Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MATERI

PEDAGOGI
TENTANG
PENDIDIKAN NASIONAL

Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Herman Nirwana, M.Pd., Kons

OLEH

PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING


UNIVERSITAS NEGERI PADANG (UNP)
2023
A. Ringkasan Materi Pendidikan Nasional
Pada tanggal 3 Juli 1922 Taman Siswa yang pertama didirikan di
Jogjakarta. Pada masa itu kesadaran masyarakat untuk bersekolah amat kuat,
terbukti dari dapartemen pengajaran tidak dapat mengaturnya. Banyak anak-
anak yang ingin sekolah terpaksa mengalami kekecewaan, karena tidak dapat
tempat. Terutama dalam pengajaran barat yang amat laku dan dapat perhatian
lebih dari masyarakat, hal tersebut karena masyarakat membutuhkan skill
bahasa Belanda agar dapat jabatan di tempat kerja yang lebih baik hingga gaji
juga ikut naik. Sehingga sekolah-sekolah banyak didirikan oleh pihak swasta
guna untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan menjadikan sekolah ladang
bisnis.
Lalu zaman berikutnya adalah zaman kesadaran nasional. Di mana-
mana di seluruh dunia adalah tugas dari pendidikan dan pengajaran untuk
mematangkan dan mempersiapkan anak-anak untuk masyarakat dan
bangsanya sendiri. Sehingga pendidikan menjadi urusan pemerintah, guna
mendidik generasi baru yang cinta, bangga, dan melestarikan budaya tanah
airnya.
a. Pendidikan dan Penghidupan Rakyat
Mendidik anak adalah mendidik bangsa, keadaan hidup di masa
sekarang adalah buah dari hasil pendidikan yang diterima dari orang tua
pada waktu kanak-kanak, dan sebaliknya anak-anak yang dididik pada
hari ini kelak akan menjadi warganegara suatu saat. Untuk mendapatkan
sistem pengajaran yang akan berguna bagi kehidupan berbangsa, haruslah
sistem tersebut disesuaikan dengan hidup dan penghidupan rakyat dalam
artian sesuai dengan budaya atau kebiasaan setempat.
Pengaruh pengajaran itu umumnya adalah memerdekakan manusia atas
hidup lahiriahnya, sedangkan merdekanya hidup batin itu terdapat dari
pengaruh pendidikan. Manusia merdeka itu dalam artian adalah manusia
yang hidup lahir bathinnya tidak tergantung kepada orang lain, akan tetapi
bersandar dengan dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan pendidikan dan
pengajaran yang berguna untuk kemaslahatan bersama adalah
memerdekakan manusia sebagai anggota dari persatuan rakyat itu sendiri,
dalam artian mampu menjadi warga negara yang dapat bersatu dengan
rakyat yang lain.
Dalam pendidikan, kemerdekaan itu bersifat tiga macam: (1) Berdiri
sendiri, (2) tidak tergantung kepada orang lain, dan (3) dapat mengatur
dirinya sendiri.
b. Pengajaran dan Kebangsaan
Pengajaran Nasional itulah pengajaran yang selaras dengan
kepentingan bangsa, dan kehidupan atau budaya bangsa. Kalau pengajaran
anak-anak tidak diberikan berdasarkan kenasionalan, sudah pasti anak-
anak bangsa tidak akan paham dengan kepentingan atau keperluan
bangsanya sendiri baik secara lahir maupun batin, lagipula tidak mungkin
juga anak-anak tersebut kan mempunyai rasa cinta dengan bangsanya,
malah makin lama akan terpisah dengan bangsanya sendiri, sehingga
barangkali akan menjadi lawan dari bangsanya tersebut.
Guna melancarkan pendidikan dan pengajaran yang ada di Indonesia
maka pemerintah hendak memberikan kewajibannya kepada hak-hak
rakyatnya terutama anak-anak yang usianya harus duduk di bangku
sekolah, dengan membantu biaya siswanya, apalagi jika siswa tersebut
berprestasi bisa diberikan beasiswa kepadanya, itulah salah satu fungsi
pengajaran nasional.
c. Pengajaran Nasional: Pendirian dan Sifat Taman Siswa
