Anda di halaman 1dari 5

Pemimpin: Seorang Pemimpin dan Kewajiban

Menaatinya
Perkembangan suatu organisasi atau bangsa dan negara dipengaruhi oleh
pemimpinnya. Pemimpin akan menjadi seorang penggerak yang akan
mengarahkan bawahannya untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik.
Pemimpin bukan hanya seorang yang memiliki jabatan tertinggi atau seorang
yang mampu membuat peraturan. Tetapi juga, haruslah orang yang memiliki
proses panjang dan pengalaman untuk menggerakkan suatu kelompok, karena hal
itu yang akan menjadi alasan bawahan akan mengakui seorang pemimpin.
Pembelajaran mengenai pemimpin sudah menjadi hal pokok yang selalu diajarkan
di lingkup akademik dan non akademik, pentingnya hal ini adalah untuk mendidik
masyarakat dan kaum terpelajar yang akan menjadi calon pemimpin masa depan,
karena mereka yang akan membawa perubahan bagi organisasai atau bangsa dan
negara.
Agama Islam sendiri memberikan beberapa materi dalam al-qur’an dan hadist
sebagai pedoman untuk menjadi pemimpin yang diridhai Allah SWT. Pemimpin
yang bisa menjadi teladan bagi masyarakat dan membawa kemashalahatan. Al-
Qur’an juga menyediakan ayat-ayat yang membahas tentang materi
kepemimpinan yang berupa problematika menjadi pemimpin, peraturan-peraturan,
dan etika yang diperlukan guna menjadi pemimpin yang dicintai Allah. Salah
satunya terdapat dalam Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 59 yang menyatakan ulil
amri itu diperlukan guna terciptanya kehidupan masyarakat yang terarah dan
masyarakat wajib mematuhinya Di lain juga perintah patuh pada ulil amri berada
dibawah patuh pada perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, hal ini mengindikasikan
bahwa seorang ulil amri harus berpangku pada ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pemimpin jika dijadikan kata
benda maka mengandung arti pribadi yang memimpin dan bentuk kata kerjanya
memimpin. Oleh karena itu, pemimpin merupakan orang yang memiliki
kemampuan mendidik, melatih dan mengajari orang-orang yang dipimpinnya. 1

1
Dzilkhikmah, Kewajiban Menaati pemimpin Menurut Sayyid Qutb
Kepemimpinan yang akan menghasilkann hasil yang luar biasa adalah yang bisa
menegakkan, memapah, membimbing, dan menarik semangat anggotanya untuk
meningkatkan kualitas diri. Karena dengan meningkatnya kualitas anggotanya,
kualitas organisasi yang dipimpinnya pun akan meningkat dengan sendirinya
M. Quraish Shihab berpendapat bahwa “pemimpin merupakan orang yang
diberikan kedudukan untuk mengolah suatu wilayah atau Negara. Pemimpin
berkewajiban menciptakan hubungan manusia dengan Allah jauh lebih dekat dan
mengusahakan ketentraman untuk kehidupan masyarakatnya.”2
Ralph M. Stogdill berpendapat bahwa “kepemimpinan adalah suatu proses
bagi seorang pemimpin agar mampu mempengaruhi anggotanya guna menggapai
tujuan bersama.”3
Kartini Kartono berpendapat bahwa “pemimpin merupakan pribadi yang
mempunyai suatu kelebihan, khususnya kelebihan dalam suatu bidang, sehingga
mampu mempengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan bersama. Sehingga
pemimpin merupakan seorang yang memiliki penguasaan dalam satu atau dua
bidang lalu mengetahui bagaimana cara melatih dan mengarahkan anggotanya
untuk menggapai tujuan organisasi. Seorang pemimpin juga harus mendapatkan
dukungan dari bawahannya dan mampu menggerakkan bawahannya untuk
mencapai tujuan bersama.”4
Berdasarkan definisi-definisi diatas Penulis dapat menyimpulkan bahwa
pemimpin adalah seseorang yang memiliki keahliah, wawasan luas, dan berjiwa
leadership sehingga bisa membimbing dan memotifasi bawahannya untuk
bergerak dan bangkit untuk mencapai tujuan bersama. Seorang pemimpin harus
menguasai satu atau lebih keahlian di bidangnya, memiliki pengalaman dan
mengetahui kemana arah organisasi yang akan dipimpinnya dan menjelaskan visi
misinya. Tujuannya agar para bawahan yang belum atau tidak bisa melihat dapat
melihat apa yang dilihat oleh pemimpin. Dalam Islam sendiri dijelaskan perihal
pemimin dalam firman Allah berikut ini:
2
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
(Bandung: Mizan, 157M), 157.
3
Hessel Nogi S. Tangkilisan, manajemen Publik (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia,
2005), 6.
4
Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?, 38.
ٰۤ
ِ ْ‫ ٌل فِى ااْل َر‬F‫﴿ َواِ ْذ قَا َل َربُّكَ لِ ْل َمل ِٕى َك ِة اِنِّ ْي َجا ِع‬
‫ا َم ْن‬FFَ‫ ُل فِ ْيه‬F‫الُ ْٓوا اَتَجْ َع‬FFَ‫ةً ۗ ق‬Fَ‫ض َخلِ ْيف‬
‫ا اَل‬FF‫ا َل اِنِّ ْٓي اَ ْعلَ ُم َم‬FFَ‫ك ۗ ق‬ َ ‫ك ال ِّد َم ۤا ۚ َء َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد‬
َ َ‫ك َونُقَدِّسُ ل‬ ُ ِ‫يُّ ْف ِس ُد فِ ْيهَا َويَ ْسف‬
﴾ ٣٠ َ‫تَ ْعلَ ُموْ ن‬
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.”
Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan
orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana,
sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan
nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.” 5

