Anda di halaman 1dari 118

Nilai Sosial dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah

Karya Khalil Gibran


(Analisis Sosiologi Sastra)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh :

MUHAMAD FARHAN

NIM. 53040160002

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2020
Nilai Sosial dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah
Karya Khalil Gibran
(Analisis Sosiologi Sastra)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh :

MUHAMAD FARHAN
NIM. 53040160002

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB, DAN HUMANIORA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2020

i
ii
iii
iv
MOTTO

َ ‫اح بَ ْل يَ ْعنِي أَنَك غَْي ٌر قَابِ ِل لل َف‬ ِ َ‫ك غَي ر ق‬


ِ ‫اد ٍر َعلَى الن َج‬ ِ ِ
‫ش ِل‬ ٌ ْ َ ‫أَ ْن تُ َحا ِو َل م َر ًار الَيَ ْعني أَن‬

Usahamu yang terus menerus tanpa henti bukan berarti kamu tidak mampu untuk
sukses. Hal itu menunjukan bahwa kamu tidak mau gagal.

PERSEMBAHAN

jika penulisan ini bernilai ibadah, dengan perantara skripsi ini


saya persembahkan khusus papa dan mama serta semua anggota keluarga yang
mendukung dan mendoakanku.
untuk para Dosenku semoga diberi panjang Umur,
untuk saudara-saudaraku yang kucintai,
Dan sahabat-sahabat seperjuangaku,

v
ABSTRAK

Farhan, Muhamad. (2020). ”Nilai Sosial dalam Novel al-Ajnihah al-


Mutakassirah Karya Khalil Gibran (Analisis Sosiologi Sastra)”. Skripsi
Strata 1 (S-1). Program Studi Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas
Ushuluddin, Adab dan Humaniora. IAIN Salatiga.

Penelitian ini mengungkapkan nilai sosial menggunakan kajian sosiologi


sastra dalam novel al-Ajnihah al-Mutakassirah karya Khalil Gibran. Kajian
sosiologi sastra pada penelitian ini memfokuskan pada pendekatan sosiologi sastra
Rene Wellek & Austin Warren. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dimana teknik pengumpulan data dari buku, skripsi dan jurnal yaitu memakai
teknik kepustakaan, diperoleh sesuai dengan masalah dan tujuan pengkajian sastra
yang berkaitan dengan nilai sosial dan kajian sosiologi sastra dengan sumber data
novel al-Ajnihah al-Mutakassirah karya Khalil Gibran.
Hasil penelitian nilai sosial yang digambarkan dalam novel al-Ajnihah al-
Mutakasirah karya Khalil Gibran dalam analisis sosiologi sastra, yaitu adanya
nilai sosial yang terdiri dari nilai kasih sayang, nilai tanggung jawab dan nilai
bertentangan hidup. Disamping itu adanya pesan moral dalam novel menjadi hasil
penelitian, yaitu pertama ikhlas dalam menjalani kehidupan ini, apapun
rintangannya, dan ikhlas untuk tidak bisa memiliki hal yang diinginkan. Kedua
menjadi pemimpin harus bisa mengayomi dan bertanggung jawab kepada
rakyatnya.

Kata Kunci: Nilai Sosial, Pesan Moral, Sosiologi Sastra

vi
PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi huruf (pengalihan huruf) dari huruf Arab ke


huruf latin yang digunakan adalah hasil Keputusan Bersama Menteri Agama RI
dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 atau Nomor
0543 b/u 1987, tanggal 22 Januari 1988, dengan melakukan sedikit modifikasi
untuk membedakan adanya kemiripan dalam penulisan.

A. Penulisan huruf :

No Huruf Arab Nama Huruf Latin


1 ‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan
2 ‫ب‬ Ba’ B
3 ‫ت‬ Ta T
4 ‫ث‬ Sa ṡ
5 ‫ج‬ Jim J
6 ‫ح‬ Ha ḥ
7 ‫خ‬ Kha Kh
8 ‫د‬ Dal D
9 ‫ذ‬ Zal Ż
10 ‫ر‬ Ra R
11 ‫ز‬ Za Z
12 ‫س‬ Sin S
13 ‫ش‬ Syin Sy
14 ‫ص‬ Syad ṣ
15 ‫ض‬ Dad ḍ
16 ‫ط‬ Ta’ ṭ
17 ‫ظ‬ Za ẓ
18 ‫ع‬ ‘ain ‘ (koma terbalik di atas)
19 ‫غ‬ Gain G
20 ‫ف‬ Fa’ F

vii
21 ‫ق‬ Qaf Q
22 ‫ك‬ Kaf K
23 ‫ل‬ Lam L
24 ‫م‬ Mim M
25 ‫ن‬ Nun N
26 ‫و‬ Wawu W
27 ‫ﻫ‬ Ha’ H
28 ‫ء‬ Hamzah ‘ (apostrof)
29 ‫ي‬ Ya’ Y

B. Vokal :

َ Fathah Ditulis ‘a’


َ Kasrah Ditulis ‘i’
َ Dlammah Ditulis ‘u’

C. Vokal Panjang

‫ا‬+ َ Fathah+alif Ditulis ā ‫جاﻫلية‬ Jāhiliyyah


‫ى‬+ َ Fathah+alif layyin Ditulis ā ‫تنسى‬ Tansā
ْ‫ي‬+ َ Kasrah+ya’ mati Ditulis ī ‫حكيم‬ Ḥakīm
‫و‬+ َ Dlammah+wawu mati Ditulis ū ‫فروض‬ furūḍ

D. Vokal Rangkap

‫ي‬+ َ Fathah + ya’ mati Ditulis ai ‫بينكم‬ Bainakum


‫و‬+ َ Fathah + wawu mati Ditulis au ‫قول‬ Qaul

E. Huruf Rangkap karena tasydid ) َ) ditulis rangkap :

‫د‬ Ditulis dd ‫عدة‬ ‘Iddah


‫ن‬ Ditulis nn ‫منا‬ Minna

viii
F. Ta’ Marbuthah:

1. bila dimatikan ditulis dengan h :

‫حكمة‬ Hikmah
‫جزية‬ Jizyah
(ketentuan ini tidak berlaku untuk kata-kata bahasa Arab yang sudah diserap ke
dalam bahasa Indonesia)

2. bila hidup atau berharakat ditulis t :

‫زكاة الفطر‬ Zakāt al-fitr


‫حياة اإلنسان‬ Ḥayāt al-insān

G. Vokal pendek berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof (‘) :

‫أأنتم‬ A’antum
‫أعدد‬ U’iddat
‫لئن شكرتم‬ La’in syakartum

H. Kata sandang alif+lam

Al-qamariyah ‫القرأن‬ Al-Qur’ān


Al-syamsiyah ‫السماء‬ Al-Samā’

I. Penulisan Kata-kata dalam rangkaian kalimat :

Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya

‫ذوي الفروض‬ żawi al-furūd


‫اﻫل السنة‬ Ahl al-sunnah

ix
KATA PENGANTAR

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah


melimpahkan berkah, rahmat, dan hidayahnya sehingga peneliti mampu
menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya halangan suatu apapun. Shalawat serta
salam semoga selalu terlimpah curahkan kehadirat Nabi Agung Muhammad Saw.,
keluarganya dan sahabat-sahabatnya.

Penulisan skripsi ini sungguh membutuhkan kesungguhan hati, kerja


keras, kesabaran, serta konsistensi guna menghasilkan penelitian yang baik sesuai
dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku. Skripsi dengan judul Nilai
Sosial dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah karya Khalil Gibran (Analisis
Sosiologi Sastra). Dapat terselesaikan sesuai harapan peneliti dan suatu
kenikmatan yang tiada ternilai bagi peneliti karena dapat menyelesaikan skripsi
ini untuk melengkapi syarat-syarat guna mendapatkan gelar sarjana S1 Bahasa
dan Sastra Arab, sehingga pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima
kasih kepada:

1. Prof. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag., selaku Rektor IAIN Salatiga.


2. Dr.Benny Ridwan, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab,
dan Humaniora IAIN Salatiga.
3. Dr. Agus Ahmad Su’aidi, Lc., M.A., selaku Ketua Program Studi
Bahasa dan Sastra Arab.
4. Dr. Supardi, S.Ag., M.A., selaku Wakil Dekan 1 sekaligus dosen
Program Studi Bahasa dan Sastra Arab.
5. Muhamad Hanif, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Dosen Pembimbing Skripsi karena sudah mebimbing dan memberi
arahan untuk menyelesaikan skripsi ini.

x
6. Orangtua saya Papa Suherizal dan Mama Fitri Qatriyanti kedua orang
tua yang telah mendidik, mengajari, menguatkan dan membekali
pelajaran hidup kepada peneliti, dan mendoakan dengan tulus serta
menyemangati sehingga peneliti bisa menyelesaikan Skripsi ini.
7. Saudara-saudaraku yang tercinta adik kandung saya Nurul Hafiza
Rizalia Putri dan Nesya Rayhanita Ayunani. Dan saudara sepupu saya
Muhammad Aditya Majdi yang selalu mendoakan, menyayangi,
mengingatkan untuk bangkit dan mendukung peneliti. Peneliti tidak
bisa menjelaskan bersyukurnya memiliki saudara-saudara yang terhebat
dalam hidup peneliti.
8. Teman-teman seperjuangan BSA 2016. Terima kasih untuk memori
yang kita kenang setiap harinya, atas tawa setiap hari kita miliki, dan
atas solidaritas yang luar biasa. Sehingga masa kuliah selama 4 tahun
ini menjadi lebih berarti. Semoga saat-saat indah itu akan selalu
menjadi kenangan yang paling indah.
9. Keluarga Takmir Masjid Ar-Rohmah, Mas Sigit Suprayogi dan Mba
Atik dan keluarganya, Mas Arif Fadhlurrohman, dan Mas Al-Musyahdi,
terima kasih sudah menerima peneliti apa adanya dan memberi
kesempatan untuk mengabdi di Masjid, mohon maaf yang sebesar-
besarnya jika peneliti ada kekurangan dan kesalahan dari perkataan dan
perbuatan.
10. Sahabat saya Alif, Zian, Aji, Ulin, Indah Kusuma, Khoirina, Nailul,
Fitri, Fajaroh, Adik Laila, Lilis, Fanni, Rahma, Tari, Naya, Ida, Mar’ah,
Liza, Nila dan saya tidak bisa saya sebutkan satu persatu, tetapi tidak
mengurangi rasa persahabatan kita. Terima kasih kalian sudah menjadi
tempat cerita saya dan juga memberi saya pembelajaran tentang
kehidupan, walau kita mempunyai jalan masing-masing, tetapi kita
Saling menguatkan satu sama lainya. Yang kita lakukan bersama itu
sangat berkenang sekali di kehidupan peneliti. Dan mohon maaf jika
peneliti ada salah kata dan perbuatan.

xi
11. Temen-temen ITTAQO yang telah memberikan masa-masa indah
penuh kenangan GEMA, MLA, Seminar dan lain sebagainya. Dan
ketua umum Ittaqo panutan semua orang Alif Aji Purnomo sudah
mengarahkan peneliti, untuk Anis Widadtya Fidela, Dyah ayu Lestari,
Shima Widya Wulandari terima kasih kalian menjadi tempat cerita dan
sambat peneliti dan Amri Windianto, Farid Maulana dan Thoriq yang
rela mengorbankan banyak waktunya utnuk memajukan ITTAQO
12. Temen-teman Imasasi khususnya untuk Imasasi Wilayah VI, yang telah
memberikan pelajaran sungguh berarti bagaimana kita bertahan,
melewati masa-masa yang indah (terutama ketika jalan-jalan bersama
dan melewati kegiatan yang penuh lika-liku. Tetaplah totalitas, loyalitas
untuk Imasasi.
13. Teman-Teman Great Of Salatiga siapapun itu, terima kasih telah
memberi kesempatan untuk mengikuti kegiatannya dan menjadi
Relawan di segala bidang dari pendidikan, lingkungan dan lain-lain.
14. Orang terdekat saya, Lailatin Mas’amah, Niswatul Mufidah, Afifah
Nabila. Terima kasih menjadi teman seperti saudara sendiri, yang
menjadi tempat cerita, selalu ada dalam keadaan senang dan susah, dan
menemani perjalanan saya. Mohon Maaf jika ada kekurangan dan
kesalahan peneliti, dan terima kasih sudah saling menguatkan.
15. Adik tingkat di Imasasi, Ittaqo, HMPS BSA, dan Great Of Salatiga
yang peneliti tidak bisa sebut satu persatu karena saking banyak, dan
beberapa dari kalian terima kasih sudah menjadi tempat becerita saya.
16. Fotocopy Om Deo dan fotocopy sekitaran salatiga yang membantu
memperlancar mencetak naskah.
17. Teman posko KKN Desa Kaponan, Pa Kadus Dusun wekas beserta
Istrinya dan Bapak Yai Yazid beserta Istrinya yang senantiasa
memberikan doa dan dukungannya untuk menyelesaikan skripsi ini.
18. Terima kasih juga untuk seluruh pembaca, semoga tulisan saya ini
senantiasa memberi manfaat dan berguna.

xii
Teriring do’a, semoga segala kebaikan semua pihak yang membantu
penulis dalam penulisan skripsi ini dibalas dengan kebaikan pula serta
dilipat gandakan pahalanya oleh Allah Swt. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Karenanya, kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain (pembaca) pada
umumnya.

Salatiga, 18 September 2020

Penulis Skripsi

Muhamad Farhan
NIM. 53040160002

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................iii
PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah. ............................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 5
E. Tinjauan Pustaka ................................................................... 6
F. Penegasan Istilah ................................................................... 9
G. Metode Penelitian.................................................................. 9
H. Sistematika Penulisan ......................................................... 11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sosiologi Sastra ................................................................... 12
1. Pengertian Sosiologi Sastra ........................................... 12
2. Teori Sosiologi Sastra ................................................... 16
3. Model & Paradigma Teori Sosiologi Sastra ................. 18
B. Teori Nilai Sosial ................................................................ 20
1. Pengertian Teori Nilai Sosial ................................ ..... .. 20
2. Ciri-ciri Nilai Sosial....................................................... 25
3. Bentuk-bentuk Nilai Sosial ............................................ 26

xiv
BAB III
LIBANON, KHALIL GIBRAN DAN
STRUKTUR NOVEL AL-AJNIHAH AL-MUTAKASSIRAH
A. Kondisi Libanon ................................................................. .31
1. Kondisi Geografis .......................................................... 31
2. Kondisi Sosial Masyarakat Libanon .............................. 33
B. Biografi Penulis................................................................... 34
1. Latar belakang kehidupan Penulis ................................. 34
2. Gambaran Umum Realita kehidupan Novel al-
Ajnihah al-Mutakassirah ............................................... 46
C. Struktur Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah ........................ 50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Nilai Sosial dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah ....... 64
1. Loves (Kasih Sayang) ................................................... 64
2. Responsibility (Tanggung Jawab) ................................. 76
3. Nilai Bertentangan Hidup ............................................. 83
B. Pesan Moral dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah..... .86
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 93
B. Saran.................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 95
LAMPIRAN ..................................................................................................... 97
LEMBAR KONSULTASI .............................................................................. 99
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................... 101

xv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam penelitian ini, kajian sosiologi difokuskan pada nilai sosial
dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakasirah. Karena dalam Sosiologi
kajiannya meliputi kehidupan manusia dalam realitas sosial, karena
subjeknya adalah masyarakat dan objeknya berupa kehidupan manusia
dalam masyarakat. Sedangkan, sosiologi sastra yang menjadi subjek
penelitian adalah karya sastra sedangkan objeknya kehidupan manusia
dalam dunia rekaan sebagai hasil imajinasi. 1 Sedangkan peneliti mencari
kajian sosiologi sastra dalam nilai sosial melalui novel al-Ajnihah al-
Mutakassirah.
Dalam pengertian Novel atau sering disebut sebagai roman
adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu,
yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan nyata yang
representatif dalam suatu alur atau suatukeadaan yang agak kacau
atau kusut. Novel memunyai ciri bergantung pada tokoh, menyajikan
lebih dari satu impresi, menyajikan lebih dari satu efek, menyajikan
lebih dari satu emosi.
Nurgiyantoro mengemukakan bahwa novel merupakan karya
fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel juga diartikan sebagai suatu
karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak
dan sifat pelaku.2
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil pendapat dari Auguste
Comte, yaitu pengertian sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir perkembangan ilmu
1
Sujarwa, Model dan Paradigma Teori Sosiologi Sastra (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,
2019), hlm 1
2
http://digilib.unila.ac.id/5964/16/BAB%20II.pdf , Diakses pada 7 Maret 2020
2

pengetahuan. Sosiologi lahir pada saat-saat terakhir perkembangan ilmu


pengetahuan. Oleh karena itu, Sosiologi didasarkan pada kemajuan
kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh ilmu-ilmu pengetahuan
lainnya.3
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan
bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari
struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan
sosial.4
Keterkaitan Sosiologi tidak jauh dengan sastra. Berbicara
mengenai sastra tidak terlepas dari bagaimana definisi sastra itu sendiri.
Meskipun telah banyak tokoh intelek mempersepsikan apa itu sastra,
namun pengkajian sastra itu sendiri masih tetap menarik untuk selalu
dibahas. Wellek dan Warren mengartikan sastra dalam beberapa
pengertian. Pertama, sastra sebagai segala sesuatu yang tertulis atau
tercetak. Kedua, sastra hanya dibatasi pada “mahakarya”, yaitu buku-buku
yang dianggap menonjol karena bentuk dan ekspresi sastranya. Dalam hal
ini, kriteria yang dipakai adalah segi estetis, atau nilai estetis
dikombinasikan dengan nilai ilmiah. Ketiga, sastra diterapkan pada seni
sastra, yaitu dipandang sebagai karya imajinatif.5
Sosiologi Sastra diklasifisikan oleh Rene Wellek & Austin Warren
sebagai berikut: pertama adalah Sosiologi pengarang, profesi pengarang,
dan institusi sastra. Yang kedua adalah isi karya sastra, tujuan, serta hal-
hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri dan yang berkaitan
dengan masalah sosial. Yang terakhir adalah dampak sosial terhadap karya
sastra.6

3
Soerjono S – Budi Sulistyowati, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2015) hlm.4
4
Ibid hlm. 17
5
Rene, Wellek & Austin Warren. Teori Kesusastraan (Alih Bahasa oleh Melani Budianta). M.B.
Gramedia, Jakarta, 2016, hlm. 11

6
Ibid hlm. 100
3

Nilai dalam bahasa inggris “value”, dalam bahasa latin “velere”,


atau bahasa Prancis kuno “valoir” atau nilai dapat diartikan berguna,
mampu akan, berdaya, berlaku, bermanfaat dan paling benar menurut
keyakinan seseorang atau sekelompok orang” 7. Sehingga nilai merupakan
kualitas suatu hal yang menjadikan hal yang disukai, diinginkan, dikejar,
dihargai, berguna dan suatu yang terpenting atau berharga bagi manusia
sekaligus inti dari kehidupan.
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat,
mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh
masyarakat. Sebagai contoh, orang menganggap menolong memiliki nilai
baik, sedang mencuri bernilai buruk. Suparto mengungkapkan bahwa
nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Di antaranya
nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan
masyarakat dalam berfikir dan bertingkah laku.
Novel al-Ajnihah Al-Mutakassirah (Sayap-Sayap Patah) adalah
salah satu karya tokoh sastrawan yang sangat terkenal kelahiran Lebanon
yaitu Khalil Gibran. Karya-karyanya tidak hanya dibaca, tetapi juga telah
mengilhami gagasan, prinsip, serta seringkali disenandungkan oleh
berbagai kalangan. Jadi sayap-sayap patah itu menceritakan kisah antara
laki-laki dan perempuan dimana keduanya saling mencintai. Yang laki-
laki bernama Khalil Gibran dan yang perempuan namanya Salma Karamy.
Bagaimana kehidupan seorang laki-laki yang memiliki perasaan sangat
mencintai seorang perempuan, seorang laki-laki yang selalu menjaga
amanah yang telah diberikannya oleh Ayah dari perempuan yang dia
cintai, untuk selalu menjaga anak perempuannya yang hidup penuh dengan
kesunyian dan kesendirian, perempuan yang Ibunya meninggal ketika dia
berusia tiga tahun. Dengan berjalannya waktu lelaki dan wanita ini sama-
sama memiliki perasaan cinta, namun sayang cinta diantara mereka tidak
bisa bersatu.

7
Sutarjo Adisusilo, Jr. Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2017),
hlm.56.
4

Dalam novel al-Ajnihah al-Mutakassirah menceritakan Wanita


yang bernama Salma Karamy menikah dengan pria lain yaitu Kemenakan
seorang pendeta. Faris Affandy Karamy adalah seorang ayah dari Salma
Karamy yang terpaksa harus tunduk menerima permintaan Uskup itu,
meski dia sudah mengetahui siapa Kemenakan si Uskup.
Pada zaman abad 19, di negara Libanon, tak ada orang kristen yang
berani melawan pendetanya atau berani mengingkarinya perintah
pimpinan agamanya. Meski sang Pendeta jahat tetapi akan tetap dianggap
baik oleh semua orang, seandainya Orang Tua itu menentang dan menolak
keinginan si Pendeta, maka nama baik Salma Karamy akan jatuh, dia akan
selalu direndahkan oleh bibir dan lidah orang-orang yang kotor.
Ayah Salma seorang kaya raya bertemu seorang Mansour Bey
adalah seorang laki-laki yang mendapatkan semua kemewahan hidup
dengan sangat mudah. Walau begitu ia tetap saja tak puas dan serakah.
Setelah menikahi Salma, ia menyia-nyiakan ayah istrinya dalam kesepian
dan mendoakan kematiannya supaya ia bisa mewarisi kekayaan yang
ditinggalkannya.
Watak Mansour Bey serupa dengan pamannya, satu-satunya
perbedaan antara keduanya adalah Uskup itu mendapatkan semuanya yang
diinginkannya. Uskup pergi ke gereja dan menghabiskan sisa harinya
mencuri dan bermain dengan perempuan-perempuan. Dan Mansour Bey
menghabiskan harinya mengejar kenikmatan dunia.
Penulis mengangkat penelitian ini adalah Nilai Sosial terdapat pada
novel al-Ajnihah al-Mutakassirah Karya Khalil Gibran. Penulis memilih
penelitian ini karena nilai sosial tidak hanya terdapat di praktek kehidupan
sehari-sehari, tetapi terdapat juga pada novel atau karya sastra lainnya.
Sebagaimana sedikit kisah yang terdapat pada novel al-Ajnihah al-
Mutakassirah dapat diketahui sosiologi sastranya, khususnya di nilai
sosial. Untuk itu menjadikan adanya sesuatu yang perlu dicermati pada
novel tersebut, dimana hal tersebut adalah adanya analisis teori sosiologi
sastra melalui nilai sosial.
5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, maka yang
menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana Nilai Sosial yang digambarkan dalam novel al-Ajnihah al-
Mutakassirah karya Khalil Gibran?
2. Apa pesan moral novel karya Khalil Gibran yang berjudul al-Ajnihah
al-Mutakassirah?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas,
maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menjelaskan Nilai Sosial yang tergambar dalam Novel al-
Ajnihah al-Mutakassirah melalui unsur-unsur dalam novel tersebut.
2. Untuk mengetahui pesan moral Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah.

D. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian selain mempunyai tujuan penelitian juga
diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini dapat memberikan Pengetahuan khususnya tentang
Nilai sosial dan Sosiologi Sastra kepada pembaca
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan motivasi membaca
terutama di Novel khususnya Mahasiswa program studi Bahasa dan
Sastra Arab.
b. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
memberikan jawaban terhadap pembaca novel dalam permasalahan
yang sedang diteliti.
c. Untuk memberikan bahan masukan sumber informasi dan gagasan
pemikiran bagi penelitian yang selanjutnya.
6

E. Tinjauan Pustaka
Fungsi tinjauan pustaka adalah untuk mengembangkan secara
sistematis penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian
yang akan disusun. Dalam suatu penelitian yang akan dilaksanakan
memerlukan keaslian. Oleh karena itu sebuah penelitian memerlukan
tinjauan pustaka.
Berdasarkan penelusuran yang telah peneliti lakukan sejauh ini,
ada beberapa karya ilmiah yang dalam bentuk skripsi dan jurnal yang
bahwasanya novel dengan judul al-Ajnihah al-Mutakassirah atau Sayap-
sayap Patah karya Khalil Gibran telah diteliti oleh:
Penelitian yang pertama yang dilakukan oleh Amiroh Nichayatun
Munir Azizah, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan
Humaniora di UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang dengan judul
skripsi:“Konflik Sosial dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah Karya
Khalil Gibran (Kajian Sosiologi Sastra dalam Presepektif George
Simmel)” pada tahun 2018. Dalam penelitiannya Amiroh Nichayatun
Munir Azizah mengungkapkan bahwa dengan salah satu objek sastra yaitu
lewat penyelesaian konflik sosial antarpribadi dalam novel, adanya
kompromi, kemenangan satu pihak di atas kekalahan pihak lain, dan
sepakat untuk tidak sepakat.. Dalam analisisnya menggunakan analisis
data, peneliti menggunakan teori Miles dan Huberman untuk menunjukkan
bentuk, penyebab, dan penyelesaian konflik sosial yang terjadi pada novel
dengan perspektif George Simmel.
Peneliti yang kedua yang dilakukan Illiyya Fahmi Rosyida,
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Humaniora di
UIN Sunan Ampel, Surabaya dengan judul skripsi: “Perwatakan Tokoh
Utama dalam Novel Sayap-sayap Patah Karya Khalil Gibran (Kajian
Psikologi Sastra menurut Sigmund Freud)” pada tahun 2018. Dalam
penelitiannya Illiyya Fahmi Rosyada mengungkapkan hubungan dengan
tokoh “Aku” dan “Salma” dalam novel “al-Ajnihah al-Mutakassirah”
karya Khalil Gibran memakai teori Psikoanalisanya Sigmund Freud. D
7

Dalam jenis penelitian ini adalah Library Research, dengan teori


Psikonalisa Sigmund Freud menganggap bahwa diri manusia terdapat 3
komponen kepribadian yaitu Id, Ego, dan Superego. Novel sebagai
datanya. Adapun metode yang digunakan adalah Kualitatif Deskriptif.
Dalam hasil penelitian bahwa perwatakan tokoh “Aku” didominasi oleh
Id, Ia menginkan Salma untuk selalu bersamanya dan tanpa rasa takut ia
tetap menemui Salma, meski Salma sudah menikah orang lain. Sedangkan
perwatakan tokoh “Salma” juga didominasi oleh Id, karena ia tetap
menemui kekasihnya meski sudah menikah dengan orang lain. Hingga rela
berkorban demi sang kekasih, agar tidak terlukai oleh keluarga suaminya.
Peneliti yang ketiga yang dilakukan Muhammad Qazwaeni,
Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya di
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul skripsi: “Novel al-Ajnihah
al-Mutakssirah Karya Khalil Gibran (Studi Penelitian Hegemoni Antonio
Gramsci)” pada tahun 2018. Dalam penelitiannya Muhammad Qazwaeni
menggunakan Teori Hegeomoni Antonio Gramsci, yang berfungsi
menganalisis dan mengungkapkan bentuk-bentuk hegemoni kelompok
dominan atas kelompok sub-altren, karena hal tersebut merupakan hasil
dari proses pengaruh gagasan, pemikiran dan budaya yang kemudian
menjadi kepercayaan populer di tengah-tengah kehidupan sosial
masyarakat. Setelah melakukan analisis terhadap objek materi, Qazwaeni
menemukan bentuk Hegemoni yang telah dilakukan oleh kelompok
dominan yaitu kelompok atas yang berpengaruh di kehidupan sosial
masyarakat, hal tersebut diwujudkan dalam tokoh pendeta, Uskup Bulos
Galib yang memanfaatkan profesinya sebagai pemuka agama untuk
mendapatkan kekuasaan sehingga keinginannya dapat terpenuhi dengan
mudah, bersama dengan keponakanya Mansour Bey Galib.
Peneliti yang keempat yang dilakukan Ida Nursida, Mahasiswa di
Universitas Sultan Maulana Hasanuddin Banten dengan judul jurnal:
”Majaz dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah (sayap-sayap patah)
Karya Khalil Gibran (Kajian Stilistika dan Semiotik)” pada tahun 2018.
8

Dalam Karya Ilmiahnya dalam Jurnal Ida Nursida menungungkapkan


bahwa dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah banyak bahasa yang
indah dan pilihan diksi yang kuat pada novel dan puisinya banyak diteliti
oleh peminat sastra, karena di dalamnya terdapat banyak bahasa-bahasa
yang dapat ditelistik secara Semiotik dan majaz isti’arah dalam
pendekatan Stilistika Balaghiyah.
Penelitian yang kelima yang dilakukan Cut Atika, Mahasiswa
Sastra Asia Barat, Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Hasaanuddin,
Makassar dengan judul skripsi: “AL-Majaz dalam Novel al-Ajnihah al-
Mutaksirah Karya Khalil Gibran (Suatu Tinjauan Stilistika)” pada tahun
2016. Dalam penelitiannya Cut Atika mendeskripsikan tentang
penggunaan al-Majaz di dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah.
Kemudian menganalisis dengan menggunakan pendekatan Stilistika, untuk
menjelaskan jenis-jenis al-Isti’arah dan al-Majaz al-Mursal yang terdapat
dalam Novel dan menganalisis makna-maknanya yang terdapat pada setiap
penggunaan al-Majaz tersebut.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, sejauh pengamatan peneliti
melakukan tinjauan pustaka dengan menelusuri karya ilmiah dalam bentuk
skripsi dan jurnal, maka penelitian dengan judul “ Nilai Sosial dalam
Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah Karya Khalil Gibran (Analisis
Sosiologi Sastra) ada beberapa persamaan yang terdapat pada skripsi yang
akan dikaji oleh peneliti. Adapun persamaan ini hanya sebatas pada objek
formalnya yaitu Sosiologi Sastra dan kajian sastranya. Akan tetapi dilihat
dari “Nilai Sosial” peneliti akan mengembangkan bentuk-bentuknya. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk menulis topik ini dan harapannya dapat
mendapat refrensi untuk peneliti selanjutnya.
9

F. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan pembahasan mengenai judul penelitian ini.
Terlebih dahulu penulis akan mengemukakan arti istilah yang terkandung
dalam judul tersebut.
1. Nilai Sosial adalah nilai yang berkaitan dengan norma-norma yang ada
di dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Sosiologi Sastra adalah Ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum dan
sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam
menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan dan
insting.8

G. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian kualitatif sastra yang berprespektif sosiologi sastra.
Menurut Neuman bahwa proses penelitian kualitatif dimulai dengan
pemilihan topik.9 Topik yang digambarkan dalam penelitian kualitatif
di antaranya:
a. Deskripsi secara umum.
b. Studi kepustakaan.
c. Pengumpulan data
d. Analisis data
e. Penafsiran
f. Kesimpulan.10.

8
Suwardi Endraswara, Metode Penelitian Sastra, (Yogyakarta:CAPS, 2013) hlm.79
9
J.R.Raco, Metode Penelitian Kualitatif “Jenis, Karakteristik, dan keunggulannya”, (Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana,2010) hlm.18
10
Nyoman K Ratna, Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015) hlm.48-49
10

2. Objek penelitian
Objek penelitian ini adalah kajian yang menjadi Nilai Sosial dalam
Novel Al-Ajnihah Al-Mutakasirah Karya Khalil Gibran yang
berbentuk PDF edisi 7 Maret 2007.
3. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
primer dan sekunder berupa kepustakaan yaitu berupa buku, skripsi,
jurnal dan Novel.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan
teknik kepustakaan, membaca, analisis data, dan catat. Teknik pustaka
yaitu menggunakan sumber-sumber tertulis dan online yang
digunakan, diperoleh sesuai dengan masalah dan tujuan pengkajian
sastra, yakni berkaitan dengan nilai sosial dan kajian sosiologi sastra.
5. Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah Analisis
Deskriptif Kualitatif.
11

H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ditentukan agar dapat memperoleh gambaran
yang jelas dan menyuluruh. Adapun sistematikannya adalah sebagai
berikut.
Bab I, pendahuluan memuat latar belakang, Rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, penegasan istilah
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II, terdiri dari landasan teori terdiri dari pengertian sosiologi
sastra, Teori Sosiologi Sastra, Model & Paradigma Teori Sosiologi Sastra,
Teori Nilai Sosial, Ciri-ciri Nilai Sosial, dan Bentuk-benuk Nilai Sosial.
Bab III, memuat Kondisi Libanon terdiri dari kondisi Geografi dan
Kondisi Sosial Masyarakat Libanon, biografi penulis terdiri dari latar
belakang kehidupan penulis Novel, Gambaran Umum Realita Kehidupan
Novel al-Ajnihah al-Mutakasirah, dan Struktur Novel terdiri dari Novel
dan unsur-sunsurnya,
BAB IV, memuat analisis nilai sosial dalam Novel al-Ajnihah al-
Mutakassirah dan pesan moral yang dalam Novel al-Ajnihah al-
Mutakassirah karya Khalil Gibran.
Bab V, merupakan bab terakhir yang memuat kesimpulan dan
saran, dan bagian terakhir skripsi terdapat daftar pustaka dan lampiran.
12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sosiolagi Sastra
1. Pengertian Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal
dari kata sosio, dalam bahasa Yunani (Socius) berarti bersama-sama,
bersatu, kawan, teman dan kata logi (logos) berarti sabda, perkataan,
perumpamaan. Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna,
sosio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi, sosiologi
berarti ilmu mengenal asal usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat,
Jadi Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan
jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum,
rasional, dan empiris. Sastra dari akar kata sas dalam bahasa Sansekerta
berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan intruksi. Akhiran
tra berarti alat, sarana. Jadi Sastra adalah kumpulan alat untuk mengajar,
sebagai buku petunjuk atau pengajaran yang baik. Makna kata sastra
bersifat lebih spesifik yaitu kesusastaraan, yang artinya kumpulan hasil
karya yang baik.11
Sosiologi sastra, yang memahami fenomena sastra dalam hubungannya
dengan aspek sosial, merupakan pendekatan atau cara membaca dan
memahami sastra yang bersifat interdisipliner. Oleh karena itu, sebelum
menjelaskan hakikat sosiologi sastra, seorang ilmuwan sastra seperti
Swingewood dalam The Sociology of Literature terlebih dulu menjelaskan
batasan sosiologi sebagai sebuah ilmu, batasan sastra, baru kemudian
menguraikan perbedaan dan persamaan antara sosiologi dengan sastra.
Swingewood mendefinisikan bahwa sosiologi merupakan studi yang
ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai
lembaga-lembaga dan proses-proses sosial. Sosiologi berusaha menjawab

11
Nyoman K Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) hlm.1
13

pertanyaan mengenai bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana


cara kerjanya, dan mengapa masyarakat itu bertahan hidup.12
Dalam sosiologi kajian lebih difokuskan pada kehidupan manusia
dalam realitas sosial, karena subjeknya adalah masyarakat dan objeknya
berupa kehidupan manusia dalam masyarakat. Sedangkan, sosiologi sastra
yang menjadi subjek penelitian adalah karya sastra sedangkan objeknya
kehidupan manusia dalam dunia rekaan sebagai hasil imajinasi.13
Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif.
Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra
sebagai cermin kehidupan masyarakat. Dasar penelitian sosiologi sastra
adalah kehadiaran sastra tidak dalam kekosongan sosial. Kehidupan sosial
akan menjadi muncul lahirnya karya sastra. Karya sastra yang berhasil
yaitu yang mampu merefleksikan zamannya. 14
Sosiologi sastra adalah penelitian yang terfokus pada masalah
manusia. Karena sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia
dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan, dan
intuisi.15
Sosiologi Sastra adalah penelitian terhadap karya sastra dengan
mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya. Dengan demikian,
penelitian sosiologi sastra, baik dalam bentuk penelitian ilmiah maupun
aplikasi praktis, dilakukan dengan cara mendeskripsikan, memahami, dan
menjelaskan unsur-unsur karya sastra dalam kaitannya dengan perubahan-
perubahan struktur sosial yang terjadi disekitarnya. 16
Dari perbedaan sosiologi dan sastra terletak kepada pelaku atau
pengamat, yaitu sosiolog melukiskan kehidupan manusia dan masyarakat

12
Wiyatmi, Sosiologi Sastra ( Yogyakarta:Kanwa Publisher, 2013), hlm. 6
13
Sujarwa, Model dan Paradigma Teori Sosiologi Sastra (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2019),
hlm.1
14
Suwardi Endraswara, Metode Penelitian Sastra, (Yogyakarta:CAPS,2013), hlm 77
15
Ibid, hlm 79
16
Nyoman K Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) hlm.25
14

melalui analisis ilmiah dan objektif, sedangkan ada sastrawan


mengungkapkannya melalui emosi, secara subjektif dan evaluatif 17
Sosiologi Sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitanya dengan
masyarakat, maka model analisis yang dapat dilakukan meliputi tiga
macam, sebagai berikut:
a. Menganalisis masalah-masalah sosial yang terkandung didalam karya
sastra itu sendiri, kemudian menghubungkannya dengan kenyataan
yang pernah terjadi. Pada umumnya disebut sebagai aspek ekstrensik,
model hubungan yang terjadi refleksi.
b. Sama dengan di atas, tetapi dengan cara menemukan hubungan
antarstruktur, bukan aspek tertentu, dengan model hubungan yang
bersifat dialektika.
c. Menganalisis karya dengan tujuan untuk memperoleh infomasi tertentu,
dilakukan oleh disiplin tertentu. Model analisis inilah yang pada
umumnya menghasilkan penelitian karya sastra sebagai gejala kedua.18
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra
memiliki kaitan erat dengan masyarakat dan dengan demikian harus
diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat, sebagai berikut:
1) Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh yang bercerita,
disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut anggota
masyarakat.
2) Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap aspek-aspek
kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga
difungsikan oleh masyarakat.
3) Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui
kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung
masalah-masalah kemayarakatan.
4) Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi
yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga
17
Ibid, hlm. 4
18
Nyoman K Ratna, Teori,Metode, dan Teknik penelitian Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2015) hlm.339-340.
15

logika. Masyarakat jelas sangat berkepentingan terhadap ketiga aspek


tersebut.
5) Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas,
masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya.19
Tujuan sosiologi sastra adalah meningkatkan pemahaman terhadap
sastra dalam kaitanya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa
kejadian tidak berlawanan dengan kenyataan. Karya sastra jelas
dikonstruksikan secara imajinatif, tetapi kerangka imajinatifnya tidak
bisa dipahami diluar kerangka empirisnya. Karya sastra bukan semata-
mata gejala individual, tetapi juga gejala sosial.20
Menurut Auguste Comte, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan
kemasyarakatan umum yang merupakan hasil terakhir perkembangan
ilmu pengetahuan. Sosiologi lahir pada saat-saat terakhir
perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, Sosiologi
didasarkan pada kemajuan kemajuan-kemajuan, yang telah dicapai
oleh ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. 21
Menurut Darmono, sosiologi adalah studi objektif dan ilmiah
tentang manusia dalam masyarakat dan menelaah tentang lembaga dan
proses sosial. Adapun sastra akan mempelajari hal penting yang jarang
atau mungkin tidak terpahami oleh sosiologi. Sastra menawarkan
kehidupan unik manusia yang bersifat imajinatif.22
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi menyatakan
bahwa sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari
struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-
perubahan sosial.23

19
Ibid, hlm.333
20
Nyoman K Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) hlm.11
21
Soerjono S – Budi Sulistyowati, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2015) hlm.4
22
Sujarwa, Model dan Paradigma Teori Sosiologi Sastra (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2019),
hlm.14
23
Soerjono S – Budi Sulistyowati, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2015) hlm.17
16

Menurut Sumardjo, Sastra adalah produk suatu Masyarakat, yang


dimungkinkan mampu mencerminkan kehidupan masyarakatnya.
Dengan begitu, melalui karya sastra dapat pula dipelajari
masyarakatnya, terutama yang terkait dengan aspirasinya, tingkat
kulturalnya, seleranya, pandangan kehidupannya, dan sebagainya.24
Dalam sosiologi sastra, menurut Goldmann ada tiga macam yaitu
tentang kecendrungan manusia untuk mengadatapsikan dirinya
terhadap lingkungan, dengan demikian ia dapat berwatak rasional dan
signifikan di dalam korelasinya dengan lingkungan, kecendrungan
pada kohorensi dalam proses penstrukturan yang global, dan dengan
sendirinya ia mempunyai sifat dinamik serta kecendrungan untuk
merubah struktur walaupun manusia menjadi bagian struktur
tersebut.25
Aspek Sosiologi Sastra termasuk dalam aspek-aspek ekstrinsik
adalah keseluruhan aspek karya yang berada di luar aspek intrinsik,
termasuk biografi pengarang. Di antara aspek-aspek ekstrinsik yang
lain, aspek sosiologis termasuk salah satu aspek yang terpenting. Latar
belakang sosiobudaya, misalnya dianggap sebagai indikator utama
lahirnya karya sekaligus mengkondisikan keseluruhan aspek yang
terkandung didalamnya. 26

2. Teori Sosiologi Sastra


Secara Etimologis, teori berasal dari kata theoria (Yunani),
berarti kontemplasi kosmos atau realitas. Setelah mengalami
perluasan makna, secara definisi teori diartikan sebagai kumpulan
konsep yang telah teruji manfaatnya, yaitu melalui kompetensi
ilmiah yang dilakukan oleh para ilmuwan di satu pihak, aplikasi
dalam penelitian praktis di pihak yang lain. Teori berfungsi untuk

24
Sujarwa, Model dan Paradigma Teori Sosiologi Sastra (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2019),
hlm. 5
25
Suwardi Endraswara, Metode Penelitian Sastra, (Yogyakarta:CAPS,2013), hlm.79
26
Nyoman K Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) hlm. 16
17

mengubah dan membangun pengetahuan menjadi ilmu


pengetahuan. Dalam penelitian, teori berfungsi untuk
mengarahkan, sebagai penunjuk jalan agar suatu penelitian tidak
kehilangan arah.
Teori-teori sosiologi yang dapat menopang analisis sosialogis
adalah teori-teori yang dapat menjelaskan hakikat fakta-fakta sosial,
karya sastra sebagai sistem komunikasi, khususnya dalam kaitannya
dengan aspek-aspek ekstrinsik, seperti: kelompok sosial, kelas sosial,
stratifikasi sosial, institusi sosial, sistem sosial, interaksi sosial, konflik
sosial, kesadaran sosial, mobilitas sosial, dan sebagainya. 27
Teori Sosiologi menurut Auguste Comte dan Pitirim Sorokin
dalam membicarakan tingkatan-tingkatan budaya, kebudayaan
dominan, misalnya analisis peranan pandangan dunia untuk memahami
sistem sosial tertentu.
Teori Sosiologi Max Weber dalam membicarkan kualitas
rasional dan otoritas birokrasi, misalnya analisis ciri-ciri individualitas
dalam struktur interaksi, peranan adat dan tradisi kesastraan.28
Sama seperti teori sosiologi, teori sosiologi sastra pada
umumnya diambil melalui teori Barat yang kemudian dengan kondisi
sastra. Secara kronologis dapat digolongkan menjadi empat kelompok,
yaitu: teori positivistik (hubungan searah, keberadaan karya sastra
ditentukan oleh struktur sosial, teori refleksi (hubungan dwiarah,sastra
masih bersifat pasif, teori dialektik (hubungan dwiarah, sastra dan
masyarakat berada dalam kondisi saling menentukan) dan teori
postatrukturlisme (hubungan dwiarah, signifikasi kedua gejala hadir
secara .29
Ada beberapa teori yang terkait dengan sosiologi sastra:
Teori Interdepedensi (karya dalam hubungan saling
menentukan dengan masyarakat, sebagai mekanisme antarhubungan
27
Ibid, hlm.17-18.
28
Ibid, hlm.19.
29
Ibid, hlm.20.
18

yang hakiki, dengan intensitas yang berbeda-berbeda), seperti: Louis


de Bonald, Alan Swingewood, Alexander Kern, Arnold Hauser,A.P
Foulkes, A..Teeuw dan sebagainya. 30
Teori Resepsi (Penerimaan masyarakat tertentu terhadap karya
tertentu), Oleh Leo Lowenthal.
Teori trilogi pengarang-karya-pembaca (karya sastra seklaigus
dalam kaitannya dengan subjek kreator dan audiens), oleh Rene
Wellek/Austin Warren dan Ian Watt.
Teori Refraksi (Sebagai institusi, disamping merefleksikan,
sastra juga merupakan bias terhadap masyarakat), Oleh Harry Levin.31
Dalam melukiskan kenyataan, selain melakukan Refleksi sebagai
cermin juga dengan cara Refraksi yang digunakan sebagai jalan
seniman untuk tidak semata-mata melukiskan keadaan yang
sesungguhnya, tetapi mengubah sedemikian rupa sesuai dengan
kualitas kreativitasnya. Dalam hubungan ini, menurut Teeuw, ada
empat cara yang mungkin dilakukan mencari kualiatas, yaitu:
a. Afirmasi (dengan cara menetapkan norma-norma yang sudah ada)
b. Restorasi (sebagai ungkapan kerinduan pada norma yang sudah
usang)
c. Negasi (dengan mengadakan pembrontakan terhadap norma yang
sedang berlaku)
d. Inovasi (dengan mengadakan pembaruan terhadap norma yang
ada)32

3. Model & Paradigma Teori Sosiologi Sastra


Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan Model & Paradigma
Teori Sosiologi Sastra yaitu model Rene Wellek & Austin Warren
Penjelasannya sebagai berikut:

30
Ibid, hlm.21.
31
Ibid, hlm.22.
32
Ibid, hlm. 6.
19

a. Model Rene Wellek & Austin Warren


Sosiologi Sastra diklasifisikan oleh Rene Wellek & Austin Warren
sebagai berikut:
1. Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan institusi sastra.
Masalah yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi
sastra, latar belakang sosial, status pengarang, dan ideologi
pengarang yamg terlihat dari berbagai kegiatan pengarang diluar
karya sastra.
2. Isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya
sastra itu sendiri dan yang berkaitan dengan masalah sosial.
3. Permasalahan pembaca dan dampak sosial terhadap karya sastra.
Sejauh mana sastra ditentukan atau tergantung dari latar sosial,
perubahan dan perkembangan sosial itu adalah pernyataan yang
termasuk dalam ketiga jenis tiga pendekatan yaitu sosiologi
pengarang, isi karya sastra yang bersifat sosial, dan dampak sastra
terhadap masyarakat.33
Menurut Darmono, dengan pemahaman tersebut mereka
mengklasifiskan masalah sosiologi sastra meliputi:
1) Sosiologi pengarang, yang memasalahkan status sosial,
ideologi sosial dan lain-lain yang terkait dengan pengarang
sebagai penghasil sastra.
2) Sosiologi karya sastra, yang memasalahkan karya sastra itu
sendiri, yang menjadi pokok penelaah adalah apa yang tersirat
dalam karya sastra dan apa yang jadi tujuannya.
3) Sosiologi sastra, yang memasalahkan pembaca dan pengaruh
sosial karya sastra. Oleh kedua penulis tersebut, sosiologi sastra
dianggap sebagai pendekatan ekstrinsik dengan adanya
perubahan-perubahan sosial.

