MOTIVASI
Retno Wulan
OIJT23-15
Hadits
ke-37
BUNYI HADITS KE-37
َ «ا َّن: قَ َال،- ِف ْي َما يَ ْر ِوي َع ْن َ ِرب ِّ ِه تَ َب َاركَ َوتَ َع َال- اَّلل صىل هللا عليه وسمل
هللا ِ َّ ول ِ َع ْن َر ُس،هللا َعْنْ ُ َما ُ ِض َ ِ َع ِن ا ْب ِن َع َّب ٍاس َر
ِ
ُ َوا ْن َ ََّه ِبِ َا فَ َع ِملَهَا َك َتَبَ َا،هللا ِع ْندَ ُه َح َس نَ ًة ََك ِم َ ًَل
هللا ُ فَ َم ْن َ ََّه ِ َب َس نَ ٍة فَ َ ْمل ي َ ْع َملْهَا َك َتَبَ َا: ُ َُّث ب َ َّ ََّي َذ ِ َل،ات ِ َالسيئ َّ ات َوِ ََك َت َب احل ََس ن
ِ .ٍٍ ات ا َل س ب ِع ِمائ َ ِة ِض ْع ٍف ا َل َأضْ ع ٍاف َكثِ ْ َرْي
َ ْ َ ٍ ََْش َح َس ن َ ْ ِع ْندَ ُه ع
ِ ِ ِ
ًٍ َهللا َس ِيِّئَ ًة َوا ِِد ا ََب ت
ُ َ َ َ َ َّ ْ َكَ َا هَ ل ِ
م ع َ ف ا ِِب َهَ ن ا و ، ً
َلَ ِ
م َ
َك ة ً ن ح
َ َ َ ُ َهللا ع ْند
س ه ُ َوا ْن َ ََّه ب َِس ِيِّئَ ٍة فَ َ ْمل ي َ ْع َملْهَا َك َتَبَ َا
ِ ِ
Dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
dalam riwayat beliau dari Tuhan beliau Tabaraka wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala mencatat kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan, kemudian
dia menjelaskannya; Barangsiapa yang bertekad untuk berbuat baik tapi dia kemudian tidak
mengamalkan kebaikan itu, maka Allah mencatatnya di sisiNya sebagai sebuah kebaikan yang
sempurna. Dan jika dia berniat untuk berbuat baik kemudian dia mengamalkan kebaikan itu, maka
Allah Subhanahu wa Ta’ala mencatatnya di sisiNya dan melipatgandakannya menjadi 10 kebaikan,
atau menjadi 700, atau menjadi lebih banyak lagi. Dan jika dia berniat untuk melakukan keburukan
kemudian tidak mengamalkannya, maka Allah mencatatnya sebagai kebaikan yang sempurna. Dan jika
dia berniat untuk berbuat keburukan kemudian dia mengamalkan keburukan itu, maka Allah
mencatatnya sebagai satu keburukan saja.” (HR Bukhari dan Muslim)
Motivasi Baik Dicatat Sebagai Kebaikan
Niat di sini berarti sudah ada tekad, tidak hanya sekedar terbetik
atau terpikir, tapi sudah lebih maju dari itu dimana kita sudah
punya keinginan yang kuat dan tekad yang bulat untuk melakukan suatu
amal.
Misalnya seseorang ingin shalat, ingin puasa, ingin zakat atau yang
semacamnya. Meskipun kita akhirnya tidak jadi menjalankannya karena
tidak mampu, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah mencatat niat baik
itu sebagai sebuah kebaikan yang sempurna.
Atau menjadi 700 kali lipat, seperti dalam firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah seperti
satu biji yang menumbuhkan tujuh bulir dan pada setiap bulirnya terdapat
100 biji…” (QS. Al-Baqarah[2]: 261)
Atau bisa lebih dari itu jika Allah menghendaki. Seperti pahala yang
diberikan kepada orang-orang sabar yang akan mendapatkan pahala mereka
tanpa perhitungan. Juga orang-orang yang berpuasa yang akan diberikan
pahalanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala langsung tanpa dibatasi oleh
angka-angka ini.
Ini adalah orang yang terbaik, yaitu yang berniat untuk beramal shalih
kemudian benar-benar merealisasikan tekad dan niatnya diatas muka bumi.
Melawan Motivasi Buruk adalah Kebaikan
Adapun tentang amal yang buruk, kalau kita baru sekedar niat
saja kemudian tidak jadi mengamalkannya, dan kita
meninggalkannya karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
maka Allah mencatat niat buruk itu sebagai sebuah kebaikan
yang sempurna. Hal ini karena niat buruk itu kita tinggalkan
karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meninggalkan maksiat
karena Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sebuah bentuk takwa.
Merealisasi Motivasi Buruk Menjadi Perbuatan
“Dan jika dia bertekad untuk melakukan sebuah keburukan kemudian dia
benar-benar mengamalkannya, maka Allah mencatat di sisiNya satu
keburukan saja.”
Jadi hanya dicatat melakukan satu keburukan saja. Namun keburukan ini
bisa jadi menjadi satu titik yang tebal, kalau kita menjalankannya
diwaktu yang terhormat atau di tempat yang suci.
Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, untuk kondisi yang keempat ini
dijelaskan:“Atau Allah menghapuskannya.” (HR. Muslim)