Anda di halaman 1dari 18

PENELITIAN HADIS

PENGAGUNGAN TERHADAP ALLAH DENGAN MENGHORMATI ORANG


YANG LEBIH TUA

Di Susun Oleh :

Ciptandi Dwi Pangestuti

1817502007

2-SAA-A

HADIST SENTRAL

ُ‫آن َغي ِْر ْالغَا ِلي فِي ِه َو ْال َجافِي َع ْنه‬


ِ ‫ام ِل ْالقُ ْر‬
ِ ‫ش ْيبَ ِة ْال ُم ْس ِل ِم َو َح‬ َ ‫َّللاِ إِ ْك َر‬
‫ام ذِي ال ه‬ َ ِ‫سله َم إِ هن ِم ْن إ‬
‫جَْل ِل ه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ‫سو ُل ه‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬
‫ِط‬ ‫س‬
ِ ُ ِ‫ق‬ْ ‫م‬ ْ
‫ال‬ ‫ان‬ َ
‫ط‬ ْ
‫ُّل‬
‫س‬ ‫ال‬ ‫ِي‬
‫ذ‬ َ ‫َو ِإ ْك َر‬
‫ام‬

Rasulullah SAW bersabda "Termasuk dari keagungan Allah adalah dimuliakannya seorang
muslim yang telah beruban, para pembaca Al Qur'an yang tidak bersikap berlebihan di
dalamnya (dalam membacanya memahaminya dengan mengikuti ayat-ayat mutasyabihat)
dan tidak pula bersikap jauh darinya (dari membacanya, memahami maknanya dan
mengamalkannya) dan penguasa yang adil."

A. PENDAHULUAN
Sebelum kita mempelajari hadis, baik mengenai mufrad makna katanya. Dan
mengenai tarakib petunjuknya serta hikmah yang terkandung di dalamnya dan sebelum
kita meninjau persoalan-persoalan yang telah di tunjukan oleh para ahli, maka alangka
baiknya walaupun secara ringkas kita perlu mempelajari tentang takhrijul hadis dan
tatacara langkah yang harus di lakukan.
Dengan adanya pengagungan terhadap allah rosulullah memberikan pengertian
bahwa sesungguhnya pengagungan atau penghormatan terhadap orang yag lebih tua
atau orang yang berilmu, orang yang penghafal Al-Quran yang tidak berlebihan-lebihan
di atikan sama saja dengan kita mengagungkan keesaan Allah atau kita menghormati
menyanjung Tuhan kita yaitu Allah SWT.
Dengan menghormati merekalah keberkahan dalam hidup kita sesungguhnya hadir,
menjadi umat islam kita wajib mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah di tetapkan
oleh Allah dan Rosulnya karna sesungguhnya dengan itu semua hidup kita akan lebih
mudah, dan jangan sekali-kali kalian mencaci, menghina mereka para orang tua apalagi
ulama atau para penghafal al- quran karena mereka memiliki derajat yang sangat tinggi
dan bahkan di sebut seperti mengagungkan Allah .

B. PENELITIAN HADITS
Dalam melakukan kegiatan Takhrijul Hadits ini metode yang di gunakan adalah
Takhrijul Hadits bil lafadz (penulisan hadits melalui lafadz) dimana kitab yang saya
gunakan sebagai rujukan ialah kitab Mu’jam Al Mufahros Al-Fadh Al-Hadits An-
Nabawi1 karagan Dr Wenjick (terjemahan dari Bahasa arab oleh Much Faud Abdul
Baqi).
Dengan bermodalkan lafadz ( ‫ (حمل‬maka dengan ini lafat tersebut di telususri dari
kamus yang memuat lafadz tersebut, setelah itu sesudah di proses lafadz (‫ )حمل‬di bagian
itu terdapat petunjuk bahwa hadis yang di cari memiliki sumber:
1. Abu Dawud. Kitab Adab hadis ke 20