Taman siswa bukan satu badan perkumpulan yang terdiri dari anggota-
anggota maupun etnis, juga bukan kepunyaan seseorang. Taman Siswa
adalah satu badan perguruan, yang selaras dengan kepentingan dan
kebutuhan bangsa, yang diserahkan kepada perhatian rakyat umum pula.
Sedangkan guru-gurunya adalah dari golongan bangsa sendiri yang ikhlas
hatinya dan menyerahkan diri untuk keperluan rakyat dalam perkara
pengajaran dan pendidikan. Dengan pendirian yang seperti itu, maka
Taman Siswa sudah berkembang dan tersebar di seluruh Indonesia. Badan
Majelis Luhur di Mataram adalah yang menjadi pusat persatuan Taman
Siswa. Perkara kehidupan dan penghidupan rakyat itulah yang menjadi
pokok tujuan dalam usaha Taman Siswa.
Ki Hadjar Dewantara mempercayai bahwa manusia memiliki badan
jasmani dan badan rohani. Peran dari pendidikan adalah untuk mendidik
dua hal tersebut yaitu pendidikan lahir dan pendidikan batinnya, supaya
dapat tercukupi keperluan penghidupan dan kehidupan. Inilah yang
menjadi dasar adanya dua aliran dalam pergerakan; ada yang
mengutamakan penghidupan (seperti perhimpunan-perhimpunan politik),
ada juga yang mengutamakan kehidupan (kebudayaan).
Di dalam Taman Siswa pelajaran yang diberikan yang paling utama
adalah pelajaran bahasa, menurut Ki Hadjar Dewantara, anak yang sejak
kecil yang selalu dibiasakan dengan bahasa asing dan dijauhkan dari
bahasanya sendiri, ia akan kehilangan perhubungan bathin dengan orang
tuanya sendiri, dan kelak ia akan merasa terasing perasaannya terhadap
bangsanya sendiri.
d. Pandangan Ki Hadjar Dewantara terhadap Pendidikan Barat
Dasar-dasar pendidikan Barat yang ganjil yaitu regering, tucht, en orde
(perintah, hukuman dan ketertiban). Dalam praktiknya pendidikan yang
seperti itu sama saja memaksa atas kehidupan bathin anak-anak. Hal
tersebut akan menjadi rusak budi pekertinya, karena selalu hidup di bawah
perintah, paksaan, hukuman. Hal ini akan mempengaruhi ketika ia
dewasa, ia tidak akan dapat bekerja jika tidak dipaksakan, dan kalau tidak
ada perintah. Jika hal tersebut diikuti maka pendidik tidak akan dapat
membentuk kepribadian di diri siswanya, hal ini akan menjadi siswa tidak
memiliki kepribadian.
e. Pendidikan Taman Siswa
Pendidikan tidak menggunakan paksaan. Itulah yang digunakan
sebagai dasar pendidikan. Caranya tiada memaksa siswa, walaupun hanya
sekedar memimpin kadang-kadang tidak diperlukan juga, kita hanya
diharuskan mencapuri kehidupan siswa jika siswa telah berbuat hal yang
menyimpang, atau di jalan yang salah.
Pendidikan kita tidak menggunakan dasar regering, tucht, en orde,
tetapi orde en vrede (tertib dan damai, tata-tentram), dengan alasan
menjaga kelangsungan kehidupan bathin siswa.
f. Hal-Hal Pendidikan
Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan
pertumbuhan budi pekerti (kekuatan bathin, karakter), pikiran, dan tubuh
anak, di dalam Taman Siswa hal tersebut saling terhubung dan tidak boleh
dipisah-pisahkan bagian tersebut, karena bertujuan untuk dapat
memajukan kesempurnaan hidup. Hal-hal yang penting dalam pendidikan
yaitu; (1) segala alat, usaha dan cara harus sesuai dengan kodratnya
keadaan (natural dan realistis), (2) kodratnya keadaan itu tersimpan dalam
adat istiadat setiap rakyat, yang oleh karenanya bergolong-golong
merupakan kesatuan dengan sifat peri kehidupan sendiri-sendiri (budaya),
(3) adat istiadat, sebagai sifat peri kehidupan atau sifat percampuran usaha
dan daya upaya akan hidup tertib dan damai itu tidak luput dari pengaruh
zaman dan tempat; oleh karena itu sifatnya tidak tetap dan dapat berubah,
