ْ َمن،ت َأعْ َمالِ َنا ِ ُور َأ ْنفُسِ َنا َو ِمنْ َس ِّيَئ ا ِ شر ُ ْهلل ِمن
ِ ُوذ ِباُ َو َنع،ُـح ْم ُد هّلِل ِ الَّ ِذيْ َنـحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغ ِف ُره
َ اَ ْل
ك َل ُه َوَأ ْش َه ُدَ َأ ْش َه ُد َأنْ الَّ ِإ َل َه ِإالَّ هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي،ُِي َله َ َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفاَل َهاد،َُي ْه ِد ِه هللاُ َفاَل مُضِ َّل َله
هللا َن ِب ِّي َنا م َُحمَّد َو َع َلى اَلِ َه َو ِ صالَةُ َوال َّسالَ ُم َع َلى َرس ُْو ِل َّ َوال.ُُـحمَّداً َع ْب ُدهُ َو َرسُولُ ُه الَ َن ِبيَّ َبعْ دَ ه َ َأنَّ م
از ْال ُم َّتقُ ْو َن َ هللا ُأ ْوصِ ْي ُك ْم َوِأي
ِ َّاي ِب َت ْق َوى ا
َ هللا َح َّق ُت َقا ِت ِه َف َق ْد َف ِ َاَصْ َح ِب َه َو َمنْ وَّ ااَل هُ اَمَّا بّعْ ُد َفيَاعِ َبد
Ma’āsyiral Muslimīn raḥimakumullāh
Dalam kesempatan mulia ini, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah shubhanahu wata’ala,
dengan cara mengerjakan perintah-Nya dengan ikhlas, khusyuk, lagi penuh tawakal.
Juga, mari kita tingkatkan ketakwaan kita dengan cara menjauhi larangan Allah shubhanahu wata’ala dengan
semangat berhijrah dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan terpuji dan diridhai oleh-Nya.
Shalawat dan salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam,
keluarga, para shahabat, dan umatnya hingga yaumulkiamah.
ك
َ َِّس ل
ِ حِب ۚ َ ك الد ِ ِ ِ ِ ِ اعل ىِف ااْل َر
ُ ض َخلْي َفةً ۗ قَآْلوُا اَجَتْ َع ُل فْي َها َم ْن يُّ ْف ِس ُد فْي َها َويَ ْسف ِ ِ ٰۤ ِ َ ُّوَاِ ْذ قَ َال رب
ُ ِّماۤ َء َوحَنْ ُن نُ َسبِّ ُح َ ْمد َك َونُ َقد ْ ٌ ك ل ْل َمل ِٕى َكة ِايِّنْ َج َ
ۗ قَ َال اِيِّن ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل َت ْعلَ ُم ْو َن
Ayat tersebut mengisyaratkan, jika seseorang ingin meraih keberhasilan dalam usahanya, maka tidak boleh ada
waktu yang ia sia-siakan berlalu begitu saja tanpa menghasilkan suatu karya yang bermanfaat dan bermaslahat.
Apabila menyelesaikan suatu pekerjaan segera ia susul dengan pekerjaan bermanfaat lain dengan sungguh-
sungguh. Ayat tersebut juga memberi isyarat, pentingnya sebuah perencanaan dalam satu pekerjaan.
Ayat tersebut seakan ingin mengajarkan, sebelum kita melakukan satu pekerjaan, cobalah membuat
perencanaan yang baik dengan tahapan pekerjaan yang sistematis dan target yang dapat diukur. Apabila satu
tahap telah selesai maka segera kerjakan tahap berikutnya dengan bersungguh-sungguh.
Inilah salah satu petunjuk yang amat jelas bahwa seorang Muslim dalam bekerja harus memiliki etos kerja yang
tinggi.
Namun yang perlu diingat, kunci keberhasilan pekerjaan yang kita lakukan bukan hanya terletak kepada etos
kerja saja, melainkan juga disandarkan kepada ridha Allah shubhanahu wata’ala.
Inilah isyarat yang terdapat dalam ayat kedelapan surah di atas, “Dan hanya kepada Rabb-mulah hendaknya
kamu berharap.” Inilah yang membedakan antara etos kerja yang diajarkan oleh al-Quran dengan etos kerja
yang diajarkan oleh selainnya.
Etos kerja seseorang akan terlihat apabila pekerjaan yang ia lakukan memang pekerjaan yang sesuai dengan
bidang dan kompetensinya. Tidak kalah penting pula, jika orang tersebut memang menginginkan pekerjaan itu.
Apabila seseorang melakukan pekerjaan yang bukan bidangnya, apalagi kalau tidak memiliki kompetensi,
jangan harap dapat memperoleh hasil maksimal. Yang ada justru sebaliknya: kegagalan.
Allah shubhanahu wata‘ala berfirman:
Ayat ini mengisyaratkan, Allah menganugerahi setiap hamba-Nya dengan potensi dan kecenderungan tertentu.
