא‬

l ~ iF ] J ‫ א‬G #< g V23 l ~‫?ذ‬ ‫ ] א‬g ‫ ن‬V23

t Z‫ א‬NE ]6 I Qv t Z‫ א‬NE ‫وج‬ ‫א‬ Qv

L @ ‫ א‬g ‫ م‬1 (7 , <‫ و‬1F Qv L @ ‫ א‬g (7 K <F E ‫ م‬1F Qv

€JHZ‫ א‬g ‫ ز‬€JH1 €JHZ‫ א‬g ‫ א ز‬€JH1

%L < ?1 N jV7 yz GAR1 %L < ?8 jV7 yz GA‫ذ‬F

] J ‫ א‬yz ‫ د‬N• ] J ‫ א‬yz ‫ د‬1 NY

}J2 ]IF M? g /231 }J0 ‫ א‬jIF ] (L /231

/\` ‫ ن א‬VI ‫ س‬Z‫ א‬M1 /\` ‫ ن א‬VI ‫ س‬Z‫ א‬S‫ن‬

4 3 t Z‫ א‬yz GA‫ذ‬F 1F (d F TE t Z‫ א‬yz GA‫ذ‬F 1F

] J ‫ א‬yz GA‫ذ‬F ‫ א‬4;\ ‫ א‬Qv ] J ‫ א‬yz GA‫ذ‬F ‫ א‬4;<

4 ‫ ] א‬J ‫ א‬yz GA‫ذ‬F (d F ] yz GA‫ذ‬F

] J ‫ م א‬EF (L ] V6 ] J ‫ م א‬EF ] V6

L r yz % > 1 L @‫א‬g%> 1

] yz T6 N• Qv ] J ‫ א‬yz T6 1 Qv
38

V7 TE 8 ?‚ 8?V7 TE 8 ?6‫א‬

] ^:1F ] J ‫^ א‬:1F

‫ز‬S ‫ א‬€JH1 1 €JH1 ‫ن‬F 1

‫ א‬4;\ T?? F U ‫ن‬ 4;\ GA‫ذ‬F ‫ن‬F T H? F U (1

‫א‬

JVE ‫ل‬ 1F ( ;E ‫ ل‬F 1F

B. Pembahasa Hasil Penelitian


Sebagaimana paparan data hasil penelitian yang ditampilkan di atas,
ditemukan bahwa kesalahan mahasiswa semester III Program Studi {Pendidikan
Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo
tahun 2015, terjadi pada semua tataran bahasa. Tataran yang dimaksud meliputi
kesalahan pada tataran kata, frasa, klausa, dan kalimat. Data ini menampilkan
sebuah fakta yang menunjukkan lemahnya kemampuan mahasiswa dalam menulis
dalam bahasa Arab, khususnya dalam mengarang, sebagaimana akan dianalisis
sebagai berikut:

1. Kesalahan pada tataran kata


Berdasarkan hasil pengolahan data, kesalahan mahasiswa pada tataran kata
secara sederhana dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: kesalahan dalam
penulisan kata, dan kesalahan dalam pemilihan diksi. Yang sangat mengejutkan
adalah bahwa rata-rata dari 25 mahasiswa yang menjadi sampel dalam analisis hasil
39

pekerjaan mereka dalam ta’bir mushawwar mengalami beberapa kesalahan dalam


penulisan kata.
Bentuk kesalahan pertama yang dijumpai adalah masih lemahnya mahasiswa
dalam menuliskan nama-nama hari dalam bahasa Arab, sebagaimana ditampilkan
berikut:

BENTUK KESALAHAN PENULISAN YANG


PENULISAN MAHASISWA BENAR
‫مא א‬ ْ‫م א‬

‫مא‬

‫مא‬ ‫مא‬

Data di pada kolom bentuk-bentuk kesalahan penulisan kata, tampak ada


yang menulis nama hari seperti “ ‫ ” م א א‬dan ada yang menulis “ J ‫” م א‬.
Sementara yang benar adalah “ ْ‫” م א‬. Demikian pula halnya dengan penulisan
“ ‫ ”א‬yang ditulis dengan “ ‫”א‬. Meskipun hal ini dipandang sebagai istilah
yang sangat populer, tetapi cara pengucapan dan penulisannya di kalangan
mahasiswa semester III masih termasuk sulit.
Dalam kasus yang sama, dijumpai kesalahan dalam penulisan jam,
sebagaimana yang ditampilkan berikut ini:

BENTUK KESALAHAN PENULISAN YANG


PENULISAN MAHASISWA BENAR
40

‫א‬ ‫א‬ ‫א א‬ ‫א‬

‫א‬ ‫א‬ ‫د‬ ‫א‬ ‫א‬

Berdasarkan hasil analisis data, secara garis besarnya, kesalahan penulisan


kata dapat diklasifikasin sebagai berikut:
a. Kesalahan penulisan huruf
1) Mempertukarkan huruf yang memiliki kemiripan atau kedekatan makhraj
Kesalahan dalam penulisan huruf dijumpai pada penulisan kata-kata berikut:

HASIL PENULISAN PENULISAN


KET.
MAHASISWA YANG
BENAR
! ‫א‬ Terjadi penggantian huruf
alif/hamzah dengan huruf ‘ain,
dan huruf dhad dengan huruf dal.
! ‫ل‬

"#& ‫א‬ "#$ ْ‫א‬ Terjadi penggantian huruf


alif/hamzah dengan huruf ‘ain
()$ ‫א‬ Terjadi penggantian huruf “!”
dengan huruf “ƒA”.
45 6 457 6 Terjadi penggantian huruf
hamzah dengan huruf ‘ain.
86 896 Terjadi penggantian huruf
hamzah dengan huruf ‘ain.
&@ ‫א‬ ‫א@ א‬ Terjadi penggantian huruf dal
dengan dhad.
‫ אن‬A ‫ אن‬B Terjadi penggantian huruf “!”
dengan huruf “ƒA”.
D D EF Terjadi penggantian huruf
hamzah dengan ‘ain.
41