(4) mengetahui garis hidup yang tetap dari sejarah bangsanya sendiri, (5)
harus waspada memilih yang baik dan buruk terhadap budaya luar, yang
bisa digunakan karena cocok dengan budaya bangsa.
g. Pendidikan Nasional
Menurut paham Taman Siswa Pendidikan Nasional yang beralaskan
garis hidup dari bangsanya (Kultur-Nasional) dan ditunjuk untuk
keperluan peri-kehidupan yang dapat mengangkat derajat negara dan
rakyatnya agar dapat bekerja bersama-sama dengan lain-lain bangsa untuk
kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia. (1) Pendidikan budi pekerti
harus mempergunakan syarat-syarat selaras dengan jiwa kebangsaan
menuju kepada kesucian, kedamaian lahir dan bathin yang tidak
berpatokan kepada syarat-syarat yang sudah ada tetapi syarat yang baru
juga bisa digunakan jika sesuai dengan maksud dan tujuan. (2) Pengajaran
pengetahuan yang bertujuan mendidik pikiran siswa adalah sebagian dari
pendidikan yang utama dan dijalankan untuk memperoleh alat-alat
penghidupan. Pengajaran ini diberikan juga harus menyesuaikan dengan
umur siswa. Untuk pengajaran pengetahuan bisa diberikan kepada siswa
tentang pelajaran umum dan pelajaran spesial yang berhubungan dengan
kehidupan nasional. Untuk pelajaran bahasa dibolehkan mengajari bahasa
asing tetapi dengan niat untuk menjadi alat mencari pengetahuan atau
memudahkan hubungan internasional. (3) Pendidikan jasmani yang
berguna dan dipentingkan untuk mendapatkan keturunan yang bertubuh
kuat, juga mempergunakan segala gerak badan yang pantas untuk
mendatangkan kesehatan, menghaluskan tingkah laku, memperoleh
ketangkasan, keteguhan hati, dsb.
Di dalam pendidikan nasional juga membahas mata pelajaran, dan hari
libur.
h. Peralatan Pendidikan
Cara-cara mendidik menurut Ki Hadjar Dewantara sebagai berikut; (1)
memberi contoh, (2) pembiasaan, (3) pengajaran, (4) perintah, paksaan,
dan hukuman, (5) disiplin/ laku, (6) pengalaman lahir dan bathin. Cara-
cara mendidik ini dapat dihubungkan atau digunakan kepada rentang usia
sebagai berikut: (a) Masa kanak-kanak (1-7 tahun): menggunakan cara 1
dan 2, (b) masa kedua (7-14 tahun): menggunakan cara nomor 3 dan 4, (c)
masa ketiga (14-21 tahun): menggunakan cara nomor 5 dan 6.
i. Sistem Trisentra
1) Di dalam hidupnya anak-anak terdaat tiga tempat pergaulan yang
menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya yaitu: (1) alam
keluarga; adalah pusat pendidikan yang paling terpenting karena hidup
keluarga itu selalu mempengaruhi bertumbuhnya budi pekerti tiap-tiap
manusia. (2) Alam perguruan; pusat pendidikan yang berkewajiban untuk
memberikan kecerdasan intelektual serta pemberian ilmu pengetahuan. (3)
Alam pergerakan pemuda; yaitu pergerakan pemuda yang ada sampai kini
dan harus diakui dan dipergunakan untuk menyokong pendidikan.
2) Cara Pendidikan yang dapat dijalankan di waktu sekarang yang dapat
menghidupkan, menambah, mengembirakan perasaan hidup bersama
(masyarakat, sosial), harus ditujukan ke arah budi pekerti, beraliran
kultur-nasional dan menuju ke arah rapatnya hubungan alam keluarga,
alam perguruan, dan alam gerakan pemuda.
3) Sifatnya perguruan dapat diganti dengan sifatnya perguruan bangsa kita
pada zaman dahulu, yakni menggunakan sistem kebangsaan yang lebih
baik daripada menggunakan sistem sekolah yang sekarang, yaitu
menggunakan sistem asrama atau sistem pondok. Hanya disitulah dapat
berlaku pendidikan keluarga, pendidikan balai-wijata dan pergerakan
pemuda (budi pekerti, intelek, dan pendidikan diri sendiri).

Anda mungkin juga menyukai