Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Penulisan Unsur Serapan dan Pemakaian Tanda Baca


Mata Kuliah
Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu
Nurhayati, M. Pd.

Disusun Oleh Kelompok 11:


Asikin NIM : 20010107
Akhmad Ramadhani NIM : 20010106

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
SYEKH MUHAMMAD NAFIS
TABALONG
2020

i
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Kami, sehingga Kami bisa
selesaikan makalah Bahasa Indonesia ini mengenai penulisan unsur serapan dan
pemakaian tanda baca yang berguna untuk membaca buku ataupun untuk
berkomonikasi setiap hari.
Makalah Bahasa Indonesia ini sudah selesai Kami susun, berkat bantuan
dari buku ataupun bantuan dari orang- orang yang telah menyusun materi ini yang
ada di buku yang Kami baca. Sehingga Kami berterima kasih kepada semua pihak
yang sudah memberikan ilmunya kepada Kami tentang materi yang sedang Kami
diskusikan ini.
Kami berharap kepada yang membaca makalah Kami ini, harap maklumi
tentang penulisan kalimat yang tidak sesuai, atau ada kesalahan tentang cara
penulisan atau penyusunan makalah Kami ini. Karena Kami hanya manusia biasa
yang pasti mempunyai kesalahan. Tetapi Kami siap menerima kritikan dan
masukan kepada yang membaca makalah Kami ini.
Sekian dari Kami, semoga makalah Bahasa Indonesia tentang penulisan
unsur serapan dan pemakaian tanda baca ini, bisa bermanfaat bagi yang membaca.

Muara harus, 26 September 2020

DAFTAR ISI

ii
Cover .........................................................................................................................i
Kata Pengantar ..........................................................................................................ii
Daftar Isi ....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................2
1. Penulisan Unsur Serapan ......................................................................................2
A. Penerjemah Langsung ...................................................................................2
B. Penyesuaian Ejaan dan Lafal .........................................................................2
C. Tanpa Penyesuaian Ejaan dan Lafal ..............................................................3
D. Gabungan Penerjemah dan Penyerapan ........................................................3
E. Penyesuaian Ejaan Awalan Asing .................................................................3
F. Penyesuaian Ejaan Akhiran Asing ................................................................4
G. Majemuk Bentuk Bebas dan Bentuk Terikat ................................................4
2. Pemakaian Tanda Baca .........................................................................................4
A. Tanda Titik ....................................................................................................4
B. Tanda Koma ..................................................................................................5
C. Tanda Titik Koma .........................................................................................7
D. Tanda Titik Dua ............................................................................................7
E. Tanda Hubung ...............................................................................................8
F. Tanda Pisah ...................................................................................................9
G. Tanda Tanya ..................................................................................................9
H. Tanda Seru .....................................................................................................9
I. Tanda Elipsis .................................................................................................10
J. Tanda Petik ....................................................................................................10
K. Tanda Petik Tunggal .....................................................................................10
L. Tanda Kurung ................................................................................................10
M. Tanda Kurung Siku ......................................................................................11
N. Tanda Garis Miring .......................................................................................11
O. Tanda Apostrof ..............................................................................................11

iii
BAB III PENUTUP ...................................................................................................13
1. Kesimpulan ....................................................................................................13
2. Saran ..............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................14

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Indonesia yang benar adalah Bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
dengan kaidah Bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah Bahasa Indonesia di
antaranya meliputi ejaan, kaidah penggunaan dan penulisan huruf, penggunaan
tanda baca, penulisan kata, penulisan unsur serapan, serta pelafalan huruf. Ejaan
yang berlaku di Indonesia sekarang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan
[EYD], yang selama ini penggunaannya sering tidak sesuai dengan kaidah yang
berlaku.
Kaidah dalam Bahasa Indonesia tentunya untuk memberi batasan penggunaan
bahasa. Pada masa perkuliahan sangat sering melakukan perbuatan karya tulis
baik itu makalah, laporan- laporan, proposal maupun skripsi, yang membutuhkan
kemampuan dalam penulisan tersebut.
Penulisan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia.
Ada beberapa hal yang perlu dicermati, khususnya berbagai persoalan yang akan
dibahas dalam makalah ini. Hal- hal yang dimaksud adalah penulisan unsur
serapan dan pemakaian tanda baca yang sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menggunakan penulisan unsur serapan yang sesuai dengan
Ejaan Yang Disempurnakan ?
2. Bagaimana menggunakan pemakaian tanda baca yang baik dan benar
sesuai Ejaan Yang Disempurnakan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara- cara penulisan unsur serapan maupun pemakaian
tanda baca sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
2. Mahasiswa dapat menerapkan dalam pembuatan laporan- laporan,
makalah, karya tulis, dan skripsi yang sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan.
3. Untuk masyarakat umum setidaknya mengetahui beberapa isi dari kaidah
Ejaan Yang Disempurnakan dengan membaca makalah ini.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Penulisan Unsur Serapan