‫وى‬FF ٰ َ‫ق َواَل تَتَّبِ ِع ْاله‬ِّ ‫اس بِ ْال َح‬


ِ َّ‫ض فَاحْ ُك ْم بَ ْينَ الن‬ ِ ْ‫ك خَ لِ ْيفَةً فِى ااْل َر‬ َ ‫﴿ ٰيد َٗاو ُد اِنَّا َج َع ْل ٰن‬
‫ا‬FF‫ ِد ْي ٌد ۢبِ َم‬F‫ َذابٌ َش‬F‫بِ ْي ِل هّٰللا ِ لَهُ ْم َع‬F‫لُّوْ نَ ع َْن َس‬F‫ض‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫بِ ْي ِل ِ ۗاِ َّن الَّ ِذ ْينَ ي‬F‫ك ع َْن َس‬ َ َّ‫ل‬F‫ُض‬
ِ ‫فَي‬
ِ ‫نَسُوْ ا يَوْ َم ْال ِح َسا‬
﴾ ٢٦ ࣖ ‫ب‬
“Allah berfirman, Wahai Dawud! Sesungguhnya engkau
Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah
keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan
janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan
menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-
orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab
yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”6
Dari ayat diatas di Ayat dijelaskan bahwa Allah memerintahkan kepada
seorang pemimpin untuk berkuasa dibumi dan memerintah secara adil dan
menegakkan hukum-hukum dan seorang ulil amri tidak boleh tergoda oleh hawa
nafsunya akan kekuasaan . Ulil amri yang selanjutnya disini di sebut sebagai
pemimpin berada Dalam struktur suatu organsisasi di pusat tertinggi dan akan
mengendalikan orang-orang yang berada dibawahnya, sebagai pusat organisasi dia
perperan untuk mengambil tindakan berupa keputusan yang akan menimbulkan
suatu akibat. Pengambilan keputusan ini akan mempengaruhi segalanya, sehingga
interaksi pemimpin dan bawahan pun sangat diperlukan, dengan mengikut
sertakan bawahan dalam pengambilan suatu keputusan, mereka akan merasakan
bahwa kehadirannya diakui dan motivasi untuk mengerjakan perannya pun tinggi.
Selain itu, bawahan juga bisa meyampaikan ide dan gagasannya yang mungkin
akan menjadi inovasi baru. Mengikut sertakan para bawahan juga bisa menjadi

5
Kemenag, Al-Quran QS Al-Baqarah/2:30
6
Kemenag, Al-Quran QS Sad/38:26
referensi dan koreksi dalam pengambilan keputusan karena sejatinya pemimpin
juga bukan lah orang yang bisa mengusasi segala bidang tanpa terkecuali. Saran
dari bawahan yang ahli di bidang nya masing-masing akan menjadi dasar yang
bagus dalam penyusunan rencana dan pengmbilan keputusan. Selanjutnya,
bawaahan haruslah taat pada perintah pemimpinnya baik itu suka atau tidak suka
seorang bawahan haruslah tetap patuh pada perintah pemimpinnya.
Taat berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, taat berarti patuh
maupun tunduk atas apa yang diperintahkan, jika merupakan perintah. Taat secara
istilah adalah patuh atau berbakti atas semua arahan serta aturan-aturan yang
sedang belaku. Jadi, Taat mematuhi segala perintah dan aturan yang
diperintahkan oleh pemimpin baik suka ataupun tidak selagi itu adalah perintah
untuk kebaikan semua. Bagi umat Islam sudah diketahui secara umum keharusan
untuk mematuhi pemimpin (ulil amri) dan menjadi suatu amalan tersendiri bagi
mereka yang menaatinya karena mentaati pemimpin diperintahkan atas Rasulullah
Saw. Rasulullah Saw juga mengatakan dalam haditsnya barang siapa yang
mentaati pemimpin berarti ia juga mentaati Rasul. Menaati perintah pemimpin
berada setelah taat pada perintah Allah SWT dan rasul-Nya. Selain itu, ada
batasan-batasan tersendiri dalam kewajiban menaati perintah pemimpin. Berikut
penjelasannya berdasarkan firrman Allah SWT:

ۙ ٓ ‫َؤ ُّدوا ااْل َمٰ ٰن‬FFُ‫ْأم ُر ُكم اَ ْن ت‬FF‫﴿ ۞ ا َّن هّٰللا ي‬


ِ َّ‫ا َواِ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬FFَ‫ت اِ ٰلى اَ ْهلِه‬
‫اس اَ ْن‬ ِ ْ ُ َ َ ِ
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
﴾ ٥٨ ‫ص ْيرًا‬ ِ َ‫تَحْ ُك ُموْ ا بِ ْال َع ْد ِل ۗ اِ َّن َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ٖه ۗ اِ َّن َ َكانَ َس ِم ْيع ًۢا ب‬

“Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat


kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu
menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu
menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik
yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah
Maha Mendengar, Maha Melihat.”7
‫ا ِ ْن‬FFَ‫ر ِم ْن ُك ۚ ْم ف‬FF
ِ ‫وْ َل َواُولِى ااْل َ ْم‬FF‫َّس‬ ُ ‫وا الر‬FFُ‫وا هّٰللا َ َواَ ِط ْيع‬FFُ‫وا اَ ِط ْيع‬FF ْٓ ُ‫ا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬FFَ‫﴿ ٰيٓاَيُّه‬
‫تَنَازَ ْعتُ ْم فِ ْي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوْ هُ اِلَى هّٰللا ِ َوال َّرسُوْ ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر‬
﴾ ٥٩ ࣖ ‫ك خَ ْي ٌر َّواَحْ َسنُ تَْأ ِو ْياًل‬ َ ِ‫ٰذل‬

7
Kemenag, Al-Quran QS An-Nisa'/4:58
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan
taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang
kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu
berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya”8.
Dapat disimpulkan dari ayat di atas terdapat batasan-batasan bagaimana
kita harus menaati perintah pemimpin. Menjadi pemimpin haruslah bisa
membawa mereka ke arah yang lebih baik sesuai dengan ajaran Islam. Pemimpin
yang tidak bisa berlaku adil dan dzalim tidak memiliki kewajiban untuk ditaati
segala perintahnya karena hanya membawa kemaksiatan. Dalam hal ini Nabi
Muhammad Saw bersabda “Tidak (boleh) mentaati (terhadap pemerintah) yang
didalamnya mengandung kemaksiatan kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu
hanya dalam kebajikan” 9
Menjadi seorang pemimpin bukanlah hal yang mudah tanpa dengan sedikit
tanggung jawab dan sekedar menempati jabatan tertinggi. Banyak pertimbangan
yang perlu dilakukan dalam memilih seorang pemimpin mulai dari etika, keahlian,
pengalaman, kebijaksanaan dan lain sebagainya. Hal itu diperlukan karena
tanggung jawab yang dipikul bukan hanya tanggung jawab atas diri sendiri
melainkan juga tanggung jawab atas kepentingan banyak orang. Pemimpin
haruslah bersikap adil dan segala keputusan yang diambilnya semata-mata demi
kemashalahatan bersama. Anggota diwajibkan mengikuti perintah pemimpin baik
suka atau tidak dan kewajiban ini juga memiliki batasan-batasan yaitu jika
perintah yang diberikan bersifat negatif dan bertentangan dengan ajaran Islam
maka tidak ada kewajiban menurutinya. Dalam Islam pemimpin yang lalai dari
tugasnya akan mendapat azab di akhirat kelak

8
Kemenag, Al-Quran QS An-Nisa'/4:59
9
HR. Al-Bukhari 7257, Muslim 1840, Abu Dawud 2625 dan yang lainnya

Anda mungkin juga menyukai