%K‫ א‬L M2‫ א‬L Terjadi penggantian kaf dengan


huruf Qaf.
T?? FU T H? F U Terjadi penggantian tha’ dengan
huruf ta.
/? ‫א‬ VْH ‫א‬ Terjadi penggantian tha’ dengan
huruf ta.
/, /.2ْ3 Terjadi penggantian huruf kaf
dengan huruf qaf.
B> ‫א‬ B‫= ? א‬W‫א‬ Terjadi penggantian huruf
hamzah dengan huruf ‘ain.
G)X GAR1 Terjadi penggantian huruf zal
dengan huruf jim.
a ‫د ذ‬3 ‫و‬ a‫ذ‬ ‫و‬ Terjadi penggantian ‘ain dengan
huruf hamzah.
Gd I 8 e GH ‫ א‬8e Terjadi penggantian huruf tha
dengan huruf ta.
u B 1F N 5B 1F Terjadi penggantian huruf zai
dengan huruf sin.
i 1 i _1 Terjadi penggantian huruf syin
dengan huruf sin.
j, &< j, < Terjadi penggantian huruf dal
dengan huruf dhad.

Data di atas menunjukkan bahwa masih terdapat mahasiswa semester III


yang salah mempersepsikan huruf-huruf tertentu, khususnya yang memiliki
kemiripan bunyi, khususnya antara huruf alif dengan ‘ain (‫ ع‬JF), huruf sin dengan
syin (‫ ش‬J ‫)س‬, huruf kaf dengan huruf qaf (‫ ق‬J |), huruf h}a dengan huruf ha ( !
ƒA), huruf ta dengan tha (‫ ط‬J D), dan huruf dal dengan dhad (‫ ض‬J ‫)د‬. Bahkan,
dijumpai adanya kesalahan yang merupakan akibat langsung dari dialek lokal, yaitu
huruf dzal (‫ )ذ‬ditulis dengan huruf jim (‫ )ج‬seperti pada ( GAR menjadi G)‚ ).

2) Pengurangan Huruf
42

Kesalahan pada tataran kata dalam bentuk pengurangan huruf, dijumpai


pada penulisan kata-kata berikut:
BENTUK KESALAHAN PENULISAN
NO KET.
PENULISAN YANG BENAR
MAHASISWA
Terdapat pengurangan
‫مא‬ ‫مא‬
huruf ya mad sebelum
huruf terakhir.
Terdapat pengurangan
‫א‬ ‫א‬ ‫א א‬ ‫א‬
huruf alif mad antara
huruf ra dengan ba.
Terdapat pengurangan
‫א‬ ‫א‬ ‫د‬ ‫א‬ ‫א‬
huruf alif mad antara
huruf ra dengan ba.
Terdapat pengurangan
%$ ‫א‬ "#$ ‫א‬
huruf ya mamdudah pada
huruf terakhir.
Terdapat pengurangan
/01 /.2ْ31
huruf hamzah yang
merupakan fa fi’il dari
akar kata /2F
Terdapat pengurangan
!> 1 % =? 1
huruf ya mad sebelum
huruf terakhir
Terdapat pengurangan
C 6
huruf alif mad setelah
huruf mim.
Terdapat pengurangan
GHI JH. ‫א‬
huruf ta marbuthah pada
akhir kata.
Terdapat pengurangan
Q O‫א‬ ‫ م‬O‫א‬
huruf alif mad antara
kedua huruf mim.
Terdapat pengurangan
RY RI31
huruf fa fi’il (huruf
hamzah) dari akar kata
RIF
Terdapat pengurangan
(&Z‫א م א‬ ($ Z‫א م א‬
43

huruf alim setelah huruf


mim.
Terdapat pengurangan
]V< 4;\ ‫א‬
huruf alif antara huruf
lam dengan ta.
Terdapat pengurangan
^_? Z‫א‬ (`_? Z‫א‬
huruf ya mamdudah pada
akhir kata
Terdapat pengurangan
] 5E ]‫ ز‬E
huruf alif pada ma nafyi
Terdapat pengurangan
(k l_‫א‬
huruf alif setelah huruf
syin.

Data di atas menunjukkan bahwa pengurangan-penguran yang banyak terjadi adalah


huruf mad. Hal ini sangat erat kaitannya dengan adanya unsur pengabaian penekanan
mad pada huruf tertentu. Sementara kesalahan yang lain adalah pengguguran ta
marbuthah pada isim masdar, seperti: JHI menjadi GHI.
Terjadinya pengurangan huruf, khususnya huruf mad dalam pengucapan kata,
sangat sering terjadi pada kelompok penutur tertentu akibat pengaruh dialek dan
cara pemberian tekanan dalam mengucapkan sebuah kata. Hal ini juga saling terkait
dengan proses pengenalan kata tersebut terjadi hanya melalui tradisi lisan, dan tidak
terbiasa mewujudkannya dalam bahasa tulis. Biasanya bentuk kesalahan akibat
dialek seperti ini akan terjadi dalam jangka waktu yang panjang, dan membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk membiasakannya mengucapkan atau menuliskan yang
benar.