Unsur bahasa asing [Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, dan Inggris],


termasuk bahasa daerah di Indonesia, yang diserap menjadi unsur pinjaman
dalam bahasa Indonesia sudah cukup banyak. Kegiatan penyerapan ini telah
berlangsung lama. Berdasarkan cara masuknya, unsur pinjaman dalam bahasa
Indonesia dibagi menjadi dua golongan, yaitu [1] unsur bahasa lain yang
belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia dan [2] unsur bahasa
lain yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Untuk keperluan itu telah diusahakan ejaan asing yang hanya
diubah seperlunya sehingga unsur tersebut dalam bentuk Indonesia masih
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.

Di dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan


[2007] dan Pengindonesiaan Kata dan Ungkapan Asing [2003] dicantumkan
aturan penyesuaian itu. Dapat ditambahkan bahwa hal ini terutama dikenakan
kepada kata dan istilah yang baru masuk ke dalam bahasa Indonesia; serapan
lama yang sudah dianggap umum tidak selalu harus mengikuti aturan
penyesuaian tadi.

Berikut aturan penulisan unsur serapan.

A. Penerjemah Langsung
Penyerapan istilah asing dilakukan dengan menerjemahkan langsung.
Contoh: supermarket - pasar swalayan
merger - gabung langit
skycrapper - pencakar langit
franchise - waralaba
B. Penyesuaian Ejaan dan Lafal
1) Penyerapan istilah asing dilakukan dengan menyesuaikan ejaan dan
lafal.

Contoh: computer - komputer

microphone - mikrofon

2) Penyerapan istilah asing dilakukan dengan hanya menyesuaikan ejaan.

Contoh: design - desain

photocopy - fotokopi

2
3) Penyerapan istilah asing dilakukan dengan hanya menyesuaikan lafal.

Contoh: bank - bank

merger - merger

C. Tanpa Penyesuaian Ejaan dan Lafal


1) Penyerapan istilah asing dilakukan dengan tidak menyesuaikan ejaan
dan lafal istilah asing itu tidak berubah dalam banyak bahasa modern.
Penulisan istilah cukup dicetak dengan huruf miring.
Contoh: et al
status quo
de facto
2) Penyerapan istilah dilakukan dengan tidak menyesuaikan ejaan dan
lafal jika istilah itu dipakai secara luas dalam kosakata umum.
Penulisan istilah dicetak dengan huruf tegak [tidak dicetak dengan
huruf miring].
Contoh: golf
internet
lift

D. Gabungan Penerjemah dan Penyerapan


Istilah bahasa Indonesia dapat dibentuk dengan menerjemahkan dan
menyerap istilah asing sekaligus.
Contoh: chief editor - editor utama
clay colloid - koloid lempung
subdivision - subbagian

E. Penyesuaian Ejaan Awalan Asing


Awalan [prefiks] asing yang bersumber pada bahasa Indo-Eropa dapat
dipertimbangkan pemakaiannya di dalam peristilahan Indonesia setelah
disesuaikan ejaannya. Awalan asing itu, antara lain, adalah sebagai
berikut.
a-, ab-, abs- [‘dari’, ‘menyimpang dari’, ‘menjauhkan dari’] tetap a-, ab-,
abs-
Contoh: amoral, abnormal, abstract – amoral, abnormal, abstrak
a-, an- ‘tidak, bukan, tanpa’ tetap a-, an
Contoh: anemia, aphasia, aneurysm – anemia, afasia, aneurisme
ad-, ac- ‘ke’, ‘berdekatan dengan’, ‘melekat pada’, menjadi ad-, ak-
Contoh: adhesion, acculturation – adhesi, akulturasi
am-, amb- ‘sekeliling’, ‘keduanya’ tetap am-, amb-