33
Rene, Wellek & Austin Warren. Teori Kesusastraan (Alih Bahasa oleh Melani Budianta). M.B.
Gramedia, Jakarta, 2016, hlm. 100
20

Uraian diatas menegaskan bahwa kajian sosiologi sastra


Rene Wellek dan Austin Warren, yang disebutnya sebagai teori
ekstrinsik menitikberatkan model kajian pada persoalan-
persoalan sebagai berikut:
a. Sosiologi pengarang: dengan mengkaji biografi pengarang,
status sosial, ideologi sosial pengarang, dan segala hal lain
yang berhubungan dengan kapasitas pengarang sebagai
penghasil sastra.
b. Sosiologi sastra: mengkaji masalah-masalah sosial yang
tercermin atau tersirat dalam karya sastra maupun yang
menjadi tujuan penulisan karya sastra itu sendiri.
c. Pengaruh sastra pada pembaca: mengkaji persoalan pembaca
dan pengaruh sosial karya sastra terhadap pembaca atau
masyarakat pada umumnya.34

B. Teori Nilai Sosial


1. Pengertian Teori Nilai Sosial
Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan benda
konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang
menuntut kearah pembuktian yang nyata, melainkan sosial
penghayatan yang dikehendaki, disenangi, dan tidak disenangi 35
Suparto mengungkapkan bahwa nilai-nilai sosial memiliki
fungsi umum dalam masyarakat. Diantaranya nilai-nilai dapat
menmberikan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat
dalam berfikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga
berfungsi sebagai penentu terakhir manusia dalam memenuhi
peranan-peranan sosial. Karena, Nilai-nilai sosial adalah nilai yang
dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan

34
Sujarwa, Model dan Paradigma Teori Sosiologi Sastra (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2019), hlm.
39- 40
35
Mansur Isna, Diskursus Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2001), hlm. 98
diakses tanggal 14 april 2020 20:36
21

apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang


yang menolong sesama manusia memiliki nilai baik, sedangkan
berbohong bernilai buruk. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang
untuk mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Nilai sosial
juga berfungsi sebagai memperbanyak solidaritas dan teman
dikalangan anggota kelompok masyarakat. Nilai sosial juga
berfungsi sebagai alat pengawas (control) perilaku manusia dengan
daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berperilaku sesuai
dengan nilai yang dianutnya.36

Adapun pengertian nilai menurut pendapat beberapa para ahli


antara lain:

a. Menurut Milton Rekeach dan James Bank, nilai adalah suatu


tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem
kepercayaan dalam mana seseorang bertindak atau menghindari
suatu tindakan, atau memiliki dan dipercayai

b. Menurut Lauis D. Kattsof yang dikutip Syamsul Maarif


mengartikan nilai sebagai berikut: pertama, nilai merupakan
kualitas empiris yang tidak dapat didefinisikan, tetapi kita
dapat mengalami dan memahami cara langsung kualitas yang
terdapat dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak semata-
mata subjektif, melainkan ada tolok ukur yang pasti terletak
pada esensi objek itu. Kedua, nilai sebagai objek dari suatu
kepentingan, yakni suatu objek yang berada dalam kenyataan
maupun pikiran. Ketiga, nilai sebagai hasil dari pemberian
nilai, nilai itu diciptakan oleh situasi kehidupan

36
Lihat di http://alfinnitihardjo.ohlog.com/nilai-sosial.oh112673.html . Diakses pada 14 April
2020 20:40
22

c. Menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat


pada sesuatu (Sistem kepercayaan) yang telah berhubungan
dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini).
Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi
manusia sebagai acuan tingkah laku.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa


nilai merupakan esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat
berarti bagi kehidupan manusia. Esensi belum berarti sebelum
dibutuhkan oleh manusia, sesuai dengan peningkatan daya
tangkap pemaknaan manusia itu sendiri.

Jadi nilai adalah sesuatu yang dipentingkan manusia


sebagai subyek menyangkut segala sesuatu baik atau yang
buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud dari berbagai
pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat. tetapi tidak
berarti adanya esensi karena adanya manusia yang
membutuhkan. Hanya saja kebermaknaan esensi tersebut
semakin meningkat37

Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu


masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk oleh masyarakat. Sesuatu dikatakan baik atau
buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses
menimbang. Hal ini, tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan
yang dianut masyarakat. Tak heran apabila antara masyarakat
yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata
nilai. Berikut ini definisi nilai sosial menurut pendapat para
ahli.

37
“Tinjauan tentang nilai” http://digilib.uinsby.ac.id/1464/5/Bab%202.pdf ,diakses pada 14 April
2020 20:36
23

a. Alvin L. Bertrand

Nilai adalah suatu kesadaran yang disertai emosi yang


relative lama hilangnya terhadap suatu objek, gagasan, atau
orang.

b. Robin Williams

Nilai sosial adalah hal yang menyangkut kesejahteraan


bersama melalui konsensus yang efektif di antara mereka,
sehingga nilai-nilai sosial dijunjung tinggi oleh banyak
orang.

c. Young

Nilai sosial adalah asumsi-asumsi yang abstrak dan


sering tidak disadari tentang apa yang benar dan apa
yang penting.

d. Clyde Kluckhohn

Dalam bukunya ‘Culture and Behavior, Kluckhohn


menyatakan bahwa yang dimaksud dengan nilai bukanlah
keinginan, tetapi apa yang diinginkan. Artinya nilai bukan
hanya diharapkan, tetapi diusahakan sebagai suatu yang
pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain.
Klasifikasi nilai sosial menurut Clyde kluckhohn mencakup
lima masalah pokok, yaitu:

1) Nilai hakikat hidup manusia

2) Nilai hakikat karya manusia

3) Nilai kedudukan manusia dalam ruang dan waktu


24

4) Nilai hakikat hubungan manusia dengan alam sekitar38

Menurut Darmono nilai sastra dipengaruhi oleh


nilai-nilai sosial, bahwa karya sastra dipandang:

a. Sastra sama derajatnya dengan karya pendeta atau nabi


b. Sastra bertugas hanya untuk menghibur, sebagai dasar
“seni untuk seni” yang sebatas untuk melariskan
dagangan mencapai best seller
c. Sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara
menghibur.
Pemaparan pandangan terhadap karya sastra bahwa
fungsi sosial tersebut ada fungsi lain yang terkait dengan
pandangan bahwa keberadaaan karya sastra atau karya seni
pada umumnya mampu menjadi dokumen sejarah hasil
karya sastrawan.39
Dan juga menurut Darmono “keterkaitan nilai sastra
dengan nilai sosial”,”nilai sastra dipengaruhi nilai sosial”.
Itu membahas tentang kandungan sosial dalam karya sastra
terkait dengan persoalan yang didalamnya. Faktor yang
banyak dipelajari dalam hubungan antara sastra dan
masyarakat adalah mempelajari karya sastra sebagai
dokumen sosial yakni sebagai gambaran atau realita
sosial.40
Menurut Ian Watt yang berkaitan dengan
pertanyaan: seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan
nilai sosial.

38
http://digilib.unila.ac.id/11973/15/BAB%20II.pdf, diakses pada 14 April 2020 20:38
39
Sujarwa, Model dan Paradigma Teori Sosiologi Sastra (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2019),
hlm.14
40
Ibid , hlm.23
25

Dalam kaitan ini ada tiga hal yang perlu diungkap:


a. Sudut pandang kaum romantik yang menganggap sastra
sama derajatnya dengan karya pendeta atau nabi, dalam
pandangan ini tercakup wawasan agar sastra berfungsi
sebagai pembaharu atau perombak.
b. Sudut pandang bahwa karya sastra bertugas sebaga
penghibur belaka, dalam hal ini gagasan “seni untuk seni”
tak ada bedanya dengan praktik melariskan dagangan untuk
mencapai best seller.
c. Semacam kompromi dapat dicapai dengan meminjam
slogan klasik sastra harus mengajarkan sesuatu dengan
jalan menghibur.41

2. Ciri-ciri Nilai Sosial

Menurut Setiadi menjelaskan bahwa ciri-ciri Nilai-nilai sosial ialah


sebagai berikut:
a. Merupakan konstruksi masyarakat sebagai hasil interaksi
antarwarga masyarakat.
b. Disebarkan diantarawarga masyarakat (bukan bawaan
lahir).
c. Terbentuk melalui sosialisasi (proses belajar).
d. Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan
kepuasan sosial manusia.
e. Bervariasi antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan
yang lain.
f. Dapat mempengaruhi pengembangan diri sosial.
g. Memiliki pengaruh yang berbeda antarwarga masyarakat.
h. Cenderung berkaitan satu sama lain.
i. Melibatkan emosi atau perasaan seseorang.

41
Suwardi Endraswara, Metode Penelitian Sastra, (Yogyakarta:CAPS,2013), hlm 81
26

j. Merupakan asumsi-asumsi abstrak dari berbagai obyek


dalam masyarakat.
Jadi, ciri-ciri nilai sosial di atas, mengandung pengertian bahwa
nilai sosial itu merupakan patokan (standar) perilaku sosial yang
melambangkan baik-buruk, benar-salahnya suatu obyek dalam
hidup bermasyarakat42

3. Bentuk-bentuk Nilai Sosial

Nilai-nilai sosial terdiri atas beberapa sub nilai,antara lain:

a. Nilai Kasih Sayang terdiri atas:

1) Pengabdian

Peneliti mendapatkan pengertian dalam pengabdian yaitu


Memilih diantara dua jalan yaitu merefleksikan sifat-sifat Tuhan
yang mengarah menjadi pengabdi-pihak-lain (Ar-rahman dan Ar-
rahim) atau pengabdi diri sendiri. Pengabdi-pihak-lain, bukan
berarti tidak ada perhatian sama sekali terhadap diri sendiri,
sehingga misalnya tidak makan sama yang berarti bunuh diri. Tapi
senantiasa berusaha mencintai orang lain sepert mencintai diri
sendiri. Perhatiannya sama besar baik terhadap diri sendiri maupun
pihak lain. Apa yang tidak patut diperlakukan terhadap dirinya
tidak patut pula diperlakukan terhadap pihak lain.

Senantiasa memberi dengan kecintaan tanpa pamrih dan


membalas kebaikan pihak lain dengan yang lebih baik hanya
karena kecintaan. Senantiasa melakukan yang tersurat dalam tafsir
Al-fatihah.

42
Nilai-nilai sosial dalam http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214111420083.pdf
diakses pada 04 Agustus 2020 19:46
27

2) Tolong Menolong

Peneliti mengambil sumber pengertian tolong menolong


yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 2 yang
dijelaskan Allah Ta'ala memerintahkan seluruh manusia agar
tolong-menolong dalam mengerjakan kebaikan dan takwa yakni
sebagian kita menolong sebagian yang lainnya dalam mengerjakan
kebaikan dan takwa, dan saling member semangat terhadap apa
yang Allah perintahkan serta beramal dengannya. Sebaliknya,
Allah melarang kita tolong menolong dalam perbuatan dosa dan
pelanggaran.

3) Kekeluargaan

Umumnya Kekeluargaan kalau di dalam anggota keluarga


sendiri memang hal ini mudah didapatkan dan dirasakan. Tetapi
ketika sudah berada di luar lingkup keluarga sendri rasanya akan
sedikit sulit untuk mendapatkannya. Kekeluargaan sangat
dibutuhkan bagi setiap indvidu. Dengan adanya kekeluargaan kita
akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan.

4) Kesetiaan

Manusia pada umumnya mendaptkan hal kesetiaan dalam


rangkaian kata-kata tersebut sering kita ucapkan langsung kepada
Allah dalam setiap shalat kita. Sebagai bukti kesetiaan dan
kepasrahan diri kita seutuhnya kepada Allah SWT. Setia dan rela
hanya Allah lah Tuhan kita. Dan kesetiaan kepada Makhluk Hidup
ketika kita menyayangi dan mencintai seseorang.

Kesetiaan yang sekaligus perwujudan kepasrahan kepada


Allah, hanya Allah lah yang berhak mengatur kita, hanya Allah lah
yang berhak dan wajib disembah dan ditaati segala perintah dan
larangan-Nya. Sebab seorang muslim yang berusaha untuk taat dan
28

bertaqwa, kita senantiasa dituntut untuk berbuat yang benar dan


baik dalam hidup ini. Jangan sampai ucapan kesetiaan dan
kepasrahan kita kepada Allah dalam setiap shalat hanya sebagai di
mulut dan penghias bibir saja. sementara hati kita dan perbuatan
kita dalam kehidupan sehari-hari bertolak belakang dengan apa
yang kita ucapkan dalam sholat.

5) Kepedulian

Penelti mengambil contoh dari Kepedulian sosial dalam


Islam terdapat dalam bidang akidah dan keimanan, tertuang jelas
dalam syari’ah serta jadi tolok ukur dalam akhlak seorang mukmin.
Konsep kepedulian sosial dalam Islam khususnya sungguh cukup
jelas dan tegas. Bila diperhatikan dengan seksama, dengan sangat
mudah ditemui dan masalah kepedulian sosial dalam Islam terdapat
dalam bidang akidah dan keimanan, tertuang jelas dalam syari’ah
serta jadi tolok ukur dalam akhlak seorang mukmin. 43

b. Nilai Tanggung Jawab

1) Rasa Memiliki

Rasa memiliki adalah suatu keadaan dimana seseorang


merasa memiliki sesuatu, sehingga perasaan memiliki sesuatu,
sehingga dengan perasaan memiliki itu dia akan dengan sepenuh
hati menjaga, mencintai, melindungi dan peduli dengan sesama
manusia.

2) Disiplin

Dalam disiplin pengertiannya adalah perasaan taat dan


patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya merupakan tanggung

43
Nilai-nilai sosial dalam http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214111420083.pdf
diakses pada 04 Agustus 2020 19:46
29

jawab. Tujuan utamanya adalah memberitahu dan menanamkan


pengertian dalam diri manusian tentang perilaku mana yang baik
dan mana yang buruk, dan untuk mendorongnya memiliki perilaku
yang sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan ini. ada tiga
unsur yang penting, yaitu hukum atau peraturan yang berfungsi
sebagai pedoman penilaian, sanksi atau hukuman bagi pelanggaran
peraturan itu, dan hadiah untuk perilaku atau usaha yang baik.

3) Empati

Empati adalah kemampuan untuk melihat situasi dari


presepektif orang lain yang melibatkan emosi, dan kesulitan yang
dialami seseorang, kita menempatkan diri pada posisi mereka dan
mereka apa mereka rasakan, dan menyadari kemampuan kita dalam
merespon keinginan orang lain yang tak terucap. Kemampuan ini
dipandang sebagai kunci menaikkan intensitas dan kedalaman
hubungan kita dengan orang lain.

c. Nilai Bertentangan Hidup

Dalam penelitian ini, bentuk nilai sosial yang baik yang


sudah disebutkan diatas, untuk sub bab ini ada nilai sosial yaitu
keserasian hidup yang terdiri dari toleransi, kerja sama dan
demokrasi. Berhubung di dalam Novel tidak ditemukan data
tersebut akhirnya peneliti mengambil dari nilai sosial yang
buruk, yaitu nilai bertentangan hidup. Penjelasanya sebagai
berikut:

1) Diskriminasi

Diskriminasi adalah pembedaan sikap dan perlakuan


terhadap sesama manusia berdasarkan kedudukan sosialnya

2) Intoleransi
30

Kata intoleransi berasal dari prefik in- yang memiliki arti


"tidak, bukan" dan kata dasar toleransi yang memiliki arti sifat atau
sikap toleran, batas ukur untuk penambahan atau pengurangan
yang masih diperbolehkan penyimpangan yang masih dapat
diterima dalam pengukuran kerja. Dalam hal ini, pengertian
toleransi yang dimaksud adalah "sifat atau sikap toleran".Kata
toleran sendiri didefinisikan sebagai "bersifat atau bersikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian
(pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan
sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian
sendiri."44

3) Otoriter
Otoriter adalah bentuk organisasi sosial yang ditandai oleh
penyerahan kekuasaan. Ini kontras dengan individualisme dan
demokrasi. Dalam politik, suatu pemerintahan otoriter adalah satu
di mana kekuasaan politik terkonsentrasi pada suatu pemimpin.
Otoritarianisme biasa disebut juga sebagai paham politik otoriter,
yaitu bentuk pemerintahan yang bercirikan penekanan kekuasaan
hanya pada negara atau pribadi tertentu, tanpa melihat derajat
kebebasan individu.

44
Intoleransi dalam https://www.researchgate.net/publication/330483165_Intoleransi diakses pada
18 September 2020
31

BAB III

LIBANON, KHALIL GIBRAN, DAN NOVEL


ALAJNIHAH AL-MUTAKASSIRAH

A. Kondisi Libanon
1. Kondisi Geografis
a. Kondisi Lebanon pada tahun 1880-1990
Posisi geografis Lebanon yang berada di persimpangan
jalur yang menghubungkan Cekungan Mediterania dengan
pedalaman Asia, menjadikan Lebanon berkarakter kosmopolitan
dengan warisan budaya yang beragam. Sepanjang sejarahnya
Lebanon selalu berada di bawah dominasi penguasa asing; mulai
dari Kekaisaran Asira (875-608 S.M), Babylonia (685-36 S.M),
Persia (538-333 S.M), Yunani (333-64 S.M), Romawi (64 S.M-
634 M), Arab (634-1516 M), Turki Utsmani (1516-1916 M), dan
Perancis (1914-1941 M).
Lebanon memiliki budaya Arab yang diwarnai dengan
pengaruh Barat. Meskipun secara tradisional Lebanon
menganggap dirinya sebagai satu-satunya negara Kristen di Dunia
Arab, pada pertengahan ke dua abad 20 populasi Muslim lebih
besar dari pada Kristen. Hal tersebut menyebabkan kerusuhan
sektarian untuk memperjuangkan kekuatan politik dan ekonomi.
Lebanon adalah sebuah negara pedesaan kecildi Timur
Tengah yang letaknya di pesisir Laut Mediterania. Lebanon
berbatasan dengan Israel di selatan dan Suriah di timur dan
utara,luasnya sekitar 10.000 km2 Daerah Lebanon sebelumnya
merupakan bagian dari wilayah Suriah Raya yang dijuluki sebagai
“mutiaranya Timur Tengah” karena wilayahnya berfungsi sebagai
penghubung antara dunia Mediterania dengan India dan Asia
Timur. Kedekatan wilayahnya dengan laut menunjukkan bahwa
32

sepanjang sejarahnya Lebanon memegang posisi penting sebagai


pusat perdagangan dengan adanya pelabuhan Tirus, Sidon, Beirut
dan Tripoli
Pada masa akhir pemerintahan Turki Utsmani, wilayah
Lebanon tidak beraturan. Terutama setelah Perang Sipil tahun
1860, Turki Utsmani dan negara-negara Eropa bersepakat untuk
membentuk provinsi khusus Gunung Lebanon di dataran tinggi
yang menghadap ke laut Mediterania di barat, dan Lembah Biqa
di timur. Wilayah-wilayah pesisir yang strategis dengan
pelabuhannya seperti Tirus, Sidon, Beirut dan Tripoli tidak
dimasukan ke dalam wilayah Gunung Lebanon. Wilayah tersebut
tetap dikuasai Turki Utsmani, sehingga menyebabkan wilayah
Gunung Lebanon terputus dari laut
b. Kondisi Demografi Lebanon
Pada akhir abad ke-19 Gunung Lebanon mengalami
peningkatan jumlah penduduk secara pesat. Paska perang sipil
tahun 1860, Lebanon berhasil meningkatkan fasilitas kesehatan
berkat pengenalan faksinasi oleh missionaris Protestan Amerika.
Hal tersebut berhasil meningkatkan angka kelahiran dan
menekan angka kematian penduduk Lebanon.
Pada zaman itu pada Pemerintahan Mutasarrifiyya (1861-
1914)Paska kejadian pembantaian umat Kristen di Gunung
Lebanon yang dilakukan oleh Druze pada Perang Sipil 1860,
tumbul intervensi besar-besaran dari negara-negara Eropa.
Pemerintah Turki Utsmani dan negara-negara Eropa
menyepakati untuk membentuk provinsi khusus Gunung
Lebanon. Gunung Lebanon akan diorganisasi ke dalam
pemerintahan khusus di bawah Turki Utsmani yaitu
Mutasarrifiyya. Seorang gubernur Kristen harus memimpin
Mutasarrifiyya yang akan ditunjuk secara langsung dan
bertanggung jawab kepada Sublime Porte. Juga menetapkan 12
33

anggota dewan administrasi yang dipilih melalui pemilu, dengan


pembagian masing-asing dua kursi untuk enam sekte mayoritas
(Maronite, Druze, Ortodoks Yunani, Katolik Yunani, Sunni, dan
Syiah).45
2. Kondisi Sosial Masyarakat Lebanon
Pada tahun 1880-1990 tidak seperti negara-negara Arab
lainnya berpenduduk Muslim, Lebanon pasca lepas dari Perancis
tahun 1943 merupakan negara yang didominasi oleh mayoritas
penduduk agama masyrakat Kristen, di setiap agama bertempat
tinggal yang berbeda-beda. Gunung Lebanon merupakan tempat
tinggal bagi Druze dan Maronite. Kaum Muslim Sunni dan
minoritas Kristen Yunani Ortodoks menempati daerah pesisir
kota Beirut, Tripoli dan Sidon. Mayoritas dari Mmusim Syiah
menempati pendalaman Sidon dan Bekka Valley. Sedangkan
mayoritas Kristen Yunani Ortodoks dan sekte lainnya lebih
tersebar ke bebrapa negara-negara Arab.
Lebanon yang dulunya dikenal sebagai surga para wistawan
sekarang merubah menjadi medan pertempuran dan dikenal
sebagai surga para teroris. Di samping itu, kondisi
ketidaksejahteraan penduduk Lebanon di negaranya sendiri juga
menjadi faktor lain mengapa mereka berdiaspora atau berimigrasi,
yaitu untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Faktor-faktor
tersebut kemudian menjadi penyebab berdiaspora penduduknya
penduduk Lebanon ke Luar Negeri.
Keturunan Lebanon yang berimgrasi, mengatur interaksi
sosial mereka dalam kehidupan berkeluarga, berumah tangga,
berorganisasi, dan bekerja untuk menegaskan identitas budaya
asli mereka. Migran Lebanon juga menyebarkan agama dan
kebudayaan yang mereka miliki melalui perseorangan maupun

45
Kondisi Lebanon dalam http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB21414311007.pdf
diakses pada 17 September 2020 21:34
34

lembaga, salah satunya dengan mendirikan lembaga Islam.


