Anda di halaman 1dari 12

Hadits

Bersama
Ust. Irfan Taju Salathin 1
‫ع ْن ُه َما ع َْن‬ ‫للا‬ ‫ي‬ ‫ض‬
َ ُ َ ِ َ ٍ ََ ‫ر‬ ‫ل‬‫ب‬ ‫ج‬ ‫ْن‬ ‫ب‬ ‫اذ‬ ‫ع‬ ‫م‬
َ ُ ِ َ‫ن‬ ‫م‬‫ح‬ْ ‫الر‬ ‫د‬
ِ ‫ب‬
ْ ‫ع‬
َ ِ َ ‫ي‬ ‫ب‬ َ ‫أ‬ ‫و‬ َ ‫ة‬ ‫د‬
َ ‫َا‬ ‫ن‬ ‫ج‬
ُ ِ ‫ْن‬‫ب‬ ‫ُب‬ ْ ‫د‬ ‫ن‬ ْ ‫ج‬ُ ّ ‫ر‬ َ ‫ذ‬ ‫ي‬ ‫ب‬ َ
ِ ‫ع ْن أ‬ َ
َ‫سنَة‬ ‫ح‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ َ
َ َ ‫س ِيئَة‬ َّ ‫ َوأَتْ ِب ِع ال‬، َ‫هللا َح ْيث ُ َما ُك ْنت‬
َ ِ ‫ق‬َّ ‫ت‬‫ا‬
ِ : ‫ل‬
َ ‫ا‬ َ ‫ق‬ ‫م‬َ َّ ‫ل‬ ‫س‬
َ ‫و‬َ ‫ه‬ِ ‫ي‬ْ َ ‫ل‬ ‫ع‬
َ ‫هللا‬
ُ ‫ى‬ َّ ‫هللا صل‬ ِ ‫س ْو ِل‬ ُ ‫َر‬
” ‫س ٍن‬ َ ‫ق َح‬ ٍ ُ ‫ل‬ ‫خ‬ ُ ‫ب‬
ِ ‫اس‬
َ َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ق‬ِ ‫ل‬
ِ ‫ا‬ َ
‫خ‬ ‫و‬َ ،‫ا‬ ‫ه‬َ ‫ح‬
ُ ‫م‬
ْ َ ‫ت‬
]‫[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح‬
Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman Muadz bin Jabal
radhiyallahu’anhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda,
“Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada. Iringilah kejelakan dengan
kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskannya. Dan bergaullah
dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi, dan dia berkata: Hadits
Hasan Shahih. Hasan dikeluarkan oleh At Tirmidzi di dalam [Al Bir Wash Shilah/1987] dan
dishahihkan oleh Al Albani di dalam Al Misykat [5083]) 2
Penjelasan:

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, “Bertakwalah kepada


Allah” adalah fi’il ‘amr (kata perintah) dari kata at taqwa. Takwa adalah
membuat perlindungan dari siksa Allah, yaitu dengan melaksanakan
perintah-perintahNya, dan menjauhi larangan-laranganNya. Inilah
yang disebut takwa. Dan ini adalah batasan yang terbaik untuk
mengartikan kata “takwa”.

(Bertakwalah kepada Allah di mana pun engkau berada), yakni di


tempat di mana pun engkau berada. Engkau tidak hanya bertakwa
kepada Allah di tempat yang di sana orang-orang melihatmu saja. Dan
tidak hanya bertakwa kepadaNya di tempat-tempat yang engkau tidak
dilihat oleh seorang pun, karena Allah senantiasa melihatmu, di tempat
manapun engkau berada. Oleh karena itu, bertakwalah di mana pun
engkau berada.
3
(Iringilah kejelekan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan
menghapuskannya), yakni jadikanlah kebaikan itu mengiringi kejelekan.
Jadi, jika engkau melakukan kejelekan, maka iringilah dengan kebaikan.
Dan termasuk dalam hal itu –yakni mengiringi kejelekan dengan
kebaikan-, adalah engkau bertaubat kepada Allah dari kejelekan tersebut,
karena taubat adalah suatu kebaikan.

Dan sabdanya, “Niscaya akan menghapuskan”, yakni kebaikan itu jika


dilakukan setelah kejelekan, maka ia akan menghapuskannya. Oleh karena
itu, Allah subhanahu wata’ala berfirman,
َّ ‫ت ُي ْذ ِه ْب َن ال‬
ِ ‫س ِـيئَا‬
‫ت‬ َ ‫ِإ َّن ا ْل َح‬
ِ ‫سنَا‬
“Sesungguhnya perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk.” (Huud: 114)

4
Hadits ini mengandung beberapa faedah, di antaranya adalah

1. Perhatian yang besar dari Nabi terhadap umatnya


dengan memberikan arahan kepada mereka pada hal-hal
yang mengandung kebaikan dan kemanfaatan.

2. Wajibnya bertakwa kepada Allah di manapun juga. Di


antaranya adalah wajibnya bertakwa baik dalam
kesendirian maupun dalam keramaian, berdasarkan
sabdanya, “Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau
berada.”