3
Contoh: ambivalence, amputation – ambivalensi, amputasi
ana-, an- ‘ke atas’, ‘ke belakang’, ‘terbalik’ tetap ana-, an-
Contoh: anabolism, anatropous – anabolisme, anatrop
ante- ‘sebelum’, ‘depan’ tetap ante-
F. Penyesuaian Ejaan Akhiran Asing
Akhiran (sufiks) asing dalam bahasa indonesia diserap sebagai
bagian kata berimbuhan yang utuh. Kata, seperti standardisasi,
implementasi, dan objektif, diserap secara utuh disamping kata standar,
implemen, dan objek. Berikut daftar kata bersufiks.
-aat (Belanda) menjadi –at
Contoh: advocaat – advokat
-able, -ble (Inggris) menjadi –bel
Contoh: variable – variabel
-ac (Inggris) menjadi –ak
Contoh: maniac – maniak
-age (Inggris) menjadi –ase
Contoh: sabotage – sabotase
G. Majemuk Bentuk Bebas dan Bentuk Terikat
Majemuk bentuk bebas dan bentuk terikat adalah gabungan dua
bentuk atau lebih; salah satu unsurnya merupakan unsur yang tidak dapat
berdiri sendiri. Bentuk terikat yang dapat digunakan dalam pembentukan
istilah, antara lain, sebagai berikut.
Adi-
 Adikarya – masterpiece
 Adikuasa – superpower
Aneka-
 Anekabahasa – multilingual
 Anekawarna – multicolored
Antar-
 Antarkota – intercity
 Antarbangsa – international
Awa-
 Awaair – dewater
 Awalengas – dehumidity1
2. Pemakaian Tanda Baca
A. Tanda Titik (.)
1) Tanda titik dipakaikan pada akhir kalimat pernyataan.
Contohnya:
Mereka duduk di sana.

1
Widjono Hs, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembang Kepribadian di Perguruan Tinggi
(Jakarta: Grasindo,2012), hlm.13-25

4
2) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
Contohnya:
a. Kedudukan
b. Fungsi
3) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contohnya:
Pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau pukul 1, 35
menit, 20 detik)
4) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun,
judul tulisan (yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru),
dan tempat terbit.
Contohnya:
Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peta Bahasa di
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jakarta.
5) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Contohnya:
Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
B. Tanda Koma (,)
1) Tanda koma dipakai di antara unsur- unsur dalam suatu pemerincian
atau pembilangan.
Contohnya:
Satu, dua ..., tiga!
2) Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi,
melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk (setara).
Contohnya:
Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului
induk kalimatnya.
Contohnya:
Kalau diundang, saya akan datang.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului anak kalimat.
Contohnya:
Saya akan datang kalau diundang.
4) Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar
kalimat. Seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan
dengan itu dan meskipun demikian
Contohnya:

5
Murid itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia mendapatkan beasiswa
belajar diluar negeri.
5) Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata seru, seperti O, ya,
wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti Bu,
Dik, atau Nak.
Contohnya:
Wah, bukan main!
6) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat.
Contohnya:
Kata nenek saya, “kita harus berbagi dalam hidup ini.” “Kita harus
berbagi dalam hidup ini,” kata nenek saya, “karena manusia adalah
makhluk sosial.”
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung yang
berupa kalimat tanya, kalimat perintah, atau kalimat seru dari bagian
lain yang mengikutinya.
Contohnya:
“Di mana saudara tinggal?” tanya pak Lurah.
7) Tanda koma digunakan antara (a) nama dan alamat, (b) bagian- bagian
alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.
Contohnya:
Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, kelurahan Kayumanis,
kecamatan Matraman, Jakarta 13130
8) Tanda koma digunakan untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Contohnya:
Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional. Jakarta: Restu
Agung.
9) Tanda koma digunakan di antara bagian- bagian dalam catatan kaki
atau catatan akhir.
Contohnya:
Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya
Indonesia (Bandung: Alumni, 1977) hlm.12.
10) Tanda koma digunakan di antara nama orang dan singkatan gelar
akademis yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan
nama diri, keluarga atau marga.
Contohnya: B. Ratulangi, S.E.
11) Tanda koma digunakan sebelum angka desimal atau di anatara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contohnya:

