يَا َأيُّهاَ الَّ ِذيْ َن ءَ َامنُوا َّات ُقوا اهللَ َح َّق تُ َقاتِِه َوالَ مَتُْوتُ َّن ِإالَّ َوَأنتُ ْم ُّم ْسلِ ُم ْون: قَ َال َت َعاىَل
Ma’āsyiral Muslimīn raḥimakumullāh
Dalam kesempatan mulia ini, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah shubhanahu wata’ala,
dengan cara mengerjakan perintah-Nya dengan ikhlas, khusyuk, lagi penuh tawakal.
Juga, mari kita tingkatkan ketakwaan kita dengan cara menjauhi larangan Allah shubhanahu wata’ala dengan
semangat berhijrah dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan terpuji dan diridhai oleh-Nya.
Shalawat dan salam mudah-mudahan tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam,
keluarga, para shahabat, dan umatnya hingga yaumulkiamah.
Salah satu buah keimanan dan ketakwaan seseorang, terlihat dari kualitasnya dalam bekerja. Bekerja juga
menjadi bukti syukur kita kepada Rabb Yang Mahakuasa atas nikmat sehat, nikmat waktu luang, dan nikmat
kekuatan.
Bukti kita bersyukur adalah, kita mengoptimalkan segenap daya dan upaya yang telah Allah anugerahkan
kepada kita dengan sebaik-baiknya.
Bekerja juga merupakan bentuk ejawantah bahwa kita betul-betul menjalankan amanah Allah shubhanahu
wata’ala berupa khalifatullahi fil ardh.
ك
َ َِّس ل
ِ حِب ۚ َ ك الد ِ ِ ِ ِ ِ اعل ىِف ااْل َر
ُ ض َخلْي َفةً ۗ قَآْلوُا اَجَتْ َع ُل فْي َها َم ْن يُّ ْف ِس ُد فْي َها َويَ ْسف ِ ِ ٰۤ ِ َ ُّوَاِ ْذ قَ َال رب
ُ ِّماۤ َء َوحَنْ ُن نُ َسبِّ ُح َ ْمد َك َونُ َقد ْ ٌ ك ل ْل َمل ِٕى َكة ِايِّنْ َج َ
ۗ قَ َال اِيِّن ْٓي اَ ْعلَ ُم َما اَل َت ْعلَ ُم ْو َن
Ayat tersebut menjelaskan rencana Allah shubhanahu wata’ala menciptakan manusia sebagai khalifah atau
wakil Allah untuk mengelola bumi.
Agar dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik, maka yang harus dilakukan oleh seorang hamba adalah
bekerja dengan baik. Bekerja dengan baik saja tentu tidak cukup, tetapi juga harus dengan semangat yang
membara. Semangat inilah yang perlu ditingkatkan dan itulah yang disebut dengan etos kerja.
Banyak ayat al-Quran berisi petunjuk yang dapat meningkatkan etos kerja seseorang. Di antaranya adalah:
Berkali-kali kita temukan ayat yang berisi sumpah Allah shubhanahu wata’ala menggunakan waktu
seperti wal ‘ashri, wadh dhuha, wal laili, wan nahari, dan lain sebagainya.
Ini mengandung pesan, setiap orang yang ingin sukses harus bisa mempergunakan waktu sebaik mungkin,
karena waktu adalah modal terbaik.
Ayat tersebut mengisyaratkan, jika seseorang ingin meraih keberhasilan dalam usahanya, maka tidak boleh ada
waktu yang ia sia-siakan berlalu begitu saja tanpa menghasilkan suatu karya yang bermanfaat dan bermaslahat.
Apabila menyelesaikan suatu pekerjaan segera ia susul dengan pekerjaan bermanfaat lain dengan sungguh-
sungguh. Ayat tersebut juga memberi isyarat, pentingnya sebuah perencanaan dalam satu pekerjaan.
Ayat tersebut seakan ingin mengajarkan, sebelum kita melakukan satu pekerjaan, cobalah membuat
perencanaan yang baik dengan tahapan pekerjaan yang sistematis dan target yang dapat diukur. Apabila satu
tahap telah selesai maka segera kerjakan tahap berikutnya dengan bersungguh-sungguh.
Inilah salah satu petunjuk yang amat jelas bahwa seorang Muslim dalam bekerja harus memiliki etos kerja yang
tinggi.
Namun yang perlu diingat, kunci keberhasilan pekerjaan yang kita lakukan bukan hanya terletak kepada etos
kerja saja, melainkan juga disandarkan kepada ridha Allah shubhanahu wata’ala.