3) Penambahan huruf
Selain kesalahan dalam bentuk pengurangan huruf, juga dijumpai kesalahan
dari segi penambahan huruf dari yang sebenarnya. Kasus seperti ini antara lain
dijumpai pada kata-kata berikut:
44

BENTUK KESALAHAN PENULISAN YANG


KET.
PENULISAN BENAR
MAHASISWA
Penambahan huruf
#$ ‫א‬ "#$ ‫א‬
hamzah pada huruf
terakhir akibat
kesalahan persepsi
terhadap ya
mamdudah
Penambahan huruf
): ‫ א‬4;< = ).: ‫ א‬4;<
waw sebelum huruf
terakhir
Penambahan huruf
N O PQ#
nun sukun pada
huruf terakhir
sebagai pengganti
dari bunyi tanwin
(dhammatain)
Penambahan huruf
‫ ن‬0 Z‫א‬ N0 Z‫א‬
alif sebelum huruf
terakhir

Data di atas menunjukkan bahwa kesalahan penulisan kata akibat terjadinya


penambahan huruf yang tidak semestinya, memiliki kesamaan kasus dengan
pengurangan huruf tertentu pada kasus sebelumnya. Pada kasus penulisan “ #$F”
misalnya, terdapat penambahan huruf hamzah, sebab kesalahan persepsi tentang mad
pada akhir kata tersebut. Seharusnya, mad tersebut disimbolkan dengan ya
mamdudah, namun diganti dengan alif, selanjutnya ditambah dengan hamzah pada
akhirnya. Kasus seperti ini sangat erat kaitannya dengan interferensi dalam bahasa
Indonesia maupun dalam bahasa lokal dalam penyebutan kata tersebut. Dalam
bahasa Indonesia, penyebutan Idul Adha, sering diiringi dengan penekanan pada
45

huruf akhirnya, sehingga terkesan seolah-olah ada huruf hamzah sukun pada
akhirnya.

4) Kesalahan dalam pembentukan jamak

BENTUK KESALAHAN PENULISAN YANG


PENULISAN MAHASISWA BENAR
(7 , < (7 K <F

Bentuk jamak dalam bahasa Arab, khususnya jamak taksir merupakan salah
satu masalah bagi pembelajar bahasa Arab di Indonesia. Hal ini disebabkan karena
bentuk jamak taksir memiliki bentuk yang tidak beraturan. Oleh sebab itu, seorang
pembelajar pemula sering kesulitan dalam membuat bentuk jamak taksir, khususnya
jika belum pernah mendengar atau membaca bentuk jamak dari kata tertentu dalam
bahasa Arab.
Kesalahan seperti pada data temuan di atas, karena bentuk jamak dari kata
“Š <” mengalami perubahan bentuk, dengan adanya penambahan huruf (ziya>dah)
dari jumlah huruf pada bentuk tunggalnya.

5) Kesalahan ganda dalam penulisan sebuah kata


BENTUK KESALAHAN PENULISAN YANG
KET.
PENULISAN BENAR
MAHASISWA
Pengguguran huruf
‫مא‬ ‫مא‬
hamzah pada awal kata,
penggantian huruf ‘ain
dengan ya, dan
penggugguran huruf alif
mad dan hamzah diakhir
kata dan digantikan
dengan ta marbuthah.
46

Penggantian huruf
! ‫א‬ "#$ ْ‫א‬
hamzah dengan ‘ain,
huruf dhad dengan dal,
dan pengguguran ya
mamdudah di akhir kata.
Penambahan huruf alif
! *‫א‬ *‫א‬
dan penggantian ta
marbuthah dengan huruf
ha.
Penggantian huruf kaf
%K‫ א‬L M2‫ א‬L
dengan qaf, dan huruf ha
dengan h}a.
Penggantian huruf tha
T?? FU T H? F U
dengan ta dan
pengguguran huruf ya
sebelum huruf terakhir.
Penggantian huruf tha
/? ‫א‬ VْH ‫א‬
dengan ta, dan
pengguguran ta
marbuthah di akhir kata.
Penggantian huruf
/, /.2ْ3
hamzah dengan ‘ain, dan
huruf kaf dengan qaf.
Penggantian huruf
B> ‫א‬ B‫= ? א‬W‫א‬
hamzah dengan ‘ain, dan
pengguguran huruf alif.

Yang dimaksud dengan kesalahan ganda dalam hal ini adalah bahwa dalam
penulisan sebuah kata, terdapat lebih dari satu bentuk kesalahan di dalamnya. Pada
data di atas, terdapat beberapa bentuk penulisan kata dalam hasil pekerjaan ta’bir
mahasiswa semester III Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo tahun 2015.
Pada penulisan ‫ א‬yang dimaksudkan adalah “ ‫”א‬. Kesalahan pada
penulisan kata tersebut antara lain, tidak adanya huruf hamzah pada awal kata dan
adanya penggantian huruf ‘ain dengan huruf ya. Sementara itu, pada penulisan kata
“! ‫ ”א‬terdapat tiga bentuk kesalahan, meliputi: penggantian huruf hamzah dengan
47

‘ain, penggantian huruf dhad dengan dal, dan pengguguran huruf ya mamdudah di
akhir kata.
Pada penulisan kata “ *‫ ”א‬menjadi “! *‫”א‬. Kesalahan yang terjadi pada
penambahan huruf alif, dan penggantian ta marbuthah dengan huruf ha. Pada
penulisan kata %K‫ א‬L teradapat penggantian huruf kaf dengan qaf, dan huruf ha den
gan h}a. Pada penulisan T?? FU terdapat kesalahan karena terjadi penggantian huruf
tha dengan ta dan pengguguran huruf ya sebelum huruf terakhir. Pada penulisan /? ‫א‬
Terjadi kesalahan dengan adanya penggantian huruf tha dengan ta, dan pengguguran
ta marbuthah di akhir kata. Pada penulisan kata /., terdapat kesalahan, yaitu
adanya penggantian huruf hamzah dengan ‘ain, dan huruf kaf dengan qaf. Demikian
pula pada penulisan kata B> ‫ א‬terjadi kesalahan pada adanya penggantian huruf
hamzah dengan ‘ain, dan pengguguran huruf alif.
Berdasarkan analisis tersebut, tampak bahwa penggantian-penggantian yang
ada, terjadi pada huruf-huruf yang memiliki bunyi yang mirip atau memiliki
kedekatan dari segi makhraj. Sementara penambahan dan pengurangan huruf, terjadi
pada kesalahan dalam mempersepsikan letak penekanan pada pengucapan masing-
masing kata.