6
12,5 m
12) Tanda koma digunakan untuk mrngapit keterangan tambahan atau
keterangan aposisi.
Contohnya:
Didaerah kami, Contohnya, masih banyak bahan tambang diolah.
13) Tanda koma dapat digunakan di belakang ketarangan yang terdapat
pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pengertian.
Contohnya:
Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan bahasa
daerah. Atas perhatian saudara, kami ucapkan terima kasih.
C. Tanda Titik Koma (;)
1) Tanda titik koma dapat digunakan sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang
lain di dalam kalimat majemuk.
Contohnya:
Hari sudah malam; anak- anak masih membaca buku.
2) Tanda titik koma digunakan pada akhir perincian yang berupa klausa.
Contohnya:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
a. berkewarganegaraan Indonesia;
b. berijazah sarjana S-1;
c. berbadan sehat; dan
d. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah negara kesatuan republik
Indonesia.
3) Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian- bagian
pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda koma.
Contohnya:
Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana dan kaos; pisang,
apel, dan jeruk.
D. Tanda Titik dua (:)
1) Tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap yang
diikuti pemerincian atau penjelasan.
Contohnya:
Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
2) Tanda titik dua tidak digunakan jika pemerincian atau penjelasan itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contohnya
Kita memerlukan kursi, meja dan lemari. Tahap penelitian yang harus
dilakukan meliputi
a. persiapan,
b. pengumpulan data,
c. pengolahan data, dan

7
d. laporan.
3) Tanda titik dua digunakan sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Contohnya:
a. Ketua : Ahmad Azimi
Sekretaris : Siti Ariani
Bendahara : Aulia Arindi
4) Tanda titik dua digunakan dalaam naskah drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contohnya:
Ibu : “Bawa koper ini, Nak!”
Azimi : “Baik, Bu.”
5) Tanda titik dua digunakan di antara (1) jilid atau nomor dan halaman,
(2) surah dan ayat dalam kitab suci, (3) judul dan anak judul suatu
karangan, serta (4) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Contohnya:
Surah Albaqarah: 2-5
E. Tanda Hubung (-)
1) Tanda hubung digunakan untuk menandai bagian kata yang terpenggal
oleh pergantian baris.
Contohnya:
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
2) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur kata ulang.
Contohnya:
Anak- anak
3) Tanda hubung digunakan untuk menyambung tanggal, bulan, dan
tahun yang dinyatakan dengan angka menyambung huruf dalam kata
yang dieja satu- satu.
Contohnya:
01-01-1998
4) Tanda hubung dapat digunakan untuk memperjelas hubungan bagian
kata atau ungkapan.
Contohnya:
Meng-ukur
5) Tanda hubung digunakan untuk merangkai
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-
Indonesia, se-Jawa Barat);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
c. angka dengan –an (tahun 1950-an);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital
(hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);

8
e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);
f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
g. kata ganti –ku, -mu dan –nya dengan singkatan yang berupa huruf
kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).
Catatan:
Tanda hubung tidak digunakan di anatara huruf dan angka jika
angka tersebut melambangkan jumlah huruf.
Contohnya:
P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)
6) Tanda hubung digunakan untuk merangkai unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.
Contohnya:
di-sowan-i (bahasa Jawa, di datangi)
7) Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi
objek bahasan.
Contohnya:
Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
F. Tanda Pisah (--)
1) Tanda pisah dapat digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau
kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Contohnya:
Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau
berusaha keras.
2) Tanda pisah digunakan juga untuk menegaskan adanya keterangan
aposisi atau keterangan yang lain.
Contohnya:
Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—
harus terus digelorakan.
3) Tanda pisah digunakan di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat
yang berarti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’.
Contohnya:
Tahun 2010—2013
G. Tanda Tanya (?)
1) Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat tanya.
Contohnya:
Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
2) Tanda tanya digunakan di dalam tanda kurung untuk menyatakan
bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Contohnya:
Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.
H. Tanda Seru (!)