Inilah isyarat yang terdapat dalam ayat kedelapan surah di atas, “Dan hanya kepada Rabb-mulah hendaknya
kamu berharap.” Inilah yang membedakan antara etos kerja yang diajarkan oleh al-Quran dengan etos kerja
yang diajarkan oleh selainnya.
Etos kerja seseorang akan terlihat apabila pekerjaan yang ia lakukan memang pekerjaan yang sesuai dengan
bidang dan kompetensinya. Tidak kalah penting pula, jika orang tersebut memang menginginkan pekerjaan itu.
Apabila seseorang melakukan pekerjaan yang bukan bidangnya, apalagi kalau tidak memiliki kompetensi,
jangan harap dapat memperoleh hasil maksimal. Yang ada justru sebaliknya: kegagalan.
Allah shubhanahu wata‘ala berfirman:
Ayat ini mengisyaratkan, Allah menganugerahi setiap hamba-Nya dengan potensi dan kecenderungan tertentu.
Dalam bahasa modern disebut dengan talenta atau bakat.
Seseorang yang dapat dengan baik mengenali dan menggali potensi pemberian Allah tersebut, kemudian dapat
mewujudkan dalam bentuk kecakapan dan kompetensi dalam bidang tertentu, bukan suatu yang sulit bagi
dirinya untuk dapat meningkatkan etos kerja dan meraih hasil maksimal.
Hal tidak kalah penting dalam meningkatkan etos kerja ini, seorang Muslim harus tetap mengikuti petunjuk
Allah shubhanahu wata’ala dalam bekerja.
Hal yang harus diperhatikan adalah:
Sekeras apa pun orang bekerja, setinggi apa pun etos kerja yang dimiliki, tidak boleh menjadikan dirinya lupa
kepada Allah shubhanahu wata’ala.
ٱس َع ْو ۟ا ِإىَل ٰ ِذ ْك ِر ٱللَّ ِه َوذَ ُرو ۟ا ٱلَْبْي َع ۚ ٰذَلِ ُك ْم َخْيٌر لَّ ُك ْم ِإن ُكنتُ ْم َت ْعلَ ُمو َن ِ ِ ِ ِ َّ ِودى ل ِ ۟ ِإ ِ َّ ٓ ٰ
ْ َلصلَ ٰوة من َي ْوم ٱجْلُ ُم َعة ف َ يََأيُّ َها ٱلذ
َ ُين ءَ َامنُ ٓوا ذَا ن
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseru untuk melaksanakan shalat pada hari Jumat, maka
segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.” (QS. Al-Jumu’ah: 9)
Maksud jual beli dalam ayat tersebut mencakup seluruh bentuk aktivitas atau pekerjaan manusia. Maka apa pun
aktivitas dan pekerjaan yang dilakukannya tidak boleh menjadikannya melupakan Allah shubhanahu wata’ala.
Ayat tersebut ditutup dengan pernyataan Allah, “Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
Hal ini mengisyaratkan, boleh jadi ada orang yang tetap bekerja dengan etos tinggi tanpa peduli dengan aturan-
aturan Allah. Ini jelas merugikan dirinya sendiri. Sebab, hasil pekerjaan tersebut tidak akan membawa
kebahagiaan hidupnya di dunia apalagi di akhirat.
Sebaliknya, yang terjadi adalah orang akan mengalami kecanduan kerja, dan itu akan berakibat buruk bagi
keseimbangan hidupnya.
Ibadah shalat adalah bagian dari teknis dan mekanisme yang Allah shubhanahu wata’ala ciptakan agar manusia
dapat memelihara komunikasinya dengan Allah.
Sesibuk apa pun seseorang, kalau ingin hidupnya diberkahi dan Bahagia, maka harus senantiasa menjaga
shalatnya.
Setelah memeroleh hasil dari pekerjaannya, ia dituntut untuk memberikan hak-hak saudaranya yang kurang
beruntung (fakir miskin) dengan membayar zakat.
“Orang yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari mengingat Allah, melaksanakan shalat, dan
menunaikan zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan menjadi guncang (hari
Kiamat).” (QS. An-Nūr: 37)
Dari rambu-rambu di atas yang paling penting untuk diperhatikan adalah tidak boleh melakukan pekerjaan yang
diharamkan oleh Allah shubhanahu wata’ala.