Dalam bahasa modern disebut dengan talenta atau bakat.
Seseorang yang dapat dengan baik mengenali dan menggali potensi pemberian Allah tersebut, kemudian dapat
mewujudkan dalam bentuk kecakapan dan kompetensi dalam bidang tertentu, bukan suatu yang sulit bagi
dirinya untuk dapat meningkatkan etos kerja dan meraih hasil maksimal.
ٱس َع ْو ۟ا ِإىَل ٰ ِذ ْك ِر ٱللَّ ِه َو َذ ُرو ۟ا ٱلَْبْي َع ۚ َٰذلِ ُك ْم َخْيٌر لَّ ُك ْم ِإن ُكنتُ ْم َت ْعلَ ُمو َن ِ ِ ِ ِ َّ ِودى ل ِ ۟ ِإ ِ َّ ٓ ٰ
ْ َلصلَ ٰوة من َي ْوم ٱجْلُ ُم َعة ف َ يََأيُّ َها ٱلذ
َ ُين ءَ َامنُ ٓوا َذا ن
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka
segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.” (QS. Al-Jumu’ah: 9)
Maksud jual beli dalam ayat tersebut mencakup seluruh bentuk aktivitas atau pekerjaan manusia. Maka apa pun
aktivitas dan pekerjaan yang dilakukannya tidak boleh menjadikannya melupakan Allah shubhanahu wata’ala.
Ayat tersebut ditutup dengan pernyataan Allah, “Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Hal ini mengisyaratkan, boleh jadi ada orang yang tetap bekerja dengan etos tinggi tanpa peduli dengan aturan-
aturan Allah. Ini jelas merugikan dirinya sendiri. Sebab, hasil pekerjaan tersebut tidak akan membawa
kebahagiaan hidupnya di dunia apalagi di akhirat.
Sebaliknya, yang terjadi adalah orang akan mengalami kecanduan kerja, dan itu akan berakibat buruk bagi
keseimbangan hidupnya.
Dari rambu-rambu di atas yang paling penting untuk diperhatikan adalah tidak boleh melakukan pekerjaan yang
diharamkan oleh Allah shubhanahu wata’ala.
Kalau larangan Allah subhanahu wata’ala tersebut tetap dilanggar, maka akan membawa kehancuran bagi
individu orang tersebut juga bagi masyarakat sekitarnya. Misalnya, dengan melakukan perjudian dan bentuk
kecurangan lainnya.
Salah satu ayat yang menjelaskan hal ini adalah Surah al- Ma’idah: 90–91.
“Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan
mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka
jauhilah (perbuatan–perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS. Al-Maidah: 90)
“Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di
antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan shalat, maka tidakkah
kamu mau berhenti?” (QS. Al-Maidah: 91)
Semoga Allah shubhanahu wata’ala senantiasa menuntun langkah kaki kita untuk selalu menetapi jalan
kebaikan sebagaimana yang diajarkan Allah shubhanahu wata’ala dalam firman-Nya dan
Rasulullaah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya.
وَت َقبَّ َل اهللُ ِميِّن َو ِمْن ُك ْم تِاَل َوتَهُ ِإنَّهُ ُه َو،والذ ْك ِر احلَ ِكْي ٍم
ِّ اتِ و َن َفعيِن وِإيَّا ُكم مِب َا فِي ِه ِمن اآلَي،آن الْع ِظي ِم
ِ
َ َ ْ ْ َ َ َ ْ َ بَ َار َك اهللُ يِل َولَ ُك ْم يِف ال ُق ْر
العلِْي ُم ِ َّ
َ السمْي ُع
KHUTBAH KEDUA
ِ ِ ِ هِل ِ َّ ِ
َأن حُمَ َّم ًدا ُ َأ ْش َه ُد َأ ْن اَل ِإلهَ ِإاَّل اهللُ الْ َمل،ُي لَ ْواَل َأ ْن َه َدانَا اهلل
َّ ك احْلَ ُّق الْ ُمبِنْي ُ َوَأ ْش َه ُد َ احْلَ ْم ُد هلل الذ ْي َه َدانَا َذا َو َما ُكنَّا لَن ْهتَد
فَ ُْأو ِصْييِن َوِإيَّا ُك ْم بَِت ْق َوى، ََّأما َب ْع ُد،َأص َحابِِه َو َم ْن تَبِ َعهُ ِإىَل َي ْوِم الدِّيْ ِن ِِ ٍ
ْ ص ِّل َعلَى حُمَ َّمد َوآله َو
ِ ِ ِ عب ُده
َ َ اللّ ُه َّم ف، ُ صاد ُق الْ َو ْعد اَأْلمنْي
َ ُ َْ
اهلل َح َّق ُت َقاتِِه لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْرمَحُْو َن
ِ