Berdasarkan hal tersebut keturunan migran Lebanon berusaha
untuk mempertahankan budaya asli Lebanon yang mereka miliki
dengan membentuk komunitas sendiri yang didasarkan pada nilai-
nilai kebudayaan dan agama yang mereka anut.
Tidak selamanya kehidupan yang dijalani para migran
Lebanon berjalan dengan baik. Karena mereka mengalami
perselisihan, baik dengan orang-orang komunitas ataupun dengan
masyarakat di luar komunitasnya (penduduk asli tuan rumah).
Tidak ada satupun migran Lebanon yang menginginkan
perselisihan antar komunitas-komunitas lainnya, bahkan
pengadilan. Bila sampai masuk ke pengadilan, hal ini akan sangat
merugikan, bukan hanya mengeluarkan biaya untuk membayar
pengacara tetapi juga sangat mengancam reputasi dan status
mereka sebagai komunitas imigran.46

B. Biografi Penulis
1. Latar belakang kehidupan Penulis
Khalil Gibran selama ini dikenal sebagai pujangga
besar yang karya-karyanya dikagumi dan disukai diseluruh
dunia, termasuk Indonesia. Ia tidak hanya disukai pada
zamanya, dengan banyaknya terjual buku-bukunya ketika ia
masih hidup. Bahkan setelah meninggal buku-bukunya masih
tetap laris. Kini karya puisi, penulis novel dan pujangga
kelahiran Lebanon, 6 Januari 1883 yang masih sering dibaca
pada momentum apapun ternyata pernah berimigrasi pada
usianya yang masih sebelas tahun.

Nama lengkap Arab dari bocah yang kemudian menjadi


dikenal dunia sebagai Kahlil Gibran ini bisa diterjemahkan

46
Zuliyanti Shabrina ”Diaspora Masyarakat Lebanon (1860-1990)”. Skripsi. (Jakarta: Universitas
Indonesia, 2012) 41-42
35

kaku sebagai Gibran Khalil Gibran, dengan tambahan nama


depan ekstra dan kh yang berembus. Maka, ia masuk ke
Amerika dengan nama Gibran (atau jubran, atau jibran) khalil
Rhame. Di Boston, begitu ada catatan tentang dirinya,
namanya menjadi Khalil Gibran. Keluarga itu tentu mengubah
nama asli mereka begitu sudah melewati fasilitas imagrasi.
Gibran sedikit banyak menerima Westernisasi namanya
dengan melepas nama depannya dan mengubah ‘Khalil’ yang
berbau Arab menjadi ‘Kahlil.
Singkat cerita, Anomali pertama, keluarga itu datang
dengan nama Rhame, Bukan Gibran. Kamila-ini adalah ejaan
yang biasa bagi nama Camil- adalah ibu Kahlil Gibran. Kamila
sebelumnya pernah dinikahkan dengan sepupunya, Hanna
Abd-al-Salaam Rhame, yang meninggal di Brazil, saat
menjelajah untuk mendapatkan informasi tentang negara itu
bagi imigrasi keluarga. Dari Hanna Abd-al-Salaam Rhame,
Kamila mendapat satu putra yaitu Brutus atau Peter atau
Poutros Rhame. Karena suami kedua Kamila, Yakni ayah dari
Kahlil, Marianna, dan Sultana lebih memilih tinggal di
Lebanon, maka Peter lah yang menjadi kepala kelompok
imigran itu. Inilah alasan mengapa mereka menggunakan nama
keluarga Rhame.
Anomali kedua, tujuannya terdaftar sebagai ke New
Work meski kenyataanya mereka langsung ke Boston yang
tampaknya memang tujuan asli mereka. Tampaknya, tujuan
New York dan bukannya Boston ini hanya masalah kesalahan
tulis akibat yang mungkin dari beberapa kombinasi antara
cuaca panas, kemalasan, sifat mekanis dari proses penanyaan
imigran, dan masalah kesulitan bahasa.
Anomali terakhir adalah usia Kahlil (Juban Rhame)
dicatat 11 tahun. Sebenarnya, tidak ada kesulitan tentang
36

mengetahui tanggal kelahiran Gibran. “Hari ini adalah ulang


tahun saya,” begitu Gibran pernah tulis pada Josephine
Peabody pada 6 Januari 1906. “Sekarang, usia saya 23 tahun.”
Ungkapan serupa semula pada teman dan koresponden tentang
tahun kelahiran tampaknya sejalan dengan bukti di data
imigrasi.
Singkat cerita, keluarga Rhame berhasil diproses.
Mereka melangkah maju sebagai satu unit keluarga untuk
mengajukan surat-surat pemeriksaan dan interogasi yang masih
tergenggam dari negara asal dan uang yang dibutuhkan
menurut hukum Amerika Serikat untuk membuktikan bahwa
mereka bukan sekedar ikutan. Setidaknya, dibawah bendera
bergaris-garis dengan 44 bintang, nama mereka sudah ditulis di
atas label dan ditempelkan ke arah jas, dan mereka dibolehkan
menginjakkan kaki di kota terkenal al-Nayurk. Mereka
mungkin telah berhasil menukar uang mereka di Ellis Island
dan membeli tiket untuk pelayaran ke Boston, dan
mendapatkan makanan. Beberapa tahun kemudian, Marianna
mengenang bahwa mereka juga sempat bermalam disana yang
kala itu sudah menjadi hal biasa. Pada hari sibuk, fasilitas
imigrasi bisa memproses hingga 5.000 per hari. Maka,
timbunan pekerjaan sering terjadi.
Imigrasi Gibran ke Amerika dikondisikan oleh empat
peristiwa yang terjadi di Lebanon sekitar enam puluh tahun
sebelumnya pada 1834.
1. Tempat kuliah kaum pria di ‘Aintura, yang pernah ditutup pada
1775 seiring penindasan kaum Jesuit dikawasan itu, dibuka
kembali oleh para pastur Lazaris.
2. Misi Amerika memutuskan untuk memindah percetakan press
Mediteran mereka dari Malta ke Beirut.
37

3. Eli Smith, misionaris pebestrian dari Amerika, membuka


sekolah putri di Beirut.
4. Ibrahim Pasha sang penguasa Syiria memperkenalkan program
besar pendidikan dasar bagi anak laki-laki, dengan model
sistem yang diperkenalkan ayahnya yakni Muhammad ‘Ali di
Mesir. Tapi, untuk bisa memahami pentingnya peristiwa-
peristiwa ini, kita perlu melangkah balik lebih jauh menyusuri
waktu lampau.47
Namanya mulai dikenal secara luas berkat bukunya The
Prophet yang diterbitkan pada tahun 1923 dalam Bahasa
Inggris. Ini adalah sebuah contoh awal dari fiksi insipiratif
yang berisi rangkaian kata-kata yang mengandung unsur
filosofis yang ditulis dalam bentuk prosa puitis berbahasa
inggris. Buku ini terjual dengan baik pada masanya walaupun
menghadapi kritik yang dingin, dan kembali menjadi sangat
populer pada tahun 1960 sebagai kontra budaya.
Popularitas Gibran sebagai penyair jauh melampui
penyair dimanapun pada zamannya. Bahkan ia tercatat dalam
sejarah sebagai penyair dengan penjualan paling laris ketiga
sepanjang massa, setelah Shakespeare dan Lao-Tzu.
Gibran lahir dari keluarga Maronite di wilayah
pegunungan Lebanon Utara (Lebanon saat itu adalah bagian
provinsi dari Syria Raya (Syria, Lebanon, dan Palestina) dan
tunduk pada dominasi Ottoman Turki. Ibunya Kamila Rahmeh
berusia 30 tahun ketiga mengandung Gibran dari suami ketiga,
Kahlil Gibran, yang terbukti tidak bertanggung jawab yang
membawa keluarganya jatuh miskin. Gibran memiliki saudara
laki-laki yang usianya 6 tahun lebih tua dibanding dirinya yang
bernama peter dan dua adik wanitanya, bernama Mariana dan
47
Teguh Wahyu, Kahlil Gibran: Aku bukan Sang Nabi. (Surabaya: Ecosystem Publishing, 2018),
hlm.9-11
38

Sultana. Keluarga Kamila yang memiliki latar belakang religius


yang prestisius. Dia juga sosok yang memiliki kemauan kuat,
yang kemudian membuat ibu itu hijrah ke Amerika Serikat
demi memperbaiki kehidupan keluarganya yang terus menerus
didera kemiskinan.
Gibran adalah seorang anak yang suka menyendiri dan
merenung. Ia mencoba mengamati alam sekitarnya, seperti air
terjun yang mengalir, tebing terjal dan pohon-pohon aras hijau.
Keindahan alam disekitarnya memberikan pengaruh yang
dramatis dan simbolis pada gambar dan tulisan-tulisannya. Di
tengah kemiskinan keluarganya, dia tidak menerima
pendidikan formal. Tapi ia melakukan kunjungan rutin ke
seorang imam desa yang mengindoktrinasi dia dengan ajaran
agama dan Alkitab, dan memberinya pelajaran bahasa Syria
dan Bahasa Arab. Menyadari keingintahuan dan kepekaan
Gibran akan alam, imam mulai mengajarnya dasar-dasar
alfabet dan bahasa, membuka Gibran ke dunia sejarah, ilmu
pengetahuan, dan bahasa. Pada usia sepuluh tahun, Gibran
jatuh dari tebing, yang melukai dan membuat bahu kirinya
lemah selama sisa hidupnya sejak kejadian ini. Ayah Gibran
bukanlah pemberi nafkah yan baik. Dia memiliki sebuah kebun
kenari, tapi dia tidak suka mengelolanya. Ia lebih suka minum
dan berjudi. Dia akhirnya mendapat pekerjaan sebagai
pemungut pajak, tapi kemudian ia ditangkap karena
penggelapan. Ketika ayahnya dituduh menggelapkan pajak dan
dikirim ke penjara, Gibran masih berusia 8 tahun. Tuduhan itu
dikenakan setealh sekitar tahun 1891 mulai muncul keluhan-
keluhan yang berkaitan dengan pekerjaan ayahnya yang
memantik kemarahan warga. Ini membuat ayahnya diganti dan
stafnya diselidiki. Selain memenjarakan Ayahnya, penguasa
ottoman juga menyita harta keluarga Gibran dan membuat
39

mereka tidak memiliki rumah. Untuk sementara waktu mereka


tinggal dengan keluarga terdekat. Akan tetapi Ibunya yang
memiliki keinginan kuat, memutuskan membawa keluarganya
berimigrasi ke Amerika Serikat untuk mencari kehidupan yang
lebih baik. Ia mengikuti jejak paman Gibran yang lebih dulu
datang ke Amerika Serikat. Ketika dibebaskan dari penjara
pada tahun 1894, ayahnya tidak ingin ia dan keluarganya pergi
ke Amerika Serikat. Sebagai kepala keluarga yang tidak
bertanggung jawab ia memilih tetap tinggal di Lebanon.
Namun tekad Kamila untuk merantau sudah bulat, ia tetap
pergi ke New York pada 25 Juni 1895 meninggalkan suaminya
dengan membawa anak-anaknya khalil, Mariana dan Sultana,
dan saudaranya Peter.
Keluarga Gibran yang bermukim di Boston’s South
End. Saat itu daerah tersebut terdapat komunitas Amerika
Libanon/Syria tersebar kedua di Amerika Serikat. Karena
sebuah kesalahan tulis, ia didaftarkan di sekolah Kahlil Gibran.
Ibunya mulai bekerja sebagai seorang penjahit keliling, yang
menjual renda dan linen, yang ia jajakan dari rumah ke rumah.
Dengan pekerjaan yang hanya memberikan uang sedikit saja
itulah, Kamila membiayai Gibran dan saudara-saudaranya.
Gibran masuk sekolah pada 30 September 1895, dua
bulan setelah kedatanganya di Amerika Serikat. Tanpa
memiliki pendidikan Formal, ia ditempatkan di kelas tanpa
gelar yang disediakan untuk anak-anak imigran. Disini ia harus
belajar Bahasa Inggris dari awal. Gibran berhasil menarik
perhatian para gurunya dengan sketsa dan lukisannya, sebuah
hobi yang sudah ia rintis selama masa anak-anaknya di
Lebanon. Ketika Gibran pulang kampung ke Lebanon, Ibu
Gibran tidak terlalu suka dengan pengaruh pendidikan barat
pada anaknya. Karena itu ia, bersama kaka laki-lakinya Peter,
40

menginginkan Gibran menyerap lebih banyak warisan


budayanya sendiri daripada kultur estetik barat yang ia minati.
Sehingga setelah tiga tahun di Amerika Serikat, pada usianya
15 tahun, Gibran kembali ke tanah airnya untuk menjalani studi
pada sekolah persiapan dan lembaga pendidikan inggi yang
dikelola Maronite, yang disebut Al-Hikmat (La Sagesse). Di
lebanon ia menerbitkan majalah pelajar bersama seorang teman
sekolah dan dipilih sebagai “penyair kampus”.
Gibran belajar di Al-Hikmat selama 3 tahun sampai
tahun 1901. Ia meninggalkan Lebanon ke Boston pada tahun
1902 pada usia 19 tahun. Ia tampak sekali sulit melupakan
Lebanon. Sehingga di Boston ia banyak menulis tentang
negerinya untuk mengekspresikan dirinya. Karya pertamanya
adalah Spirits Rebellious ditulis di Boston dan diterbitkan di
New York.
Beberapa saat setelah balik ke Boston, ia mendapatkan
kabar dari konsulat Jendral Turki tentang tragedi yang
menimpa keluarganya. Adik perempuannya yang paing muda,
Sultana yang berusia 15 tahun meninggal dunia karena
penyakit TBC. Tahun berikutnya, Peter mati karena penyakit
yang sama dan ibunya meninggal karena kanker. Ketika balik
lagi tinggal di Boston pada bulan Juni 1902 Gibran tinggal
bersama adiknya Marianna saja. Ditahun-tahun awal kehidupan
mereka berdua Marianna membiayai penerbitan karya-karya
gibran dengan bayaran yang diperoleh dari menjahit di Miss
Teahan’s Gowns hingga Gibran dapat meneruskan kariernya.
Banyak hasil karya seni, puisi dan tulisan lainnya. Dari
tahun 1904 Gibran menggelar pameran seni lukisnya yang
pertama pada tahun 1904 di Boston sampai menulis yang
berjudul Taman sang Nabi pada tahun 1933.
Karya-karya Gibran yaitu:
41

1. Dalam Bahasa Arab


a. Nubthah fi fan Al-Musiqa (Music,1905)
b. Ara’is al-Muruj (Nymphs of the Valley, juga
diterjemahkan menjadi as Spirit Brides dan Brides
of the Prairie, 1906)
c. Al- Arwah al-Mutamarrida (Spirit Rebellious,1908)
d. Al- Ajnihah al-Mutakassira ( Broken Wings, 1912)
e. Dam’a wa Ibtisama (A Tear and A Smile, 1914)
f. Al-Mawakib ( The Processons, 1919)
g. Al- Awasif ( The Tempests, 1920)
h. Al-Bada’i’ waal-Tara’if (The New and the
Marvellous, 1923)
2. Dalam bahasa Inggris sebelum kematiannya
a. The Madman (1918)
b. Twenty Drawings (1919)
c. The Forerunne (1920)
d. The Prophet (1923)
e. Sand and Foam (1926)
f. Kingdom of the Imagination (1927)
g. Jesus, The Son of Man (1928)
h. The Earth Gods (1931)
3. Diterbitkan setelah kematiannya, dalam bahasa Inggris
a. The Wanderer (1932)
b. The Garden of the prophet (1933, completed by
Barbara Young)
c. Lazarus and his beloved (play,1933)
4. Koleksi-koleksi
a. Prose Poems (1934)
b. Secrets of the Heart (1947)
c. A Treasury of Kahlil Gibran (1951)
d. A Self- Portrait (1959)
42

e. Thoughts and Meditations (1960)


f. A Second Treasury of Kahlil Gibran (1962)
g. Spiritual Sayings (1962)
h. Voice of the Master (1963)
i. Between Night & Morning (1972)
j. A Third Treasury of Kahlil Gibran (1975)
k. The Storm (1994)
l. The Beloved (1994)
m. The Vision (1994)
n. Eye of the Prophet (1995)
o. The Treasured Writings of Kahlil Gibran (1995)
5. Beloved Prophet, kumpulan surat-surat cinta Kahlil
Gibran dan Mary Haskell, dan catatan pribadinya
(1972), diedit oleh Virgina Hilu)
Seperti tertulis dalam buku-bukunya, ia telah
menyampaikan ajaran berbagai hal dalam kehidupan, mulai
dari cinta, pernikahan, anak, memberi, makan, dan minum,
kerja, kegembiraan dan rasa sakit, nalar dan nafsu,
persahabatan, kematian, kebebasan, dan lain-lain.

Pada Tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam,


Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah lama
digerogoti sirosis hepatitis dan tuberkolosis, tapi selama ini
ia menolak untuk dirawat dirumah sakit. Pada pagi hari
terakhir itu, dia dibawa ke St. Vicent’s Hospital di
Greenwich Village.
Hari berikutnya Marianna mengirim telegram ke
Mary di Savannah untuk mengbarkan kematian penyair ini.
Meskipun harus merawat suaminya yang saat itu juga
menderita sakit, Mary tetap menyempatkan diri untuk
melayat Gibran.
43

Sebelum kematiannya, Gibran mengukapkan


keinginannya untuk dikubur di Lebanon. Keinginan ini
dipenuhi pada tahun 1932. Tidak itu saja, Mary Haskell dan
adik Gibran Mariana membeli Biara Sarkis Mar di
Lebanon, yang kemudian dijadikan Museum Gibran.
Kata-kata yang ditulis di samping makam Gibran
adalah “Sebuah kata ayang saya ingin lihat tertulis di
makam saya: saya hidup seperti Anda, dan saya berdiri di
samping Anda. Tutup mata Anda dan lihatlah ke sekitar
Anda, Anda akan melihat saya di depan anda..”
Gibran meminta studionya dirawat Mary Haskell.
Disana Mary menemukan kumpulan suratnya yang tertuju
pada Gibran selama dua puluh tiga tahun. Dia awalnya
setuju untuk membakar surat-surat itu karena isinya yang
menyangkut keintiman mereka berdua bersifat sangat
pribadi. Tapi karena nilai sejarahnya yang tinggi, Mary
akhirnya menyelamatkan surat-surat itu.
Dia memberi surat-surat itu, bersama dengan surat-
surat Gibran kepadanya yang juga telah ia simpan, pada
unversity of North Carolina di perpustakaan Chapel Hill
sebelum dia meninggal pada tahun 1964. Kutipan-kutipan
lebih dari enam ratus surat kemudian diterbitkan dalam
buku “ Beloved Prophet” pada tahun 1972.
Salah satu bukti popularitas Kahlil Gibran adalah
banyaknya penghargaan yang didapatkannya di seluruh
penjuru dunia. Kebanyakan penghargaan berupa
pengabdian namanya pada patung, museum atau pada nama
bangunan. Berikut ini sejumalah tugu peringatan yang
mengabadikan namanya:
44

1. Perangko bernama Gibran yang diterbitkan


Kementerian Pos dan Telekomunikasi Lebanon
pada tahun 1971.
2. Museum Gibran di Besharri, Lebanon.
3. Taman Gibran Kahlil Gibran di Beirut, Lebanon.
4. Koleksi Gibran Kahlil Gibran, Museo Soumaya,
Mexico.
5. Jalan Kahlil Gibran Ville Saint-Laurent, Quebec,
Kanada yang diresmikan pada 27 September
2008 pada saat memperingati ulang tahunya yang
ke 125.
6. Kawaan Resort Kahlil Gibran, The Cedars Ski
Resort, Lebanon.
7. Taman peringatan Kahlil Gibran di Washington
D.C., yang dibangun pada tahun 1990.
8. Elmaz Abinder, Children of Al-Mahjar: Arab
American Literature Spans a Century.
9. Tugu peringatan Gibran di Copley Square,
Boston, Massachusetts.
10. Khalil Gibran International Academy, sebuah
SMAN di Brooklyn, NY, yang dibuka pada
September 2007.
11. Patung Kahlil Gibran, Bust, Yerevan, Aremania
(2005)
12. Khalil Gibran School Rabat, Sekolah
internasional bangsa Maroko dan Inggris di
Rabat, Marocco.
13. Pavilion K.Gibran di Ecole Pasteur in Monteral,
Quebec, Canada.
14. Taman Khalil Gibran park (Parcul Khalil Gibran)
di Bucharest,Rumania.
45

15. Patung Gibran kalil Gibran di atas alas marmerdi


dalam gedung memorial Arab Curitiba,
Parana,Brazil
16. Tugu peringatan gibran kalil gibran di depan
Plaza de las Naciones, Buenos Aires.
17. Patung Belo Horizonte, Minas Gerais, Brazil.
18. Gedung Kebudayaan Gibran Khalil Gibran di
kawasan utara Caracas, Venezuela.
19. Patung Gibran di Bankstown, Sydney Australia.
Corner of Restwell St and South Terrace. (2013,
February).48

Demikian Gibran tumbuh dalam suasana nasionalisme


Arab sekaligus lingkungan yang cukup kental dengan
pengaruh budaya Barat. Gibran pindah ke Boston Amerika
Serikat pada waktu usianya baru menginjak 12 tahun (1894)
dan bermukim di sana hingga ia meninggal dunia pada usia 48
tahun (10 April 1931).
Selama 36 tahun itu hanya 2 kali saja Gibran kembali ke
Lebanon. Maka dapat dimengerti betapa kuatnya pengaruh
budaya barat terhadap pemikirannya dan juga perilakunya.
Diantaranya ia mulai tertarik mengikuti paham yang berasal
dari dunia barat: humanisme universal.
Gibran kemudian menjelma sebagai salah satu ikon
humanisme universalis. Karena itu tak mengherankan ketika
Khalil Gibran meninggal pada tanggal 10 April 1931 di New
York, dan mayatnya dikebumikan ditanah kelahirannya
Basyari, Lebanon, ribuan pelayat menghadiri acara
pemakamannya dengan penuh Khidmat.
48
MS Ardison, Kahlil Gibran Biografi (Surabaya: Grammatical Publishing, 2016), hlm. 2-26.
46

Mereka berasal dari berbagai agama dan mazhab yang


berbeda, mulai Kristen Maronit, Protestan, Islam Syiah dan
Sunni, Gereja Yunani Kuno, Yahudi, Druz, dan lain-lain.
Gibran mungkin memang sudah tiada, tetapi karya-karyanya
tetap hidup dan selalu memberi nafas pada kemanusiaan.
Gibran telah menjelma menjadi ikon Humanisme.
Walau menganut paham humanisme universal tapi
ternyata nasionalisme Gibran tidak hilang sama sekali. Di
negeri orang ia tak pernah bisa melupakan kampung
halamanya dan bahkan ketika meninggal atas permintaananya
selagi masih hidup, ia dimakamkan di tanah kelahirannya
Lebanon.49

2. Gambaran Umum Realita Kehidupan Novel al-


Ajnihah al-Mutakassirah
Al-Ajnihah al-Mutakassirah adalah salah satu buku karya
sastrawan yang sangat terkenal kelahiran Lebanon yaitu Khalil
Gibran. Karya-karyanya tidak hanya dibaca, tetapi juga telah
mengilhami gagasan, prinsip, serta seringkali disenandungkan
oleh berbagai kalangan.