b. Kesalahan pemilihan diksi


BENTUK KESALAHAN
PENULISAN YANG BENAR
PENULISAN MAHASISWA
‫ אن‬O‫ א‬m, QV Z‫א‬ ‫ אن‬O‫ א‬% R QV Z‫א‬

6 (d F \ F 6 (d F D A k

n ,Z‫א‬ %R‫ א‬V


48

^ $ o p G,d F ^ $ o p :?1F

&@ ‫ א‬/231 ‫ ول א @ א‬8?1

‫א‬ ‫א* א‬

(EF \1F (EF F

4;\ ‫ א‬R`88 4;\ ‫ א‬l‫د‬38

‫ م א‬g q, "#$ ‫א‬ ‫ م א‬T, g "#$ ‫א‬

Data di atas memperlihat kesalahan-kesalahan karena faktor kesalahan dalam


memilih padanan kata yang tepat untuk ungkapan tertentu. Penggunaan kata “m
S ,”
untuk makna “menyembelih” tidak tepat. Kata tersebut digunakan khusus untuk
makna memotong atau memangkas sesuatu untuk tujuan memperpendek atau
menghilangkan bagian tertentu. Sementara itu, untu memotong dalam pengertian
menembelih, terdapat istilah khusus, yakni “% R ”. Demikian pula kata “ n ,Z‫”א‬
untuk makna yang sama tidak lumrah digunakan oleh orang Arab. Kata “THK”
memiliki makna memotong atau mematahkan sesuatu dalam makna umum.
Orang Arab tidak pernah menggunakan kata “Sm, ” dan “TH, ” untuk makna
menyembelih, demikian pula sebaliknya, tidak pernah menggunakan kata “% R ”
untuk makna memangkas, memendekkan, dan mematahkan sesuatu. Kesalahan
seperti ini bisanya terjadi karena memadankan istilah yang digunakan dalam bahasa
Indonesia, yang sering mengungkapkan penyembelihan dengan kata “pemotongan”.
Pada kata “ \ F” untuk pengertian menyaksikan, kurang tepat, dan yang
tepat adalah “ A k”. Demikian pula kata “G,d ‫ ”א‬tidak tepat digunakan untuk makna
“menunggu”, sebab kata tersebut lebih bermakna menunggu sesuatu dengan tujuan
49

mengawasinya. Sementara itu, istilah yang tepat untuk makna menunggu


kedatangan seseorang adalah “ :?1‫”א‬.
Pada penggunaan kata “ ‫ א @ א‬/231” untuk makna makan siang tidak lumrah
digunakan di kalangan bangsa Arab. Ketidaklumrahan ini dilihat dari dua aspek:
Pertama, dalam kata “ ‫ ”א @ א‬itu sendiri sudah terdapat di dalamnya makna makan di
waktu siang, sehingga diungkapkan dengan kata kerja “ ‫@ א‬d” yang berarti makan
siang. Kedua, jika yang ingin digunakan adalah bentuk mashdarnya ( ‫)א @ א‬, maka
digunakan kata bantu “‫ ول‬8d”, sehingga dikatakan “ ‫ ول א @ א‬8?1” dan bukan “ /.231
‫”א @ א‬.
Penggunaan kata “ ‫ ”א‬untuk makna motor tidak tepat, sebab dalam
bahasa Arab, motor diungkapkan dengan kata “ ‫ א‬6” atau “ 1 6‫”د א‬. Kesalahan
ini pada dasarnya bukan kesalahan diksi, tetapi lebih kepada kesalahan dalam
mengingat istilah untuk makna motor yang dimaksud. Sementara itu, penggunaan
kata “ \8 ‫ ”א‬untuk makna “membantu” juga kurang tepat. Kata “ \8 ‫ ”א‬memiliki
makna yang sangat umum dan sifatnya abstrak. Sementara untuk mengungkapkan
makna “membantu” lebih tepat digunakan kata “ ”.
Selanjutnya, kesalahan lain yang dijumpai dalam pemilihan diksi adalah
penggunaan kata “R `?1” yang dihubungkan dengan pelaksanaan shalat. Penggunaan
kata ini dalam hal ini kurang tepat, sebeb penggunaan kata “R `?1” lebih akrab
digunakan untuk pelaksanaan sebuah keputusan, undang-undang, dan semacamnya.
Sementara itu, untuk pelaksanaan shalat lebih akrab disandingkan dengan kata “ ‫دא‬F”
yang berarti menunaikan. Sementara itu, penggunaan kata “q, ” yang bermakna
terjadinya peristiwa pada waktu tertentu. Mahasiswa pada dasarnya ingin
mengatakan bahwa “hari raya Idul Adha jatuh pada hari Kamis”. Selanjutnya kata
“jatuh” diartikan dengan “q, ”. Penggunaan kata ini merupakan akibat langsung
dari penerjemahan kata bahasa Indonesia ke dalam bahasa Arab. Sementara itu,
50

dalam bahasa Arab tidak akrab digunakan istilah tersebut. Orang Arab lebih akrab
menggunakan istilah “TK‫ ”و‬untuk mengungkapkan makna hari terjadinya sebuah
peristiwa.

