Anda di halaman 1dari 4

Sri dara Mahmudin (2106016059)

Mohamad Pramanda Salih (2106016026)

abdillah arya (2106016041)

Birokrasi merupakan institusi yang memiliki kuasa besar dalam tata kelola pemerintahan. Dengan begitu
maka harapan masyarakat pada birokrasi adalah bahwa birokrasi harus fokus memberkan pelayanan
kepada masyarakat secara professional. Akan tetapi birokrasi yang di cita-citakan bangsa Indonesia
belum terwujud dengan semestinya, antara lain karena : praktek korupsi, kolusi dan nepotisme yang
masih berlangsung; tingkat kualitas pelayanan yang belum memenuhi harapan; tingkat efisiensi,
efektivitas dan produktivitas dari birokrasi pemerintahan masih rendah; tingkat transparansi dan
akuntibilitas birokrasi yang rendah; rendahnya tingkat disiplin dan etos kerja pegawai; dan belum
berjalan secara optimal tingkat efektifitas pengawasan fungsional dan pengawasan internal.
Sebagaimana hal tersebut akhirnya memperkuat tekad bahwa indonesia harus segera melaksanakan
reformasi birokrasi supaya terwujud tata kelola pemerintahan yang bik (good governance). Reformasi
dalam hal ini adalah perubahan yang dilakukan secra bertahap sehingga tidak termasuk tindakan radikal
atau revolusoner.

Pada sebagian negara, birokrasi banyak yang telah direformasi sebagai upaya memperbaiki kualitas
layanan publik. Indonesia telah merencanakan serta menyusun secara sistematis reformasi birokrasi
dalam sebuah Grand Design yang diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 membahas
mengenai Grand design reformasi birokrasi 2010-2025.

Dalam kurun waktu 15 tahun tersebut dibagi menjadi 3 sasaran dalam mengupayakan Grand Design
terselenggara sesuai dengan cita-cita yang diharapkan. Sasaran lima tahun pertama (2010-2014) diharap
Rule-Based Bureaucracy terselenggara, kemudian sasaran lima tahun kedua (2014-2019) diharap
Performance-Based Bureaucracy dapat terselenggara, dan sasaran lima tahun ketiga (2020-2024)
diharap Performance-Based Bureaucracy dapat terselenggara. Peningkatan ini kan terus dilaksanakan
demi tercapainya pemerintahan dengan tata kelola yang baik.

Reformasi birokrasi dan pelayanan publik merupakan dua elemen penting dalam tata kelola
pemerintahan dalam era globalisasi seperti ini menuju terwujudnya pelayanan publik yang berkualitas
dan prima serta tata pemerintahan yang baik. Birokrasi, reformasi birokrasi menjadi komitmen
pemerintah dalam menjalankan tata pemerintahan yang baik. Komarudin Reformasi birokrasi tata kelola
pemerintahan diarahkan pada peningkatan kualitas pelayanan publik, efektivitas dan efisiensi
kelembagaan kementrian/ lembaga dan penanggulangan korupsi. Peran pemerintah dalam
menanggulangi korupsi ini dimaksudkan untuk menciptakan pemerintahan yang bersih.

Sebagai sebuah negara yang heterogen dalam berbagai lini, Indonesia yang merupakan salah satu dari
lima negara terbesar di Dunia sudah menjadi kewajiban memiliki tatanan sistem pemerintahan yang
baik. Karena sampai pada saat ini, Indonesia masih belum bisa terlepas dari masalah sosio-ekonomi.
Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme dimana hal ini merupakan salah satu rangkaian agenda reformasi tahun
1998 belum dilaksanakan dengan baik.

Birokrasi yang menjadi lini terdepan dalam roda pemerintahan tidak menjalankan fungsinya secara baik,
produktivitas yang menurun serta inefisiensi dalam menjalankan fungsi jabatan adalah salah satu faktor
penghambat pembangunan di Indonesia. Padahal sumber daya manusia adalah pilar penting
pembangunan suatu negara. Setidaknya ada lima hal yang harus dilaksanakan dalam mengembalikan
kembali fungsi negara sehingga demokrasi dapat dikonsolidasikan, yakni : Pertama, Birokrasi
pemerintahan yang dapat diberdayakan, Kedua,Pengembangan masyarakat sipil yang bebas dan hidup.
Ketiga, Masyarakat politik yang secara relatif otonom, Keempat, Supremasi dan tertib hukum, dan
Kelima adalah adanya pelembagaan masyarakat ekonomi.

