Anda di halaman 1dari 33

Musyawarah Dan Adab-Adab

Dalam Musyawarah
Maulana ilyas rah.a berkata Musyawarah adalah perkara yangbesar.Allah Swt berjanji apabila
kalian duduk ber Musyawarah dan bertawakal kepada Allah Swt ,maka sebelum kalian berdiri
,kalian akan mendapat taufik ke jalan yang lurus.
Musyawarah adalah azas dari usaha dakwah ini yang akan menjadi ruh dalam setiap
pengorbanan.pengorbanan tanpa Musyawarah akan sia-sia.tanpa Musyawarah maka ijtima iyyat
kerja akan hilang dan pertolongan Allah Swt.Akan menjauh,karena nusralullah akan datang
melalui kebersamaan umat ini.
Musyawarah adalah pengganti turunyya wahyu yang tidak akan turun lagi ,usaha ini tidak
mengharap bantuan dari dunia tetepi semata-mata hanya pertolongan dari Allah Swt.Dengan
Musyawarah kesatuan hati akan terwujud dan akan meningkatkan pikir.
Ijima iyyat bukan berkumpulnya sekelompok orang,tetapi adanya kesatuan hati,pikir,dan gerak
sebagai mana dalam shalat berjamaah.ketika shalat seluruh jamaah satu hati (tawajuh),satu pikir
(khusyu) dan satu gerak dan ini akan terwujud jika memiliki sipat itsar (mengutamakan orang
lain daripada diri sendiri) dan tawadhu (merasa orng lain lebih baik daripada diri sendiri).
Maulana Inamul rah a berkata :
Musyawarah adalah berkumpul ,berpikir dan mentaaati keputusan.seluruh anbiya a.s biasa
duduk dan berpikir.Rasullullah Saw masuk ke gua hira duduk berpikir dan menerima
wahyu.dimana ada kerisauan disitu ada petunjuk Allah Swt.
Karena seekor ayam mau mujahadah duduk mengerami telurnya maka telurnya pun mendapat
ruh dan hidup sehingga jika kita mau duduk dalam Musyawarah maka Allah Swt akan bukakan
jalan pemecahan.
Sebelum waktu Musyawarah diadakan para ahli musyawarah banyak berdoa dan menangis
agar Allah Swt memberikan keputusan terbaik dan tetap tawajjuh dalam Musyawarah.apabila
di dalam Musyawarah terjadi kerusakan ini maka keruakan ini akan akan wujud ke seluruh
alam.
Kerja ini adalah kerja Nabi Rasullullah Saw tidak bekerja sendirian tetapi bekerjasama dengan
para sahabat r.a sehingga mereka semua mendapat tarbiyah dari Allah Swt maka betulkan niat
hanya mencari keridhaanNya agar Allah Swt memberi tarbiyah yang sama.
sasaran Musyawarah adalah bagaimana agar setiap usulan dengan mudah dan senang hati
diterima oleh Musyawirin.setiap usul dan keputusan harus jelas terbentang di hadapan seluruh
ahli Musyawarah agar tidak terjadi perpecahan dan selama hal itu merupakan yang terbaik
untuk umat.

Tidak menyimpan prasangka dalam Musyawarah , seluruhnya harus di bentangkan dan di


ajukan. Bila banyak usulan yang muncul berarti pikir jamaah bertambah.
Setan selalu berusaha menggoda manusia begitu pun dalamMusyawarah.Setan selalu
menggoda untuk memberi usul denganpaksa.Setan brusaha agar kita memandang remeh usulan
yang lain dan berusaha agar kita tidak ikhlas menerima keputusan
Musyawarah.
Adapun usul yang muncul harus di tanggapi dengan hati lapang, bila tidak akan demikian
orang tidak akan menganggap penting duduk dalamMusyawarah.
Tidak memotong , meremehkan dan menertawakan usul orang lain.Rasullullah Saw berkata
kepada Abu Bakar r.aanggaplah diri kita hina pada setiap mengajukan usul seseorang jangan
membicarakan keburukan susul seseorang di belakangnya.bertambah takutlah
kepada Allah.bila usul di terima sebaliknya apabila usul tidak diterima bolleh merasa
lega.perbanyaklah bersyukur sepanjang Musyawarah jangan ada maksud yang lain ketika
memberikan usul. Kemukakan lah usul semata-mata untuk kepentingan dien.maka Allah Swt
akan menjadikan Musyawarah sebagai asbab tarbiyah bagi diri kita sendiri.
Berpikirlah dengan sungguh sungguh cari kecocokan antara tugas dan pelaksanaanya.jangan
sampai orang diberi tugas merasa terbebani. Berikan usul yang terbaik,singkat,jelas dan
mampu di amalkan.
ADAB ADAB DALAM MUSYAWARAH
Musyawarah di pimpin oleh seorang amir , sebaiknya amir shaf.sebelum musyawarah
,hendaknya amir mengosongkan hati dan pikirannya dadari rencana yang mungkin akan di
putuskan dalammusyawarah.
Musyawarah diawali dengan Basmalah , Hamdalah , Hendaknya masing masing berdoa :
allahumma alhimna mara sida umurina wa adidna ming syururi angfusina wa ming syayiati
a maalina. Artinya : Ya Allah berilah kami petunjuk ( ilham ) apa yang menjadi urusan
kami dan kami berlindung dari kejahatan diri kami dan keburukan perbuatan orang lain.
Zihin singkat untuk membentuk pikir para musyawirin tentang arti , maksud dan
tujuan musyawarah.Timbulnya Jazbah pada setiap ahli musyawarah sehingga tidak ada yang
merasa di perintah.
Musyawirin menyampaikan Kargozari ( Laporan kegiatan program yang telah di lakukan ).
Amir musyawarah meminta usul usul mulai dari sebelah kanan ke sebelah kiri
.Mengajukan usul usul yang terbaik dan setelah usul disampaikan , anggaplah usul orang
lain yang terbaik.

Apabila usul kita di terima segera ber istigfar , sebab mungkin saja usul itu mendatangkan
mudharat bagi orang lain ,sebaliknya jika usulan kita di tolak maka ucapkan Alhamdulillah.
Tidak memotong pembicaraan ( interupsi ),tunggulah orang lain selesai bicara dan tidak
boleh menguatkan pendapat orang lain.
Keputusan bukanlah pada suara yang terbanyak. Kebenaran hanya pada Allah dan RasulNya.hendaknya keputusan sesuai dengan laporan ( kargozari ) atau data yang ada.
Tidak mengajkan diri sendiri dalam suatu tugas , kecuali tugas Khidmat dan Mutakallim.
Apabila keputusan telah di tetapkan ,maka ini adalah suatu amanah dari Allah SWT dan
siap melaksanakannya ( samina wa athana ). Menerima keputusan musyawarah sebagai
hadiah bukan sebagai beban.
Apabila dari hasil musyawarah terjadi hal yang tidak diinginkan maka janganlah berandai
andai.hal ini akan menimbulkan peluang syetan untuk memecah hati kita.
Perbedaan pendapat dalam musyawarah adalah rahmat tetapi beda pendapat di
luar musyawarah adalah Laknat.
Insya Allah Siap Amal..

Musyawarah , Adab Musyawarah dan Hikmah Musyawarah


Musyawarah adalah perundingan bersama untuk mencari mufakat.
Allah memrintahkan agar musyawarah dilaksanakan dalam kepentingan bersama.
Dalam Qs. Al Imron : 159

dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. Kemudian apabila


kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Qs. Al Imron : 159)

[246] Maksudnya: urusan peperangan dan hal-hal duniawiyah lainnya, seperti urusan
politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya.

Adab Musyawarah

1. Yang menjadi objek musyawarah adalah hal - hal kemasyarakatan, termasuk

soal soal keluarga.


2. Orang yang dimusyawarahkan adalah yang makruf (baik), tidak bersifat maksiat.
3. Musyawarah termasuk hal tolong menolong dan tukar pikiran dan

menggunakan akal pikiran yang sehat.


4. Musyawarah bertujuan untuk mencari solusi yang benar dan tepat.
5. Orang yang musyawarah harus tenggag rasa, saling menghormati.
6. Bersikap terbuka dan bersedia mendengar pemikiran orang lain dan tidak boleh

merasa paling pintar sendiri.


7. Menggunakan bahasa yang santun dan sopan.
8. Keputusan musyawarah menjadi keputusan bersama dan wajib dilaksanakan.

Hikmah Musyawarah

1. Memperkuat silaturahim dan memperkokoh persaudaraan.


2. Saling belajar dari satu sama lain.
3. Dapat bertukar pikiran antar satu sama lain.
4. Menyadarkan kekurangan dan kelebihan orang lain.

5. Pekerjaan menjadi keputusan bersama dan menjadi ringan untuk dilakukan.


6. Menghidupkan gairah warga untuk saling berlomba berbuat kebajikan.

MUSYAWARAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM


MUSYAWARAH DALAM PERSPEKTIF ISLAM
OLEH MOH.HUSNI
BAB I
A. PENDAHULUAN
1.