2. Kesalahan pada tataran Frasa


Kesalahan pada tataran frasa dalam hasil pekerjaan mahasiswa semester III
dikelompokkan menjadi dua kategori sebagai berikut:
a. Idhafah
BENTUK KESALAHAN
PENULISAN YANG BENAR
PENULISAN MAHASISWA
jJ‫א‬g j g

Q Z‫] א‬ Q E]

?1 @ ‫ א‬8 E ?1 r 8 E

"#$ ‫א‬ ‫مא‬ (#$ ‫א‬ ‫م‬

4;\ ‫א‬ ‫ א‬4;<

Ns ‫ ] א‬J ‫ א‬t Z‫א‬ Ns ‫] א‬ t E

M? J ‫ א‬g M? g

lS *‫] א‬ lS 6 ]

‫א مא‬g ‫ مא‬g

(, < ] J ‫ א‬yz (, < ] yz


51

Data di atas menampilkan kesalahan-kesalahan mahasiswa semester III


Program Studi Pendidikan Bahasa Arab dalam merangkai frasa idhafah. Dalam
kaidah nahwu dikatakan bahwa kata yang berfungsi sebagai mudhaf berbentuk
nakirah, sementara mudhaf ilaih harus makrifah. Pada frasa “j J ‫ ”א‬terdapat
kesalahan, karena kata “] ” adalah mudhaf namun dimakrifahkan dengan alif lam.
Seharusnya berbunyi “j ”. Demikian pula, pada frasa Q Z‫] א‬ tampak terjadi
kesalahan persepsi dan penyamarataan kaidah. Dalam kaidah dikatakan bahwa
mudhaf ilaih harus makrifah, sehingga mahasiswa membubuhkan alif lam untuk
maksud memakrifahkan kata “Q E”. Pada hal kata “Q E” sendiri sudah dengan
sendirinya adalah makrifah, sebab ia termasuk isim ‘alam atau nama orang. Oleh
sebab itu, tanpa dibubuhkan alif lam sudah dengan sendirinya makrifah. Sehingga
ungkapan yang benar adalah “Q E ] ”. Kasus yang persis sama dengan ini adalah
kesalahan pada frasa “ ?1 @ ‫ א‬8 E”, sebab kata “ ?1 r” tidak perlu dibubuhi alif
lam untuk memakrifahkannya, sebab ia dengan sendirinya sudah makrifah, sebab ia
adalah termasuk isim ‘alam, dalam hal ini adalah nama kota.
Kasus “"#$ ‫א‬ ‫ ” م א‬dan “Ns ‫ ] א‬J ‫ א‬t Z‫ ”א‬adalah mengalami
kesalahan. Dalam kedua contoh tersebut terdapat idhafah berganda. Dalam kasus
seperti ini, maka yang dimakrifahkan hanyalah kata yang terakhir. Oleh sebab itu,
ungkapan yang benar adalah “(#$ ‫א‬ ‫ ” م‬dan “Ns ‫] א‬ t E”. Sementara
itu, frasa “ 4;\ ‫ ”א‬merupakan penerapan terbalik dari kaidah bahasa. Struktur
ini lebih mirip dengan mubtada khabar, sehingga berarti “shalat itu adalah ied”.
Seharusnya, kata “4;\ ‫ ”א‬tidak beralif lam, sementara sebaliknya “ ” seharusnya
beralif lam, karena ia adalah mudhaf ilaih.

b. Frasa Washfiyah (shifah maushuf)\


BENTUK KESALAHAN
PENULISAN YANG BENAR
PENULISAN MAHASISWA
52

] J ‫ א‬NE i KF t Z‫ א‬g ] J ‫ א‬NE G , ‫ א‬t Z‫ א‬g

_ B‫وא‬ ‫א‬ _ ‫ د‬O‫א‬ ‫א‬

‫ א ن‬E *‫א‬ 1 ‫ א‬E *‫א‬

Data di atas menampilkan kesalahan-kesalahan mahasiswa dalam merangkai


frasa washfi. Dalam kaidah dikatakan bahwa shifah dengan maushufnya harus selalu
serasi dalam beberapa hal, meliputi: bilangan (mufrad, mutsanna, jamak), muzakkar
dan muannats, nakirah dan makrifah.
Pada contoh pertama, kata dekat “i KF” adalah shifat dari kata “ t Z‫”א‬.
Oleh sebab itu, dalam hal ini terdapat kesalahan, karena tidak terdapat keserasian
dalam hal nakirah atau makrifah. Hal ini juga berlaku pada contoh kedua di atas.
Sementara itu, untik contoh ketiga, kesalahan terdapat pada tidak adanya keserasian
dari segi muannats. Kata E *‫ א‬adalah muannats, maka seharusnya sifatnya juga
harus muannats. Maka ungkapan yang benar adalah 1 ‫א‬ E *‫א‬.

3. Kesalahan pada tataran klausa


BENTUK KESALAHAN PENULISAN YANG
PENULISAN MAHASISWA BENAR
, ]6 , ‫ א‬yz ] 6

] J ‫ א‬yz ]V<‫و‬ ] J ‫ א‬g ] <‫و‬

] J ‫ ] א‬K U Qv ] J ‫ א‬yz ] 6 Qv

D T6 ]6

D /`?B‫א‬ ]V`?B‫א‬
53

"V T6 1 yz T6 1

j TE ]V K j ]V K

] #? ‫ א‬/JK SQ#? ‫ن א‬F /JK

] #? ‫א‬ ] #? ‫ن א‬F

(EF D (EF (1 EF

1‫ن‬ 1 81

0`1 S‫ن‬ 0`1 81

(V\1 4;\ ‫א‬

| 8A g lS r Qv | 8A lS @?1 Qv

Data di atas menunjukkan beberapa jenis kesalahan mahasiswa pada tataran


klausa. Kesalahan pertama yang tampak adalah kesalahan dalam merangkaikan huruf
jar dengan kata tertentu untuk melahirkan makna tertentu. Ungkapan “ , ] 6 ”
seharusnya “ , ‫ א‬yz ] 6 ”, ungkapan “] J ‫ א‬yz ]V<‫ ”و‬seharusnya “] J ‫ א‬g ]V<‫”و‬,
ungkapan “"‹$ ‫א‬ ]V`?B‫”א‬, seharusnya “"‹$ ‫א‬ ]V`?B‫ ”א‬dengan
menggunakan huruf bantu ba. Sebaliknya, ungkapan “j TE ]V K” seharusnya
tidak menggunakan konjungsi “TE”, sehingga yang benar adalah “j ]V K”.
Kasus kesalahan lain adalah kesalahan dalam merangkai idhafah zharfiyah.
Isim zharf tidak boleh dirangkaikan dengan kata kerja secara langsung. Penggunaan
idhafah zharfiyah, boleh dirangkaikan dengan mashdar atau dengan “/ L H ‫ن‬F”. Jadi
ungkapan yang benar adalah:
54