Kehidupan Khalil Gibran berjalan tanpa diwarnai


pernikahan. Walaupun ia menjalin hubungan asmara dengan
sejumlah wanita tampaknya sejak awal ia memang tidak tertarik
dengan pernikahan. Mungkin ini disebabkan pengalaman pahit
kehidupan rumah tangga kedua orang tuanya sehingga
menciptakan trauma tersendiri baginya.

Karena salah satu perjalanan percintaan pada tahun 1899


saat datang nya liburan musim panas di Beirut, Kahlil Gibran

49
Ibid, hal.126-127.
47

jatuh cinta dengan seorang perempuan muda yang cantik, namun


kisah cinta nya menyakitkan. Pada musim gugur berikut nya
Gibran kembali melanjutkan pendidikannya di sekolah umum
Boston dan melanjutkan proses Westernisasinya berlanjut ketika
ia kuliah di Paris dan beberapa tahun kemudian ia
menggambarkan cinta yang tidak bahagia ini di dalam Novel
Sayap-Sayap Patah (al-Ajnihah al-Mutakassirah).

Jadi sayap-sayap patah itu mengisahkan kisah antara laki-


laki dan perempuan dimana keduanya saling mencintai. Yang laki
namanya Gibran yang perempuan namanya Salma Karamy.
Ceritanya itu bagaimana kehidupan seorang laki-laki yang
memiliki perasaan yang sangat mencintai seorang perempuan,
seorang laki-laki yang selalu menjaga amanah yang telah
diberikannya oleh ayah dari perempuan yang dia cintai, untuk
selalu menjaga anak perempuannya yang hidup penuh dengan
kesunyian dan kesendirian, perempuan yang ibunya meninggal
ketika dia berusia tiga tahun. Dengan berjalannya waktu lelaki
dan wanita ini sama-sama memiliki perasaan cinta, namun sayang
cinta diantara mereka tidak bisa bersatu karena terhalang
kemenakan Uskup yang ingin mengincar kekayaan.
Wanita yang bernama Salma Karamy menikah dengan pria
lain yaitu kemenakan seorang pendeta. Faris Affandy Karamy
ayah dari Salma Karamy terpaksa harus tunduk menerima
permintaan pendeta itu, meski dia tahu betul siapa kemenakan si
pendeta.

Di Lebanon, tak ada orang Kristen yang berani melawan


pendetanya atau berani mengingkari perintah pimpinan
agamanya. Meski sang pendeta jahat tetapi akan tetap dianggap
baik oleh semua orang, seandainya orang tua itu menentang dan
menolak keinginan si pendeta, maka nama baik Salma Karamy
48

akan jatuh, dia akan selalu direndahkan oleh bibir dan lidah
orang-orang yang kotor.

Ayahnya Salma adalah seorang kaya raya bertemu


Mansour Bey adalah laki-laki yang mendapatkan semua
kemewahan hidup dengan sangat mudah.walau begitu ia tetap
saja tak puas dan serakah. Setelah menikahi Salma, ia menyia-
nyiakan ayah istrinya dalam kesepian dan mendoakan
kematiannya supaya ia bisa mewarisi harta kekayaan yang
ditinggalkan Faris Affandi.
Setelah pernikahan itu terjadi Salma Karamy tenggelam
dalam rasa yang sangat menyakitkan yang mebuat dia merasa
sangat tersiksa, dia bagaikan hidup didalam sebuah goa yang
gelap. Burung dengan sayap – sayap yang patah tak selamanya
mampu bertahan dan akhirnya Salma harus menghadap Sang
Pencipta setelah dia melahirkan bayi laki – laki yang usianya
hanya sebatas sinar matahari pagi.

Uskup menjodohkan Salma dengan Mansour Bey.


Tanggal pernikahan telah ditentukan. Farris, Selma, dan “Aku”
tidak dapat berkutik. Mereka tahu bahwa Mansour Bey
merupakan orang yang berbahaya, penuh kebencian, dan korup.
Di Lebanon, tak ada orang Kristen yang bisa melawan uskupnya
tanpa teganggu kedudukannya. Tak ada orang yang dapat
melawan pemimpin agamanya dan mempertahankan nama
baiknya. Jika Farris melawan Uskup dan melawan kedudukannya,
nama baik Selma akan hancur dan namanya akan dicemarkan
oleh kotoran bibir dan lidah.

Lima tahun pernikahan Salma dan Mansour, mereka tidak


memiliki keturunan. Mansour merupakan lelaki yang
menganggap istri yang tak memberinya anak sebagai musuh, ia
49

membencinya dan menjauhinya dan mengharapkan kematiannya.


Selma terus memohon kepada Tuhan dan tibalah waktunya
mereka mempersiapkan kelahiran tamu baru dalam keluarga
mereka. Sayangnya, tamu yang baru datang itu sudah pergi. Anak
itu meninggal sementara para tetangga sedang merayakan
kelahiran sang bayi dengan ayahnya dengan minum. Sang Ibu,
Selma, berkata,

Pesta kelahiran menjadi pemakaman seorang ibu dan


anaknya yang baru lahir. “Aku” kemudian bertanya dimana
kuburan Farris Affandi. Sang penggali kubur berkata bahwa dia
menempatkan Salma diatas Farris dan anak Selma diatas dada
Salma.

Jadi novel ini melukiskan sebuah kisah cinta yg sangat


rumit dan menyedihkan karena berakhir pada kematian. Gibran
dan Sallma merupakan pasangan yang saling mencintai tapi cinta
mereka pupus begitu saja. Cintanya harus terpisah karena yang
dicintai nya itu menikah dengan laki-laki lain dan
meninggalkannya kepada sang pencipta lebih dulu .Dan kita harus
mengetahui bahwa tidak selamanya cinta saling memiliki, maka
dari itu janganlah terlalu larut dalam masa lalu dan kita harus
menyadari keberadaan kita sebagai manusia dalam keadaan
apapun kita harus selalu ingat kepada Tuhan. Karena Tuhan sudah
mentakdirkan yang terbaik.
50

C. Struktur Novel al-Ajnihah al-Mutakasirah

1. Novel
Novel merupakan karya sastra yang sekaligus disebut fiksi.
Dengan demikian, pengertian fiksi seperti novel. Sebutan novel
dalam bahasa inggris yang masuk ke Indonesia. Novel berasal
dari bahasa italia “novella” dan bahasa jerman “novelle”.
Menurut Abrams, Secara harfiah novella berarti ‘sebuah barang
baru yang kecil’, dan kemudian diartikan sebagai ‘cerita pendek
dalam bentuk prosa’ istilah novella dan novelle mengandung
pengertian yang sama dengan istilah Indonesia Novellet dalam
bahasa inggris “novelette”, yang berarti sebuah karya prosa fiksi
yang lumayan panjang dan tidak teralalu panjang, namunn juga
tidak terlalu pendek.
Novel sebagai karya fiksi mempunyai unsur-unsur
pembangun. Keduanya dibangun dari dua unsur Intrinsik dan
Ekstrinsik. Novel memiliki unsur peristiwa, plot, tema, tokoh
latar, sudut pandang, dan lain-lain.
Novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas,
menyajikan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih
banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan
berbagai permasalahan yang lebih kompleks. Hal itu mencakup
berbagai unsur cerita yang membangun novel itu.50
Menurut Lubis Novel adalah hasil kesusastraan yang
berbentuk prosa yang menceritakan suatu kajian yang biasa dari
kejadian itu munculah suatu konflik dan suatu pertikaian yang
merubah nasib mereka.
Menurut Kosasih Novel adalah karya imajinatif yang
menceritakan sisi kumpulan atas problematika kehidupan

50
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2010), hlm 9-10.
51

seseorang atau beberapa orang tokoh. Sedangkan menurut Clara


Reeve novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang
nyata dari zaman pada saat novel itu ditulis. Novel bersifat
realistis, novel berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi;
surat, jurnal, memoar atau biografi, kronik atau sejarah”. Dengan
kata lain, novel berkembang dari dokumen-dokumen.51
Menurut Goldman kompleksitas struktur sastra dengan
membangun prespektif tentang sosiologin novel. Goldman dalam
karyanya Towards A Sociology of the Novel pada tahun 1964,
secara komprehensif mengulas tentang kompleksitas struktur
novel. Konsepsi Goldman tentang novel diperoleh berdasarkan
hipotesis yang ia bangun dari presepektif Lukacs tentang bentuk
novel yang dipengaruhi oleh karakteristik tokoh yang
problematik. Goldman lalu membangun konsepsi tentang novel
sebagai sebuah cerita (story) yang didasarkan pada upaya mencari
realitas (a degraded reality), yang dalam istilah Lukacs disebut
“demoniacal” (“mengandung kejahatan”), dari nilai-nilai autentik
(authentic values) dalam dunia yang juga tergradasi (the world
itself degraded) dalam berbagai level” pola” yang berbeda-beda
(different modes).
Mengenal ”nilai-nilai autentik”, yang dimaksudkan
Goldmann bukanlah nilai-nilai dari sebuah kritik atau nilai-nilai
yang dihargai pembaca sebagai sesuatu hal yang autentik. Nilai-
nilai autentik tersebut tidak termanifetasi secara eksplisit didalam
novel, tetapi terorganisasi dalam bentuk “pola” implisit sebagai
dunia novel secara menyeluruh. Akan tetapi, bukan berarti bahwa
nilai-nilai autentik bersifat spesifik pada sebuah novel yang
membuat novel tersebut berbeda dengan novel yang lain. Nilai-

51
Ciri-ciri novel dalam http://repository.fkip.unja.ac.id/file?i=lvBYcnDa-
yheSGTh2Zdx5JwZ3h_zrMmSi3Q3F74daYA , diakses 18 April 2020
52

nilai autentik hanya ada dalam kesadaran imajinasi pengarang,


bukan dalam tindakan sosial pengarang yang bersifat kongkret. 52
a) Ciri-Ciri Novel
Menurut Hendy menyatakan ciri-ciri novel ialah sebagai
berikut:
1) Sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih
pendek dari roman. Biasanya cerita dalam novel dibagi atas
beberapa bagian.
2) Bahan cerita diangkat dari keadaan yang ada dalam
masyarakat dengan bahan fiksi pengarang.
3) Penyajian berita berlandas pada alur pokok atau alur utama
yang batang tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur
penunjang yang bersifat otonom (mempunyai latar
tersendiri).
4) Tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema utama) dan
tema bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok
tersebut.
5) Karakter tokoh-tokoh utama dalam novel berbeda-beda.
Demikian juga karakter tokoh lainnya. Selain itu, dalam
novel dijumpai pula tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh
statis adalah tokoh yang digambarkan berwatak tetap sejak
awal hingga akhir. Tokoh dinamis sebaliknya, ia bisa
mempunyai beberapa karakter yang berbeda atau tidak tetap.
Pendapat tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa ciri-
ciri novel adalah cerita yang lebih panjang dari cerita pendek,
diambil dari cerita masyarakat yang diolah secara fiksi, serta
mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik. Ciri-ciri novel
tersebut dapat menarik pembaca atau penikmat karya sastra

52 Ahyar Anwar, Teori Sosial Sastra (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015), hlm 107-108
53

karena cerita yang terdapat di dalamnya akan menjadikan


lebih hidup53
b) Unsur-unsur novel
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun
karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan
karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang
secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya
sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang
(secara langsung) membangun cerita. Kepaduan antar
berbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel
berwujud. Atau sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita
pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika
kita membaca novel. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut
sebagian saja, misalnya, tema, tokoh
penokohan,alur/plot,latar,sudut pandang, gaya bahasa, dan
nilai moral.
1) Tema
Sebagai salah satu unsur karya sastra, maupun
untuk mendeskripsikan pernyataan tema yang tertulis
dalam novel. Kedua hal itu memang berkaitan.
Kejelasan pengertian tema akan membantu usaha
penafsiran dan pendeskripsian peryataan tema sebuah
cerita.
Menurut Stanton dan kenny, tema adalah makna
yang dikandung oleh sebuah cerita. Namun, ada banyak
yang tertulis dan ditawarkan oleh cerita (novel) itu.
Sedangkan menurut Handoko & Rahmanto, tema
merupakan gagasan dasar umum yang menopang
sebuah karya sastra dan yang terkandung didalam teks

53
Hakikat novel hlm 7
54

sebagai struktur semantis dan yang menyangkut


persamaaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan.
Tema disaring dari motif-motif yang terdapat
dalam karya yang bersangkutan menentukan hadirnya
peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu,
termasuk berbagai unsur intrisik yang lain, karena hal-
hal tersebut haruslah bersifat mendukung kejelasan
tema yang ingin disampaikan. Tema menjadi dasar
pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat
menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai
generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.54 Jika
berbagai makna itu dianggap sebagai makna pokok
sekaligus tema pokok novel yang bersangkutan? Untuk
memperjelas pertanyaan itu, peneliti mengambil objek
novel yang akan diteliti yaitu novel sayap-sayap patah
karya Khalil Gibran. Ada banyak tema pokok atau sub
tema yaitu
a) Duka cita yang hening
b) Tangan nasib
c) Pintu masuk ke Kuil
d) Obor putih
e) Prahara
f) Danau api
g) Dihadapan takhta kematian
h) Antara kristus dan ishtar
i) Pengorbanan
j) Penyelamat

54
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2010), hlm 66-67.
55

Dari peneliti sendiri berpendapat bahwa tema itu


adalah55
2) Plot
Alur atau plot merupakan urutan peristiwa yang
sambung-menyambung dalam sebuah cerita berdasarkan
sebab-akibat Dengan peristiwa yang sambung
menyambung tersebut terjadilah sebuag cerita. Diantara
awal dan akhir cerita itu terdapat alur. Jadi alur
memperlihatkan bagaimana cerita berjalan. Tentang kaitan
antar peristiwa yang dikisahkan secara linear, akan
mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang
ditampilkan.
Plot dalam sebuah karya fiksi yang kompleks,ruwet,
dan sulit dikenali antar peristiwanya, menyebabkan cerita
menjadi lebih sulit dipahami. Hal yang demikian sering
dapat ditemui dalam karya yang memanfaatkan plot dan
teknik pemplotan sebagai salah satu cara untuk mencapai
efek keindahan karya itu. Itulah sebabnya novel yang lebih
bersifat menceritakan sesuatu, atau tujuan utamanya adalah
menyampaikan karakteristik novel yang selalu memiih
cara-cara pemplotan yang sederhana, bahkan tak jarang
bersifat stereotip. Sebaliknya, novel yang tergolong aluran
akan sangat memperhatikan struktur plot sebagai salah satu
kekuatan novel itu untuk mencapai efek estetis.
Menurut Stanton mengemukakan bahwa plot adalah
cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu
hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu
disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang
lain.

55
Ibid. Hal 66-67
56

Menurut Kenny plot sebagai peristiwa-peristiwa


yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat
sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa
itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Jauh sebelumnya,
seperti ditunjukan di atas, Forster juga telah
mengemukakan hal yang senada. Plot, menurut Forster
adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai
penekanan pada adanya hubungan kausalitas.
Menurut Abrams, yang mengemukakan bahwa plot
sebuah karya fiksi merupakan struktur peristiwa-peristiwa,
yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan
penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek
emosional dan efek tertentu56.
Pembedaan plot terdiri dari:

a) Pembedaan plot berdasarkan kriteria waktu


- Plot lurus-progresif adalah sebuah plot yang dikatan
progresif jika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat
kronologis, peristiwa yang pertama diikuti oleh penyebab
terjadinya peristiwa-peristiwa yang kemudian. Atau
secara runtut dari tahap awal, tengah dan akhir.
- Plot sorot balik atau flashback Urutan kejadian yang
dikisahkan dalam karya fiksi yang berplot regresif tidak
bersifat kronologis, cerita tidak dimulai dari tahap awal
(yang benar-benar merupakan awal cerita secara logika),
melainkan mungkin dari tahap tengah atau bahkan tahap
akhir, baru kemudian tahap awal cerita dikisahkan.

56
Ibid Hal. 110-113
57

b) Pembedaan plot berdasarkan kriteria jumlah


-Plot Tunggal

Karya fiksi yang beplot tunggal biasanya hanya


mengembangkan sebuah cerita dengan menampilkan
seorang tokoh utama protagonis yang sebagai hero. Cerita
pada umumnya hanya mengikuti perjalanan hidup tokoh
tersebut, lengkap dengan permasalahan dan konflik yang
dialaminya.

Plot tunggal, dengan demikian, sering dipergunakan


jika pengarang ingin memfokuskan “dominasi” seorang
tokoh tertentu sebagai hero “pahlawan”, atau permasalahan
tertentu yang tokoh diutamai seorang yang tertentu pula.

-Plot Sub-subplot

Sebuah karya fiksi dapat saja memiliki lebih dari


satu alur cerita yang dikisahkan, atau terdapat lebih dari
seorang tokoh yang dikisahkan perjalanan hidup,
permasalahan, dan konflik yang dihadapinya. Struktur plot
yang demikian dalam sebuah karya barangkali berupa
adanya sebuah plot utama (main plot) dan plot-plot
tambahan (sub-subplot). Dilihat dari segi keutamaan atau
perannya dalam cerita secara keseluruhan plot utama lebih
berperan dan penting daripada sub-subplot itu.57

Dalam novel al-Ajnihah al-Mutakasirah


menggunakan plot lurus-progresif karena berurutan cerita
dalam novelnya dan sub-sub plot karena banyak tokoh
dalam novel itu banyak kejadian/ konflik yang terjadi.

57
Ibid. Hal 156-158
58

3) Tokoh/penokohan
Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering
dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan,
watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi
secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang
hampir yang sama.
Istilah “Tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku
cerita. Watak, perwatakan dan karakter menunjuk pada sifat
dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca,
lebih penunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.
Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan artinya
dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada
penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu
dalam sebuah cerita. Dan menurut Jones, penokohan adalah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita.58
Tokoh dalam novel al-Ajnihah al-Mutakasirah
sebagai berikut:
a) Khalil Gibran sendiri yang wataknya sangat baik dan
sangat mencintai perempuan pujaan hatinya.
b) Salma Karamy anak yang baik dan patuh kepada
Bapaknya Faris Affandi.
c) Faris Affandi seorang yang baik dan orang kaya di
negaranya, tapi tidak tegas ketika ditindas.
d) Uskup Bulos Galib adalah pemimpin agama Kristen,
tetapi perilakunya tidak mencerminkan seorang
pemimipin agama.
e) Mansour Bey Galib adalah seorang kemenakannya
Uskup yang jahat, yang sering bermain perempuan,

58
Ibid. Hal.164-166
59

korupsi, dan serakah mengincar harta kekayaan Faris


Affandi.
4) Latar/setting
Menurut Abarms, Latar atau setting yang disebut
juga sebagai landas tumpu, mengarah pada pengertian
termpat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Menurut Stanton, mengelompokan latar, bersama
dengan tokoh dan plot, ke dalam fakta (cerita) sebab ketiga
hal inilah yang akan dihadapi dan dapat diimajinasi oleh
pembaca secara faktual jika membaca cerita fiksi. Atau ,
ketiga hal inilah secara konkret dan langsung membentuk
cerita.59
Unsur-unsur latar terdiri dari:
a) Latar tempat
Latar tempat adalah menunjuk pada lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur
tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat
dengan nama tertentu, dan lokasi tertentu.

Latar tempat dalam novel al-Ajhnihah al-Mutakasirah


di Kota Beirut, Lebanon.

b) Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah ”kapan”
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan
dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitanya atau dapat
dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

59
Ibid Hal 216
60

Latar waktu dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah


terjadi pada bulan Nisan, musim semi dan dingin.

c) Latar sosial
Latar sosial mengarah pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat disuatu
masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya
fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup
berbagai maslaah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia
dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan,
pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Di samping itu,
latar sosial juga berhubungan dengan status sosial juga
berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan,
misalnya rendah, menengah atau atas.60

Latar sosial dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakasirah


adalah dikota yang mempesona seorang Faris Affandi yang
kaya raya, Uskup yang sering berkhotbah dihadapan
masyrakat, dan kemenekan Uskup yang jahat, korupsi, dan
serakah ingin menguasai semua harta kekayaan Faris Affandi.

