Anda di halaman 1dari 4

Artikel : Kejujuran

Kejujuran bisa dibilang adalah hal yang mendasar dalam pribadi seseorang. Kejujuran
yang paling awal adalah didikan dari orang tua kita. Sejak kita kecil, kita sering diajak untuk
melakukan hal-hal jujur. Yang saat itu biasanya tidak kita mengerti. Kejujuran yang biasanya
diajarkan mulai dari kejujuran dalam berbiacara, dalam bertindak, dalam belajar dan lain-lain.

Kejujuran adalah mengatakan sesuatu dengan sebenar-benarnya. Definisi yang lain dari
kejujuran ialah berkata atau berbuat sesuatu dengan sebenar-benarnya, tidak ada unsur
kebohongan atau manipulasi didalamnya. Kejujuran adakalanya dalam hal ucapan dan
adakalanya dalam hal perbuatan.

Dalam hal ucapan misalnya ia senantiasa berkata jujur dalam berbicara. Dan dalam hal
perbuatan misalnya dalam berdagang ia tidak pernah mengurangi timbangan ketika memberikan
kembalian kepad aorang buta, ia berikan sesuai dengan apa yang seharusnya diterima oleh orang
buta tersebut, dan dalam hal perkantoran misalnya ia tidak pernah korupsi, ia selalu melaporkan
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaannya sesuai dengan apa yang ada di
lapangan.

Jika kita korelasikan antara kejujuran dan nilai-nilai kemenusiaan (Humanisme), maka
sangatlah sesuai sekali, karena kejujuran adalah salah satu dari nilai-nilai kemanusiaan. Kita tahu
bahwa sebelum datang nya agama Islam, keadaan masyarakat Arab pada waktu itumasih carut-
marut, , misalnya saja pada waktu itu perempuan diperlakukan sewenang-wenang dan mengubur
hidup-hidup bayi perempuan yang baru lahir. Baru ketika Islam datang, nilai-nilai kemanusiaan
disana mulai ditata. Sehingga bentuk-bentuk kedzaliman dan ketidakadilan sedikit demi sedikit
mulai dihilangkan.

Kita tahu bahwa sebelum Rasulullah diangkat menjadi rasul, ia telah dipercaya oleh kabilahnya
dan kabilah-kabilah yang lain. Tepatnya yaitu pada waktu terjadi perselisihan peletakan hajar Aswad
pada tempatnya. Masing-masing dari mereka merasa bahwa kabilahnyalah yang berhak untuk
meletakkan hajar Aswad pada tempatnya semula. Lalu Rasulullah SAW menengahi perselisihan mereka
dan beliau membuat keputusan yang sangat bijaksana yaitu dengan meletakkan hajar Aswad diatas
serbannya dan menyuruh masing-masing dari kabilah tersebut untuk mengangkat hajar Aswad bersama-
sama dengan masing-masing perwakilan kabilah mengangkat sisi-sisi dari sorban beliau. Dengan begitu
akhirnya pertumpahan darah dapat dihindari.

Diantara kriteria yang harus ada dalam sifat amanah tersebut adalah sifat jujur. Kerena
seorang pembohong tidak akan mungkin dapat dipercaya oleh orang lain.

Dalam sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Imam Ahmad Rasulullah SAW bersabda:

‫َّللاِ ب ِْن َرافِعٍ َع ْن أَبِى ه َُري َْرة َ أَ َّن‬


َّ ‫سى َحدَّثَنَا ا ْبنُ لَ ِهيعَةَ َحدَّثَنَا أَبُو األَس َْو ِد َع ْن َع ْب ِد‬َ ‫سنُ ْبنُ ُمو‬ َ ‫َّللاِ َحدَّثَنِى أَبِى َحدَّثَنَا َح‬َّ ُ ‫َحدَّثَنَا َع ْبد‬
‫الصد ُْق َو ْال َكذِبُ َج ِميعا ً َوالَ تَجْ ت َِم ُع‬ ِ ‫ئ َوالَ َيجْ ت َِم ُع‬ ِ ‫اإلي َمانُ َو ْال ُك ْف ُر فِى قَ ْل‬
ٍ ‫ب ا ْم ِر‬ ِ ‫ قَا َل « الَ َيجْ ت َِم ُع‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫َر‬
ً ‫« ْال ِخيَانَةُ َواأل َ َمانَةُ َج ِميعا‬

Telah menceritakan kepadaku Abdullah telah menceritakan kepadaku Ayahku telah


menceritakan kepadaku Hasan bin Musa telah menceritakan kepadaku Abu Aswad dari Abdullah
bin Rafi’dari Abi Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: tidak bisa berkumpul
dalam hati seseorang iman dan kufur dan tidak bisa berkumpul bersama-sama sifat jujur dan sifat
bohong dan tidak bisa berkumpul bersama-sama safat khianat dan amanah.

Dari hadits diatas dapat kita ketehui bahwa antara sifat jujur dan bohong tidak bisa
berkumpul menjadi satu dalamk hati seseorang bahkan kedua sifat tersebut sangatlah berlawanan
antara satu dengan yang lain sebagaimana sifat amanah dengan khianat.

Apabila kejujuran tidak ada dalam jiwa setiap individu maka sikap manusia terhadap
sesamanya semakin buas dan garang, satu sama lain saling curiga, tidak ada rasa saling percaya
antara satu dengan yang lain, khususnya dalam hal kekayaan. Kita tahu perdagangan merupakan
pusat kegiatan perekonomian yang dibangun atas rasa saling percaya diantara para pelaku
perdagangan . andaikata dalam dunia perdangan ini tidak ada rasa saling percaya diantara para
pelaku-pelakunya maka akan terjadi resesi dan kemacetan kerja. Dari sinilah muncul
kesengsaraan hidup dan semakin sempit harapan untuk bertahan hidup. Hal tersebut memang
egois, sebab mana ada orang yang berakal sehat mau menyerahkan hartanya kepada orang yang
tidak dapat dipercaya.