1
Aj.Wensick,Mu’jam Al-Mufahros Al-Fadh Al-Hadits An-Nabawi,juz 1,Leiden:BJ Brill1943, hal.516
C. HADITS YANG DI TAKHRIJ

1. Abu Dawud2

‫ق َع ْن‬ ٍ ‫ع ْن ِز َيا ِد ب ِْن ِم ْخ َرا‬َ َ‫ف ْبنُ أَ ِبي َج ِميلَة‬ ُ ‫َّللاِ ْبنُ ُح ْم َرانَ أ َ ْخ َب َرنَا َع ْو‬‫اف َحدهثَنَا َع ْبد ُ ه‬ ُ ‫ص هو‬‫ِيم ال ه‬َ ‫ َحدهثَنَا ِإ ْس َح ُق ْبنُ ِإب َْراه‬:٤٢٠٣
ْ
‫ش ْيبَ ِة ال ُم ْس ِل ِم‬ َ ‫َّللاِ إِ ْك َر‬
‫ام ذِي ال ه‬ ‫ه‬
‫سل َم إِ هن ِم ْن إِجْ ََل ِل ه‬َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬
‫ص لى ه‬ ‫ه‬ ‫سو ُل ه‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫قَا َل َر‬, ‫سى ْاْل َ ْشعَ ِري ِ قَا َل‬ َ ‫أَبِي ِكنَانَةَ َع ْن أَبِي ُمو‬
‫ِط‬ِ ‫ان ْال ُم ْقس‬ِ ‫ط‬ َ ‫ام ذِي الس ُّْل‬ َ ‫آن َغي ِْر ْالغَا ِلي ِفي ِه َو ْال َجا ِفي َع ْنهُ َو ِإ ْك َر‬
ِ ‫ام ِل ْالقُ ْر‬
ِ ‫َو َح‬

D. Melakukan i’tibar
1. Arti i’tibar
Ialah melakukan peninjauan terhadap sanad-sanad hadits untuk mengetahui
pertemuan antara periwayat yang satu dengan periwayat yang lain.
2. Kegunaan i’tibr
Utuk melihat secara jelas seluruh sanad hadis yang di teliti, begitupun juga
degan nama-nama periwayat nya dan metode periwayatan yang di gunakan oleh
masig-masing periwayat dan untuk mengetahui sanad hadits seluruhnya dilihat dri
ada atau tidaknya pendukung berupa periwayatan yang berstatus ma’tabar atau
syahid.
3. Berikut adalah skema sanad-sanad hadis yang di rujuk kamus Mu’jam Al-
Mufahros yang mana terdapat 1 periwayat hadits.

2
Abu Dawud,bab ,kitab Adab Hadis ke 4843
Abdullah bin Qais bi Sulaim bin Hadldlor

Abu Kinanah

Ziad bin Mikhraq

Auf bin Abi Jamilah

Abdullah bin Humran bin Abdullah bin Humran bin Ibban

Ishaq bin Ibrahim bin Muhammad


E. Melakukan Penelitian Sanad Hadits
Langkah-langkah penelitian sanad ada du acara
1.Menentukan nama lengkap rawi beserta guru dan muridnya serta mencocokan nama
guru dan muridnya apakah bersambung atau tidak
2.Penelitian kritikus hadits
Penelitian sanad hadits berdasarkan pada sanad hadi sentral yang di riwayatkan
oleh Abu Dawud
 Rawi 1: Abdullah bin Qais bin Sulaiman bin Hadidor
 Rawi 2: Abu Khinanah
 Rawi 3: Zaid bin Mikhraq
 Rawi 4: Auf bin Abi Jamila
 Rawi 5: Abdullah bin Humran bin Abdullah bin Humran bin Ibban
 Rawi 6: Ishaq bin Ibrahim bin Muhammad

a. Nama Lengkap : Abdullah bin Qais bi Sulaim bin Hadldlor3


 Kalangan : Shahabat
 Kuniyah : Abu Musa
 Negeri semasa hidup : Kufa
 Wafat : 50 H
 Guru : Nabi Muhammad SAW, Ngan Abi bin Kangab, Abdullah bin Masngud,
Ali bin Abi Talib.
 Murid :Ibnuhu Ibrahim bin Abi Musa Al as’ari, Aswad ibni Yazid Anakhi, Usayid
bin Al Mutasyamas Attamimi.

ULAMA KOMENTAR

Shahabat

3
Abi Muhasin Samsudin Muhammad bin Ali Husein, Tahdibul Kamal Asmal Rijal, bab.’Ain.hal.549.juz 4
b. Nama Lengkap : Abu Kinanah
 Kalangan : Tabi'in kalangan pertengahan
 Kuniyah : Abu Kinanah
 Negeri semasa hidup : -
 Wafat : -

ULAMA KOMENTAR

Ibnul Qaththan Majhulul hal

Ibnu Hajar al’asqalani Majhul

c. Nama Lengkap : Ziyad bin Mikhraq


 Kalangan : Tabi'in kalangan biasa
 Kuniyah : Abu Al Harits
 Negeri semasa hidup : Bashrah
 Wafat : -