5
3. Isyarat bahwa bila kejelekan itu diiringi dengan kebaikan, maka kebaikan itu
akan menghapuskannya dan menghilangkannya secara keseluruhan. Hal ini
sifatnya umum, dalam kebaikan dan kejelekan, jika kebaikan itu berupa
taubat. Karena taubat akan meruntuhkan apa-apa yang sebelumnya. Adapun
jika kebaikan itu selain taubat, (misalnya saja) orang itu berbuat kejelekan,
kemudian ia melakukan amalan shaleh, maka amalannya akan ditimbang. Jika
amalan baiknya lebih banyak dari amalan jeleknya, maka akan hilanglah
pengaruhnya.

sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,

‫ان ِمثْقَا َل َح َّب ٍة ِم ْن َخ ْر َد ٍل‬


َ ‫ش ْيئ ًا َو ِإن َك‬ ٌ ‫س َط ِل َي ْو ِم ا ْل ِق َيا َم ِة فَ ََل ت ُ ْظلَ ُم نَ ْف‬
َ ‫س‬ ْ ‫ين ا ْل ِق‬
َ ‫ض ُع ا ْل َم َو ِاز‬
َ َ‫َون‬
َ ‫س ِب‬
‫ين‬ ِ ‫أَت َ ْينَا ِب َها َو َكفَى ِبنَا َحا‬
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seorang
barang sedikit pun. Dan jika( amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan
(pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (Al Anbiyaa’:47)
6
Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Dan bergaullah dengan mereka dengan akhlak yang baik.”
Yaitu berinteraksilah dengan mereka dengan akhlak yang baik, baik
dengan ucapan maupun dengan perbuatan, karena hal itu adalah
kebaikan. Perintah di atas, bisa jadi hukumnya wajib, bisa jadi hanya
merupakan perkara yang dianjurkan saja,

Nabi menyebutkan secara umum bagaimana cara bergaul (dengan


sesama). Dan hal itu bervariasi sesuai dengan keadaan dan kondisi
orang perorangan. Karena boleh jadi suatu hal baik bagi seseorang,
akan tetapi tidak baik bagi orang yang lainnya. Orang yang berakal
dapat mengetahui dan menimbangnya.

7
Dari Abu Hurairah, ia berkata,

‫اس ْال َجنةَ فَقَا َل‬


َ ‫الن‬ ‫ل‬ُ ‫خ‬
ِ ْ
‫د‬ ُ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫م‬
َ ِ ‫ر‬َ ‫ث‬ ْ
‫ك‬ َ ‫أ‬ ‫ن‬ ْ ‫ َع‬-‫صلى للا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬ ِ ‫سو ُل‬ ُ ‫س ِئ َل َر‬ُ
‫اس النار ََ فَقَا َل‬ َ ‫الن‬ ُ
‫ل‬ ‫خ‬ ِ ‫د‬ْ ُ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ر‬
َ ِ َ ‫ث‬ ْ
‫ك‬ َ ‫أ‬ ‫ن‬ْ ‫ع‬
َ ‫ل‬
َ ‫ئ‬
ِ ‫س‬
ُ ‫و‬
َ .» ‫ق‬
ِ ُ ‫ل‬ ُ
‫خ‬ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ُ
‫ن‬ ‫س‬
ْ ‫ح‬ُ ‫و‬
َ ‫َّللا‬
ِ َّ ‫ى‬ ‫و‬
َ ْ
‫ق‬ َ ‫«ت‬
»‫ج‬ ُ ‫« ا ْلفَ ُم َوا ْلفَ ْر‬
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang
banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab,
“Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula
mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab
beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.”

(HR. Tirmidzi no. 2004 dan Ibnu Majah no. 4246. Al Hafizh Abu Thohir
mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih).
8
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫ين ِإي َمانًا أ َ ْح‬


‫سنُ ُه ْم ُخلُقًا‬ َ ‫أ َ ْك َم ُل ا ْل ُم ْؤ ِم ِن‬

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling


baik akhlaknya.”

(HR. Abu Daud no. 4682 dan Ibnu Majah no. 1162. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan
bahwa sanad hadits ini hasan)

9
Abu Hamid Al Ghozali memberikan definisi tentang akhlaq dengan :

Akhlaq adalah sesuatu yang menggambarkan tentang prilaku


seseorang yang terdapat dalam jiwa yang baik,yang darinya keluar
perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya.
Dan jika sumber prilaku tersebut didasari oleh perbuatan yang baik
dan mulia yang dapat ditinjau (dibenarkan) oleh akal dan syari'at
maka ia dinamakan akhlaq yang mulia, namun jika sebaliknya maka ia
dinamakan akhlaq yang tercela.

. Ihya' Ulumuddien, Abdul Hamid Al Ghozaly, 3/46

10
Ibnu Rajab mengatakan bahwa berakhlak yang baik termasuk bagian
dari takwa. Akhlak disebutkan secara bersendirian karena ingin
ditunjukkan pentingnya akhlak. Sebab banyak yang menyangka
bahwa takwa hanyalah menunaikan hak Allah tanpa memperhatikan
hak sesama. (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 454).

Al Hasan Al Bashri mengatakan,

ُ ‫ُح‬
‫ الكر ُم والبذلة واالحتما ُل‬: ‫سن الخلق‬
“Akhlak yang baik adalah ramah, dermawan, dan bisa menahan
amarah.”

11
Asy Sya’bi berkata bahwa akhlak yang baik adalah,

ُ ‫البذلة والعطية وال ِب‬


‫ وكان الشعبي كذلك‬، ‫شر الحسن‬
“Bersikap dermawan, suka memberi, dan memberi kegembiraan pada
orang lain.” Demikianlah Asy Sya’bi, ia gemar melakukan hal itu.

Ibnul Mubarok mengatakan bahwa akhlak yang baik adalah,

‫وكف األذى‬
ُّ ُ ‫هو بس‬
، ‫ وبذ ُل المعروف‬، ‫ط الوجه‬
“Bermuka manis, gemar melakukan kebaikan dan menahan diri dari
menyakiti orang lain.”

Wa l l a a h u A’ l a m u B i s h S h o w w a a b
12

Anda mungkin juga menyukai