Sebab-sebab manusia berbuat kejujuran


1. Mempunyai akal, karena dengan akal manusia bisa mengetahui manfaat dari kejujuran
dan bahaya dari kebohongan, sehingga ia berbuat jujur.

2. Memiliki agama, karena agama memerintahkan pemeluknya untuk berkat jujur dan
melarang berkata bohong.

3. Memiliki sifat muru’ah, orang yang memiliki sifat muru’ah tidak suka berkata bohong,
tetapi ia lebih suka berkata jujur.

Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.

Dalam ayat ini Allah menunjukkan kepada orang-orang yang beriman jalan menuju
kebaikan dan menghindarkan mereka dari jalan kesesatan.

Imam Abu Ja’far menafsiri ayat ini sebagai berikut, bahwasanya Allah menyeru kepada
orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasulNya untuk bertakwa (mendekatnya diri
kepadaNya dan menjauhi laranganNya). Hendaklah kamu semua didunia termasuk orang-orang
yang taat kepada Allah dan di akhirat bersama orang-orang yang benar, yakni bersama-sama
orang-orang yang membenarkan Allah dan beriman kepadaNya.

Dalam kitab shohih al-Bukhori, terdapat hadits yang menerangkan tentang kejujuran.

‫َّللاِ – رضى هللا عنه – َع ِن النَّبِ ِى – صلى هللا عليه‬ َّ ‫ور َع ْن أَبِى َوائِ ٍل َع ْن َع ْب ِد‬ ٍ ‫ص‬ ُ ‫ير َع ْن َم ْن‬ ٌ ‫ش ْيبَةَ َحدَّثَنَا َج ِر‬ َ ‫عثْ َمانُ ْبنُ أَبِى‬ُ ‫َحدَّثَنَا‬
‫ِب‬
َ ‫ذ‬ َ
‫ك‬ ْ
‫ال‬ َّ
‫ن‬ ‫إ‬
َِ‫و‬ ، ‫ا‬ ً ‫ق‬‫ِي‬
‫د‬ ‫ص‬ ُ
‫ك‬
ِ َ‫َ َ ون‬‫ي‬ ‫ى‬َّ ‫ت‬‫ح‬ ُ
‫ُق‬ ‫د‬ ‫ص‬ ‫ي‬َ ‫ل‬ ‫ل‬
ْ َ َ ُ َّ‫ج‬ ‫الر‬ َّ
‫ن‬ ‫إ‬ ‫و‬ ،
َِ ِ َ ‫ة‬ َّ ‫ن‬‫ج‬ ْ
‫ال‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫إ‬
ِ ‫ِى‬‫د‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ب‬ ْ
‫ال‬ َّ
‫ن‬
ْ َ َّ ِ ِ َ ِ ِ ‫إ‬ ‫و‬ ، ‫ر‬ ‫ب‬ ْ
‫ال‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬‫إ‬
ِ ‫ِى‬ ‫د‬ ‫ه‬
َْ ‫ي‬ َ‫ْق‬ ‫د‬ ‫الص‬
ِ ‫ن‬َّ ‫إ‬ َ
ِ َ – ‫وسلم‬
« ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ق‬
َّ َ ‫ َحتَّى يُ ْكت‬، ُ‫الر ُج َل لَيَ ْكذِب‬
َّ َ‫َب ِع ْند‬
‫َّللاِ َكذابًا‬ َّ ‫ َوإِ َّن‬، ‫ار‬ ِ َّ‫ور يَ ْهدِى إِلَى الن‬ ْ ِ ‫« يَ ْهدِى إِلَى ْالفُ ُج‬
َ ‫ َوإِ َّن الفُ ُج‬، ‫ور‬

Telah berkata kepadaku Usman bin Abi Syaibah, telah berkata kepadaku Jarir dari
Mansur dari Abi Wail dari Abdillah r.a. Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya kejujuran
(kebenaran) itu akan membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan membawa kesurga. Dan
seseorang yang jujur itu akan ditulis (ditetapkan) disisi Allah sebagai seorang yang benar. Dan
sesungguhnya berbohong akan membawa kepada dosa (kejahatan) dan dosa itu akan membawa
pelakunnya ke neraka. Sesungguhnya seseorang yang berbohong akan ditetapkan disisi Allah
sebagai pembohong.
Hadis diatas menjelaskan tentang kejujuran yang menunjukkan jalan kebaikan yaitu
berbuat amal sholeh dengsn ikhlas dan jauh dari celaan manusia dan kebaikan itu menunjukkan
jalan kesurga. Dan jika seseorang itu berbuat jujur pada setiap perkara dan sifat jujur itu telah
melekat padanya maka ia tergolong orang-orang yang shiddiq dan ditetapkan pahalanya.

Imam ghazali menggambarkan adanya para nabi seperti Ibrahim, Ismail, dan Idris yang
diterangkan dalam al-Qur’an sebagai orang-orang yang berkata benar. Orang yang beriman
kepada Allah dan hari akhir tentunya akan mengamalkan sifat jujur tersebut, karena perbuatan
jujur akan menunjukkan kepada kehidupan yang lebih baik, baik di dunia maupun di akhirat.
Dan meninggalkan kebohongan yang akan menjerumuskannya ke perbuatan dosa dan neraka.

Anda mungkin juga menyukai