9
Tanda seru digunakan untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, atau emosi yang kuat.
Contohnya:
Alangkah indahnya taman laut di Batakan!2
I. Tanda Elipsis (...)
1) Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yan terputus- putus.
Contohnya:
Aku tahu..., aku tahu kamu masih mencintai Leon.
2) Tanda elipsis dipakai untuk menunjukan bahwa dalam suatu kalimat
atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Contohnya
Dia pergi ... tidak tahu kapan akan kembali.
J. Tanda Petik (“ “)
1) Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal
dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Contohnya:
Bunyi sila pertama pancasila adalah. “Ketuhanan Yang Maha Esa.”
2) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat.
Contohnya:
Aku sedang membaca cerpen “Cinta Kaget” yang ada di majalah story.
3) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal
atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contohnya:
Dalam permainan itu dia hanya dianggap sebagai “anak bawang”
K. Tanda Petik Tunggal (‘ ‘)
1) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di
dalam petikan yang lain.
Contohnya:
“Tadi aku mendengar suara ‘tok tok tok’, ada tamu, ya?”
2) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau
ungkapan.
Contohnya:
terbaik ‘paling baik’
3) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau
ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing.
Contohnya:
account ‘akun’
L. Tanda Kurung (())
2
Puput Alvia, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Edisi Terlengkap dan Terbaru (Sleman
Yogyakarta, 2017), hlm.45-61.

10
1) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau
penjelasan.
Contohnya:
Anaknya masih sekolah di TK (taman kanak- kanak).
2) Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian utama kalimat.
Contohnya:
Sudah dua tahun dia bekerja di pulau Formosa (sebutan lain untuk
Taiwan) sebagai buruh migran.
3) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang
kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Contohnya:
Turis itu berasal dari (negara) Jepang.
4) Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang
memerinci urutan keterangan.
Contohnya:
Syarat pendaftaran adalah dengan menyertakan (1) ijazah terakhir, (2)
foto hitam putih 3x4 cm, (3) akta kelahiran, (4) surat keterangan
kesehatan.
M. Tanda Kurung Siku ([])
1) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok
kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat
yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contohnya:
Setitik rasa cemburu tebe[r]sid dalam hati Franklin.
2) Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung.
Contohnya:
Persamaan pada kedua kasus suap tersebut (sudah dibahas di halaman
pertama [lihat paragraf 3—4 ]) harus dikaji lebih mendalam.
N. Tanda Garis Miring (/)
1) Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat,
dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin
atau tahun ajaran.
Contohnya:
No. 10/PK/2009
2) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan
ataupun.
Contohnya:
Ditunjukkan bagi siswa SMP/SMA
O. Tanda penyingkat atau Apostrof (‘)

11
Tanda penyingkat menunjukkan penghilang bagian kata atau bagian
angka tahun.
Contohnya:
‘Kan kuberikan ( ‘kan = akan )3

3
Lianawati W. Safitri, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (Yogyakarta, Pusat Kajian Bahasa,
2016), hlm.66-73.

12
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Kata serapan adalah kata yang berasal dari bahasa asing atau
bahasa daerah. Dilihat dari taraf penyerapannya, penulisan unsur serapan
ada tiga, yaitu: kata asing, kata asing yang dipertahankan karena sifat
keinternasionalnya, dan kata asing yang berfungsi untuk memperkaya.
Penggunaan tanda baca sangat berarti dalam bahasa tulisan,
terutama dalam penulisan karya ilmiah sangat penting untuk diperhatikan.
Banyak pengguna bahasa yang kurang mengindahkan kaidah tanda baca,
sehingga tulisan yang disusunnya tidak mencapai sasaran. Adanya
penggunaan tanda baca yang tepat dapat membantu pembaca memahami
tulisan dengan tepat.
2. Saran
Sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk selalu mengingatkan
kepada masyarakat untuk dapat menggunakan kaidah tata bahasa
Indonesia yang baik dan benar, karena bagaimanapun bahasa memiliki
peran penting dalam proses pembangunan karakter masyarakat dalam
bangsa ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

Hs, Widjono. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembang Kepribadian di


Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo, 2012.

Alvia, Puput. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Edisi Terlengkap dan
Terbaru. Sleman Yogyakarta, 2017.

W. Safitri, Lianawati. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.Yogyakarta,


Pusat Kajian Bahasa, 2016.

14

Anda mungkin juga menyukai