ULAMA KOMENTAR

Ibnu Hibban Disebutkan dalam ‘ats tsiqaat

An Nasa’i Tsiqah

Adz Dzahabi Tsiqah

Ibnu Hajar al’Asqalani Tsiqah

d. Nama Lengkap : Auf bin Abi Jamilah


 Kuniyah : Abu Sahal
 Negeri semasa hidup : Bashrah
 Kalangan : Tabi’in (tidak jumpa sahabat)
 Wafat: 146 H

ULAMA KOMENTAR

Ahmad bin Hanbal Tsiqat


Yahya bin Ma’in Tsiqat

An Nasa’i Tsiqat

Abu Hatim Shaduuq

Muhammad bin Saad Tsiqat

Ibnu Hibban Di sebutkan dalam ats tsiqat

e. Nama Lengkap: Abdullah bin Humran bin Abdullah bin Humran bin Ibban4
 Kalangan : Tabi'ut tabi’in kalangan biasa
 Kuniyah : Abu ‘Abdur Rahman
 Negeri semasa hidup : Bashrah
 Wafat : 206 H
 Guru : Asngats bin Abdul Malik Humrani, Wasangi bin Abi Ngarubah,
Wangusbah bin Hajaj.
 Murid : Ibrahim bin Marzuki Basri, Nazilu Misri, Ahmad bin Ngasyim Al
Ngabadani, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal.

ULAMA KOMENTAR

Yahya bin Ma’in Shaduuq shalih

Abu Hatim Shaduuq

Ibnu Hibban Disebutkan dalam ‘ats tsiqaat

Ad Daruquthni Tsiqah

Ibnu Syahin Syaikh tsiqah

Ibnu Hajar Al Atsqalani Shuquq, terdapat kesalahan

Adz Dzahabi Tsiqah

4
Abi Muhasin Samsudin bin Ali Husein, Tahdibul Kamal Asmal Rijal, bab.’Ain.hal.93.juz 10
f. Nama Lengkap : Ishaq bin Ibrahim bin Muhammad5
 Kalangan : Tabi’ul Atba’ kalangan pertengahan
 Kuniyah : Abu Ya’qub
 Negri hidup : Bashrah
 Tahun Wafat : 253 H
 Guru : Ahmad bin Ishak Hadrami,bin Muhabbar,Wabakri bin Bakar,Wakholid bin
Yahya Sadusyi,Abi Haisyam Kholaf bin Khaisyam Kosob Nahsaliyah.
 Murid : Bukhari, Abu Dawud, Ibrahin bin Abdullah bin Junaid Khutuliyu.
Ibnu Hibban Disebutkan dalam ‘ats tsiqaat
Al Bazzar Tsiqah
Ibnu Hajar al’Asqalani Tsiqah

F. Hukum Hadit
Berdasarkan penelitian para ulama sebuah hadits di anggap sahih apabila dalam
persambungannya sanadnya benar-benar di tandai dengan pertemuan langsung antara
guru dan muridnya. Apabila ternyata semua periwayatannya yang di sebutkan di dalam
rangkaian sanad yang di ambung menyambung itu dapat di terima hadis ini dapat di
amalakan.
1. Menurutkuantitsnya hadis ini tergolong hadits Ahad yang mashur karena di
riwayatkan oleh dua orang perai lebih.
2. Menurut kualitasnya termasuk kedalam hadits Sohih karena sanadnya
bersambungan dengan satu rawi dengan rawi yang lainnya.

G. Natjah (Kandungan Hadits)


Allah dengan hikmah dan keadilanya yang sempurna memuliakan sebagian
hambanya, sebab allah memuliakan hambanya karena ilmu,amal, kesabaran,
keikhlasan,dan keimanan. Oleh karena itu Allah memuliakan para ulama orang yang
lebih tua. Menurt Asy-Sayaikh Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul Hafiz halullah
“yang di maksud alil amri adalah umara (para penguasa) dan ulama. “ karena itu
ketaatan kepada ulama mengikuti ketetapan kepada Allah dan Rasulnya. Bila para
ulama di hormati syariatpun akan di muliakan karena mereka adalah pembawa syariat

5
Abi Muhsin Samsudin bin Ali Husein, Tahdibul Kamal Asmal Rijal, bab.Alif.hal.9.juz 2
tersebut. Namun apabila para ulama di rendahkan syariat juga akan dihinakan dan tidak
bernilai.
Sesungguhnya agama Islam yang lurus datang untuk menyempurnakan adab,
akhlak, dan muamalah bagi para manusia, sebagaimana diriwayatkan dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫)) ِإنه َما بُ ِعثْتُ ِْلُت َِم َم‬


ِ ‫صا ِل َح ْاْل َ ْخ ََل‬
((‫ق‬
" Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang terpuji ".