5) Sudut pandang
Sudut pandang atau point of view merupakan salah
satu unsur fiksi yang oleh stanton digolongkan sebagai
sarana cerita. Walau demikian, hal itu tidak berarti bahwa
perannya dalam fiksi tidak penting. Sudut pandang haruslah
diperhitungkan kehadirannya, bentuknya, sebab pemilihan
sudut pandang akan berpengaruh terhadap penyajian cerita.
Reaksi afektif pembaca terhadap sebuah karya fiksi pun

60
Ibid Hal. 227-234
61

dalam banyak hal akan dipengaruhi oleh bentuk sudut


pandang.
Menurut Abrams Sudut pandang, point of view,
mengarah pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan
cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang
sebagai sarana untuk menyajian tokoh, tindakan, latar, dan
berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah
karya fiksi kepada pembaca.
Sudut pandang itu sendiri secara garis besar dapat
dibedakan ke dalam dua macam: pesona pertama, first
person, gaya “aku”, dan pesona ketiga, third person, gaya
“dia”. Jadi dari sudut pandang “aku” dan “dia” dengan
berbagai variasinya, sebuah cerita dikisahkan.61

Untuk sudut pandang nya itu sudut pandang


pertama. Karena memakai kata “aku”.

Sejak pertama kali “Aku” melihat Farris Affandi, ia


melihat air muka beliau memancarkan kesedihan. Karena
hatinya yang baik nan hidupnya yang makmur, beliau
mudah sekali diberdayakan orang lain yang lebih kuat
secara licik

Sebelum mereka menikah, Salma bertemu dengan


“Aku” dan berkata,

“Aku ingin kau mencintaiku seperti seorang penyair


mencintai pikiran-pikirannya yang pedih. Aku ingin kau
mengingatku seperti seorang pengelana mengingat kolam
tenang yang memantulkan bayangan dirinya ketika ia
meminum airnya. Aku ingin kau mengingatku seperti
seorang ibu mengingat anaknya yang meninggal sebelum

61
Ibid. Hal. 246-249
62

anak itu melihat cahaya, dan aku ingin kau mengingatku


seperti raja yang murah hati mengingat seorang
narapidana yang mati sebelum pengampunan diterimanya.
Aku ingin kau menjadi pendampingku, dan aku ingin kau
mengunjungi ayahku dan menghiburnya dalam
kesepianmya karena aku tak lama lagi akan pergi dan akan
menjadi orang asing baginya.”

“Aku” pun menjawab,

” … Aku akan mencintaimu, Salma, seperti padang


rumput mencintai musim semi, dan aku akan hidup di
dalammu seperti kehidupan bunga di bawah sinar
matahari…”

“Aku” pulang dan menjadi seperti burung terluka


yang ditembak pemburu, kemudian berkata berkata,

“Oh, Tuhan, kasihanilah aku dan pulihkan sayap-


sayapku yang patah!”

Tak lama kemudian, Farris Affandi Karamy


meninggal; jiwanya dirangkul oleh Keabadian, dan
tubuhnya dikembalikan ke tanah. Mansour Bey Galib
mewarisi kekayaannya, dan Salma menjadi tawanan seumur
hidup dalam duka dan derita.

Pernikahan Salma dan Mansour tidaklah bahagia.


Mansour sibuk menghabiskan waktunya dengan gadis-gadis
yang menjual tubuhnya untuk roti yang adonannya adalah
darah dan air mata.
63

“Aku” dan Selma bertemu lagi di kuil tempat


mereka biasa bertemu. Disana mereka masih
mempertahankan kisah cinta dan ketulusan mereka. Mereka
menceritakan keindahan yang dulu mereka rasakan sebelum
direnggut oleh Uskup.

Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di


luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya
sastra cerita karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat
dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun
cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi
bagian didalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik
cukup berpengaruh terhadap totalitas cerita yang dihasilkan.
Oleh karena itu, unsur ekstrinsik sebuah novel haruslah
tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.

Setiap novel akan memiliki tiga unsur pokok,


sekaligus merupakan unsur terpenting, yaitu tokoh utama,
konflik utama, dan tema utama. Ketiga unsur utama itu
saling berkaitan erat dan membentuk satu kesatuan yang
padu, kesatuan organisme cerita. Ketiga unsur inilah yang
terutama membentuk dan menunjukan sosok cerita dalam
sebuah karya fiksi. Kesatuan organis menunjuk pada
pengertian bahwa setiap bagian subkonflik, bersifat
menopang, memperjelas, dan mempertegas eksistensi ketiga
unsur utama cerita tersebut.62

62
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2010), hlm 23-24.
64

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peneliti akan membahas hasil analisis data novel yang diperoleh


selama melakukan penelitian. Dan sistematika untuk menjawab rumusan
masalah yang sudah tertulis sebagai berikut: Nilai Sosial yang
digambarkan dalam novel dan pesan moral dalam novel. Peneliti akan
membahas sebagai berikut:

A. Nilai Sosial dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakasirah


karya Khalil Gibran
1. Loves (kasih sayang)
Kasih sayang merupakan sebuah perasaan yang tulus hadir
dari dalam hati dan mengandung sebuah keinginan untuk
memberi, mengasihi, menyayangi dan membahagiakan. Kasih
sayang dapat diberikan kepada siapa saja yang dikasihi seperti
pasangan, orang tua, saudara, sahabat, dan lain-lain. Kasih sayang
akan muncul ketika ada perasaan simpatik dan iba dari dalam hati
kepada seseorang yang dikasihi, tetapi kemunculan kasih sayang
sangat alamiah dan tidak bisa dibuat-buat atau direkayasa.
Berdasarkan diatas nilai kasih sayang terdiri atas cinta dan
kasih sayang, pengabdian, tolong-menolong, kekeluargaan, dan
kepedulian.
a. Cinta dan Kasih Sayang
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang
kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta merupakan sifat baik
yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan
kasih sayang. Cinta merupakan sebuah aksi/kegiatan aktif
yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa
pengorbanan diri, empati, perhatian, membantu, menuruti
65

perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun


yang diinginkan objek tersebut.
Diceritakan di suatu Kota Beirut ada seorang
pemuda bernama Khalil Gibran yang melihat dan
mengungkapkan bahwa seorang perempuan yang bernama
Salma Karamy adalah cinta pertamanya. Ini adalah
penggalan teks cerita Novelnya:

‫وأورتين خفايا احلب بانعط‬,‫"سلم كرامه هي علمتين عبادة اجلمال حيماهلا‬

‫وهي اليت أنشدت على مسمعي أول بيت من قصيدة احلياة‬,‫فها‬

)٦: ‫ صفحة‬,‫املعنوية"( األجنحة املتكسرة‬


Artinya: Salma Karamy adalah mengajariku
bagaimana memuja kecantikan dengan contoh
kecantikannya sendiri dan menunjukan untuku rahasia cinta
dengan kasih sayang perempuan yang menyanyikan
untukku puisi kehidupan nyata.
Disini adanya nilai sosial yaitu nilai kasih sayang
dalam bentuk pengabdian yaitu senantiasa berusaha
mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri.
Perhatiannya sama besar baik terhadap diri sendiri maupun
dirinya. Apa yang tidak patut diperlakukan terhadap dirinya
tidak patut pula diperlakukan terhadap dirinya. Senantiasa
memberi dengan kecintaan tanpa pamrih dan membalas
kebaikan dirinya dengan yang lebih baik hanya karena
kecintaan. Dan Nilai sosial ingin rasa memiliki karena
memiliki cinta dan rasa, dan mampu menghargai diri
sendiri dan dirinya karna ada rasa cinta itu sendiri.
Jadi peneliti menyimpulkan ketika seseorang Kahlil
Gibran ketika bahagia melihat pujaan hati untuk pertama
‫‪66‬‬

‫‪kalinya dan merasa jatuh cinta, dan juga merasa ingin‬‬


‫‪memiliki sekali.‬‬

‫‪b. Pengabdian‬‬

‫‪Dikutip dari sub bab tema‬‬ ‫يد القضاء‬ ‫‪dalam novel al-‬‬

‫‪Ajnihah al-Mutakasirah bahwa Khalil Gibran bertemu Ayahnya‬‬


‫‪Selma Karamy yang bernama Faris Effandi Karamy dan Ayahnya‬‬
‫‪menceritakan kenangan masa mudanya bersama Ayahnya Khalil‬‬
‫‪Gibran. Ini adalah kutipan teks cerita Novelnya:‬‬

‫ففي يوم من تلك األيام املفعمة بأنفاس نيسا ن املسكرة وابتساماته‬

‫احمليية‪,‬ذهبت لزيارة صديق يسكن بيتا بعيدا عن ضجة‬

‫االجتماع‪.‬وبينما حنن تتحدث رامسني باالكالم خطوط آمالنا وأمانني‬

‫دخل علينا شيخ جليل يف اخلامسة والستني من عمر‪ .‬تدل مالبسه‬

‫البسيطة ومالحمه املتجعد ة على اهليبة والوقار فوقفت احرتاماو قبيل‬

‫ان اصافحه مسلما تقبدم صديقي‪ .‬وقال‪:‬حضرته فا رس أفندي‬

‫إيل الشيخ هنيهة‬


‫كرامه‪.‬مث لفظ امسعي مشفوعا بكلمة ثناء‪,‬فحدق ّ‬
‫ال مسا باطراف اصابعه جبهته العالية املكلة بشعر أبيض كاثلج كأنه‬

‫يريد أن سرتجع إىل ذاكرته صورة شيء قدمي مفقود مث ابتسم ابتسامة‬

‫سرور وانعطاف واقرتب مين قائال‪:‬أنت ابن صديق حبيب قدمي‬


67

‫فها أعظم فرحي مبرآكوكم أنامشتاق إىل‬,‫صرفت ربيع العمر برفقته‬

)۱٦: ‫ صفحة‬، ‫لقاء أبيك بشخصك! "( األجنحة املتكسرة‬


Artinya: Pada suatu hari di bulan April yang
menghembuskan aroma mempesona dan menghadiahkan
senyuman indah itu, saya pergi mengunjungi rumah seorang
teman yang tinggal di sebuah rumah terpencil, jauh dari
kebisingan kota. Saat kami sedang berbincang-bincang,
melukiskan harapan dan angan-angan, masuklah seorang lelaki
yang tampak berwibawa, berusia sekitar enam puluh lima
tahun. Pakaiannya yang indah dan paras muka yang berseri
menunjukkan kewibawaan dan kemuliaannya. Saya berdiri
untuk menghormatinya. Saat saya bersalaman dengannya,
kawan saya mendahului seraya berkata, “Beliau yang terhormat
Faris Affandy Karamy”. Kemudian kawan saya itu menyebut
nama saya disertai dengan kata-kata pujian. Lelaki tua itu
menatap saya sejenak, menyentuh dahinya dengan ujung
jarinya. Seolah-olah ia sedang berusaha mendapatkan
ingatannya kembali tentang bayang-bayang suatu hal yang
telah lama hilang. Kemudian ia tersenyum gembira sambil
mendekati saya dan berkata, “Engkau adalah putra dari
sahabat saya yang sangat baik. Saya selalu menghabiskan
musim semi untuk menemaninya. Sungguh menyenangkan bisa
bertemu denganmu. Saya sangat rindu dan ingin bertemu
dengan ayahmu, yang tampaknya ada di dalam dirimu.”
Dalam kisah ini diceritakan seorang bapak Faris
Affandi Karamy selain beliau menceritakan kenangan lalu
bersama sahabatnya yaitu bapaknya Khalil Gibran, beliau
menceritakan tentang anak perempuannya yaitu Salma
‫‪68‬‬

‫‪Karamy, dan beliau memberi harapan akan menjodohkan‬‬


‫‪anaknya dengan Gibran.‬‬
‫‪Nilai sosial yang bisa diambil dari Novel al-Ajnihah al-‬‬
‫‪Mutakasirah adalah pengabdian Faris Affandi sebagai sahabat‬‬
‫‪baiknya bapaknya Khalil Gibran, pengabdianya itu dilakukan‬‬
‫‪dengan cara mengenalkan anak perempuannya Salma Karamy‬‬
‫‪untuk dijodohkan menjadi kekasihnya anak sahabatnya.‬‬
‫‪c. Tolong Menolong‬‬

‫فذات يوم مسعت باعتالل فارس كرامة‪ ،‬فرتكت وحديت وذهبت لعيادته ماشيًا‬

‫املتلمعة أوراقها الرصاصية بقطرات املطر‪ ،‬متنحيًا عن‬


‫على ممر منفرد بني أشجار الزيتون ّ‬
‫الطريق العمومية حيث تزعج ضجة املركبات سكينة الفضاء‪.‬‬

‫بلغت منزل الشيخ ودخلت عليه‪ ،‬فوجدته ُملقى على فراشه مضىن اجلسم‪،‬‬

‫كهوتني عميقتني‬
‫شاحب الوجه أصفر اللون‪ ،‬قد غرقت عيناه حتت حاجبيه فباتتا َّ‬

‫مظلمتني جتول فيهما أشباح السقم واألمل‪ ،‬فاملالمح اليت كانت باألمس عنوان البشاشة‬

‫واالنبساط قد تقلَّصت و َّ‬


‫اكفهرت وأصبحت كصحيفة رمادية متجعدة تكتب عليها العلة‬

‫سطورا عريبة ملتبسة‪ .‬واليدان اللتان كانتا مغلّفتني باللطف واللدانة قد ُحنلتا حىت بدت‬
‫ً‬
‫عظام أصابعهما من حتت اجللد كقضبان عارية ترتعش أمام العاصفة‪.‬‬

‫حول وجهه املهزول حنوي وظهر على شفتيه‬


‫سائال عن حاله‪ّ ،‬‬
‫وملا دنوت منه ً‬

‫املرجتفتني خيال ابتسامة حمزنة‪ ،‬وبصوت ضعيف خافت خلته آتيًا من وراء اجلدران قال‪:‬‬
69

‫إيل‬ ِّ ‫ اذهب يا ابين إىل تلك الغرفة وامسح دموع سلمى‬،‫اذهب‬


َّ ‫وسكن روعها مث عد اها‬

‫لتجلس جبانب فراشي‬

‫دخلت الغرفة احملاذية فوجدت سلمى منطرحة على مقعد وقد غمرت رأسها‬
ُ
‫فاقرتبت‬
ُ .‫ وأمسكت أنفاسها كيال يسمع والدها حنيبها‬،‫بزنديها وغرقت وجهها باملساند‬

‫ فتحركت مضطربة‬،‫التنهد منه إىل اهلمس‬


ّ ‫منها ببطء ولفظت امسها بصوت أقرب إىل‬
‫إيل بعينني شاخصتني‬
ّ ‫ مث استوت على مقعدها ونظرت‬،‫كنائم تراوده األحالم املخيفة‬
.‫ وال تصدق حقيقة وجودي يف ذلك املكان‬،‫شبحا يف عامل الرؤيا‬
ً ‫جامدتني كأهنا ترى‬

)٦٦: ‫ صفحة‬، ‫"( األجنحة املتكسرة‬

Artinya: Pada suatu hari, saya mendengar kabar bahwa


Faris Affandy Karamy sedang sakit. Saya meninggalkan tempat
tinggal saya yang sunyi untuk menuju kediamannya, berjalan
melalui rute baru, dan jalur yang sepi diantara pepohonan
zaitun, menghindari jalan utama (penuh dengan) roda yang
keretanya bergerak.

Sesampai di rumah orang tua itu, saya segera masuk


menemuinya. Dia sedang terbujur di pembaringannya,
badannya lemah dan pucat. Matanya tenggelam dan tampak
seperti dua lembah gelap yang dalam yang dihantui kesakitan.
Senyuman yang dimilikinya selalu menghiasi wajahnya yang
dipenuhi rasa sakit dan penderitaan, tulang tangannya yang
lembut terlihat seperti cabang yang bergetar ketika diterpa
70

badai. Saat saya mendekatinya dan menanyakan kesehatannya,


ia membalikkan badan dan wajah pucatnya ke arah saya. Di
bibirnya yang bergetar, muncul sebuah senyuman. Ia berkata
dengan suara lemah, “Ayo pergi nak! Pergilah ke kamar lain
dan hapuslah air mata Selma, tenangkan hatinya, dan
kembalikanlah ia (selepas itu) di sisi tempat tidur saya.”

Aku memasuki kamar yang berbatasan dengan kamar


Faris Affandy Karamy dan melihat Salma sedang berbaring di
atas dipan. Ia menutupi kepala dengan tangannya, dan
menenggelamkan wajahnya pada bantal, menahan nafas hingga
tangisnya tak terdengar. Aku mendekatinya perlahan, dan
kupanggil namanya dengan suara yang tampak lebih seperti
mendesah daripada berbisik. Ia bergerak dalam ketakutan,
seolah-olah ia sedang berada dalam mimpi yang mengerikan.
Lantas ia duduk, menatap saya dengan dua matanya yang
berkaca-kaca, seakan-akan ia melihat saya dalam alam mimpi,
dan tidak mempercayai adanya saya di tempat tersebut.

Nilai sosial tolong menolong dalam Novel al-Ajnihah


al-Mutakasirah ketika Faris Affandi Sakit sendirian di Rumah,
dan Akhirnya Khalil Gibran menjenguknya, ketika sampai di
rumahnya, Faris Affandi menyuruh Gibran untuk membujuk
Salma anaknya untuk duduk di sisi tempat tidurnya. Ternyata
Salma sedang menangis karena akan dijodohkan oleh
kemenakannya Uskup, dan Gibran mencoba menguatkan Salma
agar tidak berlarut oleh kesedihannya. Akhirnya Salma
mencoba menguatkan diri agar terlihat kuat didepan bapaknya.
Karena dalam keadaan apapun manusia sebagai Makhluk Sosial
memiliki saling tolong menolong.
‫‪71‬‬

‫‪d.‬‬ ‫‪Kekeluargaan‬‬
‫‪Dalam kekeluargaan kalau di dalam anggota keluarga‬‬
‫‪sendiri memang hal ini mudah didapatkan dan dirasakan. Tetapi‬‬
‫‪ketika sudah berada di luar lingkup keluarga sendiri rasanya akan‬‬
‫‪sedikit‬‬ ‫‪sulit‬‬ ‫‪untuk‬‬ ‫‪mendapatkannya.‬‬ ‫‪Kekeluargaan‬‬ ‫‪sangat‬‬
‫‪dibutuhkan bagi setiap indvidu. Dengan adanya kekeluargaan kita‬‬
‫‪akan merasakan kedamaian dan kebahagiaan. Berikut kutipan teks‬‬
‫‪cerita Novel al-Ajnihah al-Mutakasirah yang menunjukan nilai‬‬
‫‪sosial tentang nilai kekeluargaan:‬‬

‫ما سرت بضع خطواط يف تلك احلديقة ظهر فارس كارم يف باب‬

‫املتزل خارجا للقائى كأن هدير املركبة يف تلك البقعة املنفردة قد أعلن له‬

‫قدومي‪ ,‬فهش متأهال وقادين مرحبا اىل داخل و الد مشتاق اجلسين‬

‫ماضي مستطلعا مقاصدي يف‬


‫ّ‬ ‫بقربه حيدثين مستفسر اً عن‬

‫مستقبلي‪,‬فكنت أجيبه بتلك اللهجة املفعمة بنغمة األحالم واألماين اليت‬

‫يرتمن اها الفتيان قبل أن تقذفهم أمواج اخليال إىل شاطئ العمل حيث‬

‫اجلهاد والنزاع‪...‬أجنحة ذات ريش من الشعر وأعصاب من األوهام‬

‫ترتفع با لفتيان إىل ماوراء الغيوم فريون الكيان مغمورا بأشعة متاونة‬

‫بألوان قوس فزح‪,‬ويسمعون احلياة مرتله أغاين اجملد والعظمة‪ ,‬ولكن تلك‬

‫األجنحة الشعرية ال تلبث أن متزقها عواصف االختبار فيهبطون إىل عامل‬


72

‫ "( األجنحة‬.‫احلقيقة مرآة غريبة يرى فيها املرءنفسه مصغرة مشوهة‬

)۰۲: ‫ صفحة‬، ‫املتكسرة‬

Artinya: Ketika saya turun dari kereta dan berjalan


beberapa langkah memasuki taman yang luas itu, saya melihat
Faris Affandy Karamy datang untuk menyambutku. Ia
menggiringku masuk ke dalam rumahnya dengan hangat dan
duduk di dekatku, seperti seorang ayah bahagia ketika ia
melihat anaknya, menyiramku dengan berbagai pertanyaan
tentang kehidupanku, masa depan, dan pendidikanku. Aku
menjawabnya, suaraku penuh ambisi dan semangat; karena aku
mendengar dering di telingaku sebuah himne kemenangan, dan
aku sedang berlayar dalam laut tenang mimpi penuh harapan.

Dalam pertemuan di Rumah Faris Affandi, dia


memperkenalkan anak perempuannya kepada Khalil Gibran.
Faris Affandi yang membuat ikatan keluarga karena bersahabat
baik dengan bapaknya Gibran dan menganggap seperti anaknya
sendiri, dan Faris Affandi sudah menceritakan masa mudanya
bersama bapaknya Gibran.

e. Kesetiaan
Saking cintanya Khalil Gibran dengan Salma Karamy
inilah kutipan cerita ketika ia memuji Salma Karamy di Novel
al-Ajnihah al-Mutakasirah

‫وانقضى نيسان وأنا أزور منزل فارس كرامه وألتقي سلمى وأجلس‬

ً‫معجبا‬,‫قبالتها يف تلك قبالتها يف تلك احلدقة متأمالً حماسنها‬

.‫شاعراً بوجود أيد خفية جتتذبىن اليها‬,‫مصغياً لسكينة كآبتها‬,‫مبواهبها‬


73

‫فكل زيارة كانت تبني يل معىن جديدا من معاين مجاهلا وسر ا علويا‬

‫من أسرار روحها حىت أصبحت أمام عيين كتابا أقرأ سطوره وأستظهر‬

‫ "( األجنحة‬.‫آياته وأتزمن بنغته وال أستطيع الوصول اىل هنايته‬

)۰٦: ‫ صفحة‬، ‫املتكسرة‬


Artinya: Bulan Nisan (April) telah berlalu. Aku masih
selalu berkunjung ke rumah Faris Affandy Karamy untuk bertemu
dengan Salma Karamy di taman yang indah itu, dan saya duduk
berhadapan dengannya di taman tersebut, menatap kecantikannya,
mengaguki kecerdasannya, dan mendengar keheningan serta
kesedihan. Aku merasakan tangan tak terlihat menarik saya
padanya. Setiap kunjungan memberikan arti baru akan
kecantikannya, wawasannya, sampai ia menjadi (seperti) sebuah
buku yang halaman-halamannya dapat saya pahami, dan yang
pujiannya dapat aku nyanyikan, tapi saya tidak pernah bisa untuk
selesai membacanya.