Latar Belakang
Saat ini masih banyak orang salah persepsi tentang musyawarah,
sebenarnya hakikat musyawarah adalah cara mengambil keputusan
dengan baik. Tidak dapat di pungkiri bahwa manusia hidup tidak terhindar
dari masalah dan mereka di tuntut untuk menyelesaikannya. Pada sisi
lain, adanya kesulitan dalam mengambil keputusan merupakan hal yang
wajar bahkan bisa menimbulkan kesukaran-kesukaran terhadap
keputusan itu sendiri yang menyangkut seluruh aspek kehidupan.
Dalam musyawarh perbedaan pendapat itu wajar, tapi bagaimana
menyampaikan perbedaan pendapat tersebut agar orang tidak
tersinggung. Dewasa ini musyawarah berkaitan dengan kejadian-kejadian
anarkis seperti sidang para DPR, kenapa demikian karena mereka tidak
paham apa tujuan musyawarah tersebut. Tujuan dengan diadakannya
musyawarah agar tercipta tujuan yang sama.
Islam sudah mengajarkan bagaiman musyawarah yang baik dan
benar, dalam al-Quran bahwa konsep Musyawarah tersebut merupakan
tradisi umat muslim pada masa nabi yang harus terus dilestarikan dalam
tatanan kehidupan sekaligus merupakan perintah Allah yang disampaikan
kepada nabi sebagai salah satu landasan syariah yang harus tetap
ditegakan. Terutama dalam kehidpan moderen saat ini.

Etika dalam bermusyawarah yang sering dilanggar oleh anggota


musyawarah adalah meremehkan, memotong pembicaraan dan
menertawakan usul orang lain. Dalam islam bahwa adaetika dalam
bermusyawarah.
Dalam naskah ini akan di bahas bagaimana seharusnya musyawarah dalam
islametika dalam musyawarah sesuaidalil dari ayat Al-Quran dan Hadist.

2.

Rumusan Masalah

a)

Apa pengertian dari musyawarah ?

b)

Musyawarah dalam demokrasi ?

c)

Musyawarah dalam islam ?

3.

Tujuan penulisan

a)

Untuk mengetahui bagaimana bermusyawarah dalam islam.

b) Untuk mengetahui musyawarah dalam demokrasi.


c)

Untuk mengetahui bagaimana aturan atau etika dalam bermusyawarah.

BAB II
B.

PEMBAHASAN

1.

Pengertian musyawarah
Akar kata musyawarah yang sudah menjadi bahasa Indonesia tersebut
adalah syura yang berarti menampakan sesuatu atau mengeluarkan madu dari
sarang lebah. Musyawarah bararti menampakan sesuatu yang semula tersimpan
atau mengeluarkan pendapat yang baik kepada pihak lain.
Syura berasal dari kata syawwara - yusyawwiru yang berarti menjelaskan,
menyatakan atau mengajukan dan mengambil sesuatu, bentuk lain dari kata kerja
ini adalah asyara (memberi isyarat), tasyawara, (berunding saling tukar pendapat),
Syawir (minta pendapat) musyawarah dan mustasyir ( minta pendapat orang lain).
jadi Syura adalah menjelaskan, menyatakan atau mengajukan pendapat yang baik,
di sertai dengan menaggapi dengan baik pula pendapat tersebut.

Musyawarah menurut bahasa berarti "berunding" dan "berembuk",


sedangkan Pengertian musyarawarah menurut istilah adalah perundingan bersama
antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan keputusan yang terbaik.

Musyawarah adalah pengambilan keputusan bersama yang telah disepakati


dalam memecahkan suatu masalah.Cara pengambilan keputusan bersama dibuat
jika keputusan tersebut menyangkut kepentingan orang banyak atau masyarakat
luas. Terdapat dua cara yang dapat ditempuh dalam pengambilan keputusan
bersama, yaitu dengan musyawarah mufakat dan dengan pengambilan suara
terbanyak atau yang lebih dikenal dengan istilah voting.
Voting dapat dilaksanakan dengan persyaratan sebagai berikut.Musyawarah
sudah dilakukan, tetapi tidak menghasilkan keputusan yang bulat.Musyawarah
sudah tidak memungkinkan lagi karena timbul perbedaan pendapat yang tidak
mungkin lagi dipertemukan.Waktu yang mendesak sehingga harus cepat membuat
keputusan bersama.Sebelum dilakukan voting, semua peserta rapat diberi
kesempatan untuk mempelajari pendapat yang berbeda oleh sekurang-kurangnya
2/3 jumlah anggota rapat (kuorum) dan disetujui oleh dari separuh jumlah anggota
yang hadir memenuhi kuorum.Semua peserta musyawarah harus melaksanakan
hasil keputusan dengan penuh tanggungjawab. Musyawarah sangat bermanfaat
untuk menyatukan pendapat yang berbeda dan keputusan tersebut menjadi suatu
hasil keputusan yang adil dan merupakan tanggungjawab bersama

2.

Musyawarah dalam demokrasi

Negara Indonesia dalam system politik menerapkan system


demokrasi pancasila. Demokrasi pancasila tidak hanya meliputi
demokrasi di bidang pemerintahan atau bidang politik(demokrasi dalam
arti sempit), tetapi juga telah berkembang menjadi demokrasi dalam arti
luas, yaitu meliputi berbagai system dalam masyarakat , seperti system
politik, ekonomi, sosial dan sebagainya.

Musyawarah Sudah dikenal sejak zaman dahulu, musyawarah


merupakan inti dari demokrasi pancasila yang berbunyi kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan dan
perwakilan.

Setiap orang mempunyai hak menyampaikan pendapat sebagaimana


dimuat dalam UU secara khusus untuk mengaturnya yaitu UU No 9 tahun
1998.
Musyawarah Dalam demokrasi mengandung beberapa prinsipprinsip sebagai berikut:
a)

musyawarah bersumber pada paham sila keempat pancasila

b) setiap putusan yang diambil harus dapat di pertanggung jawabkan dan


tidak boleh bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945.
c)

setiap peserta musyawarah mempunyai hak dan kewajiban yang sama


dalam mengeluarkan pendapat.

d) setiap putusan, baik sebagai hasil mufakat maupun berdasarkan suara


terbanyak harus diterima dan di laksanakan.
e)

apabila cara musyawarah untuk mufakat tidak dapat di capai dan telah
di upayakan berkali-kali maka dapat di gunakan cara lain yaitu dengan
pengambilan suara terbanyak (voting).
Dengan demikian musyawarah dalam demokrasi yaitu memberikan
suatu
kewenangan mengeluarkan
pendapatsebagaimana
telah
ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 28E ayat (3) yang berbunyi setiap
orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan menyampaikan
pendapat.

3.

Musyawarah dalam islam


Islam memandang musyawarah sebagai salah satu hal yang amat
penting bagi kehidupan insani, bukan saja dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara melainkan dalam kehidupan berumah tangga dan lainlainnya.Ini terbukti dari perhatian al-Quran dan Hadis yang
memerintahkan
atau
menganjurkan
umat
pemeluknya
supaya
bermusyawarah dalam memecah berbagai persoalan yang mereka
hadapi. Musyawarah itu di pandang penting, antara lain karena
musyawarah merupakan salah satu alat yang mampu mempersekutukan
sekelompok orang atau umat di samping sebagai salah satu sarana untuk
menghimpun atau mencari pendapat yang lebih dan baik. Adapun

bagaimana sistem permusyawaratan itu harus dilakukan, baik Al-Quran


maupun Hadis tidak memberikan penjelasan secara tegas.
a)

Ayat-ayat Al-quran Tentang Musyawarah

1.

Surat Al-Baqarah ayat 233:


Artinya: Apabila keduanya (suami istri) ingin menyapih anak mereka
(sebelum dua tahun) atas dasar kerelaan dan permusyawarahan antara
mereka. Maka tidak ada dosa atas keduanya. (QS. Al-Baqarah: 233)

2.

Surat Ali Imran ayat 159:


Artinya: Maka disebabkan rahmat Allahlah, engkau bersikap lemah
lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikapkasar dan berhati
keras. Niscaya mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Kerena
itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan tertentu.Kemudian
apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada
Allah.Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya. (QS. Ali Imran: 159)

3.

Surat At-Thalaq ayat 6:


Artinya: Tempatkanlah mereka para istri dimana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka
untuk menyempitkan hati mereka. Dan mereka istri-istri yang sudah
ditalak itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan anakanakmu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan
bermusyawarahlah di antara kamu segala sesuatu dengan baik dan jika
kamu menemui kesulitan, maka perempuan lain boleh menyusukan anak
itu untuknya. (QS. At-Thalaq: 6)

4.

Surat Al-Syura ayat 38:


Artinya: Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan
Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian
dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS. Asy-Syura: 38)

b) Manfaat Musyawarah
Musyawarah, mengandung banyak sekali manfaatnya. Diantaranya
adalah sebagai berikut:
1.

Melalui musyawarah, dapat diketahui kadar akal, pemahaman, kadar


kecintaan, dan keikhlasan terhadap kemaslahatan umum

2.

Kemampuan akal manusia itu bertingkat-tingkat, dan jalan berfikirnya


pun berbeda-beda. Sebab, kemungkinan ada diantara mereka
mempunyai suatu kelebihan yang tidak dimiliki orang lain, para pembesar
sekalipun.

3.

Semua pendapat didalam musyawarah diuji kemampuannya. Setelah itu,


dipilihlah pendapat yang lebih baik. Di dalam musyawarah, akan tampak
bersatunya hati untuk mensukseskan suatu upaya dan kesepakatan hati.
Dalam hal itu, memang, sangat diperlukan untuk suksesnya masalahnya
masalah yang sedang dihadapi. Oleh sebab itu, berjamaah disyariatkan
di dalam shalat-shalat fardhu.

4.

Etika Dalam Musyawarah


Dalam islam etika musyawarah ada beberapa faktor seperti ;

1.