Kalau larangan Allah subhanahu wata’ala tersebut tetap dilanggar, maka akan membawa kehancuran bagi
individu orang tersebut juga bagi masyarakat sekitarnya. Misalnya, dengan melakukan perjudian dan bentuk
kecurangan lainnya.
Salah satu ayat yang menjelaskan hal ini adalah Surah al- Ma’idah: 90–91.
Semoga Allah shubhanahu wata’ala senantiasa menuntun langkah kaki kita untuk selalu menetapi jalan
kebaikan sebagaimana yang diajarkan Allah shubhanahu wata’ala dalam firman-Nya dan
Rasulullaah shalallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya.
والذ ْك ِر احلَ ِكْي ٍم ،و َت َقبَّ َل اهللُ ِميِّن َو ِمْن ُك ْم تِاَل َوتَهُ ِإنَّهُ ُه َو َّ
الس ِمْي ُع ات ِّآن الْع ِظي ِم ،و َن َفعيِن وِإيَّا ُكم مِب َا فِي ِه ِمن اآلَي ِ
ِ
بَ َار َك اهللُ يِل َولَ ُك ْم يِف ال ُق ْر َ ْ َ َ َ ْ ْ َ َ
العلِْي ُم
َ
KHUTBAH KEDUA
ِ ِ ِ هِل ِ َّ ِ
َأن حُمَ َّم ًدا َعْب ُدهُ ي لَ ْواَل َأ ْن َه َدانَا اهللَُ ،أ ْش َه ُد َأ ْن اَل ِإلهَ ِإاَّل اهللُ الْ َمل ُ
ك احْلَ ُّق الْ ُمبِنْي ُ َوَأ ْش َه ُد َّ احْلَ ْم ُد هلل الذ ْي َه َدانَا َذا َو َما ُكنَّا لَن ْهتَد َ
اَأْلم ،اللّه َّم فَص ِّل علَى حُم َّم ٍد وآلِِه وَأصحابِِه ومن تَبِعه ِإىَل يوِم الدِّي ِنََّ ،أما بع ُد ،فَُأو ِصييِن وِإيَّا ُكم بَِت ْقوى ِ
اهلل َح َّق ُت َقاتِِه ِ ِ ِ
َْ ْ ْ َ ْ َ صاد ُق الْ َو ْعد نْي ُ ُ َ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ ْ َ
لَ َعلَّ ُك ْم ُتْرمَحُْو َن
َّك مَحِ ْي ٌد جَمِ ْي ٌدَ .وبَا ِر ْك َعلَى حُمَ َّم ٍد َو َعلَى ِآل حُمَ َّم ٍد ِ ِ
ت َعلَى ِإْبَراهْي َم َو َعلَى ِآل ِإْبَراهْي َمِ ،إن َ صلَّْي َ
ِ ٍ ٍ
ص ِّل َعلَى حُمَ َّمد َو َعلَى آل حُمَ َّمد َك َما َاَللَّ ُه َّم َ
َّك مَحِ ْي ٌد جَمِ ْي ٌد. ِ ِ
ت َعلَى ِإْبَراهْي َم َو َعلَى ِآل ِإ ْبَراهْي َمِ ،إن َ
َك َما بَ َار ْك َ
ب لَنَا ِم ْن َْأز َو ِاجنَا اتِ ،إن َ ِ ات اََأْلحي ِاء ِمْنهم واَْألمو ِ ات ،والْمْؤ ِمنِ والْمْؤ ِمنَ ِ ِ ِ ِ ِ ِِ
َّك مَس ْي ٌع قَ ِريْ ٌ
بَ .ربَّنَا َه ْ َْ ُ ْ َ ْ َ اَللَّ ُه َّم ا ْغف ْر ل ْل ُم ْسلمنْي َ َوالْ ُم ْسل َم َ ُ نْي َ َ ُ
اجتِنَابَهَُ .ربَّنَا آتِنَا يِف ُّ ِ ِ ِ ِ
الد ْنيَا ني ِإ َم ًاما .اَللَّ ُه َّم َأ ِرنَا احْلَ َّق َحقًّا َو ْار ُز ْقنَا اتِّبَ َ
اعهَُ ،وَأ ِرنَا الْبَاط َل باَطالً َو ْار ُز ْقنَا ْ اج َع ْلنَا ل ْل ُمتَّق َ َوذُِّريَّاتِنَا ُقَّر َة ْ
َأعنُي ٍ َو ْ
ِ ِ
َح َسنَةً َويِف اآلخَر ِة َح َسنَةً َوقنَا َع َذ َ
اب النَّا ِر