Q#? F ‫ن‬F /JK ‫ م‬#? U‫ א‬/JK


Atau
Q#? F ‫ن‬F ‫ م‬#? U‫א‬

"V\1 ‫ن‬F 4;\ ‫א‬

Selain penggunaan idhafah zharfiyah, kesalahan umum lainnya adalah


penggunaan “S‫ن‬F” yang dirangkaikan dengan dhamir mutakallim, sebagaimana pada
contoh kasus berikut ini:

BENTUK KESALAHAN
PENULISAN YANG BENAR
PENULISAN MAHASISWA
1‫ن‬ 1 81

0`1 S‫ن‬ 0`1 81

Kesalahan pada contoh kasus di atas adalah tidak adanya personifikasi pada
“S‫ن‬F” yang menunjukkan siapa yang melakukan pekerjaan. Oleh sebab itu, ungkapan
yang benar adalah: “ 1 81 ” dan “ 0`1 81 ”.

4. Kesalahan pada tataran kalimat


BENTUK PENULISAN
LETAK KESALAHAN
KESALAHAN YANG BENAR
PENULISAN
MAHASISWA
1F ‫ مא‬g 1F ‫( م= א‬L Kalimat ini tidak gramatika,
karena tidak memiliki predikat.
(d F TE "#$ ‫א‬ "#$ ‫א‬ /`?BF Pelakunya adalah “ 1F”sementara
tidak jelas apa yang dilakukan.
55

(d .F TE Kata “ 1F” langsung disandarkan


kepada “"#$ ‫א‬ ” bukan
kata kerja, tetapi peristiwa. Oleh
sebab itu, kalimat ini tidak
gramatikal
DU‫ א‬6‫ و‬D‫א‬ ‫ن‬ D‫א‬ ‫نא‬ Kalimat ini terangkai dari
struktur mubtada dan khabar
4} 2 4} 2 DU‫ א‬6‫وא‬ yang didahului “S‫ن‬F”. Dalam
kaidah mubtada khabar,
mubtada karus makrifah, dan
sebaliknya khabarnya harus
nakirah. Kata “D‫א‬ ” dalam
kalimat ini adalah mubtada atau
isim anna, oleh sebab itu,
seharusnya ia makrifah dengan
alif lam (D‫א‬ ‫)א‬. Demikian
pula, “DU‫ א‬6” adalah ma’thuf
dari kata sebelumnya, sehingga
hukumnya juga sama, harus
makrifah (DU‫)א* א‬.
] J ‫ א‬G #< g V23 ] g ‫ ن‬V23 Kalmat ini tidak populer di
kalangan orang Arab, dan
merupakan terjemahan langsung
l ~ iF l ~‫?ذ‬ ‫א‬ dari dialek Gorontalo yang tidak
akrab dengan gaya bahasa Arab
yang fasih.
NE ]6 I Qv NE ‫وج‬ ‫א‬ Qv Kesalahan dalam kalimat ini
adalah penyandaran kata kerja
kepada zharf. Isim zharf identik
t Z‫א‬ t Z‫א‬ dengan isim, sehingga tidak
boleh disandarkan langsung
kepada kata kerja.
g ‫ م‬1 (7 , <‫ و‬1F Qv (7 K <F E ‫ م‬1F Qv Kalimat ini tidak gramatikal,
karena sangat kental dengan
pola bahasa Indonesia yang
L @‫א‬ L @‫א‬g menganut pola SPO. Struktur
yang benar dalam hal ini adalah
56

menggunakan pola PSO.


N jV7 yz GAR1 jV7 yz GA‫ذ‬F Kesalahan dalam kalimat ini
adalah penggunaann huruf jar
%L < ?1 %L < ?8 “N ” yang diartikan “untuk”,
sementara yang benar adalah
menggunakan huruf lam ta’lil.
] J ‫ א‬yz ‫ د‬N• ] J ‫ א‬yz ‫ د‬1 NY Kesalahan dalam kalimat ini
adalah penggunaan kata kerja
lampau pada pembicaraan
tentang masa sekarang
(mudhari’).
]IF M? g /231 jIF ] (L /231 Kesalahan pada kalimat ini
adalah mendahulukan kata ganti
}J2 }J0 ‫א‬ pada “]IF M? g ” sementara
yang dimaksudkan dalam kata
ganti tersebut baru disebutkan
kemudian “]IF ”.
‫ ن‬VI ‫ س‬Z‫ א‬M1 ‫ ن‬VI ‫ن‬ Z‫ א‬S‫ن‬ Kalimat ini tidak gramatikal
pada dua aspek. Pertama,
/\` ‫א‬ /\` ‫א‬ pernggunaan kata ganti pada “
M1 ” padahal yang dimaksudkan
disebutkan kemudian “‫ س‬Z‫” א‬.
Kedua, kata “‫ س‬Z‫ ” א‬adalah
bentuk tunggal sementara
fiilnya berbentuk jamak “
‫ ن‬VI ” sehingga tidak serasi
antara fi’il dengan fa’ilnya.
t Z‫ א‬yz GA‫ذ‬F 1F t Z‫ א‬yz GA‫ذ‬F 1F Kesalahan dalam kalimat ini
adalah kesalahan dalam
4 3 (d F TE penggunaan konjungsi “i” yang
seharusnya menggunakan “TE”.
Selain itu, kalimat ini tidak
lengkap, karena kata “4 F”
tidak jelas penyandarannya
kepada siapa.
57