Sikap lemah lembut, Seorang yang melakukan musyawarah, apalagi


sebagai pemimpin, harus menghindari tutur kata yang kasar serta sikap
keras kepala, karena jika tidak, mitra musywarah akan bertebaran pergi.
Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras, niscaya mereka
akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.

2.

Musyawarah di pimpin oleh seorang yang tidak memihak kepada


siapaun

3.

Musyawarah diawali dengan Basmalah, Hendaknya masing masing


berdoa allahumma alhimna mara sida umurina wa adidna min syururi
anfusina wa min syayiati a maalina. Artinya : Ya Allah berilah kami
petunjuk ( ilham ) apa yang menjadi urusan kami dan kami berlindung
dari kejahatan diri kami dan keburukan perbuatan orang lain.

4.

pimpinan musyawarah meminta usul usul mulai dari sebelah kanan ke


sebelah kiri .Mengajukan usul usul yang terbaik dan setelah usul
disampaikan , anggaplah usul orang lain yang terbaik.

5.

Apabila usul kita di terima segera ber istigfar , sebab mungkin saja usul
itu mendatangkan mudharat bagi orang lain ,sebaliknya jika usulan kita di
tolak maka ucapkan Alhamdulillah.

6.

Tidak memotong pembicaraan ( interupsi ),tunggulah orang lain selesai


bicara dan tidak boleh menguatkan pendapat orang lain.

7.

Keputusan bukanlah pada suara yang terbanyak. Kebenaran hanya pada


Allah dan Rasul-Nya.hendaknya keputusan sesuai dengan laporan
( kargozari ) atau data yang ada.

8.

Apabila keputusan telah di tetapkan, maka ini adalah suatu amanah dari
Allah SWT dan siap melaksanakannya ( samina wa athana ). Menerima
keputusan musyawarah sebagai hadiah bukan sebagai beban.

9.

Apabila dari hasil musyawarah terjadi hal yang tidak diinginkan maka
janganlah berandai andai.hal ini akan menimbulkan peluang syetan
untuk memecah hati kita.

10. Perbedaan pendapat dalam musyawarah adalah rahmat tetapi beda


pendapat di luar musyawarah adalah Laknat.
Itulah adab-adab atau etika dalam bermusyawarah agar musyawarah
berjalan dengan lancar dan aman sehingga tidak ada lagi kejadian-kejadian anarkis
dalam musyawarah.
5.

Contoh Musyawarah pada zaman Nabi Muhammad saw

pada waktu kaum muslimin mendapatkan kemenangan dalam


perang Badar, banyak orang-orang musyrikin yang menjadi tawanan
perang. Untuk menyelesaikan masalah itu Rasulullah SAW mengadakan
musyawarah dengan Abu Bakar Shiddik dan Umar Bin Khattab.
Rasulullah meminta pendapat Abu Bakar tentang tawanan perang
tersebut.Abu Bakar memberikan pendapatnya, bahwa tawanan perang itu
sebaiknya dikembalikan keluarganya dengan membayar tebusan.Hal
mana sebagai bukti bahwa Islam itu lunak, apalagi kehadirannya baru
saja.Kepada Umar Bin Khattab juga dimintai pendapatnya.Dia

mengemukakan, bahwa tawanan perang itu dibunuh saja.Yang


diperintahkan membunuh adalah keluarganya.Hal ini dimaksudkan agar
dibelakang hari mereka tidak berani lagi menghina dan mencaci Islam.
Sebab bagaimanapun Islam perlu memperlihatkan kekuatannya di
mata mereka.Dari dua pendapat yang bertolak belakang ini Rasulullah
SAW sangat kesulitan untuk mengambil kesimpulan.Akhirnya Allah SWT
menurunkan ayat al-quran (Surat Ali Imran ayat 159) yang menegaskan
agar Rasulullah SAW berbuat lemah lembut. Kalau berkeras hati mereka
tidak akan menarik simpati sehingga mereka akan lari dari ajaran Islam.
Alhasil ayat ini diturunkan sebagai dukungan atas pendapat Abu
Bakar Shiddik. Di sisi lain memberi peringatan kepada Umar Bin Khattab.
Apabila dalam permusyawahan pendapatnya tidak diterima hendaklah
bertawakkallah kepada Allah SWT.Sebab Allah sangat mencintai orangorang yang bertawakkal.Dengan turunnya ayat ini maka tawanan perang
itupun dilepaskan sebagaimana saran Abu Bakar.
Rasulullah juga bermusyawarah dengan para sahabatnya pada
waktu menghadapi perang Badar dengan menawarkan idenya untuk
menghadang kafilah Musyrikin Quraisy yang kembali dari Syam ide
tersebut dan disepakati oleh para sahabat dengan kata-kata yang
meyakinkan.Mereka berkata Ya. Rasulullah, sekiranya engkau mengajak
kami berjalan menyebrangi lautan ini, tentu kami akan kami lakukan dan
sekali-kali tidaklah kami akan bersikap seperti Kaum Musa yang berkata
kepada Nabinya, pergilah engkau bersama Tuhanmu berperang, sedang
kami akan tetap tinggal disini.
Dalam masalah peperangan dan sebagainya yang tidak ada
diturunkan nash tentang hal itu untuk mengeluarkan pendapat,
memperbaiki diri dan mengangkat kekuasaan mereka. Hadis yang
diriwayatkan dari hasan semoga redha Allah darinya: Allah sungguh
mengetahui apa yang mereka butuhkan dan tetapi yang ia inginkan enam
puluh orang. Dan dari Nabi saw: (suatu kaum memadai dalam
bermusyawarah tetang sesuatu kecuali mereka ditunjuki jalan yang lurus
untuk urusan mereka). Kami akan berkata Ya Rasulullah, Pergilah dan
kami akan menyertaimu, berada didepanmu, disisi kanan kirimu berjuang
dan bertempur bersamamu.

Hal itu mengingat, bahwa didalam musyawarah, silang pendapat


selalu terbuka, apalagi jika orang-orang yang terlibat terdiri dari banyak
orang. Oleh sebab itulah, Allah memerintah Nabi agar menetapkan
peraturan itu, dan mempraktekkannya dengan cara yang baik. Nabi saw.
manakala bermusyawarah dengan para sahabatnya senantiasa bersikap
tenang dan hati-hati. Beliau memperhatikan setiap pendapat, kemudian
mentarjihkan suatu pendapat dengan pendapat lain yang lebih banyak
maslahatnya dan faedahnya bagi kepentingan kamu Muslimin, dengan
segala kemampuan yang ada. Sebab, jamaah itu jauh kemungkinan dari
kesalahan dibandingkan pendapat perseorangan dalam berbagai banyak
kondisi.
Bahaya yang timbul sebagai akibat dari penyerahan masalah umat
terhadap pendapat perorangan, bagaimanapun kebenaran pendapat itu,
akibatnya akan lebih berbahaya dibandingkan menyerahkan urusan
mereka kepada pendapat umum. Memang Nabi saw. selalu berpegang
pada musyawarah selama hidupnya dalam menghadapi semua persoalan.
Beliau selalu bermusyawarah dengan mayoritas kaum Muslimin,
yang dalam hal ini beliau khususkan dengan kalangan ahlu r-ruyi dan
kedudukan dalam menghadapi perkara-perkara yang apabila tersiar akan
membahayakan umatnya.Beliau juga melakukan musyawarah pada waktu
pecah perang Badar, setelah diketahui bahwa orang-orang Quraisy telah
keluar dari Mekkah untuk berperang.Nabi, pada waktu itu tidak
menetapkan suatu keputusan sebelum kaum Muhajirin dan Anshar
menjelaskan isi persetujuan mereka.Juga musyawarah yang pernah beliau
lakukan sewaktu menghadapi perang Uhud. Demikianlah, Nabi saw. selalu
bermusyawarah dengan para sahabatnya dalam menghadapi masalahmasalah penting,

BAB III

C. PERSEPSI ORANG TERHADAP MUSYAWARAH PADA ZAMAN SEKARANG


Musyawarah merupakan perundingan untuk menyelasaikan masalah,
Menurut analisis saya bahwa musyawarah adalah suatu kegiatan untuk

mencari kesepakatan bersama dalam permasalahan.Tetapi kebanyakan


orang dalam musyawarah tidak lagi mencari kesepakatan bersama
melainkan kepentingan golongan.
Sedanngkan Musyawarah Sudah dikenal sejak zaman dahulu sebagai
warisan yang sangat beharga, karena musyawarah merupakan inti dari
demokrasi pancasila yang berbunyi kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan dan perwakilan.
Dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kepentingan
bersama, musyawarah tentu lebih cocok daripada tindakan lainnya.
Dalam musyawarah, semua orang memiliki hak dan kewajiban yang
sama, tidak dibedakan berdasarkan jabatan atau apapun. Setiap orang
dalam musyawarah harus saling menghargai dan menghormati pendapat
orang lain untuk mencapai kesepakatan.
Pelaksanaan musyawarah memiliki tujuan untuk mendapatkan
kesepakatan bersama sehingga semua hasil keputusan dapat diterima
dan dijalankan dengan ikhlas lagi baik yang diiringi dengan rasa tanggung
jawab didalamnya.
Musyawarah digunakan untuk mendapatkan solusi dalam berbagi
bidang kehidupan kemasyarakatan.Di dalam pelaksanaan putusan, ada
persamaan hak dan kewajiban dari semua peserta musyawarah. Artinya
dalam musyawarah tidak ada perbedaan status sosial sehingga yang
perlu diingat lagi adalah bahwa peran peserta harus aktif dimana hak dan
kewajiban secara keseluruhan sama.
Sebagai contoh Menteri Agama H. Suryadharma Ali memandang
musyawarah sangatlah penting dilaksanakn seperti menentukan awal
ramadhan dan menentukan satu syawal, walaupun banyak perbedaan
pendapat, tapi mereka mempunyai satu tujuan dan mereka
juga menunjukan
keseriusan
dan
komitmen
bersama
untuk
menyelesaikan perbedaan dan mewujudkan persatuan ummat.
Dengan demikian bahwa persepsi kebanyakan orang terhadap
musyawarah adalah suatu proses melakukan pembahasan masalah
tertentu yang dihadapi oleh sekelompok orang untuk mencari solusi

sehingga mencapai keputusan yang dapat berpengaruh bagi kepentingan


bersama.
BAB IV

D. PENUTUP
1.
a)

Kesimpulan
Musyawarah adalah pengambilan keputusan bersama yang telah
disepakati dalam memecahkan suatu masalah. Cara pengambilan
keputusan bersama dibuat jika keputusan tersebut menyangkut
kepentingan orang banyak atau masyarakat luas. Terdapat dua cara yang
dapat ditempuh dalam pengambilan keputusan bersama, yaitu dengan
musyawarah mufakat dan dengan pengambilan suara terbanyak atau
yang lebih dikenal dengan istilah voting.