Dan diantara akhlak yang terpuji yang dianjurkan dalam agama Islam adalah
menjaga kedudukan orang yang lebih tua, mengenal hak-hak mereka dan menunaikan
kewajiban kepada mereka. Agama Islam memerintahkan kita agar menghormati,
memuliakan dan mengagungkan orang yang lebih tua, terlebih jika seseorang tersebut
telah lemah membutuhkan perhatian dalam kesehatan, ekonomi dan social. Jika
bertemu seseorang yang lebih tua darimu janganlah menunggu mereka yang memberi
salam kepada mu namun kita sebagai yang lebih mudalah yang harus memberikan
salam kepada mereka dan jika engkau memanggilnya maka panggilah dengan
panggilan yang lembut, panggilah dengan sebutan-sebutan yang sopan. Termasuk
kedalam akhlak yang baik adalah mendahulukan orang yang lebih tua.
Kemudian kewajiban setiap muslim terhadap para ulama dan orang-orang shalih
adalah mencintai dan menyukai mereka, menghormati dan memuliakan mereka, tanpa
berlebih-lebihan atau merendahkan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Mengolok-olok ulama dan orang-orang shalih, mengejek atau melecehkan mereka,
tentu saja bertentangan dengan perintah untuk mencintai dan memuliakan mereka.
Melecehkan ulama dan orang shalih, sama artinya dengan menghina dan merendahkan
mereka. Mengolok-olok dan memandang rendah Ahli Ilmu dan orang shalih, termasuk
sifat orang kafir dan salah satu cabang kemunafikan. Sebagaimana disebutkan dalam
banyak ayat, diantaranya yaitu:

‫ُز ِينَ ِللهذِينَ َكفَ ُروا ْال َح َياة ُ الدُّ ْن َيا َو َي ْسخ َُرونَ ِمنَ الهذِينَ َءا َمنُوا َو هالذِينَ اتهقَ ْوا فَ ْوقَ ُه ْم َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة َوهللاُ َي ْر ُز ُق َمن َيشَآ ُء ِبغَي ِْر‬
‫ب‬
ٍ ‫سا‬
َ ‫ِح‬
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka
memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu
lebih mulia dari pada mereka di hari Kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-
orang yang dikehendakinya tanpa batas. [al-Baqarah/2 : 212].
Menghormati orang yang lebih tua merupakan salah satu pandangan hidup manusia,
terutama untuk masyarakat Indonesia, menghormati rang tua menjadi suatu kebiasaan
atau tata karma dalam kehidupan sehari-hari yang di lakukan naik oleh perempuan
ataupun laki-laki. Banyak hal yang dapat di lakukan untuk bisa menghormati orang
yang lebih tua ialah dengan cara mencium tangannya, memberikan perhatian yang tulus
dan lain sebagainya.
Namun pada jaman globalisasi saat ini yang sekarang-sekarang banyak sekali yang
kita dapati dari mediasosial tentang seorang anak atau anak muda yang sudah jarang
sekali memberikan rasa hormatnya kepada orang yang lebih tua dari mereka.

H. Analisis
Jadi di dalam hadis tersebut di jelakan bahwa kita sebagai kaum atau manusia yang
lebih muda di harapkan dengan sangat agar bisa menghormati orang yang lebih tua dari
kita atau orang-orang yang berilmu, karena Rosulullah pun dari dahulu sangat
menghormati orang-orang yang lebih tua atau orang-orang yang berilmu, karena
menghormati orang yang lebih tua atau orang yang berilmu itu mampu menjadikan
cerminan pada diri kita, patuhlah dengan apa yang mereka katakana selagi perkataan
itu baik dan tidak menimbulkan kemudhorotan.
Otang tua atau para ulama atau orang yang berilmu merupakan orang-orang yang sngat
berharga bagi kehidupan Negara apalagi sebagai pedoman atau pembimbing bagi
kehidupan kita sehari-hari agar akhlak yang kita miliki benar dan tidak menyeleweng
dari kebenaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aj.Wensick,Mu’jam Al-Mufahros Al-Fadh Al-Hadits An-Nabawi,juz 1,Leiden:BJ
Brill1943, hal.516
Abu Dawud,bab ,kitab Adab Hadis ke 4843
Abi Muhasin Samsudin Muhammad bin Ali Husein, Tahdibul Kamal Asmal Rijal,
bab.’Ain.hal.549.juz 4
Abi Muhasin Samsudin bin Ali Husein, Tahdibul Kamal Asmal Rijal,
bba.’Ain.hal.93.juz 10
Abi Muhsin Samsudin bin Ali Husein, Tahdibul Kamal Asmal Rijal,
bab.Alif.hal.9.juz 2

Anda mungkin juga menyukai