GA‫ذ‬F ‫ א‬4;\ ‫ א‬Qv GA‫ذ‬F ‫ א‬4;< Kesalahan dalam kalimat ini


adalah penggunaan kata “Qv”
] J ‫ א‬yz ] J ‫ א‬yz tidak pada tempatnya. Yang
benar adalah menggunakan kata
“ ” yang berarti “setelah”.
] J ‫ م א‬EF (L ] V6 ] J ‫ م א‬EF ] V6 Pada kalimat ini terdapat
pemborosan kata yang tidak
perlu.
] yz T6 N• Qv ] J ‫ א‬yz T6 1 Qv Pada kalimat ini terdapat
pengulangan kata ganti “N•”
yang tidak perlu. Sebab dhamir
“ 1” pada kata kerja sudah
mewakili makna tersebut.
V7 TE 8 ?‚ 8?V7 TE 8 ?6‫א‬ Kalimat ini tidak gramatikal,
sebab kata ganti orang pertama
jamak dirangkaikan dengan kata
kerja untuk orang ketiga
tunggal. Selain itu, kata “ V7 ”
tidak sempurna, sebab
seharusnya disandarkan kepada
kata ganti kepemilikan.
Kalimat ini tidak gramatikal,
‫ز‬S ‫ א‬€JH1 1 €JH1 ‫ن‬F 1
sebab dalam kaidah bahasa
Arab, tidak boleh terjadi dua
kata kerja berdampingan secara
langsung tanpa ada yang
mengantarai. Seharusnya kata “
1” dan “€JH1 ” diantarai oleh
“ \Z‫ن א‬F”, sehingga berbunyi
“€JH1 ‫ن‬F 1 ”.
Kalimat ini tidak gramatikal,
‫ א‬4;\ T?? F U ‫ن‬ ‫ن‬F T H? F U (1
karena “‫” ن‬ seharusnya
‫ א‬4;\ GA‫ذ‬F
dirangkaikan dengan dhamir
“ 1F” yang menunjukkan pelaku
langsung dari kata kerja
58

berikutnya.
Kalimat ini tidak gramatikal,
JVE ‫ل‬ 1F ( ;E ‫ ل‬F 1F
sebab pelakunya adalah “ 1F”
sementara kata kerja yang
digunakan adalah untuk orang
ketiga tunggal.

Berdasarkan analisis terhadap dokumen hasil pekerjaan mahasiswa semester


III program studi Pendidikan Bahasa Arab tahun 2015 pada mata kuliah ta’bir
mushawwar, dijumpai kesalahan pada semua tataran kebahasaan. Mulai dari unsur
penulisan kata sampai kepada struktur kalimat. Yang paling mencengangkan adalah
bahwa kesalahan terbanyak terjadi terletak pada penulisan kosa kata dengan
berbagai macam bentuk kesalahannya. Hal ini menunjukkan lemahnya kemampuan
insya mahasiswa semester III program studi pendidikan bahasa Arab Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Amai Gorontalo tahun 2015. Hal ini
membutuhkan penanganan khusus dalam rangka pengembangan kemampuan mereka
dalam mengarang dalam bahasa Arab.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan dan analisis data penelitian,
dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:
1. Analisis terhadap hasil pekerjaan mahasiswa semester III Program Studi
Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan
Amai Gorontalo Tahun 2015 pada mata kuliah Insya Mushawwar,
menunjukkan bahwa kemampuan menulis (maharat al-kita>bah) mahasiswa
sangat rendah. Hal ini ditunjukkan oleh terjadinya banyak kesalahan dalam
hasil karangan mereka, pada semua tataran kebahasaan.
2. Bentuk-bentuk kesalahan pada tataran kosa kata memiliki bebera bentuk,
yaitu:
a) Kesalahan dalam penulisan kata, dan bentuk-bentuknya seperti:
menggugurkan salah satu huruf pada kata, khususnya huruf-huruf mad,
seperti alif dan ya; penambahan huruf dari jumlah huruf aslinya,
khususnya huruf alif dan ya; mempertukarkan huruf-huruf yang memiliki
kemiripan bunyi, seperti huruf hamzah dengan ‘ain, huruf kaf dengan
qaf, huruf dzal dengan jim, sin dengan syin, dal dengan dadh, huruf tha
dengan ta, h{a dengan ha, dan kesalahan lebih dari satu huruf dalam
sebuah kata.
b) Kesalahan dalam pemilihan kata, sehingga sering kata yang memiliki
makna umum digunakan secara khusus dan sebaliknya, sehingga makna
kata dalam kalimat tidak jelas, dan maksud kalimat tidak tercapai.

59
60

3. Kesalahan dalam bentuk frasa dan klausa memiliki beberapa bentuk, seperti:
a) Kesalahan dalam merangkai frasa idhafi, khususnya dalam penggunaan
alif lam takrif yang sering diletakkan pada mudhaf atau sebaliknya,
mudhaf ilaih tidak berbentuk isim makrifah. Selain itu, sering terjadi
penyamarataan kaidah, sehingga mudhaf ilaih yang merupakan isim ‘alam
sering dibubuhi alif lam, pada hal isim ‘alam sudah makrifah dengan
sendirinya, sehingga tidak perlu dimakrifahkan dengan menambahkan alif
lam.
b) Kesalahan dalam menyusun frasa washfi. Bentuk kesalahan, baik
ketidakserasian antara jensi muzakkar atau jenis muannats pada struktur
shifah maushuf, ketidak serasian dari segi nakirah atau makrifah, dan
terkadang struktur shifah masuhuf disusun seperti bentuk idhafah dari
segi pembubuhan takrif.
4. Kesalahan pada tataran kalimat, secara umum menampilkan sejumlah
kalimat yang tidak gramatikal. Ketidakgramatikalan antara lain adanya fi’il
yang tidak ada fail, atau ada fa’il tanpa fi’il, penyusunan kalimat dengan
mengikuti pola kalimat bahasa Indonesia, atau bahkan sering tampak adanya
interferensi dari dialek lokal, serta adanya kalimat yang tidak memenuhi
syarat keterbacaan