b) Musyawarah Dalam demokrasi mengandung beberapa prinsip-prinsip


musyawarah bersumber pada paham sila keempat pancasilasetiap
putusan yang diambil harus dapat di pertanggung jawabkan dan tidak
boleh bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945.setiap peserta
musyawarah mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam
mengeluarkan pendapat.setiap putusan, baik sebagai hasil mufakat
maupun berdasarkan suara terbanyak harus diterima dan di laksanakan.
c)

2.

Musyawarah itu di pandang penting, antara lain karena musyawarah


merupakan salah satu alat yang mampu mempersekutukan sekelompok
orang atau umat di samping sebagai salah satu sarana untuk
menghimpun atau mencari pendapat yang lebih dan baik. Adapun
bagaimana sistem permusyawaratan itu harus dilakukan, baik Al-Quran
maupun Hadis tidak memberikan penjelasan secara tegas
Saran
Musyawarah memang sudah menjadi kebiasaan kita dalam
menyelasaian masalah tetapi kita lupa tujuan dari musyawarah itu
sendiri, musyawarah untuk mencari kesepakatan bersama dalam sebuah
masalah.Pernah kahkita mendengar dan melihat musyawarah yang
diwarnai dengan kericuhan?Pasti jawabnya pernah, Contohnya seperti
musyawarah sidang paripurna DPR 01oktober kemarin, mereka Cuma

mementingkan kepentingan golongan mereka bukan mementingkan


Rakyat Indonesia. Jadi bagi kita yang berlatar belakang islam gunakan lah
musyawarah sebagaimana musyawarahyang dilakukan Rasulullah SAW.
Musyawarah mempunyai aturan bukan sekehendak kita dalam
melaksankannya, pahami dan taati aturan atau etika bermusyawarah
sehingga tidak ada lagi keributan bermusyawarah.Sekarang ini cobalah
kita mampu menerima pendapat orang lain, dan sabar apabila pendapat
kita tidak diterima orang, dan yang lebih penting jangan lah memotong
pembicaraan orang lain ketika mengeluarkan pendapat nya.
Dengan demikian apabila kita mampu melaksanakan seperti zaman
rasulullah saw maka musyawarah tidak ada lagi keributan dan menjadi
musyawarah yang damai bukan menimbulkan permusuhan sehingga
musyawarah mampu memperat tali silaturahmi.

E. DAFTAR PUSTAKA
Djoko Soetopo. 1987. Faedahmusyawarah, yogyakarta: pustakapelajar.
Syafiie, Inu kencana.2002system pemerintahan Indonesia, Jakarta :PT Rineka cipta

http://media.isnet.org/islam/Quraish/Wawasan/Musyawarah1.html
http://aakkuucintaindonesia.blogspot.com

ADAB BERMUSYAWARAH
ADAB
BERMUSYAWARAH
Oleh: Ahmad Adaby Darban

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Sudah 15 abad yang lalu Islam mengajarkan musyawarah sebagai lembaga untuk
berunding dalam memecahkan persoalan bersama, atau membahas sesuatu untuk
memperoleh suatu keputusan bersama. Secara jelas dan terdapat bukti tekstual
bahwa Islam yang pertama kali mengajarkan musyawarah ( jauh sebelum lahirnya
ide demokrasi ). Musyawarah berasal dari kata syawara yusyawiru
musyawaratan, yang artinya berunding.
Dan bagi orang-orang yang mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan shalat,
sedang urusan mereka diputuskan dengan MUSYAWARAH di antara mereka, dan
mereka menafkahkan sebagain rizki yang Kami berikan kepada mereka ( Q.S. AsySyura:38).
Maka disebabkan dari rahmat Allah-lah kamu berlaku santun terhadap mereka,
sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi
mereka, dan BERMUSYAWARAHLAH dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian
apabila kamu telah berbulat-tekad, maka bertawakallah kepada Allah,
sesungguhnya Allah itu menyenangi orang-orang yang bertawakal kepadaNya
( Q.S. Ali Imran : 159 ).
Dalam musyawarah harus diikuti dua orang atau lebih, dan akan lebih baik lagi bila
terdapat penengah (moderator), sebab dalam musyawarah kemungkinan dapat
terjadi perbedaan pendapat yang akan menimbulkan dialog, sampai dengan debat
ketika membahas sesuatu. Dengan musyawarah itu diharapkan akan mendapatkan
hikmah, kebijakan dan kebajikan bersama, serta kemaslahatan semua pihak. Selain
itu, semua anggota musyawarah mempunyai hak bicara yang sama, dan berbeda
atau sama pendapat dengan anggota musyawarah yang lain, sehingga diperlukan
hujjah atau argumentasi untuk meyakinkan pendapatnya. Suasana dinamis dan
dialogis akan muncul, yang diikuti saling memahami dan menghormati perbedaan
pendapat, sehingga dapat diambil kesimpulan atas kesepahaman bersama.
Oleh karena itu sejak dari zaman KHA Dahlan, Muhammadiyah selalu
menggunakan musyawarah di dalam mengambil keputusan persyarekatan, dan ini
merupakan tradisi yang sehat bagi Muhammadiyah sampai saat ini.
Dalam perjalanan sejarahnya, Muhammadiyah telah menyusun peringkat
musyawarah, yaitu antara lain: Di tingkat nasional permusyawaratan tertinggi ialah
Muktamar ( zaman Hindia Belanda diberi nama Konggres ), dan di bawah muktamar
adalah Sidang Tanwir. Di tingkat Propinsi permusyawaratan Muhammadiyah disebut
Musyawarah Wilayah (Muswil); Di daerah tingkat II, disebut Muyawarah Daerah
(Musda); Di daerah Kecamatan disebut Musyawarah Cabang (Muscab); dan di
tingkat paling bawah disebut Musyawarah Ranting (Musrant). Dengan demikian di

setiap jajaran eselon kepemimpinan Muhammadiyah terdapat lembaga


Musyawrah.
Adab Bermusyawarah
Dalam rangka pendidikan bermusyawarah dengan sehat, maka para ulama
Muhammadiyah telah menyusun bagaimana bermusyawarah dengan baik dan
benar. Naskah lama yang masih dapat kita pelajari antara lain tulisan :
K.H.Mas Mansyur, Adab Bermoesjawarat dimuat dalam Almanak Moehammadijah
1358/ 1940, yang diterbitkan oleh Madjlis Taman Poestaka.Adapun karya lain
adalah tulisan KH Muhammad Wardan, Ilmu Tata Berunding; Peladjaran pada
Kursus Kader tardjih. Berangkat dari kedua buku itu, dan kemudian ditambah
dengan buku-buku lainnya, maka berikut ini disampaikan Adab Bermusyawarah,
sebagai pengingat kita bersama agar dalam melaksanakan musyawarah pada
umumnya, dan khususnya pada perhelatan besar Muktamar nanti akan berjalan
lancar, sejuk, santun, dan benar. Dengan demikian insyaAllah swt. akan
menghasilkan keputusan-keputusan yang bermanfaat dan akan lebih memajukan
Muhammadiyah di masa mendatang.
Merujuk tulisan KH Mas Mansyur, Adab Bermusyawarah dibagi 3 bagian :
1. Adab sebelum bermusyawarah, ada beberapa hal yang harus diperhatikan,
antara lain, a ). Datang ke rempat musyawarah sebelum waktu yang ditentukan,
agar musyawarah itu dapat dibuka tepat waktu. b). Jangan lupa membawa surat
undangan, dengan demikian kita tahu agenda yang akan dibahas, dan juga sebagai
bukti bahwa kita termasuk anggota musyawarah. c) Datang ke tempat musyawarah
dengan pakian yang baik-rapi, dan sebaiknya juga memakai bau-bauan yang sedap.
d) Semuanya itu diawali deangan Niat yang baik dan benar, yaitu apa yang akan
dilakukan dalam musyawarah itu diniati untuk kemaslahatan bersama dan karena
Allah swt. Teringat kita pada pernyataan Rasulullah Saw. dalam hadits riwayat imam
Ahmad: Tidaklah lurus Iman seseorang hingga lurus hatinya,dan tidaklah lurus
hatinya hingga lurus lisannya
2. Adab dalam bermusyawarah, musyawarah dibuka dengan doa yang diawali baca
Bismillah, dan sebaiknya dilanjutkan dengan baca doa dalam Q.S. Thoha, ayat 25
28: Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku. Dan mudahkanlah untukku
urusanku. Dan lepaskanlah kekauan dari lidahku. Supaya mereka mengerti
( memahami ) perkataanku.
a. Mengendalikan Lisan, pikirkanlah secara matang apa yang akan disampaikan,
apakah pendapat yang akan disampaikan itu akan membawa manfaat atau
sebaliknya membawa madlarat, kemudian sampaikanlah pendapat anda dengan
jelas, dan santun, dalam waktu yang tidak panjang. Di samping itu, kita juga mau
menyediakan diri mendengarkan pendapat orang lain dengan penuh perhatian,