Kesetiaan Khalil Gibran mengunjungi Rumah Faris Affandi


untuk menemui Salma Karamy, karena Gibran terus memandangi
kecantikannya, mengaggumi kepandaianya.

Setiap pertemuan memberinya makna baru pada


kecantikannya dan pandangan baru untuk lebih mengenalnya lagi.
Dan itu membuat Khalil Gibran semakin ingin memiiki Salma
Karamy.

f. Kepedulian
Ketika di masa dimana Khalil Gibran ketika diberi harapan
palsu oleh Faris Karamy, yaitu bisa menikahi anaknya Salma
Karamy, tetapi kenyataan berkata lain, bahwa tenyata dijodohkan
‫‪74‬‬

‫‪oleh kemenakan Uskup. Ketika Gibran merasakan kekecewaan‬‬


‫‪yang amat dalam, dan hampir tidak bisa menerima kenyataan. Dan‬‬
‫‪Faris Affandi memberi pesan dalam keadaan apapun, jangan‬‬
‫‪sampai terputus silaturahminya. Berikut ini kutipan teks novelnya:‬‬

‫‪.‬فلم جيبها بغري التنهدات العميقة ‪ ،‬مث أدخلها الدار وأشعة‬

‫احلنو تنسكب من مالحمه املضطربة ‪ ،‬فبقيت أنا واقفا بني األشجار‬

‫واحلرية تتالعب بعواطفي مثلما تتالعب العواصف باوراق اخلريف ‪،‬‬

‫مث تبعتهما إىل القاعة ‪ .‬وكيال أظهر مبظهر طفيلي مييل إيل استطالع‬

‫اخلصوصيات أخذت يد الشيخ مودعا ‪ ،‬ونظرت إىل سلمی نظرة‬

‫غريق تلفت حنو جنم المع يف قبة الفلك ‪ ،‬مث خرجت دون أن يشعرا‬

‫خبروجي ‪ ،‬ولكنين ما بلغت أطراف احلديقة حىت مسعت صوت‬

‫الشيخ مناديا ‪ ،‬فالتفت وإذا به يتبعين ‪ ،‬فعدت إىل لقائه ‪ ،‬وملا‬

‫دنوت منه أمسك بيدي وقال بصوت مرتعش ‪ :‬ساحمين يا ابين فقد‬

‫جعلت ختام ليلتك مكتفا بالدموع ‪ ،‬ولكنك سوف جتيء إيل دائما‬

‫‪ ،‬أليس كذلك ؟ أال تزورين عندما يصري هذا املكان خاليا إال من‬

‫الشيخوخة احملزنة ؟ إن الشباب الغض ال يستأنس بالشيخوخة‬

‫الذابلة ‪ ،‬كما أن الصباح ال يلتقي باملساء ‪ ،‬أما أنت فسوف جتيء‬


75

‫ وتعيد على‬، ‫إيل التذكرين بايام الصبا اليت صرفتها بقرب أبيك‬

‫ أليس كذلك‬، ‫مسمعي أخبار احلياة اليت مل تعد حتسبين من أبنائها‬

‫؟ أال تزورين عندما تذهب سلمي وأصبح وحيدا منفردا يف هذا املنزل‬

)٤۲: ‫ صفحة‬، ‫البعيد عن املنازل ؟( األجنحة املتكسرة‬


Artinya: Ketika Jawabannya hanya berupa helaan nafas
yang dalam. Dengan lembut, ia membawa Salma ke dalam rumah
sementara aku tetap berdiri di taman, diterpa kebingungan
layaknya badai yang hadir di tengah dedaunan musim gugur.
Lantas, aku mengikuti mereka menuju ruang tamu, dan untuk
menghindari rasa malu, tanganku menjabat tangan lelaki tua itu,
dan menatap Salma yang bersinar cantik layaknya bintang,
kemudian aku keluar rumah tanpa jejak. Akan tetapi, ketika aku
sampai di ujung kebun, terdengar suara lelaki tua yang tengah
memanggilku. Saya berbalik untuk menemuinya. Dia meminta
maaf meraih dan memegang tanganku, seraya berkata dengan suara
gemetar: “Maafkan aku, anakku. Aku telah merusak malammu
dengan tetesan air mata, tapi kamu tetap mengunjungiku, bukankah
begitu? Akankah kau mengunjungiku ketika yang tersisa di tempat
ini hanya seorang lelaki tua penuh rasa iba? Sungguh, seorang
pemuda tidaklah disandingkan dengan kepikunan seperti aku,
layaknya pagi tidak harus bertemu dengan malam. Adapun kamu
terus mengunjungiku dan mengingatkanku hari-hari yang kulalui
bersama ayahmu dulu, dimana ia memberitahuku kabar-kabar
kehidupan melalui kehadiran anaknya saat ini. Bukankah begitu?
Akankah kau mengunjungiku ketika Selma tidak lagi ada dan aku
hanya seorang diri di rumah ini?”
76

Dalam ringkasan kutipan ini dijelaskan ketika Salma


Karamy diberitahu ayahnya Faris Affandi bahwa dia akan
dijodohkan oleh kemenakannya Uskup. Sontak membuat Salma
dan Gibran tidak menyangka. Mengapa Faris tidak menolak
permintaan perjodohan itu.

Faris meminta maaf karena merusak makan malam Gibran


dan Salma dan keputusan perjodohan anaknya untuk Kemenekan
Uskup, bukan untuk Gibran. dan Faris meminta agar Gibran tetap
datang dan mengunjungi kerumahnya yang sudah ditinggalkan
anaknya dan Faris merasa kesepian yang amat dalam karena
sendiri karena kesepian.

2. Responsibility (tanggung jawab)


a. Nilai Rasa Memiliki
Nilai sosial Rasa menerima dan memiliki dalam Novel Al-
Ajnihah Al-Mutakasirah yaitu ketika Khalil Gibran menerima
kenyataan pujaan hatinya dijodohkan oleh kemenakan Uskup dan
masih merasa memiliki hatinya Salma Karamy karena Gibran
yakin Salma masih mencintainya. Dan ketika Salma sudah
menikah dengan Kemenekan Uskup yang bernama Mansour Bey
Galib. Salma Karamy dan Khail Gibran masih saling bertemu
diam-diam di kuil tua untuk melunasi kerinduan dan mengenang
hari-hari yang sudah lewat. Berikut ini kutipan cerita Novel al-
Ajnihah al-Mutakasirah:

‫ففي يوم من أواخر حزيران قد ثقلت وطأة احلر يف السواحل وطلب الناس أعايل‬

‫حامال بيدي كتابًا‬


ً ‫اعدا نفسي بلقاء سلمى كرامة‬
ً ‫ سرت كعاديت حنو ذلك املعبد و‬،‫اجلبال‬
77

‫صغريا من املوشحات األندلسية اليت كانت يف ذلك العهد ومل تزل إىل اآلن تستميل‬
ً
.‫روحي‬

‫ فجلست أرقب الطريق املنسابة بني أشجار الليمون‬،‫بلغت املعبد عند األصيل‬

‫هامسا يف مسامع األثري أبيات‬


ً ‫ وأنظر من وقت إىل آخر إىل وجه كتايب‬،‫والصفصاف‬
‫ وتعيد إىل النفس ذكرى‬،‫تلك املوشحات اليت تستهوي القلب برشاقة تراكيبها ورنة أوزاهنا‬

‫أجماد امللوك والشعراء والفرسان الذين ودعوا غرناطة وقرطبة وإشبيلية تاركني يف قصورها‬

‫ مث تواروا وراء حجب الدهر‬،‫ومعاهدها وحدائقها كل ما يف أرواحهم من اآلمال وامليول‬

)٤٤ :‫ صفحة‬، ‫ ( األجنحة املتكسرة‬.‫والدمع يف أجفاهنم واحلسرة يف أكبادهم‬


Artinya: Pada suatu hari di akhir bulan Haziran (Juni), saat
orang-orang meninggalkan kota menuju pegunungan untuk
menghindari sengatan musim panas, seperti biasa saya pergi ke
kuil untuk bertemu Selma, membawa buku kecil berisi puisi-puisi
Andalusia yang populer pada zaman itu, bahkan (sampai saat ini)
jiwa saya masih hanyut di dalamnya. Saya sampai di kuil pada sore
hari, lantas saya duduk sembari mengamati jalan setapak yang ada
diantara pohon lemon dan ‘willow’. Saya melirik halaman buku
saya secara berkala, melafalkan bait-bait yang memenuhi relung
hati dengan candu, dan membawa jiwa saya mengingat para raja,
penyair, dan kesatria yang mengucapkan selamat tinggal pada
Granada, pergi meninggalkan menara, pondok, dan kebun mereka,
dengan linangan air mata dan kesedihan dalam hati mereka, istana
mereka, dan harapan-harapan yang telah mereka bangun.
‫‪78‬‬

‫‪b. Disiplin‬‬

‫ففي يوم من تلك األيام املفعمة بأنفاس نيسا ن املسكرة‬

‫وابتساماته احمليية‪,‬ذهبت لزيارة صديق يسكن بيتا بعيدا عن ضجة‬

‫االجتماع‪.‬وبينما حنن تتحدث رامسني باالكالم خطوط آمالنا‬

‫وأمانني دخل علينا شيخ جليل يف اخلامسة والستني من عمر‪.‬‬

‫تدل مالبسه البسيطة ومالحمه املتجعد ة على اهليبة والوقار‬

‫فوقفت احرتاماو قبيل ان اصافحه مسلما تقبدم صديقي‪.‬‬

‫وقال‪:‬حضرته فا رس أفندي كرامه‪.‬مث لفظ امسعي مشفوعا بكلمة‬

‫إيل الشيخ هنيهة ال مسا باطراف اصابعه جبهته‬


‫ثناء‪,‬فحدق ّ‬
‫العالية املكلة بشعر أبيض كاثلج كأنه يريد أن سرتجع إىل ذاكرته‬

‫صورة شيء قدمي مفقود مث ابتسم ابتسامة سرور وانعطاف‬

‫واقرتب مين قائال‪:‬أنت ابن صديق حبيب قدمي صرفت ربيع العمر‬

‫برفقته‪,‬فها أعظم فرحي مبرآكوكم أنامشتاق إىل لقاء أبيك‬

‫بشخصك! ( األجنحة املتكسرة ‪ ،‬صفحة‪)۱٦ :‬‬


‫‪Artinya:‬‬ ‫‪Pada‬‬ ‫‪suatu‬‬ ‫‪hari‬‬ ‫‪di‬‬ ‫‪bulan‬‬ ‫‪April‬‬ ‫‪yang‬‬
‫‪menghembuskan aroma mempesona dan menghadiahkan‬‬
‫‪senyuman indah itu, saya pergi mengunjungi rumah seorang‬‬
‫‪teman yang tinggal di sebuah rumah terpencil, jauh dari‬‬
‫‪kebisingan kota. Saat kami sedang berbincang-bincang,‬‬
79

melukiskan harapan dan angan-angan, masuklah seorang


lelaki yang tampak berwibawa, berusia sekitar enam puluh
lima tahun. Pakaiannya yang indah dan paras muka yang
berseri menunjukkan kewibawaan dan kemuliaannya. Aku
berdiri untuk menghormatinya. Saat aku bersalaman
dengannya, kawan saya mendahului seraya berkata, “Beliau
yang terhormat Faris Affandy Karamy”. Kemudian
kawanku itu menyebut nama saya disertai dengan kata-kata
pujian. Lelaki tua itu menatapku sejenak, menyentuh
dahinya dengan ujung jarinya. Seolah-olah ia sedang
berusaha mendapatkan ingatannya kembali tentang bayang-
bayang suatu hal yang telah lama hilang. Kemudian ia
tersenyum gembira sambil mendekatiku dan berkata,
“Engkau adalah putra dari sahabat saya yang sangat baik.
Saya selalu menghabiskan musim semi untuk menemaninya.
Sungguh menyenangkan bisa bertemu denganmu. Saya
sangat rindu dan ingin bertemu dengan ayahmu, yang
tampaknya ada di dalam dirimu.”
Nilai sosial disiplin dalam Novel al-Ajhnihah al-
Mutakasirah tercermin ketika Faris Affandi ingin menyatukan
Salma Karamy dan Khalil Gibran. Faris Affandi ingin membalas
budi kepada Sahabatnya yang mempunyai anak laki-laki. Hal ini
ketika memperkenalkan keduanya, agar saling mengetahui satu
sama lainya, mengundang tiap makan malam bersama agar
menyatukan chemstri jiwa mereka.

c. Empati
Nilai sosial Empati dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakasirah
adalah ketika Khalil Gibran berusaha menguatkan bapaknya
Salma, karena ditinggal sebatang kara dikediamannya. Dan
menguatkan Salma agar mendampingi Bapaknya ketika Sakit.
‫‪80‬‬

‫‪Dalam‬‬ ‫‪kutipan‬‬ ‫‪Novel‬‬ ‫‪al-Ajnihah‬‬ ‫‪al-Mutakasirah‬‬


‫‪yaitu ”Apakah kamu memintaku untuk bersabar, sementara kau‬‬
‫‪sendiri juga memerlukan itu?” berikut ini kutipan teks novelnya:‬‬

‫بلغت منزل الشيخ ودخلت عليه‪ ،‬فوجدته ُملقى على فراشه مضىن اجلسم‪ ،‬شاحب‬

‫كهوتني عميقتني مظلمتني جتول‬


‫الوجه أصفر اللون‪ ،‬قد غرقت عيناه حتت حاجبيه فباتتا َّ‬

‫فيهما أشباح السقم واألمل‪ ،‬فاملالمح اليت كانت باألمس عنوان البشاشة واالنبساط قد‬

‫سطورا عريبة‬
‫ً‬ ‫تقلَّصت و َّ‬
‫اكفهرت وأصبحت كصحيفة رمادية متجعدة تكتب عليها العلة‬

‫ملتبسة‪ .‬واليدان اللتان كانتا مغلّفتني باللطف واللدانة قد ُحنلتا حىت بدت عظام‬

‫أصابعهما من حتت اجللد كقضبان عارية ترتعش أمام العاصفة‪.‬‬

‫حول وجهه املهزول حنوي وظهر على شفتيه املرجتفتني‬


‫سائال عن حاله‪ّ ،‬‬
‫وملا دنوت منه ً‬

‫خيال ابتسامة حمزنة‪ ،‬وبصوت ضعيف خافت خلته آتيًا من وراء اجلدران قال‪ :‬اذهب‪،‬‬

‫إيل لتجلس‬ ‫اذهب يا ابين إىل تلك الغرفة وامسح دموع سلمى ِّ‬
‫وسكن روعها مث عد اها َّ‬

‫جبانب فراشي‬

‫دخلت الغرفة احملاذية فوجدت سلمى منطرحة على مقعد وقد غمرت رأسها بزنديها‬
‫ُ‬
‫بت منها‬
‫وغرقت وجهها باملساند‪ ،‬وأمسكت أنفاسها كيال يسمع والدها حنيبها‪ .‬فاقرت ُ‬
‫التنهد منه إىل اهلمس‪ ،‬فتحركت مضطربة كنائم‬
‫ببطء ولفظت امسها بصوت أقرب إىل ّ‬
81

‫إيل بعينني شاخصتني جامدتني‬


ّ ‫ مث استوت على مقعدها ونظرت‬،‫تراوده األحالم املخيفة‬
.‫ وال تصدق حقيقة وجودي يف ذلك املكان‬،‫شبحا يف عامل الرؤيا‬
ً ‫كأهنا ترى‬

‫وبعد سكوت عميق أرجعنا بتأثرياته السحرية إىل تلك الساعات اليت سكرنا فيها من‬

‫ أرأيت كيف‬:‫متحسرة‬
ِّ ‫ مسحت سلمى دموعها بأطراف أناملها وقالت‬،‫مخرة اآلهلة‬

‫تبدَّلت األيام؟ أرأيت كيف أضلَّنا الدهر فسرنا مسرعني إىل هذه الكهوف املفزعة؟ يف‬

‫ ويف هذا املكان جيمعنا اآلن الشتاء أمام عرش‬،‫هذا املكان مجعنا الربيع يف قبضة احلب‬

‫ صفحة‬، ‫ فما أاهى ذلك النهار! وما أشد ظلمة هذا الليل! ( األجنحة املتكسرة‬،‫املوت‬

)٦٦-٦٦:

Artinya: Sesampainya di rumah orang tua itu, saya segera


masuk menemuinya. Ia sedang terbujur di pembaringannya.
Tampak lemah dan pucat. Matanya cekung seperti dua buah jurang
yang dalam serta gelap, tempat hantu-hantu penderitaan dan
kesakitan bergentayangan. Senyum yang selalu menghiasi
wajahnya kini tertutup oleh sakit dan derita yang tak terhingga
Tulang tangannya yang perkasa, tampak seperti ranting pohon
yang telanjang berayun-ayun menahan topan.

Saat aku mendekatinya dan menanyakan kesehatannya, ia


membalikkan badan dan wajah pucatnya ke arah saya. Di bibirnya
yang bergetar, muncul sebuah senyuman. Ia berkata dengan suara
lemah, “Ayo pergi nak! Pergilah ke kamar lain dan hapuslah air
mata Selma, tenangkan hatinya, dan kembalikanlah ia (selepas itu)
82

di sisi tempat tidur saya.” Saya memasuki kamar yang berbatasan


dengan kamar Faris Affandy Karanah dan melihat Selma sedang
berbaring di atas dipan. Ia menutupi kepala dengan tangannya, dan
menenggelamkan wajahnya pada bantal, menahan nafas hingga
tangisnya Saat saya mendekatinya dan menanyakan kesehatannya,
ia membalikkan badan dan wajah pucatnya ke arah saya. Di
bibirnya yang bergetar, muncul sebuah senyuman. Ia berkata
dengan suara lemah, “Ayo pergi nak! Pergilah ke kamar lain dan
hapuslah air mata Selma, tenangkan hatinya, dan kembalikanlah ia
(selepas itu) di sisi tempat tidur saya.” Aku memasuki kamar yang
berbatasan dengan kamar Faris Affandy Karami dan melihat Selma
sedang berbaring di atas dipan. Ia menutupi kepala dengan
tangannya, dan menenggelamkan wajahnya pada bantal, menahan
nafas hingga tangisnya tak terdengar.tak terdengar.

Aku mendekatinya perlahan, dan kupanggil namanya


dengan suara yang tampak lebih seperti mendesah daripada
berbisik. Ia bergerak dalam ketakutan, seolah-olah ia sedang
berada dalam mimpi yang mengerikan. Lantas ia duduk, menatap
saya dengan dua matanya yang berkaca-kaca, seakan-akan ia
melihat saya dalam alam mimpi, dan tidak mempercayai adanya
saya di tempat tersebut.

Dan setelah keheningan mendalam yang membawa kami


kembali ke masa-masa memabukkan penuh cinta, Selma menyeka
air matanya, dan berkata, “Lihatlah bagaimana waktu mengubah
kita! Lihatlah bagaimana ia menjadikan hidup kita kelam seperti
sekarang ini! Di tempat ini, musim semi mempersatukan kita
dalam suatu ikatan cinta. Di tempat ini, musim dingin
mempersatukan kita di hadapan tahta kematian. Betapa indahnya
musim semi, dan betapa mengerikannya musim dingin ini!”
83

Ketika bapaknya sakit, Gibran mendatangi rumahnya,


terlihat lemah dan tak berdaya, dan diruangan sebelah ada Salma
Karamy sedang terbaring diatas kasur, mukanya ditutupi bantal,
agar tidak diketahui oleh bapaknya, kalau dia sedang menangis.
Gibran membujuk Salma agar mendampingi bapaknya sedang
sakit.

3. Nilai bertentangan hidup

a. Diskriminasi
Nilai Diskriminasi dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakasirah
adalah ketika keluarga pemimpin agama yang leluasa ingin
menikahi anak perempuan dan menguasai harta-harta orang kaya,
Dalam kutipan Novel al-Ajnihah al-Mutakasirah yaitu

‫ تلك اخلزائن الوسيعة اليت‬.‫إن أموال اآلباء تكون يف أكثر املواطن جملبة لشقاء البنني‬

‫ ذلك اإلله‬.‫ميلؤها نشاط الوالد وحرص األم تنقلب حبوساً ضيقة مظلمة لنفوس الورثة‬

.‫العظيم الذي يعبده الناس بشكل الدينار ينقلب شيطاناً يعذب النفوس ومييت القلوب‬

‫وسلمى كرامة هي كالكثريات من بنات جنسها اللوايت يذهنب ضحية ثروة الوالد وأماين‬

‫ فلو مل يكن فارس كرامة رجالً غنياً لكانت سلمى اليوم حية تفرح مثلنا بنور‬.‫العريس‬

)٤٦: ‫ صفحة‬، ‫ ( األجنحة املتكسرة‬.‫الشمس‬

Artinya: Di sejumlah negara kekayaan orang tua merupakan


sumber petaka bagi anak-anaknya. Kotak besar kokoh yang ayah
dan ibu gunakan untuk menyimpan kekayaan mereka menjelma
84

penjara gelap dan sempit bagi jiwa-jiwa pewaris mereka. Yang


mahakuasa yang disembah masyarakat menjadi setan yang
menghukum roh dan mematikan hati. Salma Karamy adalah salah
seorang dari mereka yang menjadi korban kekayaan orang tua dan
nafsu memiliki pengantin. Seandainya bukan karena kekayaan
ayahnya, Salma akan tetap akan tetap hidup bahagia seperti
cerahnya matahari.

b. Intoleransi
Disini dijelaskan Nilai Intoleransi bahwa tak ada
masyarakat melawan pimpinan agamanya, karena dipengaruhi oleh
adanya jabatan pimpinan agama, berikut ini kutipan teksnya:

‫عندما طلب املطران بولس يد سلمى من والدها مل جيبه ذلك الشيخ بغري السكوت‬

‫ وأي والد ال يشق عليه فراق ابنته حىت ولو كانت ذاهبة إىل‬،‫العميق والدموع السخينة‬

‫بيت جاره أو إىل قصر ملك؟ أي رجل ال ترتعش أعماق نفسه بالغصات عندما يفصله‬

‫؟ إن كآبة الوالدين‬.‫ناموس الطبيعة عن االبنة اليت العبها طفلة وهذاها صبية ورافقها امرأة‬

‫لزواج االبنة تضارع فرحهم بزواج االبن ألن هذا يكسب العائلة عضواً جديداً أما ذاك‬

)٤٤: ‫ صفحة‬، ‫ ( األجنحة املتكسرة‬.ً‫فيسلبها عضواً قدمياً عزيزا‬

Artinya: Ketika pendeta meminta persetujuan Faris


Affandy Karamy untuk menyandingkan Selma dengan
kemenakannya, jawaban yang dia terima hanyalah diam yang
bisu dan linangan air mata, sebab ia benci kehilangan anak satu-
satunya. Jiwa siapapun yang melihat akan bergetar saat ia
terpisah dari putri semata wayangnya, putri yang telah ia
besarkan menjadi seorang wanita muda. Dukacita orangtua atas
85

pernikahan putrinya sama dengan sukacita mereka atas


pernikahan putranya, karena seorang anak laki-laki membawa
anggota baru dalam keluarga, yang mana ia berasal dari sosok
yang terhormat.