B. Implikasi Penelitian
Pembelajaran bahasa Arab pada program studi pendidikan bahasa Arab
memang sedikit berat dibandingkan dengan pembelajaran bahasa Arab pada jurusan
non pendidikan bahasa Arab. Hal ini karena di samping harus membelajarkan
metode pempelajaran bahasa Arab, dan pada waktu bersamaan harus mengajarkan
empat keterampilan berbahasa secara bersamaan sebagai bekal bagi mahasiswa
61

untuk menjadi guru bahasa Arab. Menjadi guru bahasa Arab dengan penguasaan
metode dan strategi yang memadai tidak cukup tanpa penguasaan konten materi
yang akan diajarkan sebagai guru bahasa Arab.
Kelemahan-kelemahan mahasiswa sebagaimana tergambar dalam hasil
penelitian mengharuskan adanya kemauan semua pihak untuk merumuskan kembali
segala hal yang tekait dengan pembelajaran bahasa Arab untuk mencapai Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai guru bahasa Arab. Masalah pertama yang perlu
dibenahi adalah sistem yang mendukung pembelajaran bahasa Arab, sarana dan
prasarana pembelajaran bahasa Arab, media, metode, dan strategi pembelajaran
bahasa Arab harus lebih ditingkatkan. Yang tidak kurang pentingnya adalah
perlunya rumusan baru kurikulum program studi pendidikan bahasa Arab yang
memberikan kesempatan luas kepada mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman
belajar lebih luas, baik yang sifatnya mandiri maupun terstruktur.
Kelemahan mahasiswa yang sangat menonjol pada unsur terkecil bahasa,
yaitu kosa kata, menunjukkan lemahnya sistem dan kurikulum pembelajaran bahasa
Arab pada program studi pendidikan bahasa Arab. Hal ini diperburuk dengan sangat
variatifnya latar belakang pendidikan input mahasiswa program studi pendidikan
bahasa Arab, sehingga menyulitkan untuk memilih strategi yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan semua mahasiswa PBA. Mahasiswa yang berlatar belakang
pendidikan SMA, SMK, Madrasah, Pesantren, menyatu dalam satu kelas
pembelajaran, sehingga para dosen kesulitan untuk menemukan format pembelajaran
yang memenuhi tuntutan semua pihak.
62

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Muhammad Abdul Qadir, Thuruq Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah, Cet. I;


Mishr: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyah, 1979.
Arifin, E. Zaenal dan Farid Hadi, 1001 Kesalahan Berbahasa, Edisi II, Cet. II;
Jakarta: Akademika Pressindo, 1993.
Arsyad, Azhar, Media Pengajaran, Edisi I, Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persda,
1997.
Asyu>r, Ra>tib Qa>sim dan Muhammad Fu’a>d al-Hawa>midah, Asa>li<b Tadri>s al-Lugah
al-‘Arabiyah Baina al-Nazhariyat wa al-Tathbi>q, t,tp: Da>r al-Masi>rah li
al-Nasyri wa al-Tawzi>’ wa al-Thiba’ah, 2003.
Azi<z, Hana>n Shubhi, Atsar Ikma>l al-Qishshat fi< Tahshi>l al-Ta’bi<r al-Tahriri> fi al-
Marhalat al-Ibtidaiyyah, “Tesis”, Fakultas Tarbiyah Universitas Bagdad,
tahun 1994.
Cahyono, Bambang Yudi, Kristal-Kristal Ilmu Bahasa, Cet. I ; Surabaya : Airlangga
University Press, 1995.
Departemen Agama R.I, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi
Agama/IAIN (Jakarta : Proyek Pengembangan Sistim Pendidikan Agama,
1975.
Departemen Pendidikan dan Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II,
Cet. III ; Jakarta: Balai Pustaka, 1994.
Hula, Ibnu Rawandhy N. dan Damhuri, Bahasa Arab Untuk Para Pemula, Cet. II;
Gorontalo: Sultan Amai Press , 2010.
Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahan, Bandung: Syamil al-Qur’an,
2007.
Lathi>f, I<nas ‘Abd al-Maji>d dan Mi>sa>’ Muhammad Kari<m Ahmad, “Dha’fu Kita>bat
al-Ta’bi>r ‘Inda Tha>liba>t Ma’a>hid I’da>d al-Mu’allima>t,
http://www.iasj.net/iasj?func=fulltext&aId=55986, diakses tanggal 10
September 2015.
Ni’mah, Fuad, Mulakhkhash Qawaid al-Lugah al-Arabiyyah, Juz II, Cet. IX; Beirut:
Dar al-Tsaqafah al-Islamiyah, t.th.
63

Nuha, Ulin, Metodologi Super Efektif Pembelajaran Bahasa Arab, Cet. I; Jogjakarta:
DIVA Press, 2012.
Parera, Jos Daniel, Lingusitik Edukasional, Jakarta: Erlangga, 1997.
Tarigan, Hendry Guntur dan Djago Tarigan, Pengajaran Analisis Kesalahan
Berbahasa (Cet. X ; Bandung : Penerbit Angkasa, 1988.
Al-Turbasi>y, Mu>sa Ibrahim, Dira>sa>t fi> Asa>li>b Tadri>s al-Lugah al-‘Arabiyah, al-Najf
al-Asyraf: Mathba’at al-A<da>b, 1971.
Wazarat al-Tarbiyat wa al-Ta’li>m, al-Ta’bi>r al-Kita>bi>y Baina al-Nazhariyat wa al-
Tathbi<q, al-Ida>rat al-Tarbawiyah: Isra>i>l, t.th.
Yunus, Fahmi Ali et.al., Asasiyat Ta’lim al-Lughah al-Arabiyah wa al-Tarbiyah al-
Diniyah, al-Qahirah: Dar al-Tsaqafah, 1981.
Yusuf, H. Tayyar dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab, Edisi I, Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Anda mungkin juga menyukai