kendalikan lisan, jangan sekalikali memotong pembicaraan orang lain sebelum


selesai/tuntas ( Hargailah yang sedang berbicara dalam rangka menyampaikan
pendapatnya ). Meskipun ada pendapat yang disampaikan itu berbeda bahkan
bertentangan, kendalikan emosi, dengarkan dengan cermat, baru kalau diberi
kesempatan kita dapat menanggapi pendapat yang berbeda itu dengan santun,
argumentatif, dan bertujuan mereka dapat memahami lebih jelas pendapat kita.
Apabila ada yang berpendapat sama dan terlebih dahulu di sampaikan, maka kita
pun lebih baik tidak mengulangnya, diam, atau bila ingin menguatkan cukup
disampaikab dengan singkat .
Dalam pengendalian lisan ini juga termasuk ketaatan kita pada pimpinan sidang,
bila akan berbicara dengan izin pimpinan sidang, dan apabila pimpinan sidang
meminta kita diam atau selesai, maka kitapun berhenti.
b. Sikap menyampaikan pendapat dalam musyawarah yang perlu diperhatikan adalah : Pembicaraan dalam musyawarah adalah untuk
mencari jalan hikmah yang terbaik-dan benar, mencari titik temu,
dan membuahkan hasil sebuah kesepakatan yang akan dijalanlan
bersama. Oleh karena itu, maka :
* Hindari sikap Mendominasi pembicaraan, hanya karena ingin
kenal pandai bicara dan luas wawasannya, hal ini merupakan
ketamakan. Rasulullah memperingatkan bahwa ,
Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh majelisnya dari ku pada hari kiamat adalah orang-orang yang berlebihan
dalam bicara, juka suka mengungguli orang lain dengan perkataannya,
dan yang menunjuk-nunjukkan mulut besarnya dengan omongan untuk
menampakkan kelebihan di hadapan orang lain (H.R.Ahmad & Tirmidzi)
* Tawadlu rendah hati, menyampaikan pendapat dengan apa
adanya, jelas, mudah difahami, tidak diucapkan dengan congkak
Hargailah sesama warga musyawarah, lebih-lebih ada orang yg.
Lebih ahli dan lebih berkompeten dalam masalah yang dibicarakan, maka lebih baik kita mendengarkan dengan tenang, dan bila perlu dapat pertanya dalam rangka menambah ilmu.
* Sedapat mungkin menghindari permusuhan, karena sering terjaperbedaan pendapat dalam musyawarah menjadikan panas.
Untuk menghindari dominasi hafsu-emosional, maka redamkanlah dengan banyak baca istighfar. Dalam hal Rasulullah mengingatkan bahwa, Sesungguhnya larangan yang ditujukan
kepadaku setelah menyembah berhala adalah perdebatan
yang dibarengi dengan permusuhan (HR.Imam Bazar dan
Thabrani, meskipun sanadnya lemah ).

* Musyawarah bukan tempat saling menjatuhkan.


Pandangan yang salah yang menganggap bahwa musyawarah
sebagai ajang untuk saling menjatuhkan, saling membantai di
muka umum, hal ini perbuatan yang tidak berakhlaqul karimah,
dan hendaklah wajib dihindari.
c. Memutuskan Hasil Musyawarah, dalam memutuskan hasil musyadan atau menyimpulkannya berdasarkan landasan pokok kebe
naran sejati maroji Al Quran dan Sunnah, dalam suatu kesepakatan majlis. Namun apabila terpaksa dengan melakukan pemungutan
suara, maka suara terbanyak tidak selalu dipilih, sebab kebenaran
tidak selalau dapat diukur dari suara terbanyak.
Apabila musyawarah sudah sepakat menghasilkan keputusan,maka
kita pun tunduk dengan ikhlas, kemudian bertawaqal kepada Allah
Swt. Meskipun pendapat kita tidak terpakai, atau hujjah kita kurang
kuat dibanding dengan hujjah peserta musyawarah yang lainnya,
maka kita pun tunduk dengan keputusan musyawarah itu, dan ikut
merealisasikan dalam pelaksanaannya nanti.
d. Menutup Musyawarah, dilakukan dengan collingdown, membaca
doa mengakhiri majelis,
Subkhaanakallaahumma, wa bikhammdika Ashadu alla illaaha illaa Anta,
astaghfiruka wa atuubu ilaik
Maha suci Engkau Ya Allaah, dan dengan memujiMu, aku bersaksi bahwa
tiada tuhan melainkan Engkau, aku mohon ampunanMu, dan bertobat padaMu
3. Adab Sesudah Musyawarah
a. Menjalankan keputusan yang mengikat masing-masing anggota
b. Menjaga rahasia keputusan yang tidak boleh diumamkan
c. Menghindari rasa kecewa atas keputusan yang telah diambil.
d. Menjaga terciptanya suasana Ukhuwah Islamiyah, tetap akrab.
Demikianlah sekilas tentang Adab Bermusyawarah, tulisan pendek ini hanya
meyentuh pokok-pokonya saja. Oleh karena itu, bila akan mendalami lebih jauh,
dapat membaca berbagai kitab-buku yang banyak membahas hal musyawarah.
Harapan kami semoga bermanfaat, dan bila ada kekuaranngya mohon dapat
dimaafkan. Alhamdulillah.
Jogjakarta, 4 Juni 2005
Ahmad Adaby Darban

ADAB
BERMUSYAWARAH

OLEH:
AHMAD ADABY DARBAN

Adab Bermusyawarah
Dalam Islam
Ditulis oleh Abu Bakar Bin Yang. Posted in Utusan Malaysia

Perbezaan pendapat manusia sama ada dalam perkara yang berkaitan dengan hal ehwal
agama atau urusan dunia merupakan lumrah hidup dan tabie hidup manusia. Namun ianya
bukanlah alasan untuk kita sentiasa bertelagah sesama sendiri sehingga membelakangkan
adab dan etika. Bahkan dalam syariat Islam itu sendiri telah menggariskan prinsip-prinsip serta
adab sekiranya timbul perbezaan pandangan dalam sesuatu hal atau urusan. Contohnya,
syariat Islam itu menggalakkan umatnya bermusyawarah untuk menentukan sesuatu urusan,
dan di dalam musyawarah itu akan lahir suasana untuk bermuzakarah, berdialog dan
perbincangan yang sihat. Dan perbincangan itu pula mestilah berteraskan kepada akal yang
waras, pemikiran yang bernas serta berdebatan yang dilakukan dengan sebaik-baiknya. Yang
mana kesemuanya ini bertujuan untuk mencari kebenaran, kebaikan dan manfaat manusia
seluruhnya.

Banyak sebab yang boleh melahirkan suasana perbezaan pendapat ini, di mana
antaranya ialah berbezanya kefahaman terhadap sesuatu perkara, perbezaan hujah
dan alasan yang bersandarkan kepada sumber yang juga berbeza, dan perbezaan
penggunaan istilah atau bahasa. Malah ada juga yang berpegang kepada sesuatu
pendirian secara membuta tuli tanpa ilmu pengetahuan yang sah, yang natijahnya
melahirkan golongan yang berhujah dengan penuh kejahilan, ketaksuban, hasad dengki
dan mengikut hawa nafsu. Inilah antara gambaran yang diperlihatkan oleh al Quran
watak-watak jahil kaum musyrikin yang tidak mahu mengakui kerasulan dan kebenaran
Nabi Muhammad s.a.w. walaupun baginda mendatangkan dalil-dalil, bukti-bukti dan
bahkan mukjizat yang jelas dan nyata di depan mata mereka. Namun disebabkan
keangkuhan, kesombongan, hasad dengki dan kepentingan peribadi atau puak, maka
segala dalil dan bukti yang jelas dan nyata tadi ditolak.
Dengan menelusuri sejarah peradaban dan tradisi keilmuan Islam, kita dapati terdapat
banyak khazanah penulisan cerdik pandai Islam yang mengupas isu perbezaan
pendapat ini secara ilmiah dan bernas. Antaranya, Adab al Hiwar (adab
berdialog), Ilmu al Jidal (ilmu berdebat), Adab al Iktilaf (adab berbeza pendapat) dan
sebagainya. Kesemua penulisan ini menjurus kepada membentuk suasana yang sihat,
berakhlak dan beradab walaupun dalam keadaan masing-masing memiliki pendapat
dengan alasan dan hujah yang bebeza-beza. Inilah indah dan cantiknya Islam, iaitu
agama yang bersifat syumul dalam segala hal, memiliki sifat universal' untuk semua
kaum dan bahasa, serta berupaya menyatukan semua rupa bangsa di bawah satu
payung yang besar lagi adil, walaupun mereka itu terdiri daripada pelbagai warna kulit,
bahasa, dan budaya.
Dalam semangat membentuk manusia yang beradab inilah maka adab-adab
bermuzakarah yang digariskan oleh syariat Islam ialah ianya mestilah berpaksikan
kepada kebenaran, jauh dari segala bentuk pembohongan dan sentiasa berusaha
menjauhi segala bentuk keraguan. Bahkan kemuliaan adab-adab bermuzakarah ini
hendaklah sentiasa dipertahankan walaupun berhadapan dengan mereka yang
berhujah dengan alasan yang batil sepertimana yang telah dirakamkan oleh al Quran,
iaitu dialog antara nabi Musa a.s dengan Firaun. Sungguhpun memenangi perdebatan
atau perang mulut' dengan Firaun, nabi Musa tetap mempertahankan nilai-nilai
ketinggian akhlak ketika berhujah dan berdialog sehingga memaksa Firaun yang batil itu
menggelar nabi Musa a.s sebagai gila dan ahli sihir.
Inilah antara hikmahnya apabila sesuatu hujah yang kuat dan benar itu disampaikan
dengan penuh sopan, berakhlak dan beradab, maka ianya secara tabie menjadi lebih