Kesimpulan Kutipan dalam Novel al-Ajhnihah al-


Mutakasirah,di Lebanon tak ada orang kristen yang bisa
melawan Uskupnya tanpa terganggu kedudukannya. Tak ada
orang dapat melawan pemimpin agamanya dan
mempertahankan nama baiknya. Mata tidak bisa bertahan
terhadap tombak tanpa merasa sakit, dan tidak

c. Nilai Otoriter
Jadi ketika itu, banyak pemimpin agama yang di Timur
tidak puas apa yang ia dapat, mereka melakukan apa saja untuk
mendapatkan keseluruhan apa yang masyarakat punya. Dan
mereka mengajari anggota keluarganya agar ditakuti oleh
masyarakat

‫إن رؤساء الدين يف الشرق ال يكتفون مبا حيصلون عليه من اجملد والسؤدد بل يفعلون كل‬

‫ما يف وسعهم ليجعلوا أنسباءهم يف مقدمة الشعب ومن املستبدين به واملستدرين قواه‬

‫ أما جمد الرئيس الديين‬,‫ إن جمد األمري ينتقل باإلرث إىل ابنه البكر بعد موته‬،‫وأمواله‬

‫ وهكذا يصبح اإلنسان كأفاعي‬،‫فينتقل بالعدوى إىل اإلخوة وأبناء األخوة يف حياته‬

‫ ( األجنحة‬.‫البحر اليت تقبض على الفريسة مبقابض كثرية ومتتص دماءها بأفواه عديدة‬

)٤٤: ‫ صفحة‬، ‫املتكسرة‬


86

Pemimpin-pemimpin agama di Timur tidak puas dengan


kemurahan hatinya sendiri, tetapi mereka harus berusaha untuk
menjadikan semua anggota keluarganya terhebat dan suka menindas.
Kejayaan pangeran diwariskan kepada anak tertuanya, tetapi luapan
kegembiraan pemimpin agama menular kepada saudara-saudara laki-
laki dan kemenakannya. Demikianlah Uskup Kristen dan Imam
Muslim serta pendeta Brahma menjadi seperti reptil laut yang menjepit
mangsanya dengan banyak tentakel dan mengisap darah mereka
dengan banyak mulut.

B. Pesan Moral dalam Novel Novel al-Ajnihah al-


Mutakassirah karya Khalil Gibran
Pesan Moral adalah pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung
dalam sebuah karya, makna yang disarankan oleh cerita. Moral
yang kadang diidentikan pengertianya dengan tema walau
sebenarnya tidak selalu mengarahkan pada maksud yang sama.
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan
pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya
tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang disampaikannya
kepada pembaca.
Menurut Kenny, biasanya yang dimaksudkan sebagai suatu
saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yag bersifat
praktis, yang dapat diambil lewat cerita yang bersangkutan oleh
pembaca, dan merupakan pentunjuk yang diberikan oleh pengarang
tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah kehidupan
yang ada di karya sastra itu sendiri.63
Pada penelitian ini, peneliti akan membahas Nilai moral
apa saja yang terkandung dalam Novel Novel al-Ajnihah al-

63
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2010), hlm 320-321
87

Mutakassirah karya Khalil Gibran, inilah pembahasan sebagai


berikut:
Al-Ajnihah Al-Mutakassirah, dilihat dari isi ceritanya Ada
seorang pemuda yang berusia 18 tahun bernama Khalil Gibran
yang melihat seorang perempuan yang cantik dan ingin
mengungkapkan isi hatinya kepada perempuan yang bernama
Salma Karamy adalah cinta pertamanya. Salma Karamy adalah
anak perempuan dari Faris Affandi Karamy.
Ketika Khalil Gibran mengunjungi kerumah temannya
disuatu kota besar, ketika Gibran sedang asyik berbicara dengan
temannya, Faris Affandi tiba-tiba datang kerumah temanya, dan
temennya memperkenalkan sosok Faris Affandi, dan awal mereka
bertemu, dan Faris tak menyangka bahwa ternyata Khalil Gibran
itu anak sahabatnya ketika masih muda dahulu. Faris menceritakan
kenangan persahabatannya dahulu bersama ayahnya Gibran.
Ketika selesai bertemu, Gibran meminta untuk diceritakan lebih
banyak tentang Faris. “Faris adalah seorang baik hati dan orang
kaya, dan Faris mempunyai seorang perempuan yang sifatnya
serupa dengannya dan cantik. Faris Affandi adalah orang tua yang
baik dengan hati mulia, tetapi ia tidak punya pendirian. Anak
perempuannya tetap mematuhinya meski ia percaya diri dan
pandai. (al-Ajnihah al-Mutakasirah, hlm:16)
Ada konflik kisah ini terjadi dari Khalil Gibran yang galau
dengan perempuan bernama Selma Karamy, dan bapaknya Faris
Affandi yang dipaksa untuk menjodohkan anaknya kepada
kemenakan Uskup yang bernama Mansour Bey Galib. (al-Ajnihah
al-Mutakasirah, hlm:40)
Uskup seorang pemimpin agama yang sering
mengkhotbahkan kebaikan tetapi tidak pernah mempraktekan apa
yang dia khotbahkan, dan juga mempunyai kemenakan yang
sifatnya tidak jauh berbeda seorang penipu, korupsi, serakah yang
88

ingin memiliki harta kekayaan yang dimiliki Faris Affandi. (al-


Ajnihah al-Mutakasirah, hlm:77)
Faris Affandi terpaksa menerima permintaan Uskup,
mematuhi keinginannya dengan tidak rela sebab Faris Affandi
mengenal baik kemenekan Uskup dalam artian tahu bahwa laki-
laki itu jahat, penih kebencian, kejam dan korup. (al-Ajnihah al-
Mutakasirah, hlm:44)
Seandainya Faris Affandi melawan Uskup dan menolak
perintahnya, nama baik Salma akan hancur dan namanya akan
dicemarkan, dipemalukan di banyak orang. Karena dinegaranya
ketika orang tuanya memiliki kekayaan harta akan menjadi korban
dari orang-orang yang memanfaatkan kekayaan hartanya. Selma
Karamy adalah seorang dari mereka yang menjadi korban
kekayaan orang tua dan nafsu untuk menikahinya. (al-Ajnihah al-
Mutakasirah, hlm:45)
Ketika Mansour Bey Galib dan Salma menikah, dan hidup
bersama didalam sebuah rumah indah di Ras Beyrouth, tempat
semua orang kaya terhormat bermukim. Faris Affandi Karamy
ditinggalkan di Rumahnya yang sepi.
Mansour Bey adalah laki-laki yang mendapatkan semua
kemewahan hidup dengan sangat mudah, walau begitu ia tetap saja
tak puas dan serakah. Setelah menikahi Selma, ia menyia-nyiakan
ayah istrinya dalam kesepian dan mendoakan kematiannya supaya
ia bisa mewarisi kekayaan yang ditinggalkannya.

Watak Mansour Bey serupa dengan pamannya, satu-


satunya perbedaan antara keduanya adalah Uskup itu mendapatkan
semua diinginkannya secara rahasia, sementara kemenakannya
melakukan segalanya terbuka. Uskup pergi ke gereja pagi hari dan
mengahabiskan sisa harinya mencuri dari para janda, yatim piatu
dan orang-orang yang berpikiran bodoh. Tetapi, Mansour Bey
89

menghabiskan harinya mengejar kenikmatan dunia. (al-Ajnihah al-


Mutakasirah, hlm:63)
Suaru ketika Khalil Gibran mendengar kabar bahwa Faris
Affandi sakit, dan pergi menuju Rumahnya, ketika sudah sampai
Rumahnya, Gibran melihat Faris Affandi terbaring ditempat
tidurnya,lemah dan pucat. Ketika Gibran menanyakan kesehatanya,
ia tidak mau menjawabnya dan menyuruh Gibran keruangan lain
yang ada dirumahnya. Gibran memasuki ruang yang berdekatan
dengan kamar, dan melihat Salma berbaring diatas kasur dan
menyembunyikan wajahnya dengan bantal, agar bapaknya tidak
mendengar ia menangis. Gibran membujuk Salma agar melihat
ayahnya yang sedang berbaring di tempat tidur. Salma melihat
bapaknya dengan senyum dan pura-pura bersabar, dan ayahnya
berusaha membuat anak perempuanya percaya bahwa ia merasa
lebih baik dan semakin kuat, tetapi baik ayah maupun anak
perempuan sangat menyadari kepedihan masing-masing dan
mendengar suara hati. (al-Ajnihah al-Mutakasirah, hlm:82)
Pada saat itu Faris Affandi menceritakan ketika Ibunya
sedang menyusuinya, ia kehilangan ayahnya, ibumu menangisi dan
meratapi kepergianya, tetapi ibumu bijaksana dan sabar. Ibumu
duduk disisiku di ruangan ini segera setelah pemakaman selesai
dan memegang tanganku dan berkata,” Faris, sekarang ayahku
sudah meninggal dan kau satu-satunya penghiburku didunia ini.
Selma menjawabnya dengan menangis” ketika ibu kehilangan
ayahnya, ayah menjadi tempat tempat orang tua, tetapi siapa yang
akan mengganti tempat ayah ketika ayah pergi? Ayah telah
menjadi ayahku sekaligus ibuku dan pendamping masa mudaku.
(al-Ajnihah al-Mutakasirah, hlm:87)
Tengah malam Faris Affandi Karamy membuka matanya
untuk terkahir kalinya dan mengarahkan itu kepada Salma Karamy,
ia mencoba bicara, tetapi tidak bisa karena sudah sakaratul maut,
90

tetapi akhirnya bisa memanggil anaknya, dan takdir berkata Faris


Affandi Karamy meninggal dan dikuburkan pada keesokan
harinya. Melihat kejadian itu Mansour Bey Galib langsung
mewarisi kekayaan, dan Salma menjadi tawanan seumur hidup
dalam duka dan derita. (al-Ajnihah al-Mutakasirah, hlm:91-92)

Selama pernikahan, Salma Karamy tidak merasa bahagia


dengan Manosur Bey Galib, dikarenakan sudah mendapatkan harta
warisan dari ayahnya dan menghabiskan waktunya untuk bermain
dengan perempuan-perempuan. Keadaan ini juga dimanfaatkan
oleh Salma Karamy untuk bertemu Khalil Gibran di sebuah Kuil
yang cukup jauh dari kota besar. (al-Ajnihah al-Mutakasirah,
hlm:103)

Tenyata pertemuan sebulan sekali mereka berdua itu sudah


diketahui oleh Uskup, dan Salma berkata pada Gibran bahwa itu
pertemuan terakhirnya dikarenakan kalau mereka sering bertemu ia
akan semakin curiga dan memberi tahu semua pembantu dan
pengawalnya untuk mengawasinya dengan ketat. (al-Ajnihah al-
Mutakasirah, hlm:106)

Dengan jiwa memberontak, Khalil Gibran memegang


tangan Salma Karamy dan berkata “kita sudah lama sekali
menyerah pada kekuasaan dan kehendak orang, sejak kita bertemu
sampai sekarang kita masih menuruti kemauan mereka. Apakah
kita akan menyerah pada kehendaknya sampai kematian membawa
kita pergi? Apakah ia memberi kita kebebasan untuk
menjadikannya bayang-bayang perbudakan?. Mari kita tinggalkan
negeri ini dan semua perbudakan dan ketidakpedulian terhadap
negeri lain agar terbebas dari kekuasaan yang jahat. (al-Ajniihah
al-Mutakassirah, hlm:106-107)
91

Pesan moral dari novel al-Ajnihah al-Mutakassirah adalah


pertama ikhlas untuk tidak bisa memiliki hal yang diinginkan.
Kedua menjadi pemimpin harus bisa mengayomi dan bertanggung
jawab kepada rakyatnya, banyak nya lika-liku kehidupan dari cinta,
kesetiaan, kekuasaan yang kejam, penderitaan. Khalil Gibran
ketika ingin memiliki dan menikahi Salma Karamy, awalnya
berjalan sesuai keinginan dan dipermudah ketika Gibran tidak
sengaja bertemu dengan bapaknya Faris Affandi Karamy yang
ternyata sahabatnya bapaknya. Dan ternyata ketika sudah saling
mencintai, kejadian tidak diduga bahwa dia sudah dijodohkan oleh
kemenakan Uskup, Mansour Bey Galib, disisi lain itu pilihan yang
sulit karena pilihan pertama, menjodohkan anaknya, anaknya akan
aman dan bahagia atau tidak menerima perjodohan itu, tetapi hidup
Salma Karamy tidak tenang. Dan ternyata memilih untuk
menjodohkan anaknya dengan kemenakan Uskup. seiring berjalan
waktu bapaknya sakit dan meninggal, dan harta warisannya jatuh
ke Kemenakan Uskup. ternyata disalahgunakan oleh kemenakan
Uskup untuk berfoya-foya dan bermain perempuan. Sedangkan
Uskup seorang penghianat dalam ajaranya, dalam artian, ketika
berkhotbah ajaran agama, dia tidak mempraktekan apa yang ia
katakan. Tetapi di balik itu semua ternyata Khalil Gibran dan
Salma Karamy masih saling mencintai dan mereka diam-diam
bertemu tanpa ada yang mengetahuinya. Ketika Uskup mulai
curiga mengetahuinya akhirnya mereka memutuskan tidak
bertemu. 5 tahun kemudian Salma Karamy tanpa mengahasilkan
anak dan Mansour Bey Galib menganggap istrinya mandul dan ia
membencinya dan menjauhinya dan mengharapkan kematiannya.
dan akhirnya Salma berdoa pada Tuhan agar diberi anak, ketika
sudah hamil dan melahirkan ternyata anaknya meninggal, dan tidak
berlangsung lama Salma Karamy meninggal. Mendengar berita itu
Mansour Bey Galib tidak mengucapkan sepatah katapun atau
92

menangis karna sedih karna istrinya meninggal. Ketika mendengar


berita Khalil Gibran langsung mengarahkan agar Salma Karamy
dan anaknay dikubur disamping Kuburan bapaknya, Faris Affandi
Karamy. Tidak mudah melewati lika-liku seperti itu karena banyak
keinginan atau harapan, tetapi takdir berkata lain. Ketika ingin
melawan takdir tidak bisa, karena sudah jalan yang sudah
ditentukan Tuhan agar kita menjadi manusia yang baik dimanapun,
kapanpun, dan kepada siapaun. Dan tetap ikhlas menerima
kenyataan yang tidak diinginkan.
93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang Nilai Sosial
dalam Novel Al-Ajnihah Al-Mutakasirah karya Khalil Gibran, peneliti
dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Nilai Sosial yang digambarkan dalam Novel al-Ajnihah al-
Mutakassirah terdiri atas:
Peneliti menemukan data berupa analisis isi dan deskriptif
kutipan teks yang mengarahkan ke nilai sosial seperti adanya
nilai kasih sayang pada halaman 6, nilai pengabdian pada
halaman 16 nilai tolong menolong pada halaman 65 , nilai
kekeluargaan pada halaman 20 , nilai kesetiaan pada halaman
25, nilai kepedulian pada halaman 40 , nilai tanggung jawab
terdiri dari nilai rasa memilki , nilai disiplin pada halaman 16 ,
nilai empati pada halaman 66-67, nilai diskriminasi halaman
84, pada halaman 45, nilai intoleransi halaman 44, nilai otoriter
halaman 44.
2. Pesan moral Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah yaitu: banyak
nya lika-liku kehidupan dari cinta, kesetiaan, kekuasaan yang
kejam, penderitaan. Tidak mudah melewati lika-liku seperti itu
karena banyak keinginan atau harapan, tetapi takdir berkata
lain. Pertama ikhlas untuk tidak bisa memiliki hal yang
diinginkan. Kedua menjadi pemimpin harus bisa mengayomi
dan bertanggung jawab kepada rakyatnya.
94

B. Saran
Penelitian tentang Nilai Sosial dalam novel sudah banyak
dilakukan, tetapi dalam Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah karya Khalil
Gibran untuk peneliti belum menyeluruh menemukan nilai sosial yang ada
di novel tersebut. Padahal penggunaan mencari nilai sosial sebagian acuan
untuk menarik peneliti sastra untuk mengikuti alur ceritanya. Hal tersebut
dikarenakan isi cerita novel tersebut banyaknya konflik antar individu
tokoh dan masyarakatnya, apalagi tentang berkaitan dengan cinta dan
kekuasaan. Dan biasanya terjadi di kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,
saran untuk penelitian selanjutnya, peneliti dapat mengkombinasikan
antara nilai sosial dan sosiologi sastra dengan pesan moral menggunakan
Teori-teori yang sudah dicetuskan oleh tokoh-tokoh sebelumnya, agar
penelitian ini dapat lebih berkembang.
95

DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo,Sutarjo.Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada, 2012.

Anwar, Ahyar. Teori Sosial Sastra. Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015.

Ardison, MS. Kahlil Gibran Biografi . Surabaya: Grammatical Publishing, 2016.

Atika, Cut. AL-MAJAZ dalam Novel Al-Ajnihah Al-Mutakasirah (Suatu Tinjauan


Stilistika): Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Hasanuddin, 2016.

Ciri-ciri novel dalam http://repository.fkip.unja.ac.id/file?i=lvBYcnDa-


yheSGTh2Zdx5JwZ3h_zrMmSi3Q3F74daYA , diakses 18 April 2020

Damono,Djoko. Sayap-Sayap Patah. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka, 2017.

Endraswara, Suwardi. Metode Penelitian Sastra, Yogyakarta:CAPS, 2013.

Fahmi, Illiyya. Perwatakan Tokoh Utama dalam Novel Sayap-sayap Patah


Karya Khalil Gibran (Kajian Psikologi Sastra Menurut Sigmund Freud:
Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018.

Faruk. Pengantar Sosiologi Sastra,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019.

“Hakikat Nilai” dalam http://digilib.unila.ac.id/11973/15/BAB%20II.pdf, diakses


pada 14 April 2020 20:38

Konsep nilai dalam http://eprints.walisongo.ac.id/4007/3/103111008_bab2.pdf


diakses pada 14 April 2020 20:38.

Kurniawan, Heru. Teori Metode dan Aplikasi Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2012.

Nichayatun,Amiroh. Konflik Sosial dalam Novel Al-Ajnihah Al-Mutakasirah


Karya Khalil Gibran: Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab dan
Humaniora Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,
2018.

Nursida, Ida. “Majaz dalam Novel Al-Ajnihah Al-Mutakasirah (sayap-sayap


patah) karya Khalil Gibran (Kajian Stilistika dan Semiotik)”,ALFAZ, vol
6, No.2, (2018): 161-182.
96

“Nilai-nilai sosial dalam” http://alfinnitihardjo.ohlog.com/nilai-


sosial.oh112673.html . Diakses pada 14 April 2020 20:40

“Nilai-nilai sosial” dalam http://digilib.uinsby.ac.id/1289/5/Bab%202.pdf,


diakses pada 14 April 2020 20:40.

“Nilai-nilai sosial” dalam


http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214111420083.pdf
diakses pada 04 Agustus 2020 19:46.

Qazwaeni, Muhammad. Novel al-Ajnihah al-Mutaksirah Karya Khalil Gibran


(Studi Penelitian Hegemoni Antonio Gramsci): Bahasa dan Sastra Arab
Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2018.

Novel Al-Ajnihah Al-Mutakasirah Karya Khalil Gibran https://www.noor-


book.com/‫المتكسرة‬-‫األجنحة‬-‫كتاب‬-pdf diakses pada 16 Mei 2019 13:15

Raco, J.R. Metode Penelitian Kualitatif “Jenis, Karakteristik, dan


keunggulannya”, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana, 2010.

Ratna, Nyoman Kutha. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2013.

Ratna, Nyoman Kutha. Teori,Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar, 2015.

Shabrina, Zuliyanti ”Diaspora Masyarakat Lebanon (1860-1990)”. Skripsi.


Jakarta: Universitas Indonesia, 2012

Soekanto S & Sulistyowati Budi. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT


Rajagrafindo persada, 2015.

Sujarwa. Model&Paradigma Teori Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,


2019.

“Tinjauan tentang nilai” http://digilib.uinsby.ac.id/1464/5/Bab%202.pdf ,diakses


pada 14 April 2020 20:36.

Wahyu, Teguh. Kahlil Gibran: Aku bukan Sang Nabi. Surabaya: Ecosystem
Publishing, 2018.

Wiyatmi. Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Kanwa Publisher, 2013.


97

LAMPIRAN

Novel al-Ajnihah al-Mutakassirah


98

Novel Terjemahan al-Ajnihah al-Mutakssirah


99
100
101

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhamad Farhan

NIM : 53040160002

Tempat,Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Februari 1998

Alamat : Pondok Cipta B.175, RT 03 RW 08 Bintara, Bekasi

Barat, Kota Bekasi, Jawa Barat.

No. Hp : 081268142009

Email : muhamadfarhanhanz@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK Buah Hati Bunda, Bekasi : 2003-2004


2. SDIT Al-Kautsar, Bekasi :2004-2010
3. MTs Darul Muttaqien, Bogor : 2010-2013
4. MAN 18 Jakarta : 2013-2016
5. IAIN Salatiga : 2016-2020

Pengalaman Berorganisasi:

1. Pengurus HMPS BSA IAIN Salatiga periode 2017-2018


2. Pengurus Bagian Kaderisasi UKM ITTAQO IAIN Salatiga
periode 2018
3. Pengurus Bagian Humas Imasasi Wilayah VI Jawa Tengah
periode 2018
4. Wakil Ketua Umum UKM ITTAQO IAIN Salatiga periode
2019
5. Ketua Imasasi Wilayah VI Jawa Tengah periode 2019-2020
6. Member Great Of Salatiga periode 2017-2020.

Anda mungkin juga menyukai