Hal ini selaras dengan teori Max Weber yang menjelaskan bahwa kewenangan dikatakan ada ketika
kepatuhan itu diberikan atas dasar keyakinan terhadap legimitasi atau keabsahan dari perintah.Menurut
Weber juga, ada tiga jenis kewenangan berdasar klaimnya atas legimitasi: pertama, kewenangan
tradisional, yaitu kekuasaan dan dominasi yang dilegitimasi oleh waktu, yaitu karena ia sudah ada sejak
lama atau dengan kata lain karena disucikan oleh tradisi. Kedua, kewenangan karismatik dan dominasi
yang dilegimitasi oleh karakterisitik kepemimpinan pribadi dari sang pemegang kewenangan. Ketiga,
kewenangan legal rasional adalah kekuasaan dan dominasi yang dilegimitasikan oleh aturan-aturan
formal dan hak dari mereka yang mendapatkan kewenangan untuk memberikan perintah sesuai dengan
aturan-aturan itu.

Konsep ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Eko Prasojo dan Teguh Kurniawan, karena
sebuah negara yang bagus adalah dari sisi politik yang kuat dimana birokrasi bermain di dalamnya
memainkan fungsinya secara baik dan sesuai perintah.39Diikuti juga dengan karakteristik pemimpin
yang baik dan karismatik. Melihat kesuksesan yang diterapkan di beberapa daerah dengan sistem Good
Governance menunjukan daerah tersebut bisa bergerak lebih jauh dalam pembangunanya, sehingga
pergerakanya simultan dengan yang diperoleh oleh daerah tersebut.

Ini menunjukan, bahwa reformasi birokrasi sangat nyata dibutuhkan dalam sebuah negara khususnya
negara berkembang dan negara maju. Karena laju kendali pemerintahan sangat tergantung bagaimana
individu terbaik duduk di dalamnya. Dalam Grand Design Reformasi Birokrasi yang dirancang oleh
Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia tahun 2014 – 2025 juga
mengacu pada konsep – konsep di atas. Seperti model dibawah ini :
Masing – masing elemen dalam model di atas mewakili apa yang terdapat dalam teori Max Weber,
dimana memang harus ada legimitasi, supremasi hukum dalam kerangka Good Governance dan
kebijakan pembangunan Indonesia. Menurut Damanhuri, Indonesia masih memakai sistem Birokrasi
patrimonial. Dimana setiap kebijakan dan regulasi yang dikeluarkan dalam kerangka politisasi. Sehingga
terciptalah Birokrasi Berpolitik seperti yang ada dalam model di atas. Ini adalah sebuah sistem yang
harus dihilangkan dan diperbaiki, karena dengan tetap bertahan pada sistem ini kerangka birokrasi
Indonesia akan terus mewarisi penyakit sosio – ekonomi kepada generasi dibawahnya yang tidak lain
adalah kerabat yang memiliki hubungan dekat dengan generasi birokrasi sebelumnya

Pada intinya paradigma yang ada di indonesia menurut kelompok kami adalah new public management
alasan karena
1. pemerintahan katalis (fokus pada pemberian arahan bukan produksi layanan publik),

2. pemerintah milik masyarakat (lebih memberdayakan masyarakat dari pada melayani),


3. pemerintah yang kompetitif (mendorong semangat kompetisi dalam pemberian pelayanan publik),

4. pemerintah yang digerakkan oleh misi (mengubah organisasi yang digerakkan oleh peraturan menjadi
digerakkan oleh misi),

5. pemerintah yang berorientasi hasil (membiayai hasil bukan masukan),

6. pemerintah berorientasi pada pelanggan (memenuhi kebutuhan pelanggan, bukan birokrasi),

7. pemerintah wirausaha (mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar membelanjakan),

8. pemerintah yang antisipatif (berupaya mencegah daripada mengobati),

9. pemerintah desentralisasi (dari hierarki menuju partisipasi dan tim kerja), dan

10. pemerintah berorientasi pada mekanisme pasar (mengadakan perubahan dengan mekanisme
pasar/sistem insentif dan bukan mekanisme administratif/sistem prosedur dan pemaksaan).

Anda mungkin juga menyukai