bertenaga dan dapat diterima oleh orang ramai. Lihat saja apa yang berlaku seterusnya
kepada sekumpulan ahli sihir Firaun yang turut serta dalam perdebatan perdana antara
nabi Musa a.s. dengan Firaun itu. Apabila Musa a.s. mengemukakan hujah-hujahnya
yang jelas dan benar sehingga Firaun dan para pengikutnya tidak mampu berhujah
balas lagi, dan setelah terbukti kepada mereka kebenaran nabi Musa a.s dan
terserlahlah kebatilan Firaun, maka berimanlah kumpulan ahli sihir tadi kepada
kebenaran yang dibawa oleh nabi Musa a.s. Inilah semangat yang ingin kita bawa
dalam suasana perbezaan pendapat, iaitu sanggup menerima kebenaran dengan hati
yang terbuka dan mengiakan kelemahan serta menolak kepalsuan.
Seterusnya Islam memperindahkan lagi ciri-ciri muzakarah itu dengan menuntut setiap
ahli muzakarah agar bersifat rendah diri dan jauh dari segala sifat sombong dan
menunjuk-nunjuk. Lihatlah kisah nabi Sulaiman a.s. dengan burung Hud-Hud.
Walaupun nabi Sulaiman memiliki kerajaan yang besar namun baginda tetap menerima
hujah burung itu dengan rendah diri dan bercakap secara hikmah dan lemah
lembut. Sungguhpun nabi Sulaiman a.s. mempunyai kuasa tertinggi dalam memimpin
bala tentera yang begitu besar, namun baginda masih memberi ruang kepada burung
Hud-Hud yang kerdil itu untuk membela diri dan memberi alasan dan pendapat.
Ruang untuk berhujah bukan diberikan kepada yang memiliki alasan yang kuat dan
benar sahaja, tetapi juga kepada mereka yang lemah dan batil untuk menyampaikan
pandangannya. Lihatlah dialog yang berlaku antara Allah s.w.t. dengan Iblis. Ruang
yang luas diberikan Allah s.w.t. kepada Iblis untuk mengemukakan hujahnya walaupun
jelas Iblis berada pada pihak yang batil yang mana akhirnya tersingkap isi hati sebenar
Iblis untuk menyesatkan umat manusia seluruhnya. Ini memperlihatkan kepada kita
bahawa antara adab bermuzakarah atau berdialog yang sihat itu ialah memberi ruang
kepada semua pihak untuk menyampaikan hujah masing-masing. Setelah semua hujah
didengar barulah keputusan boleh dibuat secara adil dan saksama.
Sorotan kisah-kisah seperti berdialognya Allah s.w.t. dengan Iblis, kisah nabi Sulaiman
a.s. bermuzakarah dengan burung Hud-Hud dan perdebatan antara nabi Musa a.s.
dengan Firaun, jelas mengajar kita bahawa kebebasan bersuara untuk memberi hujah
dan pandangan adalah antara perkara yang diberi ruang oleh Islam. Di mana hak ini
bukan dikuasai oleh satu pihak sahaja, tetapi juga dinikmati oleh semua orang di dalam
sesebuah masyarakat atau negara, dan pada masa yang sama kebebasan ini
hendaklah dilandaskan kepada nilai akhlak dan etika yang murni.

Dalam konteks sekarang adab bermuzakarah perlu difahami oleh setiap individu
masyarakat kerana perkara ini sentiasa dihadapi oleh kita dalam setiap masa dan
tempat. Oleh demikian, adab-adab yang telah digariskan oleh syariat Islam sewajibnya
dipatuhi supaya ia menghasilkan natijah yang terbaik dalam setiap perbincangan dan
dialog. Sikap fanatik kepada kumpulan tertentu sebelum berlakunya muzakarah dan
dialog tidak akan membawa kebenaran yang diharapkan malah mungkin akan
menimbulkan keadaan yang lebih parah lagi. Maka dalam hal ini sikap keterbukaan
amat perlu kepada setiap individu ahli muzakarah untuk mencari kebenaran dan
keadilan yang terbaik.
Inilah antara kelemahan yang menggusarkan yang sedang melanda umat Islam ketika
ini, iaitu perpecahan yang diakibatkan oleh kepelbagaian aliran pemikiran dan berasa
hanya apa yang diperjuangkan itu sahaja yang betul. Walaupun Islam tidak pernah
menolak hakikat kerencaman pendapat, namun perselisihan yang menimbulkan
pertentangan dan ketegangan sehingga menenggelamkan hakikat kebenaran Islam itu
adalah suatu yang perlu dielakkan.
Jika diperhatikan, kebanyakan perselisihan yang membawa kepada pertentangan dan
perpecahan amat berkait rapat dengan sikap fanatik dan rasa keakuan' melampau
terhadap pendapat sendiri, lantas cuba menguasai pemikiran orang lain dan tiada
kesediaan untuk menghormati pandangan selain daripada pandangan sendiri. Penyakit
yang disebut juga sebagai al-`ijab bi al-ra'yi' atau penyakit mengkagumi pendapat
sendiri ini bagaikan wabak berbahaya yang sedang menjalar di kalangan umat Islam
sehingga mereka tidak lagi mewarisi sikap dan adab para pejuang dan pendokong
Islam terdahulu.
Diriwayatkan bahawa Khalifah Umar Abdul Aziz yang terkenal dengan keadilannya itu
juga tidak pernah mengimpikan supaya para sahabat tidak berselisih faham sama
sekali. Ini kerana baginya, perbezaan pendapat akan membuka pintu keluasan,
keanjalan dan kemudahan kepada umat yang mempunyai tabiat dan keperluan yang
berbeza. Pelbagai bukti sejarah mengenai perselisihan di kalangan sahabat dapat
disaksikan sejak zaman Rasulullah s.a.w. lagi seperti perselisihan mereka mengenai
arahan Nabi berkenaan solat Asar sewaktu mengunjungi Bani Quraizah. Ini adalah
peristiwa terkenal yang mengungkapkan hakikat perbezaan pendapat, tetapi Rasulullah
s.a.w. sedikitpun tidak mencela kedua-dua kumpulan yang berselisih faham itu.
Banyak lagi contoh-contoh lain perbezaan dan perselisihan pendapat yang berlaku
dikalangan sahabat seperti persoalan politik, pemilihan Khalifah, isu memerangi

golongan yang enggan membayar zakat dan pelbagai perbezaan dalam masalah fekah
yang kesemuanya ditangani tanpa mengikut hawa nafsu dan dorongan perasaan yang
melulu. Begitulah tingginya adab dan etika perbezaan pendapat yang didokongi para
sahabat Nabi s.a.w. yang kemudiannya diwariskan kepada generasi selepasnya.
Sehinggalah umat Islam kini dihinggapi penyakit baru yang cepat membarah, sekaligus
meranapkan akal budi dan akhlak umat itu sendiri. Gara-gara penyakit inilah maka kita
menyaksikan suasana umat yang amat menyayat hati dan meruntun perasaan.
Gamatnya pertelagahan di kalangan umat Islam itu sendiri sehingga mengakibatkan
terabainya tanggungjawab utama menyelesaikan pelbagai masalah umat yang melanda
kini.
Sebaliknya
seluruh
tenaga
dihabiskan
dan
tertumpu
kepada
polemik, "politiking", adu-domba dan perlumbaan menambah bilangan penyokong
terhadap pendapat masing-masing.
Justeru, dalam upaya mengembalikan sinar kegemilangan Islam yang semakin pudar,
usaha penjernihan sikap dan pemikiran harus segera dilakukan ke atas setiap umat
Islam. Umat seharusnya kembali menjiwai budaya dan prinsip penting yang mendasari
sikap dan perwatakan generasi awal Islam terutamanya dalam menangani fenomena
perbezaan pendapat.
Prinsip-prinsip tersebut termasuklah sikap keterbukaan kepada pandangan berbeza,
tidak taksub atau fanatik kepada pandangan sendiri, berlapang dada, saling hormatmenghormati dan sayang-menyayangi antara satu sama lain. Mungkin jalan keluar dari
belitan konflik fanatik' pemikiran yang melanda ini terkandung dalam ungkapan tokoh
pembaharuan Islam, Jamaluddin al-Afghani yang mengatakan ...bekerjasamalah dalam
hal-hal yang disepakati dan bertolak-ansurlah dalam hal-hal yang diperselisihkan...'
Sesungguhnya kepelbagaian pendapat sebenarnya mampu memperkaya khazanah
pemikiran Islam andaikata kita bersedia menghadapinya secara matang dan bijaksana.
Tetapi andainya kita menanganinya dengan sikap keanak-anakan, menganggap mereka
yang tidak sealiran sebagai musuh, maka perbezaan pendapat pasti menjadi bahan
bakar penyemarak api persengketaan yang membinasakan.

Adab-Adab Dalam Musyawarah Maulana Ilyas rah.a berkata


" Musyawarah adalah perkara yang besar.Allah swt berjanji apabila kalian

duduk ber Musyawarah dan bertawakal kepada Allah swt, maka sebelum
kalian berdiri, kalian akan mendapat taufik ke jalan yang lurus. "
Musyawarah adalah azas dari usaha dakwah ini yang akan menjadi ruh
dalam setiap pengorbanan.pengorbanan tanpa Musyawarah akan siasia.tanpa Musyawarah maka ijtima "iyyat kerja akan hilang dan pertolongan
Allah Swt.Akan menjauh, kerana nusralullah akan datang melalui
kebersamaan umat ini. Musyawarah adalah pengganti turunyya wahyu
yang tidak akan turun lagi, usaha ini tidak mengharap bantuan dari dunia
tetepi semata-mata hanya pertolongan dari Allah Swt.Dengan Musyawarah
kesatuan hati akan menjadi kenyataan dan akan meningkatkan pikir. Ijima
iyyat bukan berkumpulnya sekumpulan orang, tetapi adanya kesatuan hati,
fikir, dan gerak sebagai mana dalam solat berjamaah.ketika solat seluruh
jamaah satu hati (tawajuh), satu fikir (khusyuk) dan satu gerak dan ini akan
menjadi kenyataan jika mempunyai sipat itsar (mengutamakan orang lain
daripada diri sendiri) dan tawadhu (merasa orng lain lebih baik daripada diri
sendiri). Maulana Inamul rah a berkata: Musyawarah adalah berkumpul,
berfikir dan mentaaati keputusan.seluruh anbiya as biasa duduk dan
berpikir.Rasullullah Saw masuk ke gua hira duduk berfikir dan menerima
wahyu.dimana ada kerisauan disitu ada petunjuk Allah swt. Kerana seekor
ayam mau mujahadah duduk mengeram telurnya maka telurnya pun
mendapat ruh dan hidup sehingga jika kita mau duduk dalam Musyawarah
maka Allah swt akan bukakan jalan penyelesaian. Sebelum waktu
Musyawarah diadakan para ahli musyawarah banyak berdoa dan
menangis agar Allah swt memberikan keputusan terbaik dan tetap tawajjuh
dalam Musyawarah.apabila di dalam Musyawarah terjadi kerosakan ini
maka keruakan ini akan akan wujud ke seluruh alam. Kerja ini adalah kerja
Nabi Rasullullah Saw tidak bekerja sendirian tetapi bekerjasama dengan
para sahabat ra sehingga mereka semua mendapat tarbiyah dari Allah swt
maka betulkan niat hanya mencari keridhaanNya agar Allah swt memberi
tarbiyah yang sama. sasaran Musyawarah adalah bagaimana agar setiap
cadangan dengan mudah dan senang hati diterima oleh Musyawirin.setiap
usul dan keputusan harus jelas terbentang di hadapan seluruh ahli
Musyawarah agar tidak terjadi perpecahan dan selama hal itu merupakan
yang terbaik untuk umat. Tidak menyimpan prasangka dalam Musyawarah,
seluruhnya harus di bentangkan dan di ajukan. Bila banyak cadangan yang

muncul bermakna pikir jamaah bertambah. Syaitan selalu berusaha


menggoda manusia begitu pun dalam Musyawarah.Setan selalu
menggoda untuk memberi usul dengan paksa.Setan brusaha agar kita
memandang remeh cadangan yang lain dan berusaha agar kita tidak ikhlas
menerima keputusan Musyawarah. Adapun usul yang muncul harus di
tanggapi dengan hati lapang, bila tidak akan demikian orang tidak akan
menganggap penting duduk dalam Musyawarah. Tidak memotong,
meremehkan dan mentertawakan usul orang lain.Rasullullah Saw berkata
kepada Abu Bakar ra "anggaplah diri kita hina pada setiap mengajukan
usul seseorang jangan membicarakan keburukan susul seseorang di
belakangnya.bertambah takutlah kepada Allah.bila usul di terima
sebaliknya apabila usul tidak diterima bolleh merasa lega ". perbanyaklah
bersyukur sepanjang Musyawarah jangan ada maksud yang lain ketika
memberikan usul. Kemukakan lah usul semata-mata untuk kepentingan
dien.maka Allah swt akan menjadikan Musyawarah sebagai asbab tarbiyah
bagi diri kita sendiri. Berfikirlah dengan sungguh - sungguh cari padanan
antara tugas dan pelaksanaanya.jangan sampai orang diberi tugas merasa
terbeban. Berikan usul yang terbaik, singkat, jelas dan mampu di amalkan.
ADAB - ADAB DALAM MUSYAWARAH Musyawarah di pimpin oleh
seorang amir, sebaiknya amir shaf.sebelum musyawarah, hendaknya amir
mengosongkan hati dan fikirannya dadari rencana yang mungkin akan di
putuskan dalam musyawarah. Musyawarah bermula dengan Basmalah,
Hamdalah, Hendaknya masing - masing berdoa: "allahumma alhimna mara
sida umurina wa adidna ming syururi angfusina wa ming syayiati a
maalina". Artinya: "Ya Allah berilah kami petunjuk (ilham) apa yang menjadi
urusan kami dan kami berlindung dari kejahatan diri kami dan keburukan
perbuatan orang lain". Zihin singkat untuk membentuk fikir para musyawirin
tentang arti, maksud dan tujuan musyawarah.Timbulnya Jazbah pada
setiap ahli musyawarah sehingga tidak ada yang merasa di perintah.
Musyawirin menyampaikan Kargozari (Laporan aktiviti program yang telah
di lakukan). Amir musyawarah meminta usul - usul mulai dari sebelah
kanan ke sebelah kiri. Mengajukan usul usul yang terbaik dan setelah usul
disampaikan, anggaplah usul orang lain yang terbaik. Apabila usul kita di
terima akan ber istigfar, sebab mungkin saja usul itu mendatangkan
mudharat bagi orang lain, sebaliknya jika cadangan kita di tolak maka

ucapkan Alhamdulillah. Tidak memotong pembicaraan (gangguan),


tunggulah orang lain selesai bicara dan tidak boleh menguatkan pendapat
orang lain. Keputusan bukanlah pada suara yang terbanyak.Kebenaran
hanya pada Allah dan Rasul-Nya.hendaknya keputusan sesuai dengan
laporan (kargozari) atau data yang ada. Tidak mengajkan diri sendiri dalam
suatu tugas, kecuali tugas Khidmat dan Mutakallim. Apabila keputusan
telah di tetapkan, maka ini adalah suatu amanah dari Allah SWT dan
bersedia melaksanakannya (sami "na wa athana). Menerima keputusan
musyawarah sebagai hadiah bukan sebagai beban. Apabila dari hasil
musyawarah terjadi hal yang tidak diingini maka janganlah
berandai - andai.hal ini akan menimbulkan peluang syaitan untuk
memecah hati kita. Perbezaan pendapat dalam musyawarah adalah
rahmat tetapi beda pendapat di luar musyawarah adalah Laknat. Copy the
BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ Copy the BEST
Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ
Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ

ADAB DAN TATA CARA MUSYAWARAH

ADAB MUSYAWARAH

Musyawarah artinya berkumpul, berfikir bersama, dan mentaati putusan. Duduklah


dalam musyawarah dengan tawajuh, jangan memotong, meremehkan atau mentertawakan
usulan orang lain. Nasehat Rasululloh SAW. kepada Abu Bakar RA: " Anggaplah dirikita hina
dalam setiap ajuan usul, jangan memaksakan usul, jangan bicarakan usul keburukan
dibelakangnya. Bertambah takutlah kepada Alloh bila usul diterima(bisa jadi mendatangkan
keburukan), sebaliknya jika usul tidak diterima boleh senang. Harus banyak bersyukur
sepanjang musyawarah. jangan ada maksud-maksud lain dalam pengajuan usul. kemukakan
usul semata-mata untuk kepentingan diin(AGAMA). Dengan adab-adab inilah, maka Alloh akan
menjadikan musyawarah sebagai asbab tarbiyah kita.
Syaitan selalu berusaha menggoda manusia. Begitu pula dengan musyawarah, syaitan
menggoda agar kita memasukan usulan dengan paksa. syaitan menggoda agar kita
memandang hina usulan orang lain, syaitan berusaha agar kita tidak bisa ihklas menerima
putusan musyawarah.
Maksud musyawarah ialah agar kita yakin apja-apa yang Alloh janjikan, Alloh akan
tunaikan melalui keberkahan musyawatrah.

Jangan menyimpan prasangka dalam musyawarah, semua harus dibentangkan dan


diajukan.
Ada tiga macam orang yang tidak akan membawa kebaikan dalam musyawara
1. Orang yang menyusah-nyusahkan usulan
2. Orang yang menekan usulan
3. Orang yang menolak usulan orang lain, dengan cara keras, hingga orang lain takut
memberikan usul.

Apapun usulan yang muncul harus bisa kita tanggapi dengan terbuka kalau tidak begini
orang tidak akan menganggap penting ikut musyawarah
Jika dalam musyawarah terdapat kerusakan, maka kerusakanini akan wujud pada
seluruh alam.
Ringkasnya maksud musyawarah adalah agar setiap orang meneriama Agama secara
sempurna
Setiap orang harus bisa membaca kemampuan orang lain, dan dapat menggunakan
sesuai kemampuan.
Berfikir dengan sungguh-sungguh cari kecocokan antara petugan dan pelaksana,
jangan sampai orang yang dapat tugas merasa tertekan.
Orang-arang yang berkemampuan tapi tidak hadir dalam musyawarah harus diundang
dan dimanfaatkan(digunakan kebaikan berfikirnya)
Tamsilan: Karena ayam mau mengerami telurnya, maka telurpun mendapatkan ruh dan
hidup, maka manusia kalau mau duduk musyawarah maka Alloh akan bukakan jalan-jalan
pemecahan.
Semua nabi biasa duduk dan berfikir, Rosululloh SAW masuk kedalam Goa Hiro duduk
dan berfikir menerima wahyu, dimana ada kerisauaan disana ada jalam Alloh. Hadraji
menekankan Agar setiap masjid ada musyawarah harian, begitu pula disetiap rumah.
bayangkan jika rumah tidak memiliki amir(pemimpin), sebagai mana ketika kita khuruj, ada amir
dan ada makmur, maka tertib ini pula yang mesti dihidupkan dirumah-rumah.
Jika dirumah ada amir dan makmur, yang bekerja melaksanakan agama,
memusyawarahkan
1. Perkara sholat awal waktu
2. Kapan waktu ta'lim
3. Kapan waktu makan
4. Bahkan kapan waktu tidur

Semua perkara tersebut diputuskan berdasarkan berdasarkan musyawarah bersama


seluruh ahli keluarga. jika cara itu tidak dijalankan maka tidak ada tertib didalam rumah.
Maulana ilyas katakan, "bahkan dalam saat minum teh pun kita mesti bertanya keadaan ahli
keluarga kita, agar tidak ada satupun ahli keluarga yang terlibat kesia-siaan., jangan hidup
seperti yahudi, nasrani, yang tidak mempunyai tertib"
Tambahan kerja ini adalah kerja Nabi. Rosululloh SAW tidak bekerja sendirian, kerja
sama dengan para Sahabat Ra. maka mereka semua ditarbiyah oleh Alloh. maka kita pun
harus punya niat semata mencari ridho Alloh, agar Alloh memberi tarbiyah pada kita.

Sasaran musyawarah adalah: bagaimana agar setiap usulan dan setiap keputusan
dengan mudah dan senang diterima oleh seluruh peserta(makmur). Maka supaya tidak ada
pecah hati, setiap usulan dan keputusan harus jelas dan terbentang dihadapan setiap ahli
musyawarah. Maka itu pula, malam senbelum musyawarah agar ahli musyawarah berdo'a dan
menangis agar Alloh memberi keputusan khoirNya. dan jaga terus ketawajuhan selama
musyawarah. Dan selama musyawarah kita dibolehkan mengganti usulan selama itu
merupakan yang terbaik untuk usaha Agama.
Untuk dibacakan menjelang musyawarah markas atau halaqoh, sekali-kali, lagi dan lagi demi
pemeliharaan adab bathin. Amin.

(Ditulis Oleh Maulana Inamul Hasan Rah. )

Bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan apapun. (Ali Imran 159)


Urusan mereka (orang Islam) dimusyawarahkan sesama mereka. (Asy Syura
38)
Rasulullah SAW pun bersabda:
Hajat tercapai bagi mereka yang membuat 'istikharah', dan tidak ada penyesalan
bagi mereka yang bermusyawarah, dan tidak susah mereka yang berhemat
dengan cermat. (Riwayat At Tabrani)
Berdasarkan ayat-ayat ALLAH dan sabda Rasulullah yang tertulis di atas, Islam
menggalakkan umatnya mengadakan syura (musyawarah). Karena berdasarkan
pengalaman kita..syura memang besar faedahnya kepada hidup kita dan
masyarakat. Sebab itu ALLAH sendiri yang memerintahkan supaya syura
dipraktekkan..
banyak hal yg klo di-syura'-kan baru dapat menghasilkan keputusan yang
sebaik-baiknya, dibandingkan dengan keputusan-keputusan yang dibuat secara
pribadi.
Syura' itu sendiri menurut bahasa ialah berunding atau bertukar fikiran. Dan dari
segi istilah syariat Islam, arti syura atau musyawarah ialah bertukar fikiran atau
berbincang antara dua orang atau lebih dalam menghadapi hal-hal yang
dibenarkan oleh syariat sesuai dengan adab-adab, cara cara yang syari untuk

memperoleh hasil yang baik dan benar yang akan menjadi tindakan bersama,
seseorang atau satu kelompok.
Dalam

syura..tiap

anggota

diminta

mengeluarkan

fikiran,

kemudian

dipertimbangkan bersama. Mana pendapat yang benar atau kuat dan tepat
alasannya atau lebih munasabah (memungkinkan) dan lebih mendekati
kebenaran, maka itulah keputusan syura yang wajib diterima bersama untuk
menjadi tindakan bersama, tindakan seseorang atau tindakan suatu kelompok.
Dalam syura, perbincangan mesti dua arah atau lebih. Tidak dikatakan syura
kalau satu pihak saja yang berbicara dan memberi pendapat. Syura secara Islam
mesti dilakukan dengan bertata-tertib, beradab, berperaturan dan cara-cara yang
ditetapkan oleh Islam.
Berikut ini ialah tata tertib atau disiplin dan adab-adab syura menurut Islam..yang
artinya..ketika satu syura tidak mencermikan ciri tersebut..maka syura tersebut
idak dianggap syura Islam walaupun diberi nama syura Islam. Nama tidak lah
penting, yang penting ialah ciri-cirinya.
cekidot
tata tertib atau disiplin dan adab-adab syura menurut Islam:
1. Tujuan dan niat anggota syura ialah mencari dan menegakkan kebenaran
karena ALLAH. Masing-masing mesti mengawal diri dari maksud riya',
bermegahan, ujub atau untuk hobi semata-mata. Sebaiknya masingmasing

mempunyai

rasa

takut

pada

ALLAH,

kalau-kalau

terjadi

perbincangan yang tidak tepat dan tidak selaras dengan kehendak ALLAH
dan Rasul. Untuk mengelak dari riya', ujub dan bermegahan, caranya ialah
masing masing mengharapkan kebenaran itu datangnya dari orang lain,

bukan dari dirinya. Dan dia akan merendahkan diri untuk menerima dan
mendukung kebenaran yang sudah ditemui itu.
2. Sekiranya kebenaran itu keluar dari mulut kita sendiri, segeralah banyak
bersyukur pada ALLAH, karena memperlihatkan kebenaran itu kepada
kita. Bukankah kita dhaif untuk menemukannya kalau bukan dengan
petunjuk dari ALLAH? Dengan ilmu dan keyakinan yang demikian, Islam
menyelamatkan majelis syura dari timbulnya rasa sombong, bermegahan,
menunjuk kepandaian, merasa diri lebih tinggi, mujadalah (debat tidak
menentu), keras kepala, hina-menghina, jatuh-menjatuhkan dan akhlak
lain yang keji.
3. Di waktu seorang anggota syura berbicara, anggota- anggota yang lain
mesti menghormati pandangannya dan sama-sama mendengarnya.
Biarkan dia menghabiskan bicaranya walaupun

kita tidak setuju

pendapatnya. Memotong bicara kawan atau minta dia berhenti sebelum


habis berbicara adalah tidak beradab dalam syura. Sikap itu sangat
dibenci.
4. Bila seorang anggota syura selesai memberi pandangannya, ucapkan
terima kasih. Kalau didapatkan ucapannya benar, beri tahniah dengan
sepotong

doa:

"Moga-moga ALLAH membalas kamu dengan kebaikan".


5. Sekiranya pendapat yang diberi salah, jangan sekali-kali menghinanya.
Betulkan dengan mesra dan kasih sayang menggunakan hujah-hujah yang
bernas.
6. Sekiranya kita sendiri yang melakukan kesalahan atau mengeluarkan
pendapat yang salah, minta ampunlah kepada Tuhan dan merendah
dirilah untuk menerima hakikat kesalahan itu.

7. Misalnya terjadi perbedaan pendapat yang serius hingga sukar untuk


menyatukan pandangan, maka demi perpaduan, pandangan ketua atau
pemimpinlah yang mesti diterima.
8. Dalam syura Islam jangan sekalipun terjadi mujadalah, berburuk sangka,
sakit hati, caci maki, berkelahi, lempar kursi, pukul meja, tunjuk pistol,
geram, dendam dan sebagainya. Anggota-anggota syura akan sanggup
untuk mengalah, bersabar untuk mencari nas (dalil) atau bersikap tawakuf
(menerima tidak, menolak pun tidak). Bahkan demi menjaga ukhuwah
karena ALLAH, di akhir majelis, masing-masing akan saling bermaafmaafan dan berbaik sangka serta bersabar untuk menanti bantuan ALLAH
dalam masalah apapun yang timbul. Di penutupnya, sama-sama
membaca surah Wal Ashr dan doa kifarah, yakni meminta ampun kepada
ALLAH. InsyaALLAH dengan cara itu, umat Islam akan senantiasa
membuat keputusan yang tepat, bersih dan diberkati ALLAH.
(copy-edit dari http://kawansejati.ee.itb.ac.id/book/export/html/17323)

Anda